Anda di halaman 1dari 14

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


2021

NEFROTIK
SINDROM
KELOMPOK VI
RIDEL JOSHUA EXCEL PAAT ( 191420102000)
JULITA SRIASTUTI KADALUAD (19142010015)

KEPERAWATAN ANAK II
(Ns. JULITA LEGI,S.Kep.,M.Kep)
NEFROTIK
SINDROM
DEFINISI
● Nefrotik sindrom adalah suatu penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Nefrotik sindrom pada anak biasanya
menyerang lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan
rasio perbandingan 2 : 1 dan insiden tertinggi pada umur 3 – 4 tahun (Arif Mansjoer,
2000).
● Sedangkan menurut Soeparman (1990), sesuai namanya, istilah sindrom nefrotik
merupakan kumpulan manifestasi klinis yang ditandai dengan proteinuria massif
lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2 luas permukaan badan per hari dan
hipoalbuminemia kurang dari 3 gram/mm dan berhubungan dengan kelainan
glomerolus akibat penyakit-penyakit tertentu atau tidak diketahui.
ETIOLO
GI
Penyebab nefrotik sindrom yang
pasti belum diketahui. Akhir-akhir
ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun, yaitu suatu
reaksi antigen antibody.

Secara umum, etiologi NS dibagi berdasarkan


klasifikasinya yaitu sebagai berikut :
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
3. Sindroma Nefrotik Idiopatik / Pmimer
4. Sesak nafas (hydrothorax, asites
5. Keluhan mual dan muntah, dinding perut sangat
tegang dan terjadi diare
PATOFISILO
GI
Kelainan yang terjadi pada sindrom Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih
nefrotik yang paling utama adalah dari 2 gram perhari yang terutama terdiri
proteinuria sedangkan yang lain dari albumin yang mengakibatkan
dianggap sebagai manifestasi hipoalbuminemia, pada umumnya edema
sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh muncul bila kadar albumin serum turun
karena kenaikan permeabilitas dinding dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema
kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui secara fisiologi tetapi
belum diketahui yang terkait dengan kemungkinan edema terjadi karena
hilannya muatan negative gliko protein penurunan tekanan onkotik/ osmotic
dalam dinding kapiler. Pada sindrom intravaskuler yang memungkinkan cairan
nefrotik keluarnya protein terdiri atas menembus keruang intertisial, hal ini
campuran albumin dan protein yang disebabkan oleh karena hipoalbuminemia.
sebelumnya terjadi filtrasi protein Keluarnya cairan keruang intertisial
didalam tubulus terlalu banyak akibat dari menyebabkan edema yang diakibatkan
kebocoran glomerolus dan akhirnya pergeseran cairan.
diekskresikan dalam urin. (Silvia A Price, 1995: 833).
(Husein A Latas, 2002 : 383).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan
total dan volume darah arteri menurun anti diuretic hormone akan mengaktifasi terjadinya
dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, hipertensi. Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol,
sehingga mengakibatkan penurunan volume trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang
intravaskuler yang mengakibatkan menurunnya disebabkan oleh hipoproteinemia yang merangsang
tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya
system rennin angiotensin yang akan katabolisme lemak yang menurun karena penurunan
meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat
juga akan mengakibatkan rangsangan pada menyebabkan arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002:
reseptor volume atrium yang akan merangsang 383).
peningkatan aldosteron yang merangsang
reabsorbsi natrium ditubulus distal dan
merangsang pelepasan hormone anti diuretic
yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus
kolektifus. Hal ini mengakibatkan peningkatan
volume plasma tetapi karena onkotik plasma
berkurang natrium dan air yang direabsorbsi
akan memperberat edema.
(Husein A Latas, 2002: 383).
PATHWAY
MANIFESTASI
KLINIS

Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom seperti influenza,


bengkak periorbital dan oliguria. Dalam beberapa hari, edema
semakin jelas dan menjadi anasarka. Keluhan jarang selain malaise
ringan dan nyeri akut. Dengan perpindahan volume plasma rongga
ketiga dapat terjadi syok. Bila edema berat dapat timbul dyspneu
akibat efusi pleura.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
. a.Urine (urine rutin dan Esbach)
b.Berat jenis urine menetap
c.Albuminuria
d.Eritrosit meningkat, leukosit hilang timbul
• Darah
a. Konsentrasi total serum protein menurun : albumin menurun (± 2 g/dl) plasma lipid meningkat
b. Serum kolesterol naik 450 – 1500 mg/dl
c. Hb dan Ht biasanya normal atau meningkat
d.Jumlah platelet meninggi (500.000 – 1000.000) : hemokonsentrasi
e. Konsentrasi serum sodium menurun ± 130 – 135 Meq/L
• USG abdomen
• Rontgen, Renogram
• Biopsi renal : Memberikan informasi tentang status glomerolus dan type dari NS serta respon dari obat.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN • Pengkajian system
• Keadaan umum
• Riwayat:  Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar
kepala, lingkar dada (terkait dgn edema ).
Identitas anak: nama, usia, alamat, telp,  Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas
tingkat pendidikan, dll. nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis,
Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah diaphoresis.
sebelumnya anak sakit seperti ini?  Sistem pernafasan : kaji pola bernafas,
Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit adakah wheezing atau ronki, retraksi dada,
anak yang sering dialami, imunisasi, cuping hidung.
hospitalisasi sebelumnya, alergi dan  Sistem persarafan : tingkat kesadaran,
pengobatan. tingkah laku ( mood, kemampuan
Pola kebiasaan sehari–hari : pola makan dan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn
minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi
aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi pergerakan dan fungsi pupil.
• Riwayat penyakit saat ini  Sistem gastrointestinal : auskultasi bising
keluhan utama usus, palpasi adanya hepatomegaly
alasan masuk rumah sakit splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji
faktor pencetus kebiasaan buang air besar.
 Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air
lamanya sakit
kecil, warna dan jumlahnya.
Pengkajian keluarga
● Anggota keluarga
● Pola komunikasi
● Pola interaksi
● Pendidikan dan pekerjaan
● Kebudayaan dan keyakinan
● Fungsi keluarga dan hubungan

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.


2. Resiko infeksi b/d terapi immunosuppresivedan hilangnya gama globulin.
3. Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
a. Tujuan : integritas kulit terjaga.
b. KH : Tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila disentuh.
c. Intervensi :
- Mengatur atau merubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi.
R/: untuk mencegah terjadinya penekanan terlalu lama dan terjadi decubitus
- Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur.
R/: untuk mencegah terjadainya resiko terinfeksi atau terkontaminasi
- Gunakan lotion bila kulit kering.
R/: memberikan kelembapan pada kulit
- Kaji area kulit : kemerahan, tenderness dan lecet.
R/: untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda peradangan pada kulit
- Support daerah yang edema dengan bantal.
R/: agar tidak terjadi penekanan
- Lakukan aktifitas fisik sesuai dengan kondisi anak.
R/: mencegah terjadinya cidera
INTERVENSI
KEPERAWATAN
2. Resiko infeksi b/d terapi imunosuppresive dan hilangnya gama globulin.
a. Tujuan : tidak terjadi infeksi
b. Kriteria hasil :
- Hasil laborat ( leukosit ) dbn
- Tanda- tanda vital stabil
- Tidak ada tanda- tanda infeksi
c. Intervensi :
- Mencuci tangan setiap akan kontak dengan anak
R/: mencegah terjadinya terkontaminasi
- Kaji tanda–tanda infeksi
R/: untuk merencanakan intervensi selanjutnya
- Monitor tanda–tanda vital
R/: mengetahui perkembangan dan keadaan umum klien.
- Monitor pemeriksaan laboratorium Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotik
R/: untuk menngetahui kadar atau nilai yang menandakan terjadinya infeksi, dan untuk mencegah
terjadinya infeksi.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
3. Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik
a. Tujuan : cairan tubuh seimbang
b. Kriteria hasil :
- Mukosa mulut lembab
- Tanda vital stabil
c. Intervensi :
- Monitor intake dan output ( pada anak < 1ml/kg/jam)
R/: untuk mengetahui batasan masukan yang masuk dan pengeluaran dari tubuh klien
- Monitor tanda-tanda vital
 
R/: untuk menegetahui perkembangan dan keadaan umum klien
- Monitor pemeriksaan laboratorium (elektrolit)
R/: untuk mengetahui status cairan yang dibutuhkan klien.
- Kaji membran mukosa mulut dan elastisitas turgor kulit
R/: untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya dehidrasi
- Kaji pengisian kembali kapiler (capilarry Refill)
R/: untuk mengetahui apakah ada kelaianan yang lain yang terjadi pada klien
TERIMA
KASIH KELOMPOK VI
RIDEL JOSHUA EXCEL PAAT
( 191420102000)
JULITA SRIASTUTI KADALUAD
(19142010015)
KEPERAWATAN ANAK II
(Ns. JULITA LEGI,S.Kep.,M.Kep)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
2021

Anda mungkin juga menyukai