Anda di halaman 1dari 15

PEMOTONGAN TALI

PUSAT
ASUHAN NEONATUS DAN BBL
ANGGOTA
KELOMPOK 3

01 02
Sarola 03
Ana Marsuti Rohmawati Khoirunnisa
B
P1337424120030 P1337424120041 P13347424120019

04 05
Nailul Tri Puji
Maghfiroh Septiani
P1337424120023 P1337424120024
Rafa Dhiva Saint Dona Amelia
Shafalina Z.
P1337424120036 P1337424120052 P1337424120037

Sevilla Aulia
P1337424120017
Pengertian Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya
umbilical cord. Merupakan suatu tali yang
menghubungkan janin dengan uri atau plasenta.
Sebab semasa dalam rahim, tali inilah yang
menyalurkan oksigen dan makanan dari
plasenta ke janin yang berada di dalamnya.
Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi
membutuhkan oksigen dari ibunya, karena
sudah dapat bernapas sendiri melalui
hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak
diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera
dipotong dan dijepit atau diikat (Baety, 2011,
p.40).
Pemotongan Tali Pusat
Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera bayi
lahir akan dilakukan pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes RI, 2008,
bahwa segera bayi lahir harus dikeringkan dan membungkus kepala serta badan
kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat harus menggunakan klem disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi. Setelah jepitan
pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi ke arah ibu dengan memasang klem
kedua dengan jarak 2cm dari klem pertama. Dengan menggunakan tangan kiri di
antara sela jari tengah tali pusat dipotong diantara kedua klem (Depkes RI, 2008,
p. 126).
SELANJUTNYA
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus
dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Pengenalan dan
pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting
untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang terinfeksi
umumnya merah dan bengkak mengeluarkan nanah, atau
berbau busuk. Jika pembengkakan terbatas pada daerah <1
cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali
pusat lokal atau terbatas. Bila disekitar tali pusat merah
dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen,
obati sebagai infeksi tali
pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007, p.165).
Memotong Tali Pusat
Dalam Asuhan Persalinan Normal (2008)
Memotong tali pusat dilakukan 2 menit setelah bayi lahir. Tali
pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding
perut atau pangkal pusat bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu.
Lakukan penjepitan kedua pada jarak 2 cm dari jepitan pertama.
Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan
gunting DTT .
Namun, adapun teori yang tetap membiarkan tali pusat tetap utuh dan
berdenyut serta plasenta tetap dalam keadaan terletak, darah bayi baru lahir
terus beredar, menunjang kesinambungan oksigenasi, perfusi dan koreksi pH
(Mercer & Skovgaard, 2002).
Mengidentifikasi adanya peningkatan volume darah bayi yang
bermakna. Ketika bayi dipertahankan dalam 1 menit maka 50% transfusi darah
berlangsung dan 100% dalam 3 menit . (Yao et al, 1969)
(Haselhort et al, 1930) yang dikutip dalam (Peltonen, 1981) mencatat bahwa
terjadi transfusi darah hingga 82% dalam 5 menit, dan lajunya menjadi tidak
terhitung lagi dalam 10 menit.
Tinjauan terhadap bukti-bukti menunjukkan bahwa penundaan
penjepitan tali pusat meningkatkan kadar hematokrit vena (Mercer, 2001).
Terjadi peningkatan drastis angka (hematokrit vena kurang dari 45%)
pada bayi baru lahir yang tali pusatnya dijepit terlalu cepat. Kadar bilirubin
plasma menjadi parameter hasil akhir yang lain, dan waktu penjepitan tali
pusat tidak mempengaruhi angka hiperbilirubinemia (Cernadas et al, 2006).
Selain itu, ada pasangan yang memilih melakukan kelahiran lotus,
yaitu membiarkan agar tali pusat tidak dipotong dan dibiarkan mengering
dan terpisah secara alami pada umbilikus bayi (Buckley, 2005)
WHO sejak tahun 2012 merekomendasikan
penundaan penjepitan tali pusat sebagai bagian dari
manajemen aktif kala III persalinan. Setidaknya 1-3
menit setelah kelahiran untuk semua bayi tanpa
memandang usia kehamilan atau berat badan janin dan
tidak direkomendasikan penjepitan tali pusat dengan
segera .
Studi literatur yang dilakukan oleh Andriati menyimpulkan bahwa penundaan
penjepitan tali pusat memiliki banyak efek positif, seperti :

• mencegah anemia pada bayi baru lahir, meningkatkan kadar hematokrit bayi,

• mengurangi perdarahan post partum pada ibu,

• mengoptimalkan penyaluran oksigen ke bayi,

• meningkatkan bounding attachment antara ibu dan bayi, serta dapat meningkatkan
pertumbuhan otak bayi.

Oleh karena itu keputusan untuk melakukan Lotus Birth serta dampak fisiologis
yang dapat terjadi karena Lotus Birth merupakan tanggungjawab dari klien yang telah
memilih dan membuat keputusan tersebut. Penundaan pemotongan tali pusat yang
dilakukan di RB Anny Rahardjo sebenarnya merupakan pilihan dari pasien sendiri setelah
mendapatkan penyuluhan dan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan. Hanya di
Rumah Bersalin tertentu saja yang menerapkan penundaan pemotongan tali pusat terhadap
pasien-pasiennya karena masih ada pro dan kontra terhadap tindakan ini sehingga belum
bias dibuat Standar Operasional Prosedur di Indonesia.
Untuk mengklem dan memotong tali pusat pada semua bayi tanpa memandang
usia kehamilan dan berat badan bayi. Dengan adanya Manajemen Aktif Kala III
diharapkan dapat mempercepat kelahiran plasenta sehingga dapat juga mengurangi
risiko perdarahan post partum. Akan tetapi manajemen fisiologis persalinan kala III yaitu
dengan penundaan pemotongan tali pusat atau membiarkan saja plasenta terlahir tanpa
intervensi juga memberikan keuntungan berupa adanya transfer darah dari plasenta
sekitar 80 – 100 ml pada 3 menit setelah bayi lahir, meningkatkan kadar hematokrit dan
bilirubin dan meningkatkan oksigen.
Penundaan Pemotongan Tali Pusat Terhadap Lama
IMD Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa
ibu bersalin dengan penundaan pemotongan tali pusat
akan melakukan Inisiasi Menyusu Dini selama 60 menit
sebanyak 42.2% dan tidak ada yang melakukan IMD
kurang dari 60 menit sedangkan ibu bersalin yang
segera dipotong tali pusatnya yang melakukan IMD
selama 60 menit sebanyak 57.8%
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai