Anda di halaman 1dari 76

Laporan Kasus Pemeriksaan

Luar pada Korban dengan Luka


Akibat Trauma Listrik
Attaufiq Irawan – 18202211792 Novia Sundari Riadi – 18202211436
Triandini Supriadi – 18202211593 Sarah Khairunnisa – 19202210917
Sarah Putri Karlina – 18202211504 Arrens Muhammad Burhanudin – 19202211348
Made Januartha Masna – 18202211685 Basra Ahmad Amru - 1920221167

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


PERIODE 5 APRIL 2021 – 1 MEI 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
PENDAHULUAN
Trauma akibat sengatan listrik merupakan jenis trauma yang bisa berakibat fatal bagi manusia
karena mempunyai nilai risiko kematian yang tinggi. Banyaknya kasus trauma atau kematian akibat
sengatan listrik dikarenakan banyak kasus trauma sering terjadi di lingkungan keluarga dan
lingkungan kerja.
Trauma listrik terjadi ketika arus energi tinggi mengalir ke dalam tubuh karena kontak dengan
sumber listrik. Penting untuk diperhatikan bahwa penampakan luar luka bakar listrik tidak secara
akurat memprediksi tingkat cedera yang sebenarnya, karena jaringan internal atau organ mungkin
mengalami luka bakar yang jauh lebih parah daripada kulit.
Trauma listrik adalah bentuk trauma kompleks yang sering dikaitkan dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Tingkat keparahan cedera tergantung pada jenis arus, tegangan, dan
hambatannya. Studi retrospektif yang melibatkan 376 pasien luka bakar listrik yang dirawat di
Departemen Luka Bakar dan Bedah Plastik, Rumah Sakit Universitas Kedokteran Guangxi, China
antara Januari 2008 dan Desember 2017 menunjukkan tingkat kejadian luka bakar listrik 4% hingga
6% dari semua luka bakar yang dirawat setiap tahun. Dari 376 pasien luka bakar listrik, 217 (57,71%)
mengalami luka bakar tegangan tinggi (≥1000 V) dan 159 (42,29%) mengalami luka bakar tegangan
rendah (<1000 V).

Sumber: Electrical Burns https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519514/#:~:text=Electrical%20injuries%20are%20when%20high,results%20in%20a%20thermal%20burn; Electrical Injuries


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448087/; Epidemiology of electrical burns: a 10-year retrospective analysis of 376 cases at a burn centre in South China
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0300060519891325#:~:text=Thus%2C%20there%20was%20a%20relatively,burns%20(%3C1000%20V)
01
LAPORAN KASUS
Permintaan dari :
• POLRES Cilegon dengan surat bernomor polisi B/202/IV/2021/Reskrim
tertanggal 10 April 2021 pukul 16.10 WIB, bertempat di Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Cilegon
• Identitas Korban
• Nama : Tn. SR
• Umur : 50 tahun
• Jenis Kelamin : Laki - laki
• Pekerjaan : Mekanik
• Status : Menikah
• Agama : Islam
• Alamat : Kp. Pasir Jati RT 08/02, Cikeusal

• TKP: Puloampel, PT Krakatau Shipyard, Ds. Puloampel, Kec. Puloampel,


Kab. Serang
KRONOLOGI
• Menurut keterangan dari INAFIS POLRES Cilegon pada hari Sabtu 10 April 2021
• Pada hari Sabtu 10 April 2021, pukul 10.15 WIB; lokasi Galangan Kapal PT.
Krakatau Shipyard, Desa Pulo Ampel, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten
Serang, Provinsi Banten, telah terjadi kecelakaan kerja.
• Satu orang terdengat aliran listrik (karyawan PT Putra Palimanan Barat) yang
mengakibatkan meninggal dunia.
• Pada saat korban sedang bekerja mengelas perbaikan kapal di bagian deck
kapal, tiba-tiba aliran listrik padam, kemudian korban turun dari kapal untuk
membetulkan travo listrik yang mati tersebut tanpa memberikan informasi
kepada petugas bagian elektrik,
• Kemudian pada saat membetulkan kabel dari trafo, korban tersengat listrik dari
kabel yang terbuka/ mengalami kebocoran di trafo tersebut.
PEMERIKSAAN LUAR

❑ Label mayat : tidak ada/tidak ditemukan


❑ Bungkus mayat : satu kain panjang
❑ bahan kain katun, motif
batik, berwarna cokelat
hitam, tanpa merk, dan
tanpa ukuran
❑ Perhiasan Mayat : tidak ada
Pakaian Mayat:

1. Satu helai kemeja berlengan panjang berwarna biru,


dengan kantung di sisi kanan dan kiri, kantung sisi kiri
berisi satu korek gas berwarna merah. Pada sisi atas
kantung sisi kanan bertulis “Abdul Hamid”, dan kantung
sisi kiri betuliskan “Sinar Mas”
2. Satu kaus oblong berwarna hijau pada sisi depan
bertuliskan “Dark Men” dan terdapat robekan tidak
beraturan pinggir berwarna kehitaman tampak gosong dan
saat dipegang rapuh berukuran 5x2 cm dan 4x1 cm,
disertai robekan titik di sekitarnya
3. Satu celana panjang berwarna cokelat berbahan katun
dengan 4 kantung tanpa penutup, tanpa merk, berukuran
30
4. Satu celana dalam dengan list berwarna hijau bertuliskan
“Nike”
Benda di Samping Mayat:
Satu pasang kaus kaki hitam dan putih
Tiga kain kasa berwarna putih
Satu plastik berwarna putih bening, berisi kain motif batik
cokelat dan hitam
Kaku mayat : otot seluruh tubuh, sukar dilawan
Lebam mayat : terdapat pada leher, punggung, pinggang, dan tungkai belakang berwarna
merah keunguan, hilang pada penekanan
Mayat adalah seorang laki-laki, Bangsa/Ras: Indonesia/mongoloid, berumur lima puluh
tahun sebelas bulan, kulit sawo matang, panjang tubuh seratus enam puluh delapan
sentimeter, zakar disunat
Identitas khusus : Tidak ditemukan

❑ Rambut berwarna hitam beruban, tumbuhnya lurus, panjang empat sentimeter.


❑ Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya tebal, panjang satu sentimeter.
❑ Bulu mata berwarna hitam, tumbuhnya lentik, panjang 0,5 sentimeter.
❑ Kumis berwarna hitam, tumbuhnya tercukur rapi, panjang 0,2 sentimeter.
❑ Jenggot berwarna hitam putih, tumbuhnya tercukur rapi, Panjang 0,1 sentimeter.
Lebam Mayat
Kaku Mayat
Kanan Kiri
Mata Terbuka, 0,5 Terbuka, 0,5
terbuka/tertutup sentimeter sentimeter
Selaput bening mata Agak keruh Agak Keruh
Teleng mata 0,4 sentimeter 0,4 sentimeter
Warna tirai mata Cokelat Cokelat
Putih kekuningan, Putih kekuningan,
Selaput bola mata disertai pelebaran disertai pelebaran
pembuluh darah pembuluh darah
Selaput kelopak Pelebaran pembuluh Pelebaran pembuluh
mata darah darah

❑ Hidung: bentuk pesek


❑ Telinga : bentuk oval
❑ Mulut : Tertutup, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit.
Gigi geligi: Tidak utuh

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Kanan Kiri

Total Gigi: 18 buah


Dari lubang mulut keluar Tidak keluar cairan atau darah
Dari lubang hidung keluar Tidak keluar cairan atau darah
Dari lubang telinga kanan keluar Tidak keluar cairan atau darah
Dari lubang telinga kiri keluar Tidak keluar cairan atau darah
Dari lubang kemaluan keluar Keluar cairan encer berwarna putih
keruh
Dari lubang pelepas keluar Tidak keluar cairan atau darah
Luka – luka :
1. Pada dada atas kanan tujuh sentimeter dari garis pertengahan
depan dan sembilan sentimeter di bawah tulang selangka kanan
terdapat luka terkelupas dengan pusat berwarna lebih pucat yang
dikelilingi warna merah dan hitam disertai adanya jelaga dan kulit
yang lebih menonjol berukuran 9x2,5 sentimeter.
2. Pada dada kanan melebar ke dada kiri, tepat dari garis
pertengahan depan luka terkelupas dengan pusat berwarna lebih
pucat yang dikelilingi warna merah dan hitam dan kulit yang lebih
menonjol, berukuran 30x4,5 sentimeter.
3. Pada dada atas kiri sebelas sentimeter dari garis pertengahan
depan, 3,5 sentimeter di atas puting kiri terdapat luka terkelupas
dengan pusat berwarna lebih pucat yang dikelilingi warna merah
dan hitam disertai adanya jelaga dan kulit yang lebih menonjol
disertai kulit ari berukuran 12x1 sentimeter.
4. Pada dada bawah kanan empat sentimeter dari garis pertengahan
depan, 7,5 sentimeter di bawah puting kanan terdapat kulit yang
terkelupas berukuran 4x0,4 sentimeter
5. Pada dada bawah kanan delapan sentimeter dari garis
pertengahan depan, sebelas sentimeter di bawah puting kanan,
terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran 6x2
sentimeter
Luka – luka :
6. Pada lengan atas kanan sisi dalam lima
sentimeter di atas siku, terdapat luka warna
merah dan hitam disertai adanya jelaga dan
kulit ari yang menggelambir, tampak otot
diameter 1,5 sentimeter
7. Pada lengan kanan atas depan Sembilan
sentimeter di bawah siku terdapat luka warna
hitam disertai adanya jelaga dan perabaan
kasar membentuk garis sejajar ukuran
terpanjang 3,5x0,5 sentimeter, terpendek 0,8x1,5
sentimeter meliputi area seluas 8x4 sentimeter.
8. Pada lengan bawah kanan sisi depan, empat
sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat
luka bakar perabaan keras berwarna hitam
dikelilingi kulit ari dengan ukuran 4x1 sentimeter
Luka – luka :
8. Pada lengan bawah kanan sisi depan, empat
sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat
luka warna hitam disertai adanya jelaga dan
dikelilingi kulit ari dengan ukuran 4x1 sentimeter
9. Pada telapak tangan kanan 2,5 sentimeter di
bawah pergelangan tangan terdapat luka
terkelupas perabaan keras berwarna hitam
dengan diameter 0,5 sentimeter.
10. Pada punggung tangan kanan sepuluh
sentimeter di bawah pergelangan tangan
kanan terdapat kulit ari terkelupas berukuran
1,5x0,5 sentimeter.
11. Pada lengan bawah kiri sisi dalam tiga sentimeter di
bawah siku terdapat luka berwarna kehitaman disertai
jelaga berbentuk bulat dengan ukuran empat
sentimeter.
12. Pada lengan bawah kiri sisi belakang lima sentimeter
di atas pergelangan tangan terdapat luka lecet dengan
ukuran empat sentimeter.
13. Pada punggung tangan kiri empat sentimeter di bawah
pergelangan tangan terdapat luka terbuka dangkal tepi
tidak rata dasar jaringan bawah kulit berbentuk huruf
“V” dengan ukuran 2x0,5 sentimeter.
14. Pada jari ke satu tangan kiri sisi luar 6,5 sentimeter di
bawah pergelangan tangan terdapat luka berwarna
hitam dikelilingi kulit yang lebih menonjol di tepi
dengan dasar otot berukuran 2x0,5 sentimeter.
15. Pada jari ke satu tangan kiri ruas ujung sisi luar
terdapat kulit ari mengelupas dan menggelambir
berukuran 1,5x1 sentimeter.
16. Pada tungkai bawah kanan sisi depan delapan
sentimeter di bawah lutut terdapat luka lecet tekan
perabaan kasar berwarna hitam berukuran 2x0,5
sentimeter
Patah tulang :
❑ Tidak tampak dan tidak teraba patah tulang

Lain-lain :
1. Pada kulit wajah, leher, hingga dada atas tampak berwarna lebih gelap dari kulit
sekitar
2. Pada jaringan bawah kuku tangan kanan dan kiri tampak berwarna kebiruan
3. Pada jaringan bawah kuku kaki kanan dan kiri tampak berwarna putih pucat
Foto Lain-lain
IDENTIFIKASI RAS
DISKUSI

Identifikasi Ras

Race determination
based on nonmetric
morphological traits:
(Blummenfeld, 2000)
Tall dolichocephalic skull, receded
Kaukasoid zygomas, large brow ridge, and
projecting-narrow nasal apertures

Short dolicocephalic skull, receded


Negroid zygomas, and wide nasal
apertures

Medium brachycephalic skull,


Mongoloid projecting zygomas, small brow
ridge, and small nasal apertures
DISKUSI
Identifikasi Ras (Berdasarkan Gigi) .

Racial characteristics of human teeth:

(Rawlani, 2017)
Ras Mongoloid

1. Insisivus pada maksila menunjukkan berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid (shovel
shaped incisor cingulum)
2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah
pada 1-4% ras mongoloid.
3. Bentuk gigi molar segi 4 dominan
4. Lengkungan palatum berbentuk elips.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
Ras Negroid Ras Kaukasoid

Gigi geliginya berukuran relatif lebih kecil Khas ada carabelli trait (tonjolan pada
dan sering ada spacing/jarak antar gigi molar 1) serta dental archnya
terutama di tengah gigi seri depan sempit dan berbentuk seperti huruf
(midline diastema) “V”
KESIMPULAN RAS
Korban merupakan ras mongoloid, dikarenakan terdapat ciri-ciri:
• Ras Mongoloid dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Menurut Herdlicka (1921) bahwa gigi insisive mempunyai perkembangan penuh pada
permukaan palatal bahkan lingual sehingga shovel shaped insicor cungulum jelas
dominan (pada gigi 1.1,1.2,2.1,2.2)
• Fissure-fissure gigi molar
• Bentuk gigi molar -> segiempat dominan
• tulang tengkorak memiliki ciri berbentuk brakisefalik berukuran sedang dengan tulang
pipi yang menonjol (projecting zygomas), tonjolan tulang alis yang kecil, hidung
berukuran pesek-sedang, dengan tulang hidung yang tidak prominen.
ESTIMASI USIA
IDENTIFIKASI IDENTITAS KORBAN: PEMERIKSAAN ODONTOLOGI FORENSIK
PEMERIKSAAN ODONTOLOGI
Pemeriksaan
FORENSIK
odontologi lebih akurat dalam memperkirakan usia
korban dibandingkan parameter lain (misal penilaian tampilan luar
atau pemeriksaan tulang) 🡪 simpang baku yang sempit CATATAN
Kemungkinan yang didapatkan dalam identifikasi korban:
1. Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk Identifikasi identitas
membatasi atau menyempitkan identifikasi korban dengan
▪ Usia, jenis kelamin, ras, bentuk wajah, dan DNA. membandingkan
2. Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban antara data
tersebut. postmortem dan
▪ Gigi yang dibungkus logam, ada sejumlah gigi yang ompong data antemortem
atau patah, atau lubang pada bagian depan yang dapat
dikenali oleh kenalan/teman/keluarga korban.
ESTIMASI USIA INDIVIDU (Pemeriksaan Gigi)
● Metode pemeriksaan gigi (odotonlogi forensik) dalam
memperkirakan usia korban:
CATATAN
○ Pemeriksaan klinis Dipilih berdasarkan pertimbangan:
• Status individu (hidup/mati) METODE KLINIS
○ Radiografis • Kategori usia dengan perhitungan
• Jenis kasus (tunggal/bencana massal) jumlah erupsi gigi
○ Histologi • Kondisi gigi dan jaringan pendukung dan pola erupsi gigi
• Lokasi kasus pada individu usia
○ Biokimiawi • Ketersediaan fasilitas dan peralatan anak sampai remaja,
penunjang dan metode pola
Pemeriksaan Histologis • Agama dan budaya yang dianut individu dan derajat atrisi
(Gustafson ataupun Johanson) pada individu usia
Pemeriksaan Biokimiawi dewasa
(Rasemisasi asam aspartate)

Usia dewasa (21 tahun keatas)


karena telah terjadi perubahan
ODONTOLOGI FORENSIK: METODE KLINIS
Tabel 1. Usia Timbulnya Gigi
DATA POSTMORTEM yang perlu dicatat pada pemeriksaan gigi:
● Gigi yang ada dan tidak ada, bekas gigi yang tidak ada
apakah lama atau baru terjadi;
● Gigi yang ditambal, jenis bahan dan kalsifikasinya;
● Anomali bentuk dan posisi gigi;
● Karies atau kerusakan gigi yang ada;
● Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang
mungkin ada;
● Atrisi atau pengikisan dataran kunyah karena proses
megunyah. Derajat atrisi akan berbanding lurus dengan
usia;
Sumber: Glinka SVD et al, 2007
● Pertumbuhan gigi molar ketiga.
Sumber: Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi. Jurnal
PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013
ODONTOLOGI FORENSIK: METODE LOVEJOY

● Merupakan pengembangan dari metode Gustafson (metode radiografis), dimana derajat atrisi gigi
seseorang memiliki suatu potensi untuk menentukan usia dari seorang individu.

● Pada tahap awal penelitiannya, Lovejoy melakukan deskripsi pola dasar dari gesekan gigi dalam suatu
populasi (Lovejoy mengambil 332 individu dewasa pada populasi Libben yang sudah diseleksi terlebih
dahulu). Dalam menentukan pola dasar, semua gigi geligi dikelompokkan berdasarkan tingkat keausan
masing-masing terutama pada tiga daerah fungsional, yaitu gigi anterior, gigi premolar, dan gigi molar.

● Pada tahap kedua penelitian, Lovejoy melakukan suatu penentuan tingkat keausan melalaui suatu
metode yang telah ditentukan oleh Miles (1962) yang kemudian hasilnya disimpulkan dan dibagi menjadi
beberapa fase, yaitu fase A hingga fase I yang menunjukkan derajat atrisi pada suatu kelompok usia.

(Lovejoy et al., 1985)


KESIMPULAN METODE LOVEJOY
1. Atrisi pada gigi anterior mengalami percepatan apabila sudah terjadi eksposure dari
dentin secara komplit dengan kehilangan mahkota yang lebih besar setelah melewati
usia 30 tahun
2. Atrisi pada maksila lebih banyak di bandingkan pada mandibular serta pada rahang
maksila kerusakan lebih banyak terjadi pada regio bukal dan pada mandibula lebih
banyak kerusakan pada premolar hingga mahkota menjadi rata
3. Atrisi pada daerah lingual lebih cepat terjadi pada maksila, dimana pada mandibular
lebih cepat terjadi pada bagian bukal.
4. Derajat atrisi umumnya simetris pada kedua sisi rahang kecuali dalam kasus yang
melibatkan penyakit sendi temporomandibular, kehilangan molar unilateral atau
penyakit periodontal, dll
Penilaian Atrisi Berdasarkan Metode
Lovejoy dalam Menentukan Usia
Individu
Pertimbangan kelebihan dan kelemahan
• Ketika gigi geligi permanen sudah
muncul, maka proses dari atrisi akan
dimulai.
• Keausan dari gigi merupakan hal yang
terjadi pada setiap individu seiring dengan
bertambahnya usia.
• Dipengaruhi oleh: perkembangan dari
gigi, morfologi gigi, ukuran gigi, struktur
internal dari mahkota gigi, angulasi,
biomekanisme pengunyahan, dan pola
makan (McKee & Molnar, 1988; Walker et
al., 1991)
• Dalam penentuan usia melalui penilaian
atrisi, perlu juga dipertimbangkan faktor
ras dan budaya. Diketahui bahwa
terdapat perbedaan anatomis bagian
tubuh manusia pada ras yang berbeda.
• Selain itu, terdapat perbedaan pola
makanan pada orang Indonesia dengan
sampel orang kaukasoid yang menjadi
sampel pada penelitian Lovejoy.
Penilaian Atrisi Berdasarkan Metode
Lovejoy dalam Menenjukan Usia Individu

Temuan pada pemeriksaan luar jenazah:


● Pada rahang atas bagian kanan,
incisivus I1I2 tidak ada, premolare P1,2
Berdasarkan Metode Lovejoy dan disesuaikan dengan tidak ada, Molare M1,2,3 tidak ada;
temuan pada pemeriksaan gigi jenazah, dapat ● Pada rahang atas bagian kiri, I 1, P1,2,
diperkirakan usia jenazah sekitar 45 – 50 tahun.
M1,2,3 tidak ada;
● Pada rahang bawah bagian kanan
M2,3 permukaan rata;
● Pada rahang bawah bagian kiri, M 1
tidak ada, gigi M2 terdapat kerataan
pada permukaannya.
● Jumlah total gigi yg ada 18 buah
PERKIRAAN WAKTU KEMATIAN
Perubahan pada Mata
• Mata terbuka pada atmosfer yang kering
• Sklera di kiri-kanan kornea akan berwarna kecoklatan → beberapa jam
berbentuk segitiga dengan dasar tepi kornea (taches noires scletiques)
• Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis dan akan menetap kira-kira 6
jam paska mati
• Kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam paska mati dan beberapa jam
kemudian fundus tidak tampak jelas.
Perubahan pada Mata
• Setelah kematian tekanan pada bola mata menurun → memungkinkan
distorsi pupil pada penekanan bola mata
• 30 menit pasca mati menunjukkan kekeruhan makula dan mulai
memucatnya diskus optikus hingga 1 jam pasca mati makula lebih pucat
dan tepinya tidak tajam lagi.
• Selama 2 jam pertama pasca mati retina menjadi pucat dan daerah sekitar
diskus menjadi kuning dan tampak disekitar makula yang menjadi lebih
gelap.
• Kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi
homogen dan lebih pucat
Perubahan pada Mata
• 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar yang

mengalami segementasi yang dapat dilihat dengan latar belakang

kuning kelabu
• Waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus

akan sangat kabur


• 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali dengan adanya

konvergensi beberapa segmen pb. Darah yang tersisa


• pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan gambaran pb. darah retina

dan diskus, hanya makula yang tampak berwarna coklat gelap


Perubahan dalam Lambung
• Kecepatan dalam pengosongan lambung bervariasi sehingga tidak
dapat digunakan sebagai petunjuk pasti waktu antara makan terakhir
dan saat mati
• Keadaan lambung dan isinya dapat membantu dalam membuat
keputusan
Perubahan Rambut
• Kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm per hari, panjang kumis
dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian
• Cara ini hanya digunakan untuk pria yang mempunyai kebiasaan
mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir dia
mencukur
Pertumbuhan Kuku
Pertumbuhan kuku diperkirakan sekitar 0.1 mm per hari dan dapat

dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui

saat terakhir yang berangkutan memorong kuku.

Perubahan Cairan Vitreus


Terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akutrat untuk memperkirakan
saat kematian antara 24 hingga 100 jam
Perubahan dalam Cairan Serebro Spinal

• Adanya kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan


kematian belum lewat 10 jam
• Kadar nitrogen non protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian
belum 24 jam
• Kadar kreatinin kurang dari 5mg% dan 10 mg% masingmasing
menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.
Komponen Darah
• Setelah kematian kompoen darah terjadi perubahan sehingga analisa
darah pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat
tersebut semasa hidupnya.
• Gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan
perubahan kematian dapat menimbulkan perubahan dalam darah
bahkan sebelum kematian itu terjadi
Reaksi Supravital

• Reaksi supravital adalah reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis
yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang
hidup.
• Beberapa uji yang dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar :
• Rangsangan listrik : dapat menimbukan kontraksi otot mayat
hingga 90-120 menit pasca mati dan sekresi kelenjar keringat
sampai 60-90 menit pasca mati.
• Pada kasus trauma dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit
sampai 1 jam pasca mati.
Lebam Mayat (livor mortis)
Lebam mayat adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah pada bagian-bagian tubuh yang terletak
paling rendah namun bukan daerah yang tertekan akibat
terhentinya pompa jantung dan pengaruh gaya gravitasi.

Mekanisme
Gravitasi → darah terkumpul pada vena-vena besar 🡪 mengisi cabang-cabang
pembuluh darah 🡪 perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan berupa
bercak setempat → lebih lebar dan merata pada bagian tubuh terendah, bila
cabang vena pecah → Tardiu’s spot.

Warna lebam mayat biasanya merah kebiruan.


Keracunan karbon monoksida (CO) → merah cerah (cherry red)
Keracunan potassium chlorate → coklat
Kematian karena asfiksia → lebih gelap
Warna lebam
Lebam mayat biasanya merah kebiruan.
Keracunan karbon monoksida (CO) → merah cerah (cherry red)
Keracunan potassium chlorate → coklat
Kematian karena asfiksia → lebih gelap
Timbul lebam mayat 1 - 2 jam setelah mati. Lokalisasi
pada bagian yang terendah, kecuali daerah-daerah
yang tertekan. Pada penderita anemia atau
perdarahan lebih lama, pada penderita penyakit
kronis lebih cepat.

>4 jam PM → kapiler rusak → ekstravasasi ke jaringan → lebam mayat menetap (tidak
hilang jika ditekan atau dibalik)

>12 jam PM → sudah koagulasi → tidak membentuk lebam baru meskipun posisi mayat
dibalik.
Pada posisi terlentang, lebam mayat
ditemukan pada leher bagian
belakang, punggung, bokong, dan
fleksor dari anggota bawah
Kaku Mayat (rigor mortis)

Terjadi akibat hilangnya ATP dari otot-otot tubuh


ATP → memisahkan ikatan aktin dan myosin pada otot sehingga
otot dapat berelaksasi, serta hanya akan beregenerasi bila proses
metabolisme terjadi.

Mekanisme
Kematian → semua produksi ATP berhenti walau konsumsi tetap terjadi 🡪 filamen
aktin dan miosin menjadi terikat secara permanen 🡪 terbentuklah kaku mayat →
dekomposisi autolisis → ikatan aktin dan miosinnya dilepas oleh enzim proteolitik
→ otot tampak menjadi lemas kembali (relaksasi sekunder)
Kronologi
Mulai timbul 2 – 4 jam setelah mati 🡪 Dimulai dari otot –otot di
daerah muka Kekakuan lengkap sampai ujung kaki 🡪 12 jam PM kaku
mayat bertahan sampai 12 jam kemudian → 24 jam PM seluruh
tubuh relaksasi sekunder

Mekanisme
Kematian → semua sistem (fosfagen, glikolisis, aerobik) produksi ATP berhenti
walau konsumsi tetap terjadi 🡪 filamen aktin dan miosin menjadi terikat secara
permanen 🡪 terbentuklah kaku mayat → dekomposisi autolisis → ikatan aktin dan
miosinnya dilepas oleh enzim proteolitik → otot tampak menjadi lemas kembali
(relaksasi sekunder)
Faktor yang mempengaruhi
Keadaan lingkungan → suhu rendah menunda timbulnya rigor
mortis dan juga berapa lama rigor mortis itu menetap.
Usia → lebih cepat timbul pada bayi
Cara kematian → pada kasus tenggelam, rigor mortis seluruh
tubuh setelah 2-3 jam
Kondisi otot → lebih lambat pada orang dewasa dengan postur
atletis
suhu tubuh tinggi → mempercepat rigor mortis
Aktivitas sebelum kematian → latihan berat, kejang mempercepat
rigor mortis
Cadaveric spasm: Terjadinya rigor mortis yang instan, terbentuk
seluruh tubuh dalam 2-3 jam PM, pada bagian tubuh tertentu
(lengan dan tangan). Dipengaruhi ketegangan jiwa atau ketakutan
sebelum kematiannya. Contoh: kasus tenggelam.

Heat stiffening: Pada mayat yang terbakar, akan mengalami


kekakuan otot yang disebabkan karena proses koagulasi protein →
serabut otot memendek & terjadi fleksi sendi

Freezing: Kekakuan yang terjadi karena pembekuan cairan di sendi


atau di dalam sel-sel otot atau jaringan interstisial. Pada perabaan
terasa dingin dan bila digerakkan terasa adanya krepitasi.
LUKA AKIBAT LISTRIK
LUKA LISTRIK
Listrik merupakan bentuk energi yang pada keadaan tertentu dapat melukai
bahkan dapat menyebabkan kematian

Faktor yang berperan pada cedera listrik adalah tegangan (VOLT), kuat arus
(AMPERE), Tahanan Kulit (OHM), luas dan lama kontak.

Tegangan rendah (<65-1000 V) biasanya tidak berbahaya bagi manusia,


tetapi tegangan sedang (65-1000 V) dapat mematikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beratnya luka

• Jenis/macam aliran listrik


Arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Tubuh manusia lebih sensitif
terhadap arus AC, sehingga efek yang ditimbulkan arus AC lebih berbahaya
dibanding arus DC dengan intensitas yang sama.

• Tegangan/Voltage
Voltage yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan kematian adalah
50 volt. Semakin tinggi voltage maka akan menghasilkan efek yang lebih
berat pada manusia baik efek lokal maupun general.

• Tahanan/resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan. Ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beratnya luka

• Kuat arus
Kuat arus dinyatakan dalam satuan Ampere.
Kuat arus 30 mA adalah batas ketahanan seseorang , pada 40 mA dapat
menimbulkan kehilangan kesadaran dan kuat arus 100 mA atau lebih dapat
menyebabkan kematian.

• Adanya hubungan dengan bumi (earthing)


Hal ini berhubungan faktor tahanan. Orang yang bediri pada tanag basah
tanpa alas kaki akan lebih berbahaya dibanding orang yang berdiri
menggunakan alas sepatu kering karena orang yang berdiri pada tanah
basah tahanannya lebih rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beratnya luka

• Lama waktu kontak


Semakin lama korban kontak, maka semakin banyak arus yang melalui tubuh
sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar dan luas.

• Aliran arus listrik (path of current)


Arus listrik masuk dari sebelah kanan. Bahaya tersebar bisa berbahaya
dibanding masuk dari sebelah kanan. Bahaya tersebut bisa timbul jika
jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut.
Arus (Ma) Efek Pada Tubuh
1.0 Sensasi, ambang arus
1.5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2.0 Tangan mati rasa
3.5 Tangan terasa ringan dan kaku
4.0 Parestesia lengan bawah
5.0 Tangan tremor dan lengan bawah spasme
7.0 Spasme ringan yang luas sampai lengan atas
10.0 Dapat sengaja melepaskan diri dari arus listrik
15.0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran listrik
20.0 Kontraksi otot yang sangat sakit
Gambaran luka yang timbul akibat arus listrik
Electric mark:

• Kelainan yang dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk ke dalam
tubuh.
• Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian datar dan rendah
di bagian tengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul.
• Bagian tengah biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan
menunjukkan pelebaran pembuluh darah/hiperemis.

Joule burn / endogenous burn


Terjadi bila kontak antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik
cukup lama, sehingga bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric
mark akan berubah menjadi hitam hangus terbakar.
Gambaran luka yang timbul akibat arus listrik
Exogenous burn

Terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan
tinggi, yang memang sudah mengandung panas

Misalnya pada tegangan >330 volt, Tubuh korban akan hangus terbakar
dengan kerusukan yang sangat berat, yang kadang disertai dengan patah
tulang.
LUKA LISTRIK
ELECTRICAL BURN ATAU ELECTRICAL MARKS:
LUKA LISTRIK
ELECTRICAL BURN ATAU ELECTRICAL MARKS:
Sebab kematian karena arus listik
• Fibrilasi ventrikel
• Paralisis respiratorik (kelumpuhan otot pernafasan)
• Paralisis pusat pernafasan.
Patofisiologi Luka Listrik
Aliran elektron melalui bahan konduktif, menuruni gradien potensial dari
konsentrasi tinggi ke rendah, menghasilkan listrik. Gradien potensial, atau
perbedaan antara konsentrasi elektron tinggi dan rendah, mewakili
tegangan dan dapat bervariasi tergantung pada sumber listrik. Cedera listrik
dapat dipisahkan berdasarkan cedera tegangan rendah atau tegangan
tinggi, di mana ambang batas 500 V hingga 100 V dapat digunakan. Ini
dianggap tinggi. Listrik rumah tangga di Amerika Serikat disetel pada 110 V,
meskipun beberapa peralatan berdaya tinggi mungkin disetel setinggi 240
V. Sebagai perbandingan, saluran listrik industri dan tegangan tinggi dapat
disetel pada lebih dari 100.000 V.
Patofisiologi Luka Listrik
Arus (I), menggambarkan jumlah energi (volume elektron) yang mengalir ke gradien
potensial dan diukur dalam ampere (A). Ini menjelaskan jumlah energi yang mengalir
melalui tubuh individu yang terkena akibat cedera listrik. Setiap orang memiliki
variasi dalam jumlah arus maksimum yang dapat mereka toleransi terhadap
sentuhan sambil tetap dapat melepaskan sumber listrik sebelum induksi tetani otot.

Resistensi (R) adalah ukuran bagaimana suatu bahan mengurangi jumlah aliran
listrik yang melewatinya, diukur dalam ohm. Di dalam tubuh, resistensi bervariasi
antar jaringan, tergantung pada tingkat air dan elektrolit yang ada. Konsentrasi
elektrolit dan air tertinggi (dan oleh karena itu resistansi terendah) ditemukan di
pembuluh darah, neuron, dan otot. Untuk alasan ini, ini adalah konduktor listrik yang
sangat baik di dalam tubuh. Sebaliknya, tulang, lemak, dan kulit merupakan
konduktor listrik yang buruk (dengan resistansi tinggi). Resistensi kulit juga
meningkat dengan peningkatan ketebalan, kekeringan, dan keratinisasi. Selaput
lendir lembab atau bukaan di kulit (misalnya, tusukan, laserasi, atau lecet) secara
kontras memiliki resistensi yang lebih rendah.
Patofisiologi Luka Listrik
Jaringan dengan resistansi tertinggi cenderung mengalami tingkat kerusakan terbesar akibat cedera
listrik. Resistensi kulit yang tinggi akan menyebabkan hilangnya energi dalam jumlah yang lebih
besar pada tingkat kulit yang mengakibatkan luka bakar pada kulit, sehingga mengurangi tingkat
kerusakan internal yang diakibatkannya. Di sisi lain, resistansi kulit yang rendah dapat
menyebabkan cedera kulit yang kurang jelas atau tidak ada cedera kulit sama sekali, sementara
energi listrik dalam jumlah yang lebih besar ditransfer ke jaringan internal. Untuk alasan ini, luasnya
luka bakar eksternal pada kulit tidak memprediksi tingkat kerusakan yang akan ditemukan secara
internal, juga tidak adanya luka bakar eksternal total memprediksi tidak adanya cedera listrik
internal.

Resistensi jaringan internal itu sendiri lebih jauh menentukan tingkat kerusakan yang dihadapi.
Faktor tambahan yang perlu dipertimbangkan adalah rapat arus yang ditentukan oleh luas
penampang jaringan tertentu. Misalnya, ketika energi listrik mengalir ke lengan yang sebagian besar
terdiri dari jaringan resistansi rendah seperti otot, saraf, pembuluh darah, kepadatan arus relatif
rendah dan konstan. Hal ini berlaku sampai energi listrik mencapai sendi (mis., Siku, pergelangan
tangan, jari) di mana proporsi yang lebih besar dari luas penampang terdiri dari jaringan dengan
resistansi lebih tinggi (mis., Tulang, tendon) dan lebih sedikit jaringan resistansi rendah. Oleh karena
itu, pada persendian, energi listrik menjadi lebih terfokus pada lebih sedikit jaringan resistansi
rendah, dan karena alasan ini, jenis jaringan ini cenderung paling banyak mengalami cedera pada
Patofisiologi Luka Listrik
• Penentu lain dari cedera listrik di seluruh tubuh adalah sumber (yaitu, titik masuk) dan arde
(yaitu, titik keluar) arus. Sumber yang paling umum adalah tangan, diikuti oleh kepala,
sedangkan yang paling umum biasanya adalah kaki. Arus apa pun yang melewati kepala
dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat (SSP). Jantung paling sering
terpengaruh jika arus mengalir dari tangan ke kaki atau tangan ke tangan di seluruh tubuh,
dan ini dapat menyebabkan aritmia yang berpotensi fatal.

• Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara arus, tegangan, dan tahanan, sedemikian
sehingga tegangan berbanding lurus dengan arus, sedangkan berbanding lurus dengan
resistansi.

• Derajat cedera listrik yang dialami seseorang dapat diprediksi oleh faktor-faktor
Kouwenhoven meliputi jenis arus, kekuatan arus, lamanya waktu pemaparan, hambatan
tubuh, dan jalur yang diambil arus dalam tubuh selain kekuatan medan listrik.
Patofisiologi Luka Listrik
• Jenis arus mengacu pada arus bolak-balik (AC) atau arus searah (DC). AC, arus yang
ditemukan di outlet listrik rumah tangga (umumnya 50 Hz hingga 60 Hz; frekuensi rendah),
berubah arah secara ritmis, sedangkan DC, arus yang ditemukan di sebagian besar
baterai, terus mengalir ke satu arah. Kebanyakan cardioverters dan defibrillator juga
menggunakan DC.

• Semakin tinggi arus dan tegangan yang terkait dengan AC atau DC, semakin besar
kerusakan listriknya. Arus tegangan tinggi (lebih besar dari 500 V hingga 1000 V) biasanya
akan mengakibatkan luka bakar yang dalam, sedangkan arus tegangan rendah (110 V
hingga 120 V) lebih cenderung menghasilkan tetani.

• Tetani otot biasanya terjadi sebagai respons terhadap rangsangan listrik pada frekuensi 40
Hz hingga 110 Hz, rentang di mana sebagian besar arus rumah tangga ada. Jika kontraksi
otot ini terjadi di tangan, kontraksi fleksor akan menyebabkan individu yang terkena untuk
memahami sumber dan memperpanjang kontak dengan sumber listrik .
Patofisiologi Luka Listrik
• Kebanyakan manusia dapat merasakan energi listrik, untuk disentuh, pada arus 1 miliamp (mA).
Arus pelepasan mengacu pada jumlah arus (ampere) yang masih memungkinkan seseorang
melepaskan sumbernya, meskipun kontraksi otot diinduksi. Jumlah ampere yang ditoleransi per
individu (arus lepas) bervariasi tergantung pada ukurannya (mis., Massa otot dan berat). Seorang
pria dengan berat rata-rata 70 kg, misalnya, akan memiliki arus lepas kira-kira 75 mA untuk DC
dan 15 mA untuk AC. Sebagian besar anak-anak dapat mentolerir arus pelepasan 3 mA hingga 5
mA, yang jauh lebih rendah daripada arus yang dihasilkan oleh sebagian besar pemutus sirkuit,
sakelar listrik yang dirancang untuk mengganggu aliran listrik, ketika ada kelebihan arus listrik)
ditemukan di rumah .

• Ini terutama frekuensi AC yang menentukan efeknya pada tubuh. AC frekuensi rendah cenderung
menyebabkan tetani (kontraksi otot yang berkepanjangan), sehingga sulit bagi individu yang
terkena untuk melepaskan sumber arus, sehingga memperpanjang lamanya paparan. Karena
alasan ini, AC frekuensi rendah seringkali lebih berbahaya daripada AC frekuensi tinggi. Secara
umum, AC juga kira-kira tiga hingga lima kali lebih merusak daripada DC dengan tegangan dan
arus yang sama. Selain itu, DC hanya menyebabkan satu kejang atau kontraksi, biasanya
mendorong orang tersebut menjauh dari sumber listrik.
Patofisiologi Luka Listrik
• Terakhir, kekuatan medan listrik harus dipertimbangkan saat menentukan tingkat cedera jaringan.
Kekuatan medan ditentukan berdasarkan jumlah tegangan yang dihadapi, selain ukuran area
yang bersentuhan dengannya. Misalnya, tegangan yang sangat tinggi yang bersentuhan dengan
luas permukaan yang lebih besar mungkin memiliki kekuatan medan yang sama atau bahkan
mungkin kurang dari tegangan yang jauh lebih kecil yang bersentuhan dengan luas permukaan
yang jauh lebih kecil. Karena alasan ini, cedera tegangan rendah (tersebar di area yang lebih
kecil) seringkali dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang sama dengan cedera tegangan
tinggi (tersebar di area yang lebih luas).
Patofisiologi Luka Listrik
• Kekuatan medan listrik yang rendah dikaitkan dengan sensasi langsung yang tidak nyaman
("kejutan") yang tidak akan mengakibatkan cedera yang signifikan. Sebaliknya, kekuatan medan
listrik yang tinggi cenderung mengakibatkan kerusakan elektrokimia atau termal pada jaringan
yang terkena dengan risiko menyebabkan koagulasi protein, nekrosis koagulasi, hemolisis,
trombosis, avulsi otot atau tendon, atau dehidrasi. Selain cedera listrik itu sendiri, cedera kekuatan
medan listrik yang tinggi dapat menyebabkan edema jaringan masif (misalnya, sekunder akibat
trombosis, kemacetan vaskular, dan pembengkakan otot akibat kerusakan), yang berpotensi
menyebabkan sindrom kompartemen. Dehidrasi (dengan hipovolemia dan hipotensi terkait) juga
dapat terjadi sebagai akibat dari edema jaringan ini. Cedera otot yang parah dapat menyebabkan
rhabdomyolysis, mioglobinuria, dan gangguan elektrolit tambahan. Secara keseluruhan, gejala
sisa ini menempatkan individu pada risiko yang sangat tinggi dari cedera ginjal akut.

• Potensi gejala sisa jangka panjang dari cedera listrik mungkin termasuk neurologis (misalnya,
neuropati, kejang, sinkop, tinnitus, parestesia, kelemahan, kehilangan keseimbangan, koordinasi
yang buruk, atau ataksia gaya berjalan), psikologis (misalnya, kesulitan memori atau perhatian,
lekas marah, depresi atau stres pasca-trauma), gangguan mata (misalnya katarak) atau fisik
(misalnya, nyeri, kelelahan, kontraktur, kejang otot, pruritus, sakit kepala, demam atau keringat
malam, dan berkurangnya rentang gerak atau kekakuan pada persendian).
Listrik AC dan DC pada Luka Listrik
• Arus bolak-balik frekuensi rendah (AC) menyebabkan cedera yang lebih luas pada
jaringan daripada AC frekuensi tinggi atau arus searah (DC). Hal ini karena AC
frekuensi rendah menyebabkan kontraksi otot lokal yang sedang berlangsung (otot
fleksor lebih besar dari otot ekstensor) di tempat bersentuhan dengan sumber listrik,
yang seringkali menyebabkan korban tidak dapat melepaskan benda yang
mengganggu tersebut. Selain itu, cedera AC jauh lebih umum, karena AC memberi
daya pada rumah tangga dan bangunan lainnya.

• DC menyebabkan kontraksi otot tunggal yang kuat, seringkali membuang korbannya


dari sumber energi. Contoh paling umum dari cedera DC termasuk sambaran petir dan
kontak dengan aki mobil. Sebagai catatan, risiko kematian dan / atau tingkat
keparahan cedera akibat sambaran petir bergantung pada banyak faktor, seperti jika
paparannya adalah sambaran petir langsung atau petir menghantam sesuatu yang
lain di dekatnya (pohon / bangunan / tanah) dan kemudian melakukan perjalanan ke
tubuh individu.
Voltase dan Ampere Listrik
• Luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai tegangan tinggi atau rendah. Tegangan
tinggi yang lebih besar dari 500-1000 Volt menyebabkan luka bakar yang dalam dan
jaringan dalam yang luas serta kerusakan organ. Eksposur tegangan rendah
cenderung menghasilkan cedera yang lebih ringan. Rumah tangga Amerika Serikat
disuplai dengan tegangan dalam kisaran 110 hingga 220 yang menyebabkan tetani
otot dan dapat menyebabkan kontak yang terlalu lama dengan sumber listrik, karena
pasien tidak dapat melepaskannya. Dari sumber eksternal, hanya dibutuhkan 60
hingga 100 miliampere AC frekuensi rendah atau 300 hingga 500 miliampere DC
untuk menginduksi fibrilasi ventrikel. Untuk sumber internal (alat pacu jantung),
dibutuhkan kurang dari 1 miliamp untuk menginduksi fibrilasi ventrikel.
Faktor Resistensi Jaringan pada Luka Listrik
• Listrik, jalur dengan hambatan paling kecil; dengan demikian, sebagian besar cedera
terjadi pada jaringan yang resistensinya paling sedikit. Kulit adalah jaringan dengan
resistensi terbesar di tubuh manusia, diikuti oleh tulang. Saraf, otot, dan darah
memiliki paling sedikit resistensi. Lebih jauh memperkuat konsep ini adalah bahwa
jaringan lembab (otot) memiliki daya tahan yang jauh lebih rendah daripada jaringan
kering (kulit). Resistensi kulit yang lebih tinggi menghasilkan luka bakar yang lebih
menyebar ke kulit. Resistensi kulit yang lebih rendah menyebabkan luka bakar yang
lebih dalam yang cenderung melibatkan organ dalam. Apakah kulit relatif kering atau
lembab, listrik melewati jaringan kulit yang sangat resisten dan kemudian menyebar
melalui jaringan di bawahnya dengan resistansi yang lebih rendah. Oleh karena itu,
luka bakar kulit dapat tampak ringan jika jaringan dan organ dalam mengalami
kerusakan parah.

Anda mungkin juga menyukai