Anda di halaman 1dari 20

Keterkaitan Manusia

dengan Pendidikan
Kelompok 4
• Aldila Rizky Sakila (1405621044)
• Clarissa Rizki Safira (1405621076)
• Puji Hanifah (1405621054)
• Salsabila Khairunnisa (1405621007)
• Shabrina Alifia Nadhira (1405621006)
• Manusia sangat erat hubungannya dengan kebudayaan dan pendidikan
• “ Education as Cultural Conservation”.
• Pendidikan harus didasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia.
• Kebudayaan adalah esensial yang mampu mengemban hari kini dan masa
depan umat manusia ( Mohammad Noor Syam, 1984 ).
• Pendidikan merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup
dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan nilai
– nilai budaya bagi kehidupan manusia.
Esensi Manusia dari Berbagai Prespektif
Eksistensialisme
• Eksistensialisme secara etimologi / bahasa berasal dari kata eksistensi yang
dalam bahasa Latin adalah existere (ex: keluar, dan sistere: tampil, muncul)
yang berarti ada, muncul, atau memiliki keberadaan aktual.
• Perbedaan antara eksistensi dan esensi, yaitu: Eksistensi =
nampak atau keadaan yang aktual, terjadi dalam ruang dan waktu
Esensi = tidak nampak =
hakikat sesuatu
• Eksistensialisme, secara terminologi/istilah ialah aliran filsafat yang
memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi,atau tentang
adanya sesuatu,
• Eksistensi ini mempunyai arti yang lebih khusus, yaitu cara manusia berada
di dalam dunia, di mana cara berada manusia berbeda dengan cara berada
benda-benda.
Psikoanalitik

Psikoanalitik merupakan perspektif yang berusaha menjelaskan tentang hakikat dan


perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang ada di dalamnya mencakup aspek-
aspek internal seperti motivasi dan emosi.

Psikoanalitik menurut kaum psikoanalitik tradisional (Hansen, Stefic, dan Warner)


Manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Artinya, seorang individu tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri karena
tingkah lakunya dikontrol oleh kekuatan psikologis yang ada pada dirinya. Hal tersebut
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
Psikoanalitik menurut Sigmund Freud
Struktur kepribadian seseorang terdiri atas tiga komponen, yaitu :
1. Id : Sumber segala energi psikis, sehingga menjadi komponen utama
kepribadian yang bersifat naluriah dan primitif. Id didorong oleh prinsip
kesenangan yang berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
individu.
2. Ego : Berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat
dinyatakan dengan cara yang dapat diterima di dunia nyata. Ego bekerja
berdasarkan prinsip realitas.
3. Super ego : Tumbuh berkat interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Super ego berfungsi untuk mengawasi agar tingkah laku
seseorang sesuai dengan norma dan adat istiadat yang ada dalam
masyarakat.
Humanistik
 Pusat perhatian teori humanistik adalah pada makna kehidupan, hal ini
dalam psikologi humanistik disebut sebagai homo ludens, yaitu
manusia yang mengerti makna kehidupan. Setiap manusia hidup dalam
dunia pengalaman yang bersifat pribadi (unik) dan kehidupannya
berpusat pada dirinya.
 Perspektif humanistik menolak pandangan Freud bahwa manusia pada
dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan, dan tidak memiliki
kontrol terhadap “nasib” dirinya sendiri. Carl Rogers berpendapat
bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, manusia itu rasional, oleh
karena itu dalam berbagai hal ia dapat menentukan nasibnya sendiri.
Dalam pandangan Maslow, manusia memiliki lima jenjang kebutuhan dasar yang disusun secara
bertingkat dengan menentukan kebutuhan mana yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan lainnya:
• Kebutuhan fisiologis (survival fisiologis): Ini merupakan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi. Manusia akan
mengabaikan atau menekan dulu kebutuhan lainnya, sebelum kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan
fisiologis merupakan kebutuhan yang dapat terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi.
• Kebutuhan akan rasa aman (security needs): Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan akan stabilitas, perlindungan
dan terbebas dari berbagai ancaman (bencana, bahaya, pembunuhan, perang, dll). Berbeda dengan kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman tidak dapat dipenuhi secara penuh. Misalnya orang tidak dapat sepenuhnya
dilindungi dari ancaman bencana atau ancaman lainnya.
• Kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (belonging and love needs): Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
diterima pada komunitas sosialnya. Bentuk dari kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan bersahabat,
kebutuhan untuk memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.
• Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs): Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk menghargai orang lain,
kebutuhan akan apresiasi dan pengakuan dari orang lain atas prestasinya.
• Kebutuhan aktualiasi diri (self actualization needs): Kebutuhan terakhir manusia akan kebutuhan untuk
menunjukkan dirinya pada orang lain.
Behaviouristik
 Behavioristik adalah aliran psikologi yang menekankan teorinya pada
perubahan tingkah laku manusia.
 Manusia dari perspektif behavioristik adalah berarti manusia dilihat dari
perubahan tingkah lakunya.
 Aliran ini dipelopori oleh John Millar, BF. Skinner dan Neal E Miller. Mazhab
behavioristik berkeyakinan bahwa tingkah laku individu yang mudah berubah,
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
 Seiring dengan perkembangannya, mazhab ini banyak menyumbangkan teori-
teori modifikasi perilaku, termasuk teori-teori tentang belajar.
 Menurut pandangan mazhab ini perilaku manusia tidak lebih dari respon
terhadap stimulus yang ia terima (teori S-R, teori awal aliran ini), respon-
respon yang ditampilkan oleh manusia juga ikut dipengaruhi oleh penguatan
(reinforcement) yang ia terima dari lingkungan. Pendek kata, dalam pandangan
mazhab ini tingkah laku manusia sangat mungkin untuk diprediksi dan
dimodifikasi.
Pancasila
Pancasila merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia yang diyakini sebagai norma
dan nilai hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup, Pancasila menjadi dasar
bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia agar bisa mencapai tujuan
hidupnya. Esensi manusia dari prespektif ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
• Monodualistik dan Monopluralistik
• Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
• Integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan
Nilai-nilai Pancasila

Sila Pertama Sila Kedua Sila Ketiga


• Percaya pada Tuhan Yang Maha • Mengembangkan sikap tenggang • Rela berkorban demi
Esa rasa kepentingan bangsa
• Saling menghormati antar • Tidak semena-mena terhadap • Menempatkan kepentingan
pemeluk agama orang lain bersama diatas kepentingan
• Tidak memaksakan suatu agama • Menjunjung tinggi nilai pribadi
pada orang lain kemanusiaan

Sila Keempat Sila Kelima


• Musyawarah untuk mencapai • Menjaga keseimbangan
mufakat antara hak dan kewajiban
• Tidak memaksakan kehendak • Suka menolong orang lain
kepada orang lain • Bersikap adil terhadap
• Bertanggung jawab pada semua orang
keputusan yang diambil
Dimensi-dimensi Esensi Manusia
Individu manusia yang sejak lahir dibekali dengan
hakikat manusia untuk pengembangan diri dan
kehidupan selanjutnya, ia dilengkapi dengan
dimensi-dimensi kemanusiaan yang melekat
pada diri individu itu. (Agus Suprijono, 2009).
Dimensi-dimensi itu adalah sebagai berikut.
Manusia Sebagai Makhluk
Filosofis
Manusia menurut Socrates adalah makhluk yang selalu ingin tahu tentang
segala sesuatu. Kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri
lebih dahulu jika ingin mengetahui hal-hal di luar dirinya. Manusia
sebagai makhluk filosofis berarti manusia tidak pernah berhenti berpikir,
mampu berilmu pengetahuan melalui pemikiran berulang-ulang,
mendasar, komprehensif tentang sesuatu yang sudah diketahui/belum.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa hal ini dikarenakan
manusia telah dikaruniai dengan akal rasional yang membedakannya
dengan hewan.
Manusia Sebagai Makhluk Individual
Manusia sebagai makhluk individual berarti manusia sebagai kesatuan
yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan yang memiliki
konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan secara mandiri. Sebagai
makhluk individual, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai
dari kesadaran pribadi, di antaranya kesadaran diri di antara realita, self-
respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan
persamaan dengan pribadi lain, dan khususnya kesadaran akan potensi-
potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realization.
Manusia Sebagai Makhluk
Sosial
 Sekalipun manusia merupakan makhluk individu, tetapi ia tidak dapat hidup
sendiri tanpa manusia lain. Manusia tidak seperti hewan yang beberapa saat
setelah dilahirkan ke dunia ataupun setelah menetas mampu bertahan hidup
sendiri. Oleh karena itu, manusia merupakan makhluk sosial yang hidupnya
memiliki keterpautan dengan sesamanya.
 Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu
menempati kedudukan (status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya
masing-masing, namun demikian sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama
dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Melalui hidup dengan
sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya.
 Manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialitas, artinya setiap individu
mempunyai kemungkinan untuk dapat bergaul, yang di dalamnya ada kesediaan
untuk memberi dan menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkannya secara seorang diri.
Manusia Sebagai Makhluk Susila
Dritarkara mengatakan bahwa manusia susila adalah manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan mewujudkan dalam perbuatan.
Kandungan dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral. Penilaian yang
dibuat oleh sekelompok individu tentang sesuatu yang sangat penting
untuk kehidupan bersama sering kali ditetapkan sebagai standar baku
(Slameto,2010). Standar baku inilah yang selanjutnya dijadikan patokan
untuk menetapkan boleh tidaknya sesuatu hal dilakukan oleh individu
(terutama individu yang berada di dalam kelompok yang dimaksud).
Standar baku tersebut, biasa juga disebut moral. Individu dalam
kelompok yang bersangkutan harus mengikuti ketentuan moral tersebut.
Sumber moral adalah agama, adat, hukum ilmu, dan kebiasaan. Masalah
kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-
nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia, mengandung
makna kebaikan, keluhuran kemuliaan dan dijadikan pedoman hidup.
Manusia Sebagai Makhluk Beragama
Beragama merupakan kebutuhan manusia, karena manusia memerlukan tempat
bertopang demi keberlangsungan hidupnya. Dalam dimensi ini terkandung
pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki kecenderungan dan
kemampuan untuk mempercayai adanya Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa
serta mematuhi segenap aturan dan perintah-Nya.
Dalam rangka mengembangkan kehidupan manusia sebagai makhluk beragama,
pendidikan agama perlu diberikan kepada anak sejak dini. Pihak yang berperan
untuk mengajarkan pendidikan agama ini adalah orang tua dan lembaga
pendidikan formal.
Terima Kasih
Sumber:
Syawal, H., & Helaluddin, H. (2018). Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya Dalam
Pendidikan.

Azmi, S. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan Merupakan Salah Satu Pengejawantahan


Dimensi Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila, dan Makhluk
Religi. Likhitaprajna, 18(1), 77-86.

https://www.slideshare.net/liaoktafiani80/pandangan-psikoanalitik-tentang-hakikat-manusia

https://www.kompasiana.com/dickyenric/552ba19f6ea83424408b4582/teori-sigmund-freud-id
-ego-superego

https://onlinelearning.unj.ac.id/course/view.php?id=3899

Anda mungkin juga menyukai