Anda di halaman 1dari 34

Hipoksia Janin

Pengampu: dr. Ditha Adriana, Sp.OG


Anggota kelompok

Dzikri Fadhilah 31032010038


Ramsyifa Virzanisda 31032010059
Irgie Catur Ryansyah 31032010085
Aldena Cinka 31032010017
Dian Utami 31032010033
Sarifa 31032010093
Sri Indah Kemala 31032010095
Erisa Putri 31032010040
Annisa Fitri Cahyarini 31032010023
Puteri Qatrunnada 30001400157
Oksigenasi Janin
● Oksigenasi pada janin dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Aliran darah arteri uterine
Aliran darah melalui pembuluh-pembuluh darah intramural akan berkurang atau berhenti
sama sekali selama kontraksi uterus. Bila kontraksi terlalu sering, berkurangnya waktu
pemulihan antar kontaraksi akan menimbulkan kondisi hipoksia pada janin.
- Transfer gas melalui plasenta
Dalam kondisi normal terdapat perbedaan tekanan okesigen yang besar antara sisi maternal
(pO2: 100-120 mmHg) dengan sisi fetal (Po2:20-30 mmHg). Pada persalinan normal, janin
mengkonsumsi 5 ml O2/kg/menit, janin memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap
perubahan tekanan o2 lingkungan yang rendah, karena afiditas hemoglobin fetus(HbF) yang
cukup tinggi terhadap oksigen.

Lira, W. Fetal Hipoksia.2019. Available from: https://id.scribd.com/presentation/406139210/Fetal-Hipoksia


- Sirkulasi darah janin
Darah yang datang dari plasenta melalui v. umbilikalis hampir seluruhnya masuk ke
ductus venosus , dari atrium kanan melewati foramen ovale untuk masuk ke atrium
kiri, untuk kemudian dipompakan oleh ventrikel kiri ke arcus aorta dan pembuluh-
pembuluh leher dan kepala. Arcus aorta dan carotid bodies yang memiliki
kemoreseptor, sensitive terhadap perubahan kadar oksigen dalam darah yang
berasal dari plasenta, dan janin memberikan respons kardiovaskuler terhadap
kondisi tersebut.
- Cardiac ouput janin
Cardiac output janin lebih kurang 230 ml/kg/menit. Vasokontriksi yang lama
menyebabkan iskemia pada paru, ginjal dan usus, yang dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan begitu janin dilahirkan, terutama pada bayi premature
(respiratory distress syndrome, necrotizing enteritis, renal insufficiency) yang
akhirnya terjadi metabolism anaerob dan menimbulkan asidosis.

Lira, W. Fetal Hipoksia.2019. Available from: https://id.scribd.com/presentation/406139210/Fetal-Hipoksia


Definisi
Hipoksia janin adalah keadaan
rendahnya kadar O2 dan
meningkatnya kadar CO2 dalam
darah janin.

Wiknjosastro, H., Saifudin, A.B., Rachimhadhi, T.,


dalam: Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ketiga.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2016.
Epidemiologi
● Insiden asfiksia perinatal adalah dua per 1000 kelahiran di negara maju, tetapi angka ini mencapai
10 kali lebih tinggi di negara berkembang di mana mungkin ada akses terbatas ke perawatan ibu
dan bayi.
● Dari bayi-bayi yang terkena, 15-20% meninggal pada periode neonatal, dan hingga 25% dari yang
selamat mengalami defisit neurologis permanen.
ETIOLOGI
● Kontraksi
- Pengencangan otot uterus secara involunter untuk melahirkan bayi.
- kontraksi secara langsung dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan dapat
mengkompresi tali pusat sehingga penyaluran nutrisi terganggu.

Dapat terjadi pada keadaan :


1. Persalinan yang lama (kala II lama)
2. Penggunaan oksitosin
3. Uterus yang hipertonik (otot-otot terlalu tegang dan tidak dapat berkontraksi
ritmis dengan benar)

Lira, W. Fetal Hipoksia.2019. Available from: https://id.scribd.com/presentation/406139210/Fetal-Hipoksia


ETIOLOGI
● Maternal : Hipotensi→ darah ibu menurun selama persalinan, jumlah aliran
darah ke fetus akan berkurang. Anemia maternal
● Tali Pusat : Kompresi tali pusat, Simpul mati, lilitan tali pusat
● Plasenta : degenerasi vasskular, Solusio plasenta
● Janin : Infeksi, anemia janin, perdarahan

Lira, W. Fetal Hipoksia.2019. Available from: https://id.scribd.com/presentation/406139210/Fetal-Hipoksia


Faktor Risiko
● Wanita hamil usia > 35 tahun
Wanita dengan riwayat:
● Bayi lahir mati
● Pertumbuhan janin terhambat
● Oligohidramnion atau polihidramnion
● Kehamilan ganda/gemelli
● Inkompabilitas rhesus
● Hipertensi
● Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya
● Berkurangnya gerakan janin
● Kehamilan serotinus
KLASIFIKASI

Hipoksia Intrauterin

Hipoksia Pre-plasenta

Hipoksia Utero-plasenta

Hipoksia Post-plasenta
KLASIFIKASI
Hipoksia Preplasenta

● Ibu dan janin akan mengalami hipoksia.


● Hal utama yang menyebabkan hipoksia preplasenta adalah lingkungan hipoksik dan
juga penyakit-penyakit maternal yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit
kardiavaskular, penyakit paru kronik, kelainan darah maternal, infeksi pernafasan akut.
● Membatasi pengambilan oksigen maternal
● Mengurangi transfer oksigen ke fetus dan terjadilah hipoksia ini dapat meningkatkan
resiko kehamilan yang tidak diinginkan saat kehamilan.

Hutter, D., Kingdom, J., & Jaeggi, E. (2010). Causes and Mechanisms of Intrauterine Hypoxia and Its Impact on the Fetal Cardiovascular System : A Review.
2010. https://doi.org/10.1155/2010/401323
KLASIFIKASI
Hipoksia Uteroplasenta

● Oksigenasi ibu normal, namun sirkulasi uteroplasenta terganggu.


● Hipoksia utero-plasenta berkaitan dengan keadaan abnormal implantasi plasenta pada
awal kehamilan dan gangguan vaskular placental pada kehamilan.
● Abnormalitas dari implantasi plasenta merupakan temuan umum selama kehamilan
keadaan ini dapat dipersulit dengan adanya IUGR, hipertensi gestasional, dan pre-
eklamsia.
● Peningkatan risiko untuk ibu dan janin mengembangkan penyakit kardiovaskular
dikemudian hari.

Hutter, D., Kingdom, J., & Jaeggi, E. (2010). Causes and Mechanisms of Intrauterine Hypoxia and Its Impact on the Fetal Cardiovascular System : A Review.
2010. https://doi.org/10.1155/2010/401323
KLASIFIKASI
Hipoksia Postplasenta

● Hanya janin yang mengalami hipoksia


● Berkurangnya aliran arteri uterina (contohnya : terjadi kompresi mekanis, ruptur, dan
oklusi trombotik),
● Gagal jantung janin progresif (contoh : blok jantung kongenital lengkap, malformasi
jantung kongenital kompleks)
● faktor genetik.

Hutter, D., Kingdom, J., & Jaeggi, E. (2010). Causes and Mechanisms of Intrauterine Hypoxia and Its Impact on the Fetal Cardiovascular System : A Review.
2010. https://doi.org/10.1155/2010/401323
PATOFISIOLOGI
● Janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan konsumsi oksigen per gram berat
badan sama dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.
● Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut oksigen pada
janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
● Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat
hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi
hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan menerima penyaluran
darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer.

Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008
PATOFISIOLOGI

01 02 03
PRE-PLACENTAL UTEROPLASENTAL POST PLASENTAL
Keadaan dimana ibu Sirkulasi uteroplasental Terjadi hanya pada
dan janin akan yang melemah janin yang mengalami
mengalami hipoksia hipoksia

Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008
PATOFISIOLOGI

Astuti, Hutari Puji. 2012. Buku Ajar


Asuhan Kebidanan Ibu l
(Kehamilan). Yogyakarta: Rohima
Press
Manifestasi Klinik
● DJJ abnormal
● DJJ <100x/menit diluar kontraksi
● DJJ >160x/menit dan ibu tidak mengalami takikardi
● DJJ iregular: kadang ditemukan DJJ >180x/menit disertai takikardi ibu. Merupakan
reaksi terhadapt: demam pada ibu, obat yang menyebabkan takikardi, dan aminionitis
● Mekonium kental berwarna hijau pada air ketuban
● Asidosis pada janin → diperiksa dengan mengambil sample darah janin (FBS)

Ajah LO, Ibekwe PC, Onu FA, Onwe OE, Ezeonu TC, Omeje I. Evaluation of Clinical Diagnosis of Fetal Distress and Perinatal Outcome in a Low Resource
Nigerian Setting. J Clin Diagn Res. 2016;10(4):QC08-QC11. doi:10.7860/JCDR/2016/17274.7687
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Anamnesis

● Menggali dan menanyakan faktor risiko KPD.


● Cari penyebab DJJ yang abnormal. Misalnya : ibu demam, atau efek
obat tertentu
● Menanyakan:
- Waktu pecah ketuban
- Tanda dan gejala infeksi
- Jumlah cairan yang keluar
- Warna cairan
- Bau cairan
- Hubungan seksual terakhir

Kemenkes RI. Praktik Klinik Kebidanan III. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016
PEMANTAUAN
DENYUT JANTUNG
JANIN (DJJ)
Pemeriksaan Fisik ● Pada janin yang aktif akan diikuti
peningkatan DJJ
● Bila janin kurang baik
pergerakannya maka tidak diikuti
SURVEILANS ANTENATAL JANIN
● Penting untuk mendeteksi oleh peningkatan frekuensi DJJ
tanda-tanda hipoksia yang
berkembang dan aktivasi PEMANTAUAN GERAKAN
mekanisme adaptasi pada JANIN
tahap awal ● Secara subyektif (normal rata-rata 7
kali/20 menit)
● Secara obyektif dengan tokografi
(normal rata-rata 10 kali/20 menit)
● Dapat dilihat juga menggunakan
Seikku L. Biomarkers of intrauterine hypoxia and perinatal asphyxia, and gestational
age as predictors of neonatal outcome. Helsinki: University of Helsinki & Helsinki
USG
University Hospital; 2020.
Pemeriksaan penunjang
USG
→ Ultrasonografi membantu mendeteksi janin yang rentan. Tujuan
ultrasonografi adalah :
● Untuk mendapatkan usia kehamilan yang akurat, untuk mendiagnosis kehamilan ganda, dan
untuk mendeteksi anomali janin
● Untuk memantau pertumbuhan janin dan untuk mendeteksi small for gestational age (SGA)
dan fetal growth restriction (FGR) pada janin yang mungkin lebih rentan terhadap
efekmerusak dari hipoksia janin
● Penting untuk mendeteksi janin yang tidak mencapai potensi
pertumbuhannya, karena janin ini berisiko tinggi mengalami hipoksia,
asidosis, dan kematian
USG
● Profil pematangan sistem saraf dinilai dengan biophysical profile score (BPS).
Ini adalah pemeriksaan aktivitas janin dengan USG yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi gerakan janin, tonus, volum cairan ketuban, pernapasan, dan
aktivitas detak jantung
● Penilaian didasarkan pada skala 10 poin dengan skor yang dianggap baik antara 8
atau 10. Skor 6/10 dengan cairan normal dianggap samar-samar (equivocal) dan
skor 6/10 dengan volume cairan ketuban abnormal dianggap abnormal. Skor yang
<6 dianggap abnormal dan persalinan harusdipertimbangkan
● Amniotic fluid index (AFI) telah dikembangkan untuk membakukan penilaiankecukupan
volume cairan ketuban. Indeks ini diperoleh dengan menghitung jumlahkantong cairan
ketuban terdalam di masing-masing dari empat kuadran uterus.
● Selama trimester ketiga, cairan ketuban normal berkorelasi dengan AFI 10-20 cm. Nilai
garis batas adalah 5–10 cm untuk penurunan cairan dan 20–24 cm untuk
peningkatankedalaman fluida. Kurang dari 5 cm disebut oligohidramnion, dan lebih dari 25
cm disebut polihidramnion.
● Teknik lainnya adalah pengukuran kantung utama secara vertical, yang normal adalah 2
cm sampai 8 cm (kurang dari 2 cm adalah oligohidramnion, lebih dari 8 cm
adalahpolihidramnion).
Ultrasonografi Doppler

● Pembentukan vili yang abnormal atau oklusi vaskular progresif dapat diukur
dengan peningkatan bentuk gelombang Doppler arteri umbilikalis janin (UmbA),
yang menunjukkan peningkatan resistensi vaskular.
● Aliran akhir diastolik yang tidak ada atau terbalik di UmbA merupakan indikasi
dari ±60% pembuluh darah vili yang abnormal.
● Derajat hipoksia dan asidemia sebanding dengan tingkat keparahan kelainan
UmbA Doppler.
● Bentuk gelombang ultrasonografi Doppler dari ductus venosus (DV) dan vena
umbilical (UmbV) dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan preload
jantung yang terkait dengan hipoksia intrauterin.
● Kegagalan untuk mempertahankan preload jantung yang sesuai
dapatdiidentifikasi dengan tidak adanya atau pembalikan dari aliran ke
depanselama sistol atrium dalam bentuk gelombang Doppler DV atau UmbV.
● Bentuk gelombang pulsatil di UmbV atau aliran balik di DV adalah
tandaprognostik yang buruk dan berkorelasi dengan asidemia pada kelahiran dan
kematian perinatal.
CTG

● ◻ Cardiotocography (CTG) adalah pencatatan (-grafi) dari detak jantungjanin


(cardio-) dan kontraksi uterus (-toco-). Perekaman dilakukan
denganmenggunakan dua transduser terpisah, satu untuk mengukur detak
jantungjanin dan yang lainnya untuk mengukur kontraksi uterus.
● ◻ Hasil CTG menunjukkan dua garis: bagian atas menunjukkan detak
jantungjanin dalam detak per menit; bagian bawah adalah rekaman
kontraksiuterus.
Tatalaksana
● Resusitasi Intra Uterin (selama 15 menit untuk dievaluasi ulang, sambil mempersiapkan tindakan
definitif) → memiringkan ibu pada salah satu sisi untuk mengurangi tekanan rahim pada
pembuluh vena besar yang dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan janin
● Lakukan pemeriksaan vagina untuk melihat adanya kelainan pada tali pusat seperti prolaps atau
kompresi tali pusat. Tatalaksana → pembebasan tali pusat
● Meningkatkan arus darah uterus dengan cara
1. Menghindari tidur terlentang
2. Mengurangi kontraksi uterus (bila hipertonus atau hiperstimulasi)
3. Pemberian cairan parenteral: kristaloid 30 gtt / menit
● Meningkatkan arus darah tali pusat dengan mengubah posisi ibu untuk mendapatkan DJJ terbaik
● Pemberian oksigen 2-4 It/menit

KSM/Dep Obstetri & Ginekologi RSUP Hasan Sadikin Bandung. Panduan Praktik Klinik : Obstetri & Ginekologi. Ed II. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung; 2018.
Tatalaksana
● Pemberian tokolitik → Injeksi subkutan atau intravena tunggal dari 0.25 mg terbutalin sulfat diberikan
untuk relaksasi uterus dan resusitasi intrauterus
● Pemberian kortikosteroid antara 24 – 34 minggu → Maturasi paru-paru janin
● Amnioinfusion → ➢masukkan cairan kristaloid kedalam rongga amnion untuk mengganti cairan amnion
yang berkurang atau sudah tidak ada → 500 sampai 800 ml bolus cairan fisiologis hangat diikuti dengan
infus kontinyu 3 ml per menit
Jika denyut jantung abnormal menetap / tanda tambahan gawat janin, rencanakan persalinan:
● Serviks terdilatasi penuh dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau ujung tulang
terendah dari kepala pada stasion 0 → ekstraksi vakum atau forsep
● Serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih dari 1/5 di atas simfisi pubis atau ujung tulang
terendah dari kepala di atas stasion 0 → seksio sesarea.

- Steele, Wanda F., What are the signs of fetal distress? In: SheKnows Pregnancy and Baby. Pennsylvania. 2012
- Seikku L. Biomarkers of intrauterine hypoxia and perinatal asphyxia, and gestational age as predictors of neonatal outcome. Helsinki: University of Helsinki
& Helsinki University Hospital; 2020.
Hutter, D., Kingdom, J., & Jaeggi, E. (2010). Causes and Mechanisms of Intrauterine Hypoxia and Its Impact on the Fetal Cardiovascular System : A Review. 2010.
https://doi.org/10.1155/2010/401323

Komplikasi

Intrauterine Growth Berat Badan Lahir Rendah


A C
Resistence (IUGR) (BBLR)

Intrauterine Fetal Death


B D Disfungsi kognitif
B (IUFD) Fetal Death (IFD)
Intrauterine

E Kelahiran Preterm
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal secara rutin → dapat membantu
memantau perkembangan janin dan mendeteksi masalah
selama kehamilan secara dini.

Steele, Wanda F., What are the signs of fetal distress? In: SheKnows Pregnancy and Baby. Pennsylvania. 2012
PROGNOSIS

Hipoksia janin merupakan suatu keadaan yang membahayakan bagi ibu dan janin. Penting untuk
mengenali tanda-tanda hipoksia janin dan melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Penting bagi tenaga
medis untuk memahami dan menangani pasien dengan hipoksia janin sesuai prosedur yang berlaku.
Kondisi ini → gawat janin → ketika pasokan oksigen janin dalam kandungan Anda kurang sehingga
membuat janin mengalami kondisi serius.
Referensi
● Wiknjosastro, H., Saifudin, A.B., Rachimhadhi, T., dalam: Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2016.
● Lira, W. Fetal Hipoksia.2019. Available from: https://id.scribd.com/presentation/406139210/Fetal-Hipoksia
● Hutter, D., Kingdom, J., & Jaeggi, E. (2010). Causes and Mechanisms of Intrauterine Hypoxia and Its Impact on the Fetal Cardiovascular
System : A Review. 2010. https://doi.org/10.1155/2010/401323
● Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008
● Astuti, Hutari Puji. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu l (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima Press
● Ajah LO, Ibekwe PC, Onu FA, Onwe OE, Ezeonu TC, Omeje I. Evaluation of Clinical Diagnosis of Fetal Distress and Perinatal Outcome
in a Low Resource Nigerian Setting. J Clin Diagn Res. 2016;10(4):QC08-QC11. doi:10.7860/JCDR/2016/17274.7687
● Kemenkes RI. Praktik Klinik Kebidanan III. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016
● Seikku L. Biomarkers of intrauterine hypoxia and perinatal asphyxia, and gestational age as predictors of neonatal outcome.
Helsinki: University of Helsinki & Helsinki University Hospital; 2020.
● KSM/Dep Obstetri & Ginekologi RSUP Hasan Sadikin Bandung. Panduan Praktik Klinik : Obstetri & Ginekologi. Ed II. Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Bandung; 2018.
● Steele, Wanda F., What are the signs of fetal distress? In: SheKnows Pregnancy and Baby. Pennsylvania. 2012
● Hutter, D., Kingdom, J., & Jaeggi, E. (2010). Causes and Mechanisms of Intrauterine Hypoxia and Its Impact on the Fetal Cardiovascular
System : A Review. 2010. https://doi.org/10.1155/2010/401323
● Lira, W. Fetal Hipoksia.2019. Available from: https://id.scribd.com/presentation/406139210/Fetal-Hipoksia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai