Anda di halaman 1dari 16

PELUANG/PROBABILITAS

Di dalam kotak ada 25 buah kelereng:


Biru = B = 11 biji
Merah = M = 4 biji
Kuning = K = 6 biji
Hijau = H = 4 biji

P(B ) = Peluang/Probabilitas utk memperoleh


kelereng warna Biru
= 11/25 = 0,44
P(M) = 4/25 = 0,16
P(K ) = 6/25 = 0,24
P(H) = 4/25 = 0,16
CONTOH 1.
Hasil Pengujian 20 buah silinder beton adalah sbb :
(i) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Xi(Mpa) 15 25 21 29 22 24 25 27 30 31
(i) 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Xi(Mpa) 17 19 24 25 30 16 23 22 26 29

K1 adalah kejadian kuat desak beton yang lebih kecil 26 MPa


K2 adalah kejadian kuat desak beton yang terletak diantara 20 dan 29 MPa
K3 adalah kejadian kuat desak beton yang lebih besar dari 22 MPa
K4 adalah kejadian kuat desak beton yang lebih besar 28 MPa
Tentukan :
a)P(K1) ; P(K2) ; P(K3) ; P(K4)
b)P(K1∩K2) ; P(K2∩K3) ; P(K3∩K4)
c)P(K1UK2) ; P(K2UK3) ; P(K3UK4)
Contoh 2
Seorang traffic engineer mencatat jumlah kendaraan pada ruas jalan tertentu. Jumlah kendaraan
maksimum yang lewat pada ruas jalan tersebut adalah 12 kendaraan pada rentang waktu tertentu.
Gambarkan ruang sampel dan hitung probabilitas-probabilitas berikut:

(a). Pengamatan yang lebih kecil dari lima,


(b). Pengamatan yang lebih besar dari delapan.
(c). Pengamatan yang lebih besar 2 dan lebih kecil 9

(d). Pengamatan yang lebih kecil 8 atau lebih besar


PELUANG BERSYARAT

Peluang kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi dituliskan sebagai : P ( A/B) , sebagai
contoh : kolom dari suatu struktur runtuh jika pondasi bangunan tersebut runtuh. Artinya
keruntuhan kolom (K) tergantung pada keruntuhan pondasi (P), akan tetapi tidak sebaliknya.
Peluang bersyarat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

P A  B 
P A B  
P B 

Dengan catatan P(B) tidak sama dengan nol; sebab jika P(B) = 0 P(A/B) tak terdefinisikan.
A B P(AUB) = P(A) + P(B)

A B P(AUB) = P(A) + P(B)-P(A∩B)

A∩B
• Jika A tergantung secara statistic thd B, maka : P(A∩B) = P(A/B) . P(B),
P(AUB) = P(A) +P(B) –P(A/B).P(B)

• Jika A tidak bergantung secara statistik thd B, maka P(A/B) = P(A);


Maka : P(A∩B) = P(A) . P(B) atau bisa ditulis P(A.B); P(AUB) = P(A)
Contoh 3 +P(B) –P(A.B)
Sebuah bangunan akan runtuh jika pondasi atau kolom mengalami keruntuhan. Kemungkinan keruntuhan
kolom, P(K) = 0,005 dan kemungkinan keruntuhan pondasi P(P) = 0,004. Probabilitas kolom mengalami
keruntuhan jika pondasi runtuh adalah 70%. Tentukan probabilitas keruntuhan bangunan tersebut jika:
a)Keruntuhan kolom tidak tergantung secara statistik dg keruntuhan pondasi.
b)Keruntuhan kolom tergantung secara statistik dg keruntuhan pondasi.
P(AUBUC) = P{AU(BUC)}
= P(A)+P(BUC)- P{A∩(BUC)}
= P(A)+P(B)+P(C) –P(B∩C)- P{A∩[B + C - B∩C]}
= P(A)+P(B)+P(C) –P(B∩C)- {P(A∩B) + P(A∩C) - P(A∩B ∩C)}
= P(A)+P(B)+P(C) –[P(A∩B) +P(B∩C) + P(A∩C)] + P(A∩B ∩C)

JIKA A,B DAN C TIDAK BERGANTUNG SECARA STATISTIK:


P(AUBUC) = P(A)+P(B)+P(C) –[P(A.B) +P(B.C) + P(A.C)] + P(A.B .C)

JIKA A,B DAN C BERGANTUNG SECARA STATISTIK:


P(AUBUC) = P(A)+P(B)+P(C) –[P(A/B).P(B) +P(B/C).P(C) + P(C/A).
P(A)] + P(A/B).P(B). P(B/C). P(B/C).P(C) + P(C/A).P(A)
Contoh 4:
Dua buah pondasi dangkal X dan Y mendukung suatu bangunan. Setiap pondasi mungkin tidak
mengalami penurunan yang berarti tetap pada posisi semula atau mengalami penurunan.
Probabilitas terjadinya penurunan setiap pondasi adalah sama yaitu 0,15. Namun demikian,
kemungkinan satu pondasi mengalami penurunan dengan catatan pondasi yang lain juga
mengalami penurunan adalah 0,70. Hitung kemungkianan penurunan bangunan, jika:
a)Penurunan pondasi X bergantung pada penurunan pondasi Y
b)Penurunan pondasi X tidak bergantung pada penurunan pondasi Y
Contoh 5:
Sebuah pondasi untuk bangunan bertingkat kemungkinan mengalami kegagalan karena daya
dukung tanah dasar atau oleh penurunan yang terlalu besar. D dan S mempresentasikan moda
keruntuhan karena daya dukung (D) dan karena penurunan berlebih (S). Jika P(D) adalah
probabilitas pondasi gagal karena daya dukung = 0,0015 ; dan P(S) adalah probabilitas bahwa
pondasi gagal karena penurunan berlebih = 0,006, dan P(D/S) adalah probabilitas pondasi gagal
karena daya dukung dan penurunan berlebih tetap terjadi = 0,12; tentukan : (a). Probabilitas
kegagalan pondasi; (b). Probabilitas bahwa pondasi mengalami penurunan berlebih tetapi tidak
terjadi keruntuhan karena daya dukung tanah.
a Contoh 6:
Suatu kerangka sederhana tergambar menerima gaya F.
Peluang kegagalan batang a, b, dan c oleh gaya F tersebut
berturut-turut : 0,01 ; 0,02; dan 0,03. Kegagalan setiap
batang tersebut akan mengakibatkan kegagalan kerangka.
b
c F
Kemungkinan batang a gagal jika b gagal = 0,75; b gagal
jika c gagal = 0,45; c gagal jika a gagal = 0,60
Tentukan probabilitas kegagalan kerangka tersebut jika
a)Kegagalan setiap batang saling tergantung secara
statistika
b)Kegagalan setiap batang tidak saling tergantung secara
statistika
Contoh 7
Dua buah pondasi A dan B tergambar mendukung beban suatu
bangunan yang kemudian diteruskan ke tanah dasar.
Kemungkinan kegagalan tanah dasar di bawah pondasi A dan B
adalah 0,01 dan 0,015. Bangunan tersebut gagal jika pondasi A
atau pondasi B mengalami kegagalan. Tentukan probabilitas
kegagalan bangunan jika:
a.Kegagalan tanah dasar dibawah pondasi A tidak tergantung
pada kegagalan tanah dibawah pondasi B, atau sebaliknya.
b.Probabilitas pondasi A gagal, jika pondasi B adalah 45%.
A B c.Probabilitas pondasi B gagal, jika pondasi A adalah 60%.

Contoh 8
Kemungkinan kegagalan tanah dasar di bawah pondasi A , B
dan C adalah 0,01 dan 0,02 dan 0,03. Bangunan tersebut gagal
jika pondasi A atau B atau C mengalami kegagalan. P(A/B) =
0,6; P(A/C) = 0,45; P(B/C) = 0,70 atau sebaliknya. Tentukan
probabilitas kegagalan bangunan jika:
a)A ,B dan C tidak saling bergantung secara statistika
b)A, B dan C bergantung secara statstika
A B C
Matematika Peluang

a.Hukum Penjumlahan

Untuk setiap kejadian K pada ruang sampel S, maka probabilitas dapat dijelaskan
sebagai berikut:

P K   0 0 ≤P(K) ≤ 1

Probabilitas kejadian pasti pada ruang sampel S adalah :

P(S) = 1,0

Berpotongansecara
Untuk dua kejadian K1 dan K2 yang saling tidak bergantung satu sama lain , maka:
statistik

P  K1  K 2   P  K1   P  K 2 
PROBABILITAS TOTAL & TEOREMA BAYES
PROBABILITAS TOTAL
S
Kadang kala probabilitas suatu kejadian A tidak dapat ditentukan
secara langsung. Namun demikian, kejadiannya selalu diikuti oleh
A kejadian-kejadian lain K1, K2.......Kn, sehingga probabilitas kejadian
K1 K4 A akan tergantung pada kejadian Ki. Persoalan ini dapat
K2 K3 diselesaikan dengan teorema probabilitas total
S = Ruang Sampel
A = kejadian A di dalam ruang sampel S
Ki = Kejadian Ki di dalam ruang sampel S

(K1 U K2 U K3 U K4 ) =(S) (S∩A) = (A) = (A.S) = A. (K1 U K2 U K3 U K4 )


= AK1U AK2UAK3 UAK4, jika AKi tdk saling berpotongan
P(A) = P(AK1) + P(AK2) + P(AK3) + P(AK4)
= P(A/K1).P(K1) + P(A/K2).P(K2) +(A/K3).P(K3)+P(A/K4).P(K4)

PROBABILITAS TOTAL
TEOREMA BAYES
Teorema Bayes = Probabilitas Berkebalikan=Probabilitas Posterior

TEOREMA BAYES
Contoh:7
Beberapa proyek konstruksi di laksanakan oleh kontraktor-kontraktor baik kontraktor lokal maupun asing. Para ahli
teknik mengetahui berdasarkan pada pengalaman sebelumnya bahwa untuk memperoleh kualitas pekerjaan baik
dari kontraktor adalah 80% dan 20% untuk kualitas buruk. Untuk mengetahui kualitas konstruksi dilakukan
pengujian hammer test, dimana dilakukan pengujian nondestructive. Jika hasil dari pengujian tersebut > 25 Mpa,
diputuskan bahwa kualitas konstruksi adalah baik. Namun demikian diketahui bahwa hammer test tidak terlalu dapat
diandalkan. Probabilitas kualitas konstruksi baik yang lolos hammer test adalah 65% dan pada kualitas buruk yang
lolos hammer test 25%. Setelah proyek selesai, kontraktor setuju untuk dilakukan hammer test. Jika konstruksi lolos
pengujian, berapa probabilitas untuk memperoleh kualitas pekerjaan baik dari kontraktor?

Penyelesaian : dalam persoalan ini ada tiga kondisi yaitu :


B : kualitas pekerjaan bagus
J : kualitas pekerjaan buruk
L : pekerjaan konstruksi lolos hammer test.
P(B) = 0,80 P(J) = 0,20 P(L/B) = 0,65 P(L/J) = 0,25
Maka probabilitas untuk memperoleh kualitas konstruksi yang baik dari kontraktor adalah :

Hasil tersebut berarti bahwa ahli teknik dapat menggunakan probabilitas 0,91 untuk memperoleh kualitas pekerjaan baik
dari kontraktor, buruk 0,09. Pada waktu berikutnya, pada proyek lain dengan kontraktor yang sama dan pekerjaan
tersebut lolos hammer test, maka diperoleh:

P(J/L)=…..????
Contoh :8
Beberapa contoh tanah yang ada di tempat penyimpanan sampel memiliki kuat geser tinggi, sedang dan rendah . Untuk
meyakinkan dilakukan 3 jenis pengujian geser yaitu: triaksial, geser langsung dan tekan bebas, dengan probabilitas
berturut-turut : 60%, 25% dan 15%. Probabilitas tanah memiliki kuat geser tinggi ,sedang dan rendah jika tanah tersebut
diuji dengan triaksial adalah 70% , 20%, dan 10%.Untuk pengujian geser langsung probabiltasnya 60% 30%, dan 10%
sedangkan untuk pengujan tekan bebas 55% 30%, dan 10%.
a.Jika tanah memiliki kuat geser rendah, berapa probabilitasnya tanah tersebut diuji dengan triaksial, geser langsung dan
tekan bebas?
b.Jika tanah memiliki kuat geser sedang, berapa probabilitasnya tanah tersebut diuji dengan triaksial, geser langsung
dan tekan bebas?
c.Jika tanah memiliki kuat geser tinggi, berapa probabilitasnya tanah tersebut diuji dengan triaksial, geser langsung dan
tekan bebas?

Penyelesaian:
T : tinggi S: sedang R: rendah
TX : triaksial P(TX) = 0,60 P(T/TX) = 0,70 P(S/TX) = 0,20
P(R/TX) = 0,10
GL : geser langsung P(GL) = 0,25 P(T/GL) = 0,60 P(S/GL) = 0,25
P(R/GL) = 0,15
TB : tekan bebas P(TB) = 0,15 P(T/TB) = 0,55 P(S/TB) = 0,30
P(R/TB) = 0,15
a.P(TX/R), P(GL/R), dan P(TB/R).

b.P(TX/S), P(GL/S), dan P(TB/S).


c.P(TX/T), P(GL/T), dan P(TB/T).

Anda mungkin juga menyukai