Anda di halaman 1dari 20

RHEUMATOID

ARTHRITIS
Pembimbing:
dr. B. Susanto P, Sp. PD

Rahayu Novianti
1920221132
Kepaniteraan Klinik Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Rumah Sakit Umum Daerah Gunawan Mangunkusumo
Periode 15 Februari – 27 Maret 2020
DEFINISI DAN ETIOLOGI
⬩ Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronis dengan etiologi
yang tidak diketahui ditandai dengan poliartritis perifer simetris (Harrison
Principles of Internal Medicine 19e, 2015)
⬩ Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI edisi 6, 2014)
⬩ Rheumatoid arthritis merupakan hasil dari respon autoimun tetapi penyebab
spesifiknya tidak diketahui.

2
FAKTOR RESIKO
Tidak dapat dimodifikasi dapat dimodifikasi
1. Genetik  Faktor genetik berperan 50% hingga
1. Gaya hidup
60% dalam perkembangan RA. Gen yang
berkaitan kuat adalah HLA-DRB1. Selain itu juga 2. Hormonal  faktor reproduksi yang
ada gen tirosin fosfatase PTPN 22 di kromosom 1 
meningkatkan risiko RA yaitu pada
2. Usia  perempuan dengan sindrom polikistik
3. Jenis kelamin  wanita > pria ovari, siklus menstruasi ireguler, dan
menarche usia sangat muda. 
3. IMT>30

3
EPIDEMIOLOGI
⬩ Rheumatoid arthritis diperkirakan mempengaruhi sekitar 0,5-1% dari populasi orang dewasa di
seluruh dunia.
⬩ Seperti penyakit autoimun lainnya, rheumatoid arthritis lebih umum terjadi pada wanita
dibandingkan pria dengan rasio 2-3:1.
⬩ Penyakit ini cenderung menyerang selama tahun – tahun produktif usia dewasa antara usia 20
sampai 40 tahun dan merupakan kondisi kronis yang melumpuhkan dan sering menyebabkan rasa
sakit dan deformitas (WHO, 2019).
⬩ Pada beberapa kelompok etnis tertentu terdapat peningkatan prevalensi, seperti pada etnis Native
American (5-6%).
⬩ Faktor genetik memiliki keterlibatan hingga 50% dalam berkembangnya rheumatoid arthritis.

4
PATOFISIOLOGI

5
GEJALA KLINIS
⬩ Artikular
• Nyeri, bengkak Kemerahan dan kaku Sendi
• Diawali sendi tangan dan kaki
• Monoarticular ,
• Oligoarticular <4 sendi
• Polyarticular >5 sendi
• simetris (tidak selalu)
• Sendi tersering MCP (85%), PIP 80%, MTP
(75%), Pergelangan Kaki (75%)
• Deformitas: “swan-neck deformity”
“boutonniere deformity”
▫ “Z-Line deformity”
▫ ”Deviasi Ulnar”
6
GEJALA KLINIS
Gejala Konstitusional:
⬩ Penurunan berat badan, demam, mudah Lelah,
malaise dan pada kasus berat
⬩ dapat timbul kaheksia.

7
GEJALA KLINIS
⬩ Gejala
ekstraartikular

8
DIAGNOSIS
Diagnosis rheumatoid arthritis di indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American College of
Rheumatology / European League Againts Rheumatism 2010.

Apabila pasien dengan skor  6 maka


ditegakkan sebagai rheumatoid arthritis.

Penggolongan distribusi sendi diklasifikasikan


berdasarkan lokasi dan jumlah sendi yang
terkena, dengan penempatan kedalam kategori
yang tertinggi yang dapat dimungkinkan yaitu,
1). sendi besar adalah bahu, siku, lutut, pangkal
paha dan pergelangan kaki, 2). Sendi kecil
adalah MCP, PIP, MTP II-V, IP ibu jari dan
pergelangan tangan.
9
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
⬩ Tidak ada tes diagnostik tunggal yang definitif untuk konfirmasi diagnosis
rheumatoid arthritis. The american college of rheumatology subcommittee on
rheumatoid arthritis (ACRSRA) merekomendasikan pemeriksaan laboratorium
dasar untuk evaluasi antara lain: darah perifer lengkap, RF, LED atau CRP.
⬩ Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal juga direkomendasikan karena akan
membantu dalam pemilihan terapi.
⬩ Pemeriksaan pencitraan yang bisa digunakan untuk menilai penderita
rheumatoid arhtritis antara lain foto polos (plain radiograph) dan MRI.

11
PEMERIKSAAN PENUNJANG

12
TATA LAKSANA
⬩ Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia (2014) sasaran utama pengobatan rheumatoid arthritis adalah
meningkatkan kualitas hidup yang baik dengan mengatasi keluhan, mencegah kerusakan struktural,
menormalkan fungsi dan kehidupan sosialnya. Penekanan peradangan adalah cara yang penting untuk
mencapai sasaran tersebut.

13
Edukasi. Hal yang penting dalam pengobatan rheumatoid arthritis adalah
perlunya penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya, apa itu rheumatoid
arthritis dan perjalanan penyakitnya, program pengobatan, risiko dan
keuntungan pemberian obat dan modalitas pengobatan lain juga
menganjurkan untuk mempertahankan berat badan ideal.

14
Latihan/Program Rehabilitasi.
Program latihan fisik aerobik bisa direkomendasikan. Latihan fisik
disesuaikan dengan kondisi penyakit dan komorbiditas yang ada. Latihan
aerobik dapat dikombinasikan dengan latihan penguatan otot dan latihan
untuk kelenturan, koordinasi dan kecekatan serta kebugaran tubuh. Terapi
fisik dengan menggunakan laser kekuatan rendah dan TENS
(transcutaneous electrical nerve stimulation), efektif mengurangi nyeri
dalam jangka pendek.Upaya terapi psikologis (misalnya relaksasi,
mengatasi stress dan memperbaiki pandangan hidup yang positif) dapat
membantu pasien rheumatoid arthritis menyesuaikan hidup dengan kondisi
mereka.

15
PILIHAN PENGOBATAN
1.Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)
Pemberian DMARD bisa diberikan tunggal atau kombinasi.
DIAGNOSIS BANDING
⬩ 1. Spondiloartropati seronegatif, misalnya artritis
psoriatik.
⬩ 2. Artritis gout poliartikular
⬩ 3. Lupus eritematosus sistemik
⬩ 4. Osteoarthritis

17
PROGNOSIS
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini RA antara lain: skor
fungsional yang rendah, status social ekonomi rendah, tingkat Pendidikan
rendah, ada riwayat keluarga yang menderita RA, melibatkan banyak sendi,
CRP atau LED tinggi saat permulaan penyakit, RF atau anti-CCP positif,
ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul rheumatoid/
manifestasi ekstraartikular lainnya.

18
Rujukan
Pasien yang harus dirujuk ke spesialis penyakit dalam/reumatologis adalah:
1. Setiap orang dengan dugaan sinovitis persisten yang belum diketahui
penyebabnya ( a. sendi kecil pada tangan atau kaki yang terkena. b. lebih
dari satu sendi yang terkena. c. telah ada keterlambatan  3 bulan antara
timbulnya gejala dan pergi ke dokter)
2. Setiap orang dengan dugaan sinovitis menetap yang belum diketahui
sebabnya dengan tes darah yang menunjukkan reaktan fase akut normal
atau RF negatif.
3. Pasien dengan sinovitis pada pemeriksaan klinis perlu dianjurkan
pemeriksaan RF. Jika tetap dicurigai menderita rheumatoid arhtritis meskipun
RF negatif, pasien perlu diperiksa ACPA (Anti-citrullinated protein antibodies)

19
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai