Anda di halaman 1dari 24

PENGUKURAN TATA

KELOLA ORGANISASI
PUPUT OKTAMIANTI
MENGAPA TATA KELOLA HARUS DIUKUR?

• Sebagai instrumen akuntabilitas, untuk meyakinkan pasien, masyarakat, dan semua


pihak lainnya pemangku kepentingan bahwa ada pengaturan untuk mempromosikan
kualitas yang baik layanan dan penggunaan sumber daya yang efisien.
• Sebagai instrumen manajerial, untuk membantu pemerintah, perusahaan asuransi, dan
pemangku kepentingan terkait lainnya memastikan bahwa layanan diberikan sesuai
dengan tujuan
• Sebagai instrumen penelitian untuk membantu mengidentifikasi pengaturan tata kelola
yang mempromosikan penggunaan terbaik dari sumber daya yang langka
INDIKATOR UMUM TATA KELOLA
INDIKATOR TATA KELOLA DALAM SECTOR
KESEHATAN

The WHO initiated a large-scale effort to generate quantitative measures for


every aspect of a country’s health system (WHO 2000; Murray and Evans
2003).
• generation of intelligence;
• formulating strategic policy framework;
• ensuring tools for implementation: powers, incentives and sanctions;
• building coalitions/building partnerships;
• ensuring a fit between policy objectives and organizational structure and culture;
• ensuring accountability.
INDIKATOR TATA KELOLA DALAM SECTOR
KESEHATAN

• The World Health Organization (2008) published a toolkit that addressed the
specific issue of developing indicators of good governance in the health
sector  It follows the general approach of Kaufmann and Kraay (2008) in
distinguishing between rules-based and outcome-based indicators.
• Rules-based indicators seek to measure whether countries have appropriate
governance policies and structures in place.
• Outcome-based indicators seek to measure whether those structures and rules
are being used effectively.
RULES-BASED INDICATORS

1. Ketersediaan strategi kesehatan nasional terbaru yang terkait dengan kebutuhan dan prioritas
nasional
2. Ketersediaan daftar obat esensial yang diperbaharui dalam 5 tahun terakhir dan disebarluaskan
setiap tahun.
3. Adanya kebijakan pengadaan obat yang menetapkan: (i) pengadaan obat yang paling hemat biaya
dalam jumlah yang tepat; dan (ii) terbuka, penawaran kompetitif pemasok produk berkualitas.
4. TB: Adanya rencana strategis nasional untuk TB yang mencerminkan enam komponen utama
Strategi Stop TB sebagaimana diuraikan dalam Rencana Global untuk Stop TB 2006–2015.
5. Malaria: Adanya strategi/kebijakan malaria nasional yang meliputi pemantauan kemanjuran obat,
pengendalian vektor, dan pemantauan resistensi insektisida
RULES-BASED INDICATORS

6. 6. HIV/AIDS: Completion of the UNGASS National Composite Policy Index Questionnaire for
HIV/AIDS.
7. Kesehatan Ibu: Adanya kesehatan reproduksi yang komprehensif kebijakan yang konsisten
dengan rencana aksi ICPD.
8. Kesehatan Anak: Adanya rencana multi-tahun yang komprehensif dan diperbarui untuk
imunisasi anak.
9. Keberadaan dokumen utama sektor kesehatan, yang diterbitkan dan disebarluaskan setiap tahun
(seperti dokumen anggaran, tinjauan kinerja tahunan, indikator kesehatan).
10.Adanya mekanisme, seperti survei, untuk mendapatkan klien tepat waktu masukan tentang
adanya akses yang tepat, tepat waktu dan efektif ke pelayanan kesehatan
OUTCOMES-BASED INDICATORS

1. SDM kesehatan: Ketidakadaan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan umum


2. Anggaran kesehatan: Proporsi dana pemerintah yang menjangkau fasilitas tingkat kabupaten.
3. Penyediaan Layanan Kesehatan: Tingkat kehabisan stok (tidak adanya) obat-obatan esensial
pada fasilitas kesehatan
4. Penyediaan Layanan Kesehatan: Proporsi pembayaran informal dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat.
5. Regulasi Kefarmasian: Proporsi penjualan farmasi yang terdiri dari obat palsu.
6. Pengaduan & Akuntabilitas: Keberadaan organisasi masyarakat sipil yang efektif dengan
mekanisme yang tersedia bagi warga negara untuk berekspresi pendapatnya ke institusi
pemerintah
TATA KELOLA SISTEM KESEHATAN (USAID)

1. Information/Assessment Capacity: informasi yang tersedia bagi pengambil keputusan dan berbagai
pemangku kepentingan tentang tren kesehatan dan sistem kesehatan kinerja dan kemungkinan opsi
kebijakan.
2. Perumusan dan Perencanaan Kebijakan: proses yang tepat untuk mengembangkan, debat, meloloskan
dan memantau undang-undang dan peraturan tentang masalah kesehatan  proses perencanaan
pemerintah berfungsi.
3. Partisipasi Sosial dan Ketanggapan Sistem: keterlibatan berbagai pemangku kepentingan (organisasi
non-pemerintah (LSM) dan perwakilan dari berbagai aktor sektor publik) dalam memahami masalah
kesehatan dan dalam perencanaan, penganggaran dan pemantauan tindakan sektor kesehatan serta
respon sistem kesehatan terhadap masukan dari para pemangku kepentingan ini.
TATA KELOLA SISTEM KESEHATAN (USAID)

4. Akuntabilitas: adanya aturan tentang penerbitan informasi tentang sektor kesehatan


(misalnya, rencana, data kesehatan termasuk statistik kesehatan, jadwal biaya);
pers populer dan ilmiah yang berfungsi bebas; pengawas yang berfungsi
organisasi; dan perlindungan konsumen dari malpraktik medis.
5. Regulasi: kapasitas pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu pelayanan kesehatan
dan obat-obatan; kapasitas penegakan pedoman, standar dan peraturan; dan
persepsi beban yang dikenakan oleh peraturan yang berlebihan
TATA KELOLA SISTEM KESEHATAN (USAID)
Information/
Assessment
Capacity

• Bentuk pertanyaan kualitatif


Policy • Dikembangkan pada negara
Regulasi Formulation
and Planning pendapatan rendah  tetapi bisa
40 indikator
diterjemahkan untuk negara
pendapatan tinggi.
(Islam, 2007)
Social
Participation
Akuntabilitas and System
Responsivene
ss
TATA KELOLA SISTEM KESEHATAN (HANSL
ET AL, 2008)

• Ukuran: (1) struktur pengambilan keputusan yang koheren; (2) partisipasi


pemangku kepentingan; (3) transparansi dan informasi; (4) pengawasan dan
regulasi; serta (5) konsistensi dan stabilitas.
• diterapkan dengan mengukur tata kelola di empat negara: Chili, Kosta Rika,
Estonia dan Belanda.
TATA KELOLA DI PELAYANAN KESEHATAN
(LEWIS AND PETTERSSON, 2009)
1. anggaran dan manajemen sumber daya, termasuk isu-isu seperti proses anggaran dan kebocoran
anggaran, ketidakteraturan penggajian dan pengadaan yang tidak efisien;
2. penyedia individu, termasuk masalah seperti penyuapan, kredensial dokter, ketidakhadiran dan
kinerja tenaga kesehatan;
3. fasilitas kesehatan, kinerja di bidang-bidang seperti lama tinggal, tingkat infeksi dan kepuasan
pasien;
4. pembayaran informal, dalam bentuk pembayaran ilegal oleh pasien untuk mengamankan akses ke
layanan publik;
5. persepsi korupsi oleh masyarakat atau institusi lain
KELEMAHAN PENGUKURAN TATA KELOLA
SISTEM KESEHATAN
• Meskipun diakui pentingnya tata kelola yang baik dalam mendorong peningkatan
kinerja sistem kesehatan, terkadang sulit untuk mengidentifikasi indikator tata kelola
yang berbeda dari indikator konvensional kinerja sistem, terutama ukuran efisiensi.
• Misalnya, konsep seperti produktivitas petugas kesehatan (misalnya, konsultasi per
dokter); penggunaan fasilitas (misalnya, lama rawat inap)  dapat diartikan sebagai
indikasi tidak langsung dari kualitas tata kelola dalam organisasi.
• Namun jika tata kelola adalah hal penting dan merupakan bagian ukuran outcome
maka sulit diinterpretasikan hanya dari indikasi tidak langsung.
• Savedoff (2011) membuat perbedaan antara indikator tata kelola penentu dari indikator kinerja tata kelola,
smengacu pada toolkit WHO  rules-based dan outcomes-based indicators.
• Dia berpendapat bahwa itu relatif mudah mengidentifikasi indikator kinerja tata kelola seperti tingkat
absensi atau pangsa obat palsu di pasar, karena merupakan ukuran masalah dengan interpretasi yang jelas
(misalnya, lebih baik memiliki lebih sedikit ketidakhadiran dan lebih sedikit obat palsu di pasaran).
• Sementara indikator kinerja tata kelola ini dipengaruhi oleh pengaturan tata kelola seperti kebijakan
personel dan prosedur inspeksi, jenis pengaturan tata kelola yang meningkatkan kinerja tidak mudah
diketahui.
• Oleh karena itu, lebih sulit untuk merumuskan indikator persuasif penentu tata kelola karena belum ada
penelitian tata kelola dan dampak pada sistem kesehatan.
Struktur Proses Outcome
• Pengaturan tata kelola • Pelaksanaan tata kelola • Dampak pelaksanaan tata
• Misal: daftar obat esensial • Misal melaksanakan kelola terhadap
aturan penggunaan obat peningkatan kinerja
sesuai daftar obat esensial
PEDOMAN ASESMEN PENERAPAN TATA
KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PADA
BUMN
• Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara Nomor 7 Tahun
2020
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai