Kata AI-Qur'an secara lughawi, merupakan bentuk kata yang muradif dengan kata Al-
Qira'ah, yaitu bentuk mashdar dari fi 'il madhi 'qara 'a·, yang berarti bacaan. Arti qara
'a lainnya ialah mengumpulkan atau menghimpun, menghimpun huruf dan kata-kata
dalam suatu ucapan yang tersusun rapih.
Sehingga menurut Quraish Shihab Al-Qur’an merupakan suatu nama pilihan Allah
SWT yang sungguh tepat, karena tidak satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis
baca, yang dapat menandingi AI-Qur'an, bacaan sempuma lagi mulia itu.
Turunnya Al-Qur’an
Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari bentuk syirik serta memantapkan keyakinan
tentang keesaan yang sempuma bagi Tuhan seru sekalian alam, keyakinan yang tidak semata-mata
sebagai suatu konsep teologis, tetapi falsafah hidup dan kehidupan umat manusia.
Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat manusia merupakan
umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah SWT dan pelaksanaan
tugas kekhalifahan.
Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bukan saja antar suku atau bangsa, tetapi kesatuan
alam semesta, kesatuan kehidupan dan akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman, dan
rasio, kesatuan kebenaran, kesatuan kepribadian, manusia, kesatuan kernerdekaan dan
determinasi, kesatuan sosial, politik dan ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu keesaan,
yaitu keesaan Allah SWT.
Kandungan Fungsi
Al-Quran Al-Quran
Kandungan Al-Qur'an, pada garis besamya a. Petunjuk untuk manusia
memuat antara Iain yakni aqidah; syariah
b. Keterangan-Keterangan
('ibadah dan muamalah); akhlak; kisah-kisah
masa lampau; berita-berita yang akan c. Rahmat dan hidayah bagi aJam semesta
datang; dan pengetahuan-pengetahuan illahi
d. Mu'jizat bagi Nabi Muhammad Saw
penting lainnya.
Sisi kandungan tersebut, juga dipertegas oleh e. Pengajaran dari Allah SWT
pendapat Taufiqullah (1991:42), yang
f. Obat penyakit hati
menurutnya di antara bahwa isi dan
kandungan AI-Qur'an itu ialah menangani g. Penguat dan penutup adanya kitab-kitab
soal-soal aqidah; ibadah; hukum; akhlak;
kisah-kisah; dan janji-janji Allah. suci sebelumnya
Sunnah/Hadits Sebagai Sumber
Ajaran Islam
Menurut istilah ahli hadits, Hadits ialah: "Segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau dan
segala keadaan beliau".
Hadits menurut ahli ushul ialah: "Selanjutnya, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi,
yang bersangkut paut dengan hukum" (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1980:23).
Adapun sunnah, menurut istilah ahli ushul fiqh, ialah: "segala sesuatu yang dinukilkan
dari nabi Saw. Baik perkataan maupun perhuatan, ataupun taqrir yang mempunyai hubungan
dengan hukum". Makna inilah yang diberikan kepada perkataan sunnah dalam sabda Nabi:
"Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua perkara, tidak sekali-kali kamu sesat selama
berpegang kepadanya, yakni: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya"(H.R. Malik).
Kedudukan Hadits/Sunnah Sebagai
Sumber Ajaran Islam
Umat Islam menyepakati bahwa hadits Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah
al-Qur’an bahkan hadits dapat berdiri sendiri sebagai sumber ajaran. Menurut Muhammad Abu Zahrah,
ada beberapa alasan yang kuat yang mendukung pemakaian hadits , yang dapat diringkas sebagai berikut:
Adanya nash-nash al-Qur’an yang memerintahkan agar patuh dan tunduk kepada Nabi.
Hadits Nabi sebagai bentuk penyampaian risalah dari Tuhan.
Nash-nash al-Qur’an yang ada menerangkan bahwa Nabi berbicara atas nama Allah.
Ayat-ayat Al-Quran dengan jelas menerangkan kewajiban iman kepada Rasul bersama dengan iman
kepadaNya.
Fungsi Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam
Ada 3 fungsi hadits terhadap al-Qur’an dalam pandangan Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib
sebagaimana dikutip oleh Syahrin Harahap, diantaranya:
a. Hadits berfungsi memperkuat apa yang dibawa al-Qur’an. Di sini kelihatannya hadits tidak
menjelaskan apalagi menambah apa yang telah ditetapkan al-Qur’an, misalnya dalam al-Qur’an
disebutkan mengharamkan bersaksi palsu.
b. Hadits berfungsi memperjelas atau memperinci apa yang telah digariskan dalam al-Qur’an.
c. Hadits berfungsi menetapkan hukum yang belum diatur dalam al-Qur’an. Misalnya hadits Rasul
yang melarang seseorang untuk memadu istrinya dengan bibi dari pihak Ibu atau pihak Bapak si
istri.
Sumber Ajaran Islam Skunder
Ijtihad
Adapun dasar ijtihad dalam hadis adalah sebgaaimna hadis nabi saw yang artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah saw. Pada saat mengutusnya (Muadz bin Jabal) ke Yaaman,
Rasul berkata kepadanya : Bagaimana kamu melakukan ketika kamu hendak memutus
perrkara? Muadz menjawab : Aku memutus dengan apa yang terdapat dalam kitab
Allah, lalu Rasul berrtanya : Kalau tidak terdapat dalam Kitab Allah? Muadz
menjawab : Maka dengan memakai Sunnah Rasulullah, lalu Rasul bertanya : Ketika
tidak terdapat dalam Sunnah Rasulullah? Muadz menjawab : Aku berijtihad sesuai
dengan pemikiranku bukan dengan nafsuku. Lalu Nabi saw menepuk dadaku dan
bersabda : Segala puji bagi Allah yang telah menyepakati utusan pada apa yang telah
diridhai Allah terhadap Rasul-Nya.”
Hukum Ijtihad
a. Fardhu ‘ain
Melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan ia harus mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri.
b. Fardhu kifayah
Jika permsalahan yang diajukan kepadanya tidak dikhawatirkan akan habis waktunya, atau ada lagi
mujtahid lain yang telah memenuhi syarat.
c. Sunnah
Berijtihad terhadap perrmasalahan yang baru, baik ditanya maupun tidak.
d. Haram
Ijtihad yang telah ditetapkan secara qat’I karena bertentanngan dengan syara’
Metode Ijtihad
● Qiyas
● Ijma’
● Istihsan
● Maslahat Mursalat
Lapangan Ijtihad
a. Lapangan yang dibawa oleh nas yang zanni. Baik dari segi kedudukannya maupun dari segi
pengertiannya.
b. Lapangan yang dibawa oleh nas qat’i kedudukannya, namun zanni pengertiannya.
c. Lapangan yang dibawa oleh nas yang zanni kedudukaannya, tetapi qat’i pengertiannya.
d. Lapangan yang tidak ada nasnya atau tidak diijma’kan dan tidak pula diketahui dengan pasti
Kedudukan Ijtihad
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Senada dengan hal tersebut
W. Poespoprodjo mendefinisikan moralitas sebagai “ kualitas
dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan
itu benar atau salah, baik atau buruk.