Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR HASIL MINI PROJECT

DOKTER INTERNSHIP
PKM BULAGI
PERIODE
FEBRUARI – JUNI 2021
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR RESIKO BALITA USIA 12
– 59 BULAN TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI DESA
LALANDAY DAN KAMBAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BULAGI
BULAN MARET - MEI
TAHUN 2021

dr. A. Kartini Eka Putri


dr. Putri Dwi Apriyanti Dokter Pendamping
dr. Ni Kadek Dessy
dr. Dian Ratnasari Soolany
OUTLINE

1 Pendahuluan

2 Metode

3 Hasil dan Pembahasan

4 Simpulan dan Saran

2
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Stunting  kegagalan Penyebab Stunting


pertumbuhan ditunjukkan
dengan z-skor TB/U <-2 SD Keragaman konsumsi 
sejumlah pangan atau kelompok
pangan yang dikonsumsi individu
dalam jangka waktu tertentu
Indonesia
(Riskesdas 2018)
Keragaman konsumsi pangan
yang rendah signifikan dengan
kejadian stunting pada balita
2018 usia 0-60 bulan
(30,8%)
Asupan makan Penyakit
kurang infeksi

WHO  prevalensi stunting


>30% termasuk high
prevalence
Pola Asuh 4
Latar belakang
Prevalensi status gizi balita di Provinsi
Sulawesi Tengah dengan masalah
stunting sebesar 21,4%. Prevalensi
status gizi balita stunting, yang
tertinggi di Kabupaten Donggala
dibandingkan dengan 12
Kabupaten/Kota lainnya, yaitu
34.9%, dan untuk Kabupaten
Banggai Kepulauan angka
kejadian stunting mencapai
22,6%.

Intervensi Gizi sensitif dan spesifik


Wilayah kerja Puskesmas Bulagi,
• Promosi menyusui (ASI Eksklusif) temuan balita stunting pada tahun
• Promosi MP-ASI 2020 terdapat 146 kasus.
• Pemberian PMT Balita
• Penyediaan air bersih dan sanitasi
• Pendidikan Gizi Masyarakat

6
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk Mengetahui gambaran faktor – faktor resiko


balita usia 12 – 59 bulan terhadap kejadian stunting di
desa Lalanday dan Kambal di Wilayah kerja Puskemas
Bulagi.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran stunting berdasarkan faktor resiko


pada balita usia 12 – 59 bulan di desa Lalanday dan Kambal di
wilayah kerja Puskesmas Bulagi tahun 2021

Pendapatan orang tua, Tingkat pendidikan, Pemberian


ASI Eksklusif, dan BBLR  
Kerangka Teori
METODE
Metode
Desain penelitian

Desain
Cross-sectional studi

Waktu
Maret – Mei 2021

Tempat
Ds. Lalanday dan Kambal
Kec.Bulagi, Kab. Banggai
10 10
Kepulauan
Metode
Jumlah dan cara pengambilan
sampel

Total 38 Balita

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

• Balita laki-laki dan • Responden tidak


perempuan usia 12-59 bersedia untuk
bulan mengikuti penelitian
• Bertempat tinggal di • Balita stunting yang
Desa Lalanday dan tidak memenuhi
Kambal kriteria inklusi
• Bersedia mengikuti
penelitian

11
Metode
Analisis Data

Editing Entry

Coding Cleaning

12
HASIL & PEMBAHASAN
Pendapatan Keluarga

<18%
UMP > UMP

7
Orang

31
82% Orang
Pendidikan Orang Tua (Ibu)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
SMA : 8 orang =
SD: 8 orang = 21,1%
21,1%

SMP : 16 orang = Perguruan Tinggi : 6


42,1% orang = 15,8%
Pemberian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif : 28 orang =


73,7 %

Tidak ASI Eksklusif : 10


orang = 26,3 %
BBLR

33

5 0
0
BBL 86,8
Normal
% BBLR
13,2 %
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Distribusi responden berdasarkan faktor resiko pendapatan orang tua ,
didapatkan hasil terbanyak 31 orang (81,6%) memiliki penghasilan di bawah
UMP.

Distribusi responden berdasarkan faktor resiko tingkat pendidikan di


dapatkan populasi terbanyak pada tingkat pendidikan rendah yaitu 24 orang
(63,2%).

Distribusi responden berdasarkan faktor resiko pemberian ASI Eksklusif


didapatkan sebanyak 28 orang (73,7%) yang memberikan ASI Eksklusif.

Distribusi responden berdasarkan faktor resiko BBLR didapatkan sebanyak 33


orang (86,8%) bayi lahir dengan berat badan normal.

24
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan distribusi sebagian besar


responden di Desa Lalanday dan Kambal terbanyak pada faktor resiko
pendapatan orang tua dan tingkat pendidikan. Sedangkan untuk faktor resiko
pemberian ASI eksklusif dan BBLR hanya berperan pada sebagian kecil
responden di Desa Lalanday dan Kambal.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


stunting merupakan permasalahan yang disebabkan karena multifaktoral.

24
Saran
Dinas Kesehatan

• Membuat program untuk pencegahan stunting terutama pada faktor-faktor


yang menyebabkan stunting seperti pola asuh dan pendapatan keluarga
dan menetapkannya sebagai program wajib pemerintah agar dapat
menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia salah satunya di daerah
Banggai Kepulauan.

• Dinas kesehatan bekerja sama lintas sektor untuk dapat meningkatkan


pendapatan masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Bulagi melalui
pengoptimalan sektor kelautan dan sesuai dengan pekerjaan yang ada di
wilayah tersebut.

24
Saran
Puskesmas

Pihak puskesmas agar dapat mengevaluasi serta meningkatkan program


asupan gizi 1.000 Hari Pertama Kehidupan ( HPK) sejak konsepsi, saat hamil
dan usia 2 tahun pertama balita.

Diharapkan bidan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Bulagi dapat


mengoptimalkan posyandu yang sudah ada dengan pendampingan pada saat
kegiatan posyandu dan melakukan pelatihan terhadap kader untuk
meningkatkan pengetahuan kader posyandu di Wilayah kerja Puskesmas
Bulagi.

24
Saran
Diharapkan pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bulagi, ketika mendapatkan
anak yang lahir dengan keadaan berat badan lahir rendah, maka tenaga
kesehatan melakukan pencatatan dan memberikan informasi bahwa mereka
memiliki resiko untuk menderita stunting, dan disarankan menjaga kesehatan
serta memperhatikan pola asuhnya.

Mengkaji peran aktif ibu hamil dalam memantau perkembangan kesehatan


saat hamil, asupan gizi ibu ketika hamil dan pengetahuan gizi ibu mengenai
makanan yang harus dikonsumsi selama hamil.

Menyelenggarakan konseling inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif


pada ibu hamil ( 4 minggu pertama kehamilan ) untuk persiapan menyusui.

24
Saran

Melakukan konseling dan pelatihan untuk cara penyedian dan pemberian MP –


ASI sesuai standar ( minimal acceptable diet / MAD )

Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan


mikronutrien (TKPM)

Mengkaji pola asuh orang tua terhadap anak yang mengalami stunting.
Pengetahuan gizi ibu dalam menyediakan makanan, asupan gizi disertai
dengan pemberian makanan menurut periode usia anak.

Melakukan edukasi komponen makanan kepada ibu dalam mengelola


makanan yang bergizi dengan bahan atau olahan yang sederhana dan murah
sehingga pertumbuhan balita menjadi baik.
24
Daftar Pustaka
WorldHealth Organization. Global Target 2025. To improve
maternal, infant and young child nutrition. 201

Wiley. Childhood Stunting : a Global Perspective. Departement of


Nutrition for Health and Development, WHO. 2016

Manggala,Kenwa. Risk Factors of Stunting in Children aged 24 –


59 months. Paediatrica Indonesiana. 2018

Kemkes. Situasi Balita Pendek (stunting) di Indonesia. Pusat Data


dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI. 2018

DinasKesehatan Sulawesi Tengah. Kejadian Stunting di Sulawesi


Tengah. 2018
 Puskesmas Bulagi. Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Bulagi.
2020

 World Health Organization. 2017. Nutrition. Stunting in a nutshell.


Available from:
https://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_videos/en/

 Childhood Stunting: Context, Causes and Consequences. WHO Conceptual


framework. September 2013. Ref: Stewart CP, Iannotti L, Dewey KG,
Michaelsen KF

 Putri Y, 2017. Stunting. Available from : https://


www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/stunting/etiologi

 Prendergast AJ, Humphrey JH. The stunting syndrome in developing


countries. Paediatr Int Child H, 2014;34 (4):250-265.
 Owino V, Ahmed T, Freemark M, et al. Environmental
Enteric Dysfunction and Growth Failure/Stunting in Global
Child Health. Pediatrics. 2016;138(6):e20160641
 Sari D, Oktacia R. 2017. Gambaran Faktor Risiko Kejadian
Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nangalo
Kota Padang. Available from http://articletext.13-1-10-
20190207.pdf
 Dimitri P, Wales JKH. Growth and puberty. In: Lissauer T,
Clayden G. Illustrated textbook of paediatrics fourth
edition. Elsevier. London:2012.
 Ginnard O, Nella A. Growth disorders. University of Texas:
2019. Available from:
https://www.utmb.edu/pedi_ed/CoreV2/Endocrine/Endocri
ne4.html
 Creo AL and Schwenk WF. Bone Age: A Handy Tool for
Pediatric Providers. Pediatrics. 2017;140(6):e20171486
Larasati N, 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita usia 25-59 bulan di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II tahun 2017. Available from:
https://Skripsinadia.pdf
 Martianto. Hubungan Pendapatan Keluarga, Berat Lahir, dan
Panjang Lahir dengan Kejadian Stunting Balita 24 – 59 Bulan.
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo. 2014
 Ambarwati. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 2 -5 tahun. Universitas Aisyiyah
Yogyakarta. 2019
 Hesti. Hubungan Underlyng Factors dengan Kejadian Stunting
pada Anak 1 – 2 tahun. Journal of Nutrition and Health. 2017
Akorede et al. Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 25
– 59 bulan di Wilayah Puskesmas Kotagede Yogyakarta. 2013
 Khoiron. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian
Stunting pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 2015
 Mardani et al. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian
Stunting pada Anak Usia di Bawah 2 tahun. Bagian Gizi Program
Studi Kesehatan Masyarakat. 2015
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai