8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Kanan Kiri
Lain-lain :
1. Pada kulit wajah, leher, hingga dada atas tampak berwarna lebih gelap dari kulit
sekitar
2. Pada jaringan bawah kuku tangan kanan dan kiri tampak berwarna kebiruan
3. Pada jaringan bawah kuku kaki kanan dan kiri tampak berwarna putih pucat
Foto Lain-lain
IDENTIFIKASI RAS
DISKUSI
Identifikasi Ras
Race determination
based on nonmetric
morphological traits:
(Blummenfeld, 2000)
Tall dolichocephalic skull, receded
Kaukasoid zygomas, large brow ridge, and
projecting-narrow nasal apertures
(Rawlani, 2017)
Ras Mongoloid
1. Insisivus pada maksila menunjukkan berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid (shovel
shaped incisor cingulum)
2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah
pada 1-4% ras mongoloid.
3. Bentuk gigi molar segi 4 dominan
4. Lengkungan palatum berbentuk elips.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
Ras Negroid Ras Kaukasoid
Gigi geliginya berukuran relatif lebih kecil Khas ada carabelli trait (tonjolan pada
dan sering ada spacing/jarak antar gigi molar 1) serta dental archnya
terutama di tengah gigi seri depan sempit dan berbentuk seperti huruf
(midline diastema) “V”
KESIMPULAN RAS
Korban merupakan ras mongoloid, dikarenakan terdapat ciri-ciri:
• Ras Mongoloid dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Menurut Herdlicka (1921) bahwa gigi insisive mempunyai perkembangan penuh pada
permukaan palatal bahkan lingual sehingga shovel shaped insicor cungulum jelas
dominan (pada gigi 1.1,1.2,2.1,2.2)
• Fissure-fissure gigi molar
• Bentuk gigi molar -> segiempat dominan
• tulang tengkorak memiliki ciri berbentuk brakisefalik berukuran sedang dengan tulang
pipi yang menonjol (projecting zygomas), tonjolan tulang alis yang kecil, hidung
berukuran pesek-sedang, dengan tulang hidung yang tidak prominen.
ESTIMASI USIA
IDENTIFIKASI IDENTITAS KORBAN: PEMERIKSAAN ODONTOLOGI FORENSIK
PEMERIKSAAN ODONTOLOGI
Pemeriksaan
FORENSIK
odontologi lebih akurat dalam memperkirakan usia
korban dibandingkan parameter lain (misal penilaian tampilan luar
atau pemeriksaan tulang) 🡪 simpang baku yang sempit CATATAN
Kemungkinan yang didapatkan dalam identifikasi korban:
1. Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk Identifikasi identitas
membatasi atau menyempitkan identifikasi korban dengan
▪ Usia, jenis kelamin, ras, bentuk wajah, dan DNA. membandingkan
2. Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban antara data
tersebut. postmortem dan
▪ Gigi yang dibungkus logam, ada sejumlah gigi yang ompong data antemortem
atau patah, atau lubang pada bagian depan yang dapat
dikenali oleh kenalan/teman/keluarga korban.
ESTIMASI USIA INDIVIDU (Pemeriksaan Gigi)
● Metode pemeriksaan gigi (odotonlogi forensik) dalam
memperkirakan usia korban:
CATATAN
○ Pemeriksaan klinis Dipilih berdasarkan pertimbangan:
• Status individu (hidup/mati) METODE KLINIS
○ Radiografis • Kategori usia dengan perhitungan
• Jenis kasus (tunggal/bencana massal) jumlah erupsi gigi
○ Histologi • Kondisi gigi dan jaringan pendukung dan pola erupsi gigi
• Lokasi kasus pada individu usia
○ Biokimiawi • Ketersediaan fasilitas dan peralatan anak sampai remaja,
penunjang dan metode pola
Pemeriksaan Histologis • Agama dan budaya yang dianut individu dan derajat atrisi
(Gustafson ataupun Johanson) pada individu usia
Pemeriksaan Biokimiawi dewasa
(Rasemisasi asam aspartate)
● Merupakan pengembangan dari metode Gustafson (metode radiografis), dimana derajat atrisi gigi
seseorang memiliki suatu potensi untuk menentukan usia dari seorang individu.
● Pada tahap awal penelitiannya, Lovejoy melakukan deskripsi pola dasar dari gesekan gigi dalam suatu
populasi (Lovejoy mengambil 332 individu dewasa pada populasi Libben yang sudah diseleksi terlebih
dahulu). Dalam menentukan pola dasar, semua gigi geligi dikelompokkan berdasarkan tingkat keausan
masing-masing terutama pada tiga daerah fungsional, yaitu gigi anterior, gigi premolar, dan gigi molar.
● Pada tahap kedua penelitian, Lovejoy melakukan suatu penentuan tingkat keausan melalaui suatu
metode yang telah ditentukan oleh Miles (1962) yang kemudian hasilnya disimpulkan dan dibagi menjadi
beberapa fase, yaitu fase A hingga fase I yang menunjukkan derajat atrisi pada suatu kelompok usia.
kuning kelabu
• Waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus
• Reaksi supravital adalah reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis
yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang
hidup.
• Beberapa uji yang dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar :
• Rangsangan listrik : dapat menimbukan kontraksi otot mayat
hingga 90-120 menit pasca mati dan sekresi kelenjar keringat
sampai 60-90 menit pasca mati.
• Pada kasus trauma dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit
sampai 1 jam pasca mati.
Lebam Mayat (livor mortis)
Lebam mayat adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah pada bagian-bagian tubuh yang terletak
paling rendah namun bukan daerah yang tertekan akibat
terhentinya pompa jantung dan pengaruh gaya gravitasi.
Mekanisme
Gravitasi → darah terkumpul pada vena-vena besar 🡪 mengisi cabang-cabang
pembuluh darah 🡪 perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan berupa
bercak setempat → lebih lebar dan merata pada bagian tubuh terendah, bila
cabang vena pecah → Tardiu’s spot.
>4 jam PM → kapiler rusak → ekstravasasi ke jaringan → lebam mayat menetap (tidak
hilang jika ditekan atau dibalik)
>12 jam PM → sudah koagulasi → tidak membentuk lebam baru meskipun posisi mayat
dibalik.
Pada posisi terlentang, lebam mayat
ditemukan pada leher bagian
belakang, punggung, bokong, dan
fleksor dari anggota bawah
Kaku Mayat (rigor mortis)
Mekanisme
Kematian → semua produksi ATP berhenti walau konsumsi tetap terjadi 🡪 filamen
aktin dan miosin menjadi terikat secara permanen 🡪 terbentuklah kaku mayat →
dekomposisi autolisis → ikatan aktin dan miosinnya dilepas oleh enzim proteolitik
→ otot tampak menjadi lemas kembali (relaksasi sekunder)
Kronologi
Mulai timbul 2 – 4 jam setelah mati 🡪 Dimulai dari otot –otot di
daerah muka Kekakuan lengkap sampai ujung kaki 🡪 12 jam PM kaku
mayat bertahan sampai 12 jam kemudian → 24 jam PM seluruh
tubuh relaksasi sekunder
Mekanisme
Kematian → semua sistem (fosfagen, glikolisis, aerobik) produksi ATP berhenti
walau konsumsi tetap terjadi 🡪 filamen aktin dan miosin menjadi terikat secara
permanen 🡪 terbentuklah kaku mayat → dekomposisi autolisis → ikatan aktin dan
miosinnya dilepas oleh enzim proteolitik → otot tampak menjadi lemas kembali
(relaksasi sekunder)
Faktor yang mempengaruhi
Keadaan lingkungan → suhu rendah menunda timbulnya rigor
mortis dan juga berapa lama rigor mortis itu menetap.
Usia → lebih cepat timbul pada bayi
Cara kematian → pada kasus tenggelam, rigor mortis seluruh
tubuh setelah 2-3 jam
Kondisi otot → lebih lambat pada orang dewasa dengan postur
atletis
suhu tubuh tinggi → mempercepat rigor mortis
Aktivitas sebelum kematian → latihan berat, kejang mempercepat
rigor mortis
Cadaveric spasm: Terjadinya rigor mortis yang instan, terbentuk
seluruh tubuh dalam 2-3 jam PM, pada bagian tubuh tertentu
(lengan dan tangan). Dipengaruhi ketegangan jiwa atau ketakutan
sebelum kematiannya. Contoh: kasus tenggelam.
Faktor yang berperan pada cedera listrik adalah tegangan (VOLT), kuat arus
(AMPERE), Tahanan Kulit (OHM), luas dan lama kontak.
• Tegangan/Voltage
Voltage yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan kematian adalah
50 volt. Semakin tinggi voltage maka akan menghasilkan efek yang lebih
berat pada manusia baik efek lokal maupun general.
• Tahanan/resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan. Ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beratnya luka
• Kuat arus
Kuat arus dinyatakan dalam satuan Ampere.
Kuat arus 30 mA adalah batas ketahanan seseorang , pada 40 mA dapat
menimbulkan kehilangan kesadaran dan kuat arus 100 mA atau lebih dapat
menyebabkan kematian.
• Kelainan yang dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk ke dalam
tubuh.
• Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian datar dan rendah
di bagian tengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul.
• Bagian tengah biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan
menunjukkan pelebaran pembuluh darah/hiperemis.
Terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan
tinggi, yang memang sudah mengandung panas
Misalnya pada tegangan >330 volt, Tubuh korban akan hangus terbakar
dengan kerusukan yang sangat berat, yang kadang disertai dengan patah
tulang.
LUKA LISTRIK
ELECTRICAL BURN ATAU ELECTRICAL MARKS:
LUKA LISTRIK
ELECTRICAL BURN ATAU ELECTRICAL MARKS:
Sebab kematian karena arus listik
• Fibrilasi ventrikel
• Paralisis respiratorik (kelumpuhan otot pernafasan)
• Paralisis pusat pernafasan.
Patofisiologi Luka Listrik
Aliran elektron melalui bahan konduktif, menuruni gradien potensial dari
konsentrasi tinggi ke rendah, menghasilkan listrik. Gradien potensial, atau
perbedaan antara konsentrasi elektron tinggi dan rendah, mewakili
tegangan dan dapat bervariasi tergantung pada sumber listrik. Cedera listrik
dapat dipisahkan berdasarkan cedera tegangan rendah atau tegangan
tinggi, di mana ambang batas 500 V hingga 100 V dapat digunakan. Ini
dianggap tinggi. Listrik rumah tangga di Amerika Serikat disetel pada 110 V,
meskipun beberapa peralatan berdaya tinggi mungkin disetel setinggi 240
V. Sebagai perbandingan, saluran listrik industri dan tegangan tinggi dapat
disetel pada lebih dari 100.000 V.
Patofisiologi Luka Listrik
Arus (I), menggambarkan jumlah energi (volume elektron) yang mengalir ke gradien
potensial dan diukur dalam ampere (A). Ini menjelaskan jumlah energi yang mengalir
melalui tubuh individu yang terkena akibat cedera listrik. Setiap orang memiliki
variasi dalam jumlah arus maksimum yang dapat mereka toleransi terhadap
sentuhan sambil tetap dapat melepaskan sumber listrik sebelum induksi tetani otot.
Resistensi (R) adalah ukuran bagaimana suatu bahan mengurangi jumlah aliran
listrik yang melewatinya, diukur dalam ohm. Di dalam tubuh, resistensi bervariasi
antar jaringan, tergantung pada tingkat air dan elektrolit yang ada. Konsentrasi
elektrolit dan air tertinggi (dan oleh karena itu resistansi terendah) ditemukan di
pembuluh darah, neuron, dan otot. Untuk alasan ini, ini adalah konduktor listrik yang
sangat baik di dalam tubuh. Sebaliknya, tulang, lemak, dan kulit merupakan
konduktor listrik yang buruk (dengan resistansi tinggi). Resistensi kulit juga
meningkat dengan peningkatan ketebalan, kekeringan, dan keratinisasi. Selaput
lendir lembab atau bukaan di kulit (misalnya, tusukan, laserasi, atau lecet) secara
kontras memiliki resistensi yang lebih rendah.
Patofisiologi Luka Listrik
Jaringan dengan resistansi tertinggi cenderung mengalami tingkat kerusakan terbesar akibat cedera
listrik. Resistensi kulit yang tinggi akan menyebabkan hilangnya energi dalam jumlah yang lebih
besar pada tingkat kulit yang mengakibatkan luka bakar pada kulit, sehingga mengurangi tingkat
kerusakan internal yang diakibatkannya. Di sisi lain, resistansi kulit yang rendah dapat
menyebabkan cedera kulit yang kurang jelas atau tidak ada cedera kulit sama sekali, sementara
energi listrik dalam jumlah yang lebih besar ditransfer ke jaringan internal. Untuk alasan ini, luasnya
luka bakar eksternal pada kulit tidak memprediksi tingkat kerusakan yang akan ditemukan secara
internal, juga tidak adanya luka bakar eksternal total memprediksi tidak adanya cedera listrik
internal.
Resistensi jaringan internal itu sendiri lebih jauh menentukan tingkat kerusakan yang dihadapi.
Faktor tambahan yang perlu dipertimbangkan adalah rapat arus yang ditentukan oleh luas
penampang jaringan tertentu. Misalnya, ketika energi listrik mengalir ke lengan yang sebagian besar
terdiri dari jaringan resistansi rendah seperti otot, saraf, pembuluh darah, kepadatan arus relatif
rendah dan konstan. Hal ini berlaku sampai energi listrik mencapai sendi (mis., Siku, pergelangan
tangan, jari) di mana proporsi yang lebih besar dari luas penampang terdiri dari jaringan dengan
resistansi lebih tinggi (mis., Tulang, tendon) dan lebih sedikit jaringan resistansi rendah. Oleh karena
itu, pada persendian, energi listrik menjadi lebih terfokus pada lebih sedikit jaringan resistansi
rendah, dan karena alasan ini, jenis jaringan ini cenderung paling banyak mengalami cedera pada
Patofisiologi Luka Listrik
• Penentu lain dari cedera listrik di seluruh tubuh adalah sumber (yaitu, titik masuk) dan arde
(yaitu, titik keluar) arus. Sumber yang paling umum adalah tangan, diikuti oleh kepala,
sedangkan yang paling umum biasanya adalah kaki. Arus apa pun yang melewati kepala
dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat (SSP). Jantung paling sering
terpengaruh jika arus mengalir dari tangan ke kaki atau tangan ke tangan di seluruh tubuh,
dan ini dapat menyebabkan aritmia yang berpotensi fatal.
• Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara arus, tegangan, dan tahanan, sedemikian
sehingga tegangan berbanding lurus dengan arus, sedangkan berbanding lurus dengan
resistansi.
• Derajat cedera listrik yang dialami seseorang dapat diprediksi oleh faktor-faktor
Kouwenhoven meliputi jenis arus, kekuatan arus, lamanya waktu pemaparan, hambatan
tubuh, dan jalur yang diambil arus dalam tubuh selain kekuatan medan listrik.
Patofisiologi Luka Listrik
• Jenis arus mengacu pada arus bolak-balik (AC) atau arus searah (DC). AC, arus yang
ditemukan di outlet listrik rumah tangga (umumnya 50 Hz hingga 60 Hz; frekuensi rendah),
berubah arah secara ritmis, sedangkan DC, arus yang ditemukan di sebagian besar
baterai, terus mengalir ke satu arah. Kebanyakan cardioverters dan defibrillator juga
menggunakan DC.
• Semakin tinggi arus dan tegangan yang terkait dengan AC atau DC, semakin besar
kerusakan listriknya. Arus tegangan tinggi (lebih besar dari 500 V hingga 1000 V) biasanya
akan mengakibatkan luka bakar yang dalam, sedangkan arus tegangan rendah (110 V
hingga 120 V) lebih cenderung menghasilkan tetani.
• Tetani otot biasanya terjadi sebagai respons terhadap rangsangan listrik pada frekuensi 40
Hz hingga 110 Hz, rentang di mana sebagian besar arus rumah tangga ada. Jika kontraksi
otot ini terjadi di tangan, kontraksi fleksor akan menyebabkan individu yang terkena untuk
memahami sumber dan memperpanjang kontak dengan sumber listrik .
Patofisiologi Luka Listrik
• Kebanyakan manusia dapat merasakan energi listrik, untuk disentuh, pada arus 1 miliamp (mA).
Arus pelepasan mengacu pada jumlah arus (ampere) yang masih memungkinkan seseorang
melepaskan sumbernya, meskipun kontraksi otot diinduksi. Jumlah ampere yang ditoleransi per
individu (arus lepas) bervariasi tergantung pada ukurannya (mis., Massa otot dan berat). Seorang
pria dengan berat rata-rata 70 kg, misalnya, akan memiliki arus lepas kira-kira 75 mA untuk DC
dan 15 mA untuk AC. Sebagian besar anak-anak dapat mentolerir arus pelepasan 3 mA hingga 5
mA, yang jauh lebih rendah daripada arus yang dihasilkan oleh sebagian besar pemutus sirkuit,
sakelar listrik yang dirancang untuk mengganggu aliran listrik, ketika ada kelebihan arus listrik)
ditemukan di rumah .
• Ini terutama frekuensi AC yang menentukan efeknya pada tubuh. AC frekuensi rendah cenderung
menyebabkan tetani (kontraksi otot yang berkepanjangan), sehingga sulit bagi individu yang
terkena untuk melepaskan sumber arus, sehingga memperpanjang lamanya paparan. Karena
alasan ini, AC frekuensi rendah seringkali lebih berbahaya daripada AC frekuensi tinggi. Secara
umum, AC juga kira-kira tiga hingga lima kali lebih merusak daripada DC dengan tegangan dan
arus yang sama. Selain itu, DC hanya menyebabkan satu kejang atau kontraksi, biasanya
mendorong orang tersebut menjauh dari sumber listrik.
Patofisiologi Luka Listrik
• Terakhir, kekuatan medan listrik harus dipertimbangkan saat menentukan tingkat cedera jaringan.
Kekuatan medan ditentukan berdasarkan jumlah tegangan yang dihadapi, selain ukuran area
yang bersentuhan dengannya. Misalnya, tegangan yang sangat tinggi yang bersentuhan dengan
luas permukaan yang lebih besar mungkin memiliki kekuatan medan yang sama atau bahkan
mungkin kurang dari tegangan yang jauh lebih kecil yang bersentuhan dengan luas permukaan
yang jauh lebih kecil. Karena alasan ini, cedera tegangan rendah (tersebar di area yang lebih
kecil) seringkali dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang sama dengan cedera tegangan
tinggi (tersebar di area yang lebih luas).
Patofisiologi Luka Listrik
• Kekuatan medan listrik yang rendah dikaitkan dengan sensasi langsung yang tidak nyaman
("kejutan") yang tidak akan mengakibatkan cedera yang signifikan. Sebaliknya, kekuatan medan
listrik yang tinggi cenderung mengakibatkan kerusakan elektrokimia atau termal pada jaringan
yang terkena dengan risiko menyebabkan koagulasi protein, nekrosis koagulasi, hemolisis,
trombosis, avulsi otot atau tendon, atau dehidrasi. Selain cedera listrik itu sendiri, cedera kekuatan
medan listrik yang tinggi dapat menyebabkan edema jaringan masif (misalnya, sekunder akibat
trombosis, kemacetan vaskular, dan pembengkakan otot akibat kerusakan), yang berpotensi
menyebabkan sindrom kompartemen. Dehidrasi (dengan hipovolemia dan hipotensi terkait) juga
dapat terjadi sebagai akibat dari edema jaringan ini. Cedera otot yang parah dapat menyebabkan
rhabdomyolysis, mioglobinuria, dan gangguan elektrolit tambahan. Secara keseluruhan, gejala
sisa ini menempatkan individu pada risiko yang sangat tinggi dari cedera ginjal akut.
• Potensi gejala sisa jangka panjang dari cedera listrik mungkin termasuk neurologis (misalnya,
neuropati, kejang, sinkop, tinnitus, parestesia, kelemahan, kehilangan keseimbangan, koordinasi
yang buruk, atau ataksia gaya berjalan), psikologis (misalnya, kesulitan memori atau perhatian,
lekas marah, depresi atau stres pasca-trauma), gangguan mata (misalnya katarak) atau fisik
(misalnya, nyeri, kelelahan, kontraktur, kejang otot, pruritus, sakit kepala, demam atau keringat
malam, dan berkurangnya rentang gerak atau kekakuan pada persendian).
Listrik AC dan DC pada Luka Listrik
• Arus bolak-balik frekuensi rendah (AC) menyebabkan cedera yang lebih luas pada
jaringan daripada AC frekuensi tinggi atau arus searah (DC). Hal ini karena AC
frekuensi rendah menyebabkan kontraksi otot lokal yang sedang berlangsung (otot
fleksor lebih besar dari otot ekstensor) di tempat bersentuhan dengan sumber listrik,
yang seringkali menyebabkan korban tidak dapat melepaskan benda yang
mengganggu tersebut. Selain itu, cedera AC jauh lebih umum, karena AC memberi
daya pada rumah tangga dan bangunan lainnya.