KELOMPOK 7
FITRI YANI
KRISTIAN TIWOW
NURLINGKA F. MASSEBALI
RIKHAM TAMSIL
YURIKE DATU PANGGALO
ANATOMI DAN BIOMEKANIK
• Tulang tibia terdiri dari tiga bagian yaitu epyphysis proksimalis, diaphysis dan epiphysis.
• Lutut terdiri dari dua persendian yang berada dalam satu kapsul yaitu sendi tibiofemoral
dan sendi patellofemoral.
• Sendi tibiofibularis distal dibentuk oleh incisura fibularis tibia dengan facies articularis
fibula, dan sendi tibiofibular.
• Sendi tibiofibularis proksimal dan distal diperkuat oleh membrana interoseus yang
terletak antara tibia dan fibula sendi talocruralis dibentuk oleh ujung distal tulang fibula
yang membentuk permukaan cekung dengan talus yang permukaanya cembung.
FRAKTUR SHAFT TIBIA
• Fraktur Shaft Tibia adalah terputusnya kontinuitas jaringan pada batang tulang tibia.
• Fraktur Shaft Tibia dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-
ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).
• Trauma langsung dan trauma tidak langsung serta kondisi patologis pada tulang dapat
menyebabkan fraktur pada tulang. Pemisahan tulang ke dalam beberapa fragmen tulang
menyebabkan perubahan pada jaringan sekitar fraktur meliputi laserasi kulit akibat
perlukaan dari fragmen tulang.
LANJUTAN …
• Perubahan jaringan sekitar akibat fragmen tulang dapat menimbulkan deformitas pada
area fraktur karena pergerakan dari fragmen tulang itu sendiri.
• Deformitas pada area ekstremitas maupun bagian tubuh yang lain menyebabkan
seseorang memiliki keterbatasan untuk beraktivitas akibat perubahan dan gangguan
fungsi pada area deformitas tersebut sehingga muncul gangguan mobilitas fisik.
• Beberapa waktu setelah fraktur terjadi, otot-otot pada area fraktur akan melakukan
mekanisme perlindungan pada area fraktur dengan melakukan spasme otot.
TANDA DAN GEJALA
• Reduksi – hold – move saling terkait satu sama lain yaitu metode yang digunakan untuk
mereduksi fraktur akan mempengaruhi pemilihan teknik fiksasi (hold), kemudian akan
dipengaruhi oleh pentingnya dan sulitnya diantisipasi pemberian gerakan selama masa
rehabilitasi.
• Reduksi pada kondisi fraktur dapat bersifat open reduction dan closed reduction. Closed
reduction adalah tindakan non-bedah yang digunakan untuk memanipulasi lokasi fraktur
dengan tangan dibawah anaesthesi lokal atau general. Sedangkan open reduction adalah
tindakan bedah dengan membuka dan mereduksi fragmen tulang yang fraktur.
LANJUTAN …
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Sopir
History Taking (Anamnesis Khusus)
Mekanisme cidera : Benturan dari arah samping langsung pada lateral knee menyebabkan fraktur
pada lateral tibia.
LANJUTAN …
Inspeksi/Observasi
• Statis : Tampak bengkak (swelling), luka iris serta deformitas pada bagian
tengah tibia sinistra
• Dinamis : Pasien sulit berjalan bahkan menumpu berat badannya
Palpasi
• Nyeri tekan dan bengkak sudah menurun pada m. Gastocnemius dan tibialis
anterior&posterior.
PEMERIKSAAN GERAK
• ROM test
• Circumferentia test
• M. Gastrocnemius : 17 cm (D) dan 19 cm (S)
• MMT
Otot gastrocnemius dan tibialis anterior & posterior
Nilai otot : 3
• Leg length test
True length : SIAS – Epicondilus Medial
Kanan : 83 cm ; Kiri : 84 cm
• JPM pada knee joint dan ankle joint
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-Ray/rontgen adalah metode pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk memeriksa dan memonitor kondisi
tulang dan sendi.
Impairment. (1) adanya nyeri gerak pada ankle akibat luka sayatan operasi yang
menyebabkan ujung - ujung saraf sensoris teriritasi dan karena adanya oedema pada daerah
sekitar fraktur, (2) penurunan luas gerak sendi ankle karena adanya nyeri dan oedem pada
daerah sekitar fraktur,(3) adanya penurunan kekuatan otot karna nyeri.
Activity limitation. Pada functional limitation terdapat keterbatasan aktifitas fungsional
terutama dalam melakukan aktivitas fungsional terutama berdiri dan berjalan
Participation restriction. Disability merupakan ketidakmampuan dalam melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan disekitarnya yaitu kesulitan dalam
melakukan aktivitasnya.
INTERVENSI FISIOTERAPI
Fase Maximum Fisioterapi
Tujuan Intervensi Fisioterapi
a. Tujuan Jangka Pendek
• mengurangi spasme pada otot gastrocnemius sinistra
• mengurangi nyeri gerak/tekan pada tungkai sinistra
b. Tujuan Jangka Panjang
• Meningkatkan kemampuan fungsional
Strategi Intervensi Fisioterapi (sesuai tujuan intervensi)
• Exercise : Breathing exercise, cool pack, muscle pump exercise, mobilisasi patella, statik kontraksi
Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi
• Breathing exercise
Posisi pasien tidur terlentang, dan pasien diminta menghirup nafas lewat hidung dan menghembuskan lewat mulut
dengan 5 kali hitungan.
• Cool pack
Kompres bagian yang bengkak dengan es selama 3-4 menit, kemudian ulangi 5-6 kali.
• Muscle pump exercise
• Posisi pasien supine lying dengan kedua kaki lurus dan diganjal guling, kemudian pasien diminta untuk
menggerakkan kedua anklenya dorsi fleksi dan plantar fleksi secara bergantian.
LANJUTAN …
• Statik kontraksi
Suatu latihan untuk melatih kekuatan otot tanpa mengubah panjang, sehingga tidak terjadi gerak
sendi, tetapi hanya terjadi peningkatan tonus otot.
• Mobilisasi patella
Persiapan pasien : pasien duduk dengan kaki lurus atau tidur terlentang.
Persiapan terapis : terapis berada disamping pasien.
Pelaksanaan : pasien dalam keadaan posisi duduk dengan kaki lurus dan rileks. Pegang tempurung
lutut kemudian gerakan tumpurung lutut keatas, bawah, kanan, dan kiri dengan maksimal.
Lakukan gerakan 8 kali untuk setiap arahnya.
LANJUTAN
Pada pasien Tn.S 20 tahun dengan diagnose fraktur terbuka shaft tibia sinistra GA II dengan
intervensi yang telah diberikan dimulai dari fase maximum proteksi (Breathing exercise,
Static contraction otot knee, Relaxed passive exercise), fase moderate proteksi (Assissted
active exercise, Free active exercise, Hold relax), dan fase minimum proteksi ( Ressisted
active exercise, Latihan duduk ongkang-ongkang, dan Latihan jalan).
TERIMA KASIH