Anda di halaman 1dari 25

 Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional telah melakukan

berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu pasca


salin, usaha tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan
oleh organisasi internasional misalnya program menciptakan
kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer program) yang
dilaksanakan oleh WHO (World Health Organisation), atau program
Gerakan Sayang Ibu (Safe Motherhood Program) yang dilaksanakan
oleh Indonesia
 Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu
indikator dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat.

 Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi


dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti
Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup,
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS,
2003).
 Berdasarkan SDKI 2007 Indonesia telah berhasil
menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390/100.000
kelahiran hidup (1992) menjadi 334/100.000
kelahiran hidup (1997). Selanjutnya turun menjadi
228/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2008).
 Meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa
tahun terakhir akan tetapi penurunan tersebut masih
sangat lambat
 Angka Kematian Ibu di Indonesia bervariasi,
Provinsi dengan Angka Kematian Ibu terendah
adalah DKI Jakarta dan tertinggi adalah Provinsi
Nusa Tenggara Barat (Profil Kesehatan 2009).
 Penyebab kematian ibu yang paling umum di
Indonesia adalah penyebab obstetri langsung
yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24
%, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak
langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain –
lain 11 % (WHO, 2007).
 Menurut definisi WHO “ kematian maternal ialah
kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam
42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh
sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan
 Angka kematian maternal ( maternal mortality
rate ) ialah jumlah kematian maternal
diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000
kelahitan hidup, kini di beberapa Negara
terhadap 100.000 kelahiran hidup.
 Adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
dengan menurunkan angka kematian ibu

 Dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat


dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam
upaya integrative dan sinergis.
 Pendidikan ibu yang masih rendah
 Sosial ekonomi rendah
 Sosial budaya
 Status gizi yang rendah,
 Prevalensi anemi ibu hamil yang tinggi,
 Kondisi ‘’4 terlalu’’ : terlalu muda saat hamil, terlalu
tua saat hamil, terlalu banyak anak, terlalu dekat usia
kelahiran,
 Kondisi geografis
Pertama
 Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat
bersama dengan pemerintah.
Kedua  
 Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan perbaikan
kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga
 Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.
 GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat
untuk aktif terlibat dalam kegiatan seperti
membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor
darah serta ambulan desa.
 Untuk mendukung GSI, dikembangkan juga
program suami SIAGA dimana suami sudah
menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan,
siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan
tempt persalinan serta siap menjaga dan
menunggui saat istri
 Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak
melalui upaya penurunan angka kematian ibu dan
bayi.
 Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
suami istri dan masyarakat mengenai hak-hak
Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.
 Menghilagkan hambatan-hambatan yang
mempengaruhi upaya peningkatan kualitas hidup
perempuan.
 Peningkatan peranan organisasi masyarakat
dalam GSI
 Peningkatan pengetahuan dan pemahaman
mengenai GSI
 Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan
 Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan
organisasi nasional yang misinya adalah
mempromosikan kesempurnaan model asuhan
persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelahiran
serta menghemat biaya.
 Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah
sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa
yang harus diikuti agar supaya bisa mendapatkan
predikat “sayang ibu”.
 Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang
melahirkan untuk mendapatkan seseorang yang akan menemani
(suami,anak-anak,teman) menurut pilihannya

 Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek


tersebut, intervensi dan hasil asuhannya.

 Memberikan asuhan yang sifatnya peka dan responsive bertalian


dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat yang dianut ibu.

 Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk


berjalan-jalan, bergerak kemanapun ia suka
 Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas
untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan
(yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan
sebelumnya rujukan sudah terjadi, dan
menghubungkan ibu dengan nara sumber
masyarakat yang mungkin ia perlukan, misalnya
konseling pemberian ASI/keluarga berencana.

 Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan


prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah
tentang manfaatnya
 Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda
meringankan rasa nyeri tanpa penggunaan obat-obatan.

 Mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk


mereka yang bayinya sakit dan kurang bulan, agar
mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh
bayinya sendiri sedapat mungkin.
 Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru
lahir jika bukan karena kewajiban agama.
 Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-
UNICEF mengeni “Sepuluh Langkah Sayang
Bayi Prakarsa RS” untuk mempromosikan
pemberia ASI yang baik.
 Di Puskesmas tempat saya PBL, yaitu Puskesmas
JalanCagak kabupaten Subang, Gerakan Sayang
Ibu telah terlaksana dengan cukup baik namun
banyak hal yang perlu ditingkatkan kembali. Hal
ini dapat dilihat dari tingkat kematian ibu akibat
melahirkan yang cukup rendah. Dilaporkan dari
bulan Januari hingga Mei 2013 didapatkan 1
kematian ibu akibat penyakit jantung dan 5
kematian neonatal akibat BBLR dari total 342
kelahiran hingga bulan mei
 Dari data diatas dapat kita lihat, pada bulan Mei
2013 didapatkan estimasi ibu bersalin yaitu 930
orang, dengan jumlah ibu bersalin bulan ini yaitu 14
orang dari jumlah kumulatif 342 orang (Januari
hingga Mei) yang semuanya ditolong oleh tenaga
kesehatan baik bidan ataupun dokter, didapatkan
juga persalinan kemitraan sebanyak 62 orang dari
jumlah kumulatif 267 orang (Januari hingga Mei)
dan 0 orang yang persalinannya ditolong selain oleh
tenaga kesehatan / paraji
 Masih terdapat sekitar 2 % ibu yang mengalami
anemia dalam kehamilan di wilayah kerja puskesmas
JalanCagak. Untuk fasilitas kesehatan puskesmas
JalanCagak sudah cukup memadai, tersedia juga 2
ambulans untuk kemudahan merujuk ke Rumah
Sakit besar di Subang dan rata-rata pembiayaan
persalinan menggunakan sistem jampersal dan bukan
tabulin.
  
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang
mengembangkan kualitas perempuan dengan
menurunkan angka kematian ibu yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan
masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber
daya manusia dengan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam
upaya integrative dan sinergis

Anda mungkin juga menyukai