Anda di halaman 1dari 18

PRAPENUNTUTAN,PENUNTUTAN ,DAN SURAT

DAKWAAN,PERADILAN DAN GANTI KERUGIAN


DAN REHABILITASI
Disusun Oleh : Dosen Pengampuh :
1.Rahma Ratih 1930104169Jumanah.SH.,MH.
2.M.Faqih Al-Ghiffari 1930104164
3.Diro Wiranto 1930104162
4.Lili Ribki Amalia 1930104163
5.Kuspita Loka 1930104166
PRAPENUNTUTAN
 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah menyebutkan  Pasal 138 KUHAP :
tentang prapenuntutan, tetapi tidak memberikan batasan/ pengertian apa yang 1. Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan dalam
dimaksud dengan prapenuntutan,demikian pula dalam pasal 1 KUHAP yang waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
memberikan definisi bagian hukum acara pidana, seperti 2. Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada
penyidikan,penuntutan,dan seterusnya,namun tidak memberikan pengertian penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari
tentang prapenuntutan. sejak tanggal penerimaan berkas,penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada
penuntut umum.
 Dapat dikutip kedua pasal tersebut untuh lebih mengetahui, sebagai berikut :  Prapenuntut adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan
dimulainya penyidikan dan penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan
 Pasal 110 KUHAP : yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan
apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan ke pengadilan atau ke tahap penuntutan.
1. Dalam hal penyidikan telah selesai melakukan penyidikan,penyidik wajib
 Dimaksud prapenuntutan sebagaimana Undang-Undang RI No.16 Tahun 2004 tentang kejaksaan,Pasal 30 ayat
segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum. (1) yang berbunyi, bahwa “Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang : huruf a ‘melakukan
penuntutan’; dan huruf e yang berbunyi ‘melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
2. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut pemeriksaan tambahan sebelumn dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas dengan penyidik”. Di dalam penjelasannya huruf a yang berbunyi “ Dalam melakukan penuntutan,jaksa dapat
melakukan prapenututan.”
perkara itu kepada penyidik di sertai petunjuk untuk dilengkapi.
 Adapun dalam penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf e,yang berbunyi : Untuk melengkapi berkas perkara,
3. Dalam hal penuntut umum mengemabalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, pemeriksaan tambahan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk 1. Tidak dilakukan terhadap tersangka
dari penuntut umum.
2. Hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya, dan dapat meresahkan masyarakat,dan/atau yang
4. Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari dapat membahayakan keselamatan negara;
penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum 3. Harus dapat diselesaikan dalam waktu empat belas hari setelah dilaksanakan ketentuan pasal 110 dan 138 ayat
batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberithuan tentang hal itu dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
penuntut umum kepada penyidik. 4. Prinsip koordinasi dan kerja sama dengan penyidik
PENUNTUTAN
Pengertian penuntutan sebagaimana menurut pasal 1 angka 7 KUHAP, Namun sebaliknya,apabila penuntut umum berpedapat lain,maka menurut
bahwa “Penuntutan adalah tindakan penuntutan umum untuk melipahkan pasal 140 ayat 2 KUHAP,yaitu:
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurt
cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dengan permintaan supaya a. Dalam hala penutut umum memutuskan untuk menghentikan
diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengandilan.” penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa ytersebut
ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi
Wirjono Prodjodikoro memberikan definisi penututan, cumah hukum,penutut umum menuangkan hal tersebut dalam surat
perbedanannya bahwa KUHAP tidak menyebutkan secara tegas ketetapan.
“terdakwa.” sedangkan Wirjono Prodjodikoro disebutkan secara tegas,
lebih lengkapnya yaitu “ Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia
adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya ditahan ,wajib segera dibebaskan.
kepada hakim dengan permohonan supaya hakim memeriksa dan kemudian
memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa.” c. Turunana surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada tersangka
atau keluarga atau penasehat hukum, pejabat rumah tahanan
Yang berwenag melakukan penuntutan sebagaimana menurut pasal 137 negara,penyidik,dan hukim.
KUHAP,bahwa “Penuntut umum berwenangmelakukan penuntutan
terhadap siapa pun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam d. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru, penuntut umum dapat
daerah hukumya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang melakukan penuntutan terhadap tersangka.
berwenang mengadili.”
Penuntutan dimaksud di atas adalah pelimpahan berkas perkaravsudah
Jadi, apabila penuntut umum berpendapat “ya”,maka menurut pasal 40 ayat dianggap lengkap dari penyidik (P21), maka penuntut umum telah
1 KUHAP,yaitu “ Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil menerima berkas perkara dan tersangka serta barang bukti lainnya
penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya sebagai bagian dari tangging jawab atau kewengan penyidik ke penuntut
membuat surat dakwaan.” umum, namun sebaliknya apabila berkas perkara menurut penuntut
umum masih dianggap belum lengkap dari penyidik, maaka berkas
perkara dikembalikan oleh penuntut umum ke penyidik untuk segera
dilengkapi berdasar catatan-catatan dari penuntut umum dan disebut
sebagai prapenuntutan atau pemeriksaan tambahan (P19).
SURAT DAKWAAN
1. Pendahuluan 3. syarat-syarat Surat Dakwaan
Pada zaman HIR surat dakwaan disebut “surat tuduhan” atau disebut juga “acte van Menurut Pasal 143 KUHAP, bahwa surat dakwaan mempunyai dua syarat yang harus
beschuldinging”, sedangkan KUHAP seperti yang ditegaskan pada pasal 140 ayat 1 dipenuhinya,yaitu:
KUHAP,diberi nama “surat dakwaan” atau dapat disebut “akte van verwijzing” atau
dalam istilah hukum inggris disebut “imputation”. a. Syarat-syarat Formil

2. Pengertian Surat Dakwaan Syarat- formil surat dakwaan sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP,yang
mencakup:
Pada umumnya,suarat dakwaan diartikan oleh para ahli hukum,berupa pengertian:
1) Diberi tanggal
a. Surat Akte
2) Memuat identitas terdakwa secara lengkap,meliputi:
b. Yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa
a. Nama lengkap
c. Yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dihubungkan
dengan rumusan pasal tindak pidana yang dilanggar dan didakwakan pada b. Tempat lahir,umur/tanggal lahir
terdakwa
c. Jenis kelamin
d. Merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan
d. Kebangsaan
Pengertian surat dakwaan menurut surat edaran jaksa agung tersebut, yaitu surat
dakwaan merupakan penataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta perbuatan terdakwa e. Tempat tinggal
yang terungkap sebagai hasil penyidikan dengan cara merangkai perpaduan antara f. Agama dan
fakta-fakta perbuatan tersebut dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai ketetuan
Undang-Undang pidana yang bersangkuatn. g. Pekerjaan
3) Ditandatangan oleh penuntut umum
b. Syarat Materiel 4. Sifat Sempurna Surat Dakwaan

Adapun syarat materiel menurut pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP,bahwa yang di Untuk lebih jelaslah masalah bentuk-bentuk surat dakwaan,diuraikan,sebagai berikut:
maksud dengan pengertian:cermat,jelas,dan lengkap,sebagai berikut: a. Dakwaan Tunggal (Satu perbuatan Saja)
1. Cermat,jadi surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan undang-undang yang Dakwaan secara tunggal yaitu seorang atau lebih terdakwa melakukan satu perbuatan
berlaku dan apabila ketidak cermatan dalam menyusun surat dakwaan dapat saja,misalnya,pencuruan biasa ,misalnya Pasal 362 KUHAP.
membatalkan atau tida diterima /dibuktikan surta dakwaan.
b. Dakwaan Alternatif
2. Jelas,berartibahwa penuntut umum harus mampu untuk:
Dakwaan secara alternatif yaitu dakwaan yang saling mengecualikan antara satu dengan yang
a. Merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan lainnya,ditandai dengan kata “ATAU”.misalnya pencurian biasa (362 KUHAP) atau penandahan (480
KUHAP).
b. Uraian perbuatan material (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa
c. Dakwaan Subsidair
c. Misalnya:tidak boleh menggabungkan unsur-unsur:
Dakwaan secara yaitu diurutkan mulai dari yang paling berat hingga yang paling berat hingga yang paling
 Pasal 55 dan 56 KUH Pidana ringan digunakan dalam tindak pidana yang berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain dalam KUH
Pidana.contoh:lazimnya untuk kasus pembunuhan secara berencana dengan menggunakan paket dakwaan
 Pasal 372 dan pasal 378 KUH Pidana primer ;pasal 340 KUHAP.

 Pasal 359 dan Undang-Undang lalu lintas dan angkutan jalan d. Dakwaan Kumulatif

 Dan sebagainya,sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (obscure Dalam dakwaan secara kumulatif,yaitu sebagaimana diatur sebagaimana diatur didalam pasal 141
KUHAP,bahwa penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat
libel),yang diancam dengan kebatalan. dakwaan.
3. lengkap, berarti bahwa uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur- e.Dakwaan Kombinasi
unsur yang ditentukan oleh undang-undang secara lengkap.
Dikatakan sebagai surat dakwaan kombinasi,Karena di dalam bentuk ini dikombinasikan/digabungkan antara
dakwaan alternatif atau subsidair.
5. Proses Penyusunan Surat Dakwaan 6. Surat Dakwaan Mempunyai Dua Segi

a. Voeging 1. Positif,yaitu keseluruhan isi surat dakwaan yang terbuktidalam siding harus dijadikan dasar
oleh hakim dalam putusannya.
Voeging adalah penggabungan berkas perkara dalam melakukan,penuntutan,demikian menurut
ketetuan pasal 141 KUHAP. 2. Negatif,yaitu apa yang dapat dinyatakan terbukti dalam perlindungan harus dapat
diketemukan dalam surat dakwaan.
b. Splitsing
7. Fungsi Surat Dakwaan
Splitsing adalah dilakukan oleh penuntut umum,yaitu dengan membuat berkas perkara
baru,dimana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu perlu dilakukan Dalam Surat Edaran Jaksa Agung RI.Nomor: SE-004/J.A/11/1993 tentang pembuatan surat
pemeriksaan baru,baik terhadap saksi maupun tersangka. dakwaan dijelaskan sebagai berikut:
3. Surat dakwaan menempati posisi sentral dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana di
c. Pemilihan Bentuk
pengadilan,karena itu surat dakwaan sangat dominan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas
Bentuk surat dakwaan harus disesuaikan dengan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh penuntutan.
terdakwa. 4. Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana,maka
fungsi surat dakwaan dapat dikategorikan;
d.Teknis Redaksional
a. Bagi pengadilan/hakim;surat dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membtasi ruang lingkup
Berkenan dengan cara merumuskan fakta-fakta dan perbuatan terdakwa yang dipadukan pemeriksaan,dasar pertimbngan dalam penjatuhan keputusan.
dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai perumusan ketentuan pidana yang dilanggar.
b. Bagi penuntutan umum surat dakwaan merupakan dasar pembuktian analisis yuridis tuntutan
6. Kekuasaan Laliim Surat Dakwaan pidana dan penggunaan upaya hukum.
1.Positif,bahwa kekuasaan lalim surat dakwaan adalah tentang isi dakwaan seluruhnya,sifatnya 8. Perubahan Surat Dakwaan
yang nyata dan keputusannya diambil sesuai pernyataan dan bukti tuduhan.
Berdasarkan Pasal 144 KUHAP diatas, bahwa perubahan atas surat dakwaan hanya dapat dilakukan
2. Negatif,adalah pernyataan tentang terbukti tidaknya itu tidak boleh mengundang suatu satu kali oleh penuntut umum.Tujuan perubahan surat dakwaan itu adalah untuk menyempurnakan
apapun yang tidak dijumpai kembali dalam surat dakwaan. ataupun untuk tidak melanjutkan penuntutan.Perubahan Surat Dakwaan diuraikan dalam Surat
Kejaksaan Agung RII Nomor B-607/E/11/1993,perihal:Pembuatan Surat Dakwaan,bertanggal 22
November 1993.
9. Pembatalan Surat Dakwaan
Menurut Maderburgh, pembatalan surat dakwaan ada dua macam, karena tidak memenuhi syarat,sebagai berikut :
a. Pembatalan ini adalah pembatalan surat dakwaan yang disebabkan karena surat dakwaan tidak memenuhi syarta-syarat mutlak yang ditentukan
undang-undang.
b. Pembatalan yang Hakiki (Wezenlijke Nieticheid)
Pembatalan ini adalah pembatalan yang menurut penilaian hakim sendiri,yang disebabkan karena tidak dpenuhinya suatu syarat yang dianggap
esensial. Dengan demikian, surat dakwaan itu sama sekali tidak dapat memenuhi tujuannya yang sebenarnya, walaupun syarat materiel telah
dipenuhi.Dalam hala demikian, hakim harus menyatakan surat dakwaan batal secara formil,karena adanya sesuatu kekurangan yang disyartkan undang-
undang.
PRAPERADILAN
A. Pengertian 2. Praperadilan bukan brerada di luar atau di samping maupun sejajar dengan pengadilan
negeri,tetapi hanya merupakan bagian atau divisi dari pengadilan negeri.
Pengertian praperadilan oleh KUHAP hanya sebatas kewenangan,yaitu menurut pasal 1 angka 10
KUHAP, bahwa “Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus 3. Urusan administrastif yustisial, personel, peralatan, dan finansial bersatu dengan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini,tentang : pengadilan negeri, dan berada di bawah pimpinan dan pengawas serta pembinaan ketua
1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan atas permintaan tersangka atau pengadilan negeri.
keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.
4. Masalah tak laksana fungsi yustisialnya merupakan bagian dari fungsi yustisial
2. Sah atau tudaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi pengadilan negeri itu sendiri.
tegaknya hukum dan keadilan.
D. Tujuan Praperadilan
3. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitas oleh tersangka atau kekeluargannya atau pihak lain
atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Pada prinsipnya tujuan utama pelembaganan praperadilan dalam KUHAP adalah untuk
melakukan “ Pengawasan secara horizontal” atas seagala tindakan upaya paksa yang
B. Perluasan Ruang Lingkup Praperadilan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum kepada tersangka selama dalam pemeriksaan
penyidikan atau penunttan, agar benar-benar tindakan itu tidak bertentangan dengan
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 21/PUU-XII/2014, tertanggal 28 oktober 2014
ketentuan-ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.
bahwa wewenang praperadilan diperluas selain yang diatur dalam pasal 77 KUHAP yaitu:
4. Penetapan E. Yang Berwenang Mmemeriksa Praperadilan

5. Menyangkut sah atau tidaknya penggeledahan dan penyitaan. Menurut Pasal 77 KUHAP, bahwa pengadilan yang berwenang memeriksa praperadilan
adalah “ Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus,sesuai dengan
C. Ciri dan Eksistensi Praperadilan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang :
Praperadilan sebagai salah satu lembaga baru dalam dunia peradilan Indonesia, mempunyai ciri dan 1. Saha atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau penghentian
eksistensi,yaitu : penuntutan.
6. Praperadilan berada dan merupakan satu kesatuan yang melekat pada pengadilan negeri, dan 2. Ganti kerugian dan /atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan
sebagai lembaga pengadilan,praperadilan hanya dapat dijumpai pada tingkat pengadilan negeri pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
sebagai satuan tugas yang tidak terpisah dari pengadilan negeri.
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 15 Tahun G. Yang Berhak Mengajukan Permohonan Prperadilan
1983 tentang Wewenang Pengadilan Negeri untuk melaksanakan Sidang Praperadilan Pada pasal 83 ayat 2 KUHAP pada awalnya memberikan kesempatan kepada penyidikan dan penuntutan
terhadap seorang yang berstatus militer bahwa seorang militer yang didakwa telah umu untuk mengajukan banding atas putusan praperadilan, namun dengan terbitnya Putusan Mahkamah
melakukan penangkapan/penahanan secara tidak sah dapat diperiksa dimuka sidang Konstitusi Nomor 65/PUU-IX/2011 menyatakan bahwa pasal 83 ayat 2 bertentangan dengan Undang-Undang
praperadilan yang dilaksanakan oleh pengadilan negeri apabila pelaku tindak pidana Dasar Negara Republik Indonesia 1945, sehingga baik tersangka/terdaakwa maupun penyidik dan penuntut
merupakan warga sipil umum tidak berhak untuk mengajukan permohonan banding atas putusan praperadilan.
Untuk lebih jelasnya akan dikelompokkan alasan yang menjadi dasar pengajuna pemeriksaan praperadilan akan
F. Wewenang Prperadilan sekaligus dikaitkan denga pihakyang behak mengajukan,sebagi berikut :
Pada pembahsan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa wewenang pra-peradilan 1. tersangka, Keluarga Tersangak, atau Kuasanya
menurut pasal 77KUHAP,adalah untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan 2. Tersangka, Ahli Warisnya, atau Kuasanya
yang diatur dalam undang-undang ini tentang sah atau tidaknya penagkapan, penahana,
penghentian, penyidikan, atau penghentian penuntutan dan tuntutan ganti kerigian dan/atau 3. Tersangka, Terdawa, atau Terpidana
rehabilitasi bagiseseorang yang perkara pidannya dihentikan pada tingkat penyidikan atau 4. Penyidikan dan Penututan Umum atau Pihak Ketiga yang Berkepentingsn
penuntutan.
5. Tersangka atau Pihak Ketiga yang Berkepentingan Menuntut Ganti Rugi
Untuk lebih jelasnya akan lebih diperinci wewenang praperadilan yang telah H. Alasan atau Dasar Permohonan Praperadilan
diberikan oleh undang-undang, sebagai berikut :
Objek atau kewenangan praperadilan telah diperluas sebagaimana dalam Putusab Mahkamah Konsitusi
1. Memeriksa dan memutus tentang sah tidaknya upaya paksa RI.Nomor 21 /PUU-XI/2014.Tersangka berhak untuk mengajukan permohonan praperadilan melalui pengadilan
negeri tentang sah atau tidaksah penangkapan, atau penahanan, penghentian penyidikan atau penghentiaan
2. Memeriksa saha atau tidanya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. penuntutan,termasuk penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan (Pasal 77 huruf a KUHAP).

3. Memeriksa tuntutan ganti rugi (lihat materi pembahasan tentang tuntutan ganti rugi). Apabila pengajuan prperadilan atas sah atau tidak sah penangkapan,dilakukan sebagai beriku:
6. Penangkapan dilakukan tanpa didasarkan pada bukti permulaan yang cukup, sebagaimana menurut ketentuan
4. Memeriksa permintaan rehabilitasi (lihat materi pembahasan tentang rehabilitasi). pasal 17 KUHAP.
5. Memeriksa penetapan tersangka
6. Memeriksa tindakan penggeledahan dan penyitaan
2. Penangkapan dilakukan tanpa memperlihatkan dan memberikan surat perintah 2. Permohonan Diregister/Dinomor Kepaniteraan Pengadilan Negeri
penangkapan, sebagaimana ditentukan Pasal 18 ayat 1 KUHAP,kecuali sebagaimana Setelah panitera menerima permohonan dan dibayar lunas biaya perkara, maka
menurut ketentuan Pasal 18 ayat 2 KUHAP. deregister yang nomornya berbeda dengan nomor perkara lainnya.
3. Penangkapan tidak dilakukan oleh petugas kepolisian negeri RI atau pejabat yang 3. Ketua Pengadilan Negeri Segera Menunjuk Hakim (Tunggal) dan Panitera
berwenang, sebagaimana menurut ketentuan pasal 16 ayat 1 dan 2 KUHAP. Setelah permohonan deregister, maka sesegera mungkin ketua pengadilan negeri
menunjukkan hakim (tunggal) dan panitera (Pasal 78 ayat 2 KUHAP.
4. Tembusan surat perintah penangkapan dari pejabat yang berwenang tidak diberikan
kepada keluarga tersangka, sebagaimana menurut ketentuan pasal 18 ayat 3 KUHAP. 4. Penetapan Hari Sidang dan Pengadilan Para Pihak
Setelah ketua pengadilan negeri menunjuk hakim dan panitera, maka segera
5. Surat perintah penangkapan dikeluarkan setelah 1 x 24 jam sejak penagkapan
bersidang, sebab menurut Pasal 82 ayat 1 huruf c KUHAP, bahwa pemeriksaan
dilakukan,sebagaimana ketentuan pasal 19 ayat 1 KUHAP. tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hakim harus sudah
6. Tersangka tidak dapat ditangkap karena melakukan perbuatan pelanggaran, menjatuhkan.
sebagaimana ketentuan pasal 19 ayat 2 KUHAP. 5. Pemeriksaan Dilakukan dengan Hakim Tunggal
I. Proses dan Tata Cara Pemeriksaan Praperadilan Dalam pemeriksaan permohonan trsebut, maka dipimpin oelh hakim
tunggal,sebagaimana ditegaskan pasal 78 ayat 2 KUHAP, bahwa praperadilan
Maka dalam pengajuan permintaan pemeriksaan praperadilan dapat diuraikan sebagai dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan dibantu
berikut: oleh seorang panitera.
6. Putusan Praperadilan
1. Permohanan Ditinjaukan kepada Ketua Pengadilan Negeri
a. Surat putusan disatukan dengan berita acara berdasar atas pasal 82 atyat 1 huruf c
Setiap permohonan yang hendak diajukan untuk periksaan oleh praperadilan ditujukan KUHAP dan bentuk putusan berupa penetapan (berdasar atas pasal 83 ayat 3
kepada ketua pengadilan negeri yang meliputi daerah hukum dimana penagkapan, huruf a dan pasal 96 ayat ayat 1 KUHAP.
penahanan, penggeledahan, atau penyitaan itu dilakukan, atau diajukan kepada ketua b. Isi Putusan
pengadilan negeri tempat dimana penyidikan atau penuntut umum yang
menanghentikan penyidikan atau penuntutan berkedudukan. Masalah penggarisan isi putusan atau penetapan praperadilan, apad garis besarnya
diatur dalam pasal 82 aayat 2 dan ayat 3 KUHAP.
Amar yang tidak sejalan dengan alasan permintaan, keluar dari jalur yang ditentukan undan- 3. Peninjauan Kembali
undang . Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Larangan Peninjauan Kembali
Putusan Praperadilan, menegaskan beberapa hal, di antaranya :
1. Sah atau tidaknya penetapan penagkapan atau penahanan
a. Pasal 2
2. Sah atau tidanya pengehentian penyidikan atau penuntutan
1. Objek Praperadilan adalah
3. Diterima atau ditolaknya permintaan ganti kerugian atas rehabilitasi
a. Sah atau tudaknya penagkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian
4. Perintahan Pembebasan dari tahanan penuntutan, penetapan tersangka, penyitaan,dan penggeledahan.
5. Benda yang disita b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidannya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan.
6. Sah atau tidaknya penggeledahan
2. Pemeriksaan praperadilan terhadap permohonan tentang tidak sahnya penetapan tersangka
J. Upaya Hukum Penetapan Praperadilan
hanya menilai aspek formil.
7. Banding
3. Putusan praperadilan yang mengabulkan permohonan tentang tidak sahnya penetapan tesangka
Dalam hal putusan praperadilan untuk mengajukan upaya hukum menurut pasal 83 KUHAP tidak menggugurkan kewenangan penyidikan untuk menetapkan yang bersangkutan.

Tegasnya Putusan MK Nomor 65 tersebut menyatakan Pasala 83 ayat 2 KUHAP b. Pasal 3


betentangan dengan UUD Negra RI dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
1. Putusan praperadilan tidak dapat diajukan peninjuan kembali.
2. Kasasi
2. Permohonan peninjuan kembali terhadap praperadilan dinyatakan tidak dapat diterima dengan
Adapun menurut pasal 224 KUHAP, bahwa permintaan kasasi hanya dapat diajukan penetapan ketua pengadilan negeri dan berkas perkara tidak dikirim ke mahkamah agung.
terhadap putusan pengadilan yang berbentuk putusan perkara pidana, maka putusan
prperadilan yang benar-benar diluar lingkup apasl 224 KUHAP karena bukan putusan 3. Penetapan ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dapat diajukan
perkara pidana, sehinggan tidak dapat dimintakan kasasi. upaya hukum.
Ganti Kerugian dan Rehabilitasi
A. Ganti kerugian
4. Yang Berhkan Menjahukam Ganti Kerugian Dan Alsanya
1.Pendahuluhan
Dalam penganjuan tuntutan ganti kerugian pihak yang berhak mengajukan
Tuntutan pemeritah ganti kerugian yang di lakukan tersangka atau terdakwa atau ahli waris sebagimana menurut pasal 95ayat (1) dan (2) KUHAP yaitu.
merupakan suatu perwujudan perlindungan hak asasi,harkat dan martabat.Apabilah tersangka
atau terdakwa telah mendapatkan perlakukan yang tidak sah atau tindak alasan berdasarkan 1. Tersangka terdakwa atau terpidana atau
undang-undangan. Maka kibat undang-undang hukum acara pidana dan peraturan perundang- 2. tersangka atau ahli waris.
undangan lainya telah memberikan hak kepadanya untuk menuntut gantu kerugian.Masalah
ganti kerugian diatur dalam bab XII, bagian kesatuan KUHAP pasal 95 dan pasal 96 untuk 5.Alasan Pengajuan Tuntutan Ganti Kerugian
lebij jelas akan di bahas lebih lanjut.
Adapaun alasan tersangka terdakwa untuk mengajukam tuntutan gantu kerugian
2.Pengertian sebagai berikut.1. Menurut pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP A. Karena
penangkapan yang tidak sah yaitu penangkapam yang tidak sesuai xan tidak
Menurut pasal 1 angka 2 KUHAP ganti kerugian adalah hak seseorang untuk berdasarkan undang-undang atau tindakan penangkapan yang dilakukan tidak
mendapatkan pemunuhan atas tuntutanya yang berupah imbalan berupah sejumlah uang memenuhi ketentuN yang di atur dalam bab V bagian kesatuan, mulai pasal 16 hingga
karnena di tangkap, ditahan di tuntut atau di adil tanpa alsan yang berdasarkan undang undang 19 KUHAP.B. adanya penahanan yang tidak sah, artinya penahanan yang di lakukan
atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan menurut cara yang di atur tanpa alsan berdasarkan undang undang atau sebagimana dirumuskan dalam pasal 95
dalam undang undang ini. ayat (1) dan (2) kuhap. C. dikenakam tindakan lain. Tanpa alsan yang berdasarkan
3.Kepada Siapa Tuntutan Ganti Kerugian Ditujukan undang undang D. Ditutntut dan di adili atau atas penangkapan atau penhanan serta
tindakan lain tanpa alsan yang berdasarkan undang undang atau Karen kekeliruN
Untuk membayar sejumlah uanh sebagai ganti kerugian kepada tersangka atau terdakwa mengenai orang atau hukum yang di terapkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 77
adalah masalah yang masih sulit di jawab, yaitu oknum pejabat yang melakukam tindakan KUHAP.
yang harus tertanggu jawab membayarnya ataukah di tunjukan dan pertanggung jawabkam
kepada negara.Dengean demikiran paling tepatlah tuntutan gantu rugi akam dibebankan
kepada negara. Dan pemerintah atau negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas
segala tindakan yang di lakukan ole aparatnya (penegak hukum).
6. Batasan Waktu Mengajukan Tuntutan Ganti Rugi. 8. Yang Berwenang Memeriksah Tuntutan Ganti Kerugian.
Menurut pasal 7 pp no. 92 tahun 2015 tentang perubahan kedua atau pp no.27 tahun 1983 Maka berdasarkan pasal 78 ayat (1) dan pasal 1 angka 10 KUHAP
tentang pelaksanaa Kuhap bahwa waktu pengajuan tuntutan ganti kerugian sebagai berikut : praperadilan yang berwenang memeriksa dan memutus tuntutan ganti kerugian dan
secara struktual, fungsional maupun oprrasional praperadilan merupakan satu
A.Tuntutan ganti kerugian sebagimana dimaksud dalam pasal 95 KUHAP hanya dapat di ajukan kesatuan dengan peradilan negeri.
dalam teganga dalm waktu tinga bulan sejak putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap.
9. Prosedur Atau Tata Cara Pengajuan Tentutan Ganti Kerugian
B. Dalam hal tuntutan ganti kerugian tersebut di ajukan terhadap perkara yang di hentikan pada
tingkat penyelidikan atau tingkat penutupan sebagaimana di maksud dalam pasal 77 huruf KUHAP Dalam kibat undang undang HP kum acara pidana pasal yang mengatur tata
maka jangan waktuj tiga bulan dihitung dari zaar pemberitahuan penetapan peradilan. cara pengajuan tuntutan ganti kerugian yakni pasal 81 dan pasal ayat 2 dana ayat 3
KUHAP.Dengan menghubungkan kedua pasala tersebut, juga dikaitkan dengan pasal
7. Besarnya Jumlah Ganti Kerugian 77 huruf b KUHAP.Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tentang prosedur atau tata
cara pengajuan tuntutan ganti rugi sebagai berikut :
Menurut pasal 9 pp no.92 tahun 2015 tentang perubhan kedua pp no 27 tahun l1983 tentu
pelaksanaan Kuhap bahwa besarnya jumlah ganti kerugian sebagai berikut. 1. Tingkat pemeriksaan perkaranya hanya sampai pada tingkat penyidikan atau
penuntutan. Maka permintaan ditujukkan kepada ketua pengadilan negeri, dengan
8. Besarya gant kerugian berdasarkan alsan sebagaimana dimaksud dala pasal 77huruf b da pasal 95 cara sebagai berikut :
kuhap paling sedikit Rp . 500.000,. Dan paling banyak rp. 100.000.000, seratus juta rupiah.
a. Upaya pertama dilakukan dengan mengajukan proses praperadilan untuk
9. Besarnya ganti kerugianberdasarkan alasan sebagaimaa dimaksud dalam pasal 95k kuhap yang menentukan saha atau tidaknya tindakan penangkapan,penahanan,
mengakibatka luka berat atau cacat sehingga tidak bisa di lakukan pekerjaan besarnya ganti rugi penggeledahan,penyitaan, atau penetapan praperadilan, barulah dilakukan tuntutan
paligng sedikit rp. 25.000.000 dan paling banyak rp. 300.000.000. ganti kerugi.
10. Besarnya ganti kerugian berdasrkn alasan sebagaimna dimaksud dalam pasal 95 kuhap yang b. Upaya kedua dilakukan dengan mengajukan proses praperadilan sekaligus
mengakibtkn mati besarnya ganti rugi paling sedikit rp. 50.000.000 dan pling bnyk dilakukan di samping untuk menentukan sah atau tidaknya tindakan penangkapan,
rp.600.000.000. peenahanan, penggeledahan, penyitaan, atau penghentian penyidikan atau
penuntutan, kemudian setellah ada penetapan praperadilan juga dilakukan tuntutan
ganti kerugian.
2. Tingkat Pemeriksaan Perkaranya diajukan ke Pengadilan tata cara melalui beberapa instansi sebagaimana yang ditentukan dalamPasal 10 PP No.
92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas PP No. 23Tahun 1983 tentang
Menurut ketentuan Pasal 7 PP No. 92 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas PP No.2 7
Pelaksanaan KUHAP serta aturan yang digariskandalam Peraturan Menteri Keuangan
PP Tahun 1983 tentang Pelaksanan KUHAP dan sekaligus dikaitkan dengan ketentuan Pasal
95 ayat 3 dan 4 KUHAP. RI No. 983/KMK.01/1983.

Untuk jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenag mengadili perkara yang 1. Petikan penetapan diberikan kepada pemohon dalam waktu tiga hariPengadilan
bersangkutan, jadi bukan praperadilan tetapi pengadilan negeri yang berwenang negeri memberikan petikan penetapan pengabulan permintaan ganti kerugian
memriksa dan memutus tuntutan ganti kerugian. kepada pihak yang berkepentingan Pemberian petikan ini dilakukan dalam waktu
tiga hari dari tanggal pene-tapan dijatuhkan.Dalam pemberian petikan penetapan
2. Pengajuan ini hanya dapat dilakukan setelah adanya putusan pengadilan “memperoleh ganti kerugian kepada pemohon, belum memasuki tahap pelaksanaan
kekuatan hukum tetap”. pembayaran, jadi hanyasekadar pemberitahuan kepadanya tentang pengabulan
10. Tata Cara Pemeriksaan Tuntutan Ganti Kerugian permintaanganti kerugianPetikan penetapan tersebut juga diberikan kepada
penuntut umurn,penyidik, dan menteri yang menyelenggarakan urusan
Tata cara atau proses pemeriksaan dan putusan tuntutan ganti keru-gian berpedoman pemerintah-an di bidang keuangan. Pembayaran ganti kerugian dilakukan
kepada acara pemeriksaan sebagaimana diatur dalamPasal 82 KUHAP. Proses pemeriksaan dalamjangka waktu empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal permo-honan
yang diatur dan berlaku bagi prap-eradilan, berlakulah sepenuhnya dalam pemeriksaan ganti ganti kerugian diterima oleh menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan
kerugian, seba-gaimana ditegaskan dalam Pasal 95 ayat (1) KUHAP, bahwa
di bidang keuangan.
"Pemeriksaanterhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada ayat (4) mengikutiacara
praperadilan," demikian pula ketentuan dalam Pasal 96 ayat (1) KU-HAP, bahwa "Putusan 2. Ketua pengadilan negeri mengajukan permohonan penyediaan danaSetelah ada
pemberian ganti kerugian berbentuk penetapan.“ penetapan pengabulan permintaan ganti kerugian.maka ketua pengadilan negeri
11. Tata Cara Pembayaran Ganti Kerugian yang aktif berperan memintakan pe-laksanaan pembayaran.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas, bahwa setelah adaputusan berupa 3. Dirjen anggaran menerbitkan SKO (Surat Keterangan Otoritas).Berdasarkan
penetapan, maka atas dasar penetapan departemenkeuangan segera melaksanakan permintaan penerbitan SKO dari Sekjen. Departemenkehakiman, dirjen anggaran
pembayaran kepada yang berkepenting-an. Namun tidak sedemikian sederhana prosedurnya menerbitkan SKO atas beban bagianpembayaran dan perhitungan anggaran
untuk memenuhipelaksanaan pembayaran kepada yang berkepentingan, yaitu diperlukan, belanja negara rutin.
4. Asli SKO disampaikan kepada yang berhak.
Demikian pula sebagaimana dikemukakan oleh J.C.T.Simorangkir.bahwa rehabiltasi adalah
Setelah SKO diterima oleh yang berhak, maka berdasarkan SKOpemohon segera mengajukan pemulihan, pengembalian kepada keadaan se-mula." Jadi, rehabilitasi dimaksud baik oleh KUHAP
permintaan pembayaran sebagaima-na yang diatur dalam Pasal 3. maupun menurutJ.C.T. Simorangkir, yaitu:
5.Pemohon mengajukan pembayaran kepada KPN setempat.Permohonan pembayaran dilakukan melalui  Hak seorang tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan pemu-lihan:
ketua pengadilan negeri.
a. atas hak kemampuan:
6. Ketua pengadilan negeri meneruskan permintaan pembayaran ke KPN.
b. atas hak kedudukan, harkat, dan martabatnya.
7. Berdasar SKO dan SPP, KPN menerbitkan SPM kepada yang berhak.
 Serta hak pemulihan tersebut dapat diberikan dalam semua tingkatpemeriksaan, mulai dari
B. REHABILITASI tingkat penyidikan, penuntutan, atau peng-adilan.Dengan demikian, berdasarkan pengertian
rehabilitasi di atas, makatujuan rehabilitasi tidak lain sebagai sarana dan upaya untuk memulih-
1. Pendahuluan kan kembali nama baik, kedudukan, dan martabat seseorang yang telahsempat menjalani tindakan
penegakan hukum berupa penangkapan, pe-nahanan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang
Masalah rehabilitasi diatur dalam Bab XII, bagian kedua sebagaikelanjutan ketentuan ganti pengadilan.
kerugian Ketentuan ganti kerugian diaturdalam Pasal 95 dan 96 KUHAP, sedangkan ketentuan rehabilitasi
hanyadiatur dalam Pasal 97 KUHAP. Dengan demikian, pengaturan tentangrehabilitasi hanya satu pasal Maka dengan pemulihan nama baik, harkat, dan martabat tersang-ka atau terdakwa di dalam
dalam KUHAP, maka diharapkan adanya per-aturan pelaksana, terutama yang berhubungan dengan: pergaulan masyarakat sangat penting. gunamenghilangkan derita yang dialaminya akibat
penangkapan, penahanan,penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan yang dilakukan ter-
a. bentuk rehabilitasi bagaimana yang dapat diberikan oleh pengadil-.an; dan. hadap dirinya.
b. cara atau proses pemberitahuan rehabilitasi. Dengan adanya rehabilitasi, dapat diharapkan sebagai upaya mem-bersihkan nama baik, harkat, dan
2. Pengertian martabat tersangka atau terdakwamaupun keluarganya di mata masyarakat.

Pengertian rehabilitasi sebagaimana menurut Pasal 1 angka 23 KU-HAP adalah sebagai berikut: 3. Alasan atau Dasar Rehabilitasi
"Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan Pengajuan permohonan rehabilitasi menurut Pasal 97 ayat (1) KU-HAP, bahwa "Seorang
harkat, serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntut-an, atau peradilan karena berhak memperoleh rehabilitasi apabila olehpengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala
ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun di adili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena tuntutan hukumyang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Jadi, apabi-la perkaranya
kekeliruanmengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang di-atur dalam undang- masih dalam proses pemeriksaan dan putusannya belummempunyai kekuataan hukum tetap, maka
undang ini." permohonan rehabilitasibelum dapat diajukan ke pengadilan, kecuali sebaliknya.
 Akibat penangkapan atau diri seseorang tanpa alasan yang berdasar-kan undang-undang.  Apabila perkaranya dihentikan sampai pada tingkat pemeriksaanpenyidikan atau
penuntutan, maka yang berwenang memeriksanyayaitu praperadilan.
 Akibat tidak sahnya penahanan atas diri seseorang tanpa alasanyang berdasarkan undang-
undang.  Menurut Pasal 97 ayat (3) KUHAP, bahwa "Permintaan rehabilitasioleh tersangka atas
penangkapan atau penahanan tanpa alasan yangberdasarkan undang-undang atau
 Akibat tidak sahnya penghentian penyidikan. kekeliruan mengenai orang atauhukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 95 ayat(1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri diputusoleh
 Akibat tidak sahnya penghentian penuntutan atau perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
hakim praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77.
 Dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang.  "Apabila perkaranya sampai pada tingkat pemeriksaan di sidang peng-adilan, maka
 Akibat kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan. yang berwenang pemeriksaannya adalah pengadilan negeri.

4. Pihak yang Berhak Mengajukan RehabilitasiDalam pengajuan permohonan rehabilitasi, Pengadilan menjatuhkan putusan (Pasal 97 ayat (2) KUHAP):
maka pihak yang ber-hak mengajukan sebagai berikut:  Putusan pembebasan; dan
1. Pasal 97 ayat (3) KUHAP, oleh tersangka atas penangkapan atau pe-nahanan tanpa alasan  Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum.
yang berdasarkan undang-undang atau keke-lirian mengenai orang atau hukum yang
diterapkan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan 6. Tenggang Waktu Pengajuan
kepengadilan negeri diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksuddalam Pasal 77.
Adapun tenggang waktu untuk mengajukan permohonan rehabilita-Si, sebagaimana
2. Oleh tersangka, keluarga atau kuasanya (Pasal 12 UU No. 27 Tahun1983 tentang ditentukan Pasal 12 UU No. 27 Tahun 1983 tentang Pelak-Sanaan KUHAP bahwa
Pelaksanaan KUHAP). "Permintaan rehabilitasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 97 ayat (3) KUHAP diajukan
oleh tersangka, keluarga, ataukuasanya kepada pengadilan yang berwenang, selambat-
5. Yang Berwenang Memeriksa Permohonan Rehabilitasi lambatnya daam waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan mengenai sah
Sebagaimana dalam tuntutan ganti kerugian, demikian pula dalamrehabilitasi pun terdapat dua tidaknyapenangkapan atau penahanan diberitahukan kepada pemohon."Jadi, tenggang
instansi yang berwenang memeriksa danmemutus permintaan rehabilitasi, sebagaimana waktu yang ditentukan di atas hanya terkait masalahpengajuan permohonan rehabilitasi di
ditentukan Pasal 97 KU-1.HAP, yaitu: praperadilan, apabila perkara-nyadihentikan sampai pada tingkat penyidikan atau
penuntutan.
Adapun tenggang waktu atas alasan putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan (1) Petikan penetapan praperadilan mengenai rehabilitasi disam-paikan oleh panitera
hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 97 ayat (1) KUHAP tidak adadisinggung dalam Pasal kepada pemohon.
12 UU No. 27 Tahun 1983 tentang PelaksanaanKUHAP. Hal ini dapat dipahami sebab
sebagaimana ditentukan dalamPasal 97 ayat (1) dan (2) KUHAP, bahwa "Seseorang berhak (2) Salinan penetapan sebagaimana dimaksud data ayat (1) dibe-rikan kepada penyidik dan
memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala penuntut umum yang menanganiperkara tersebut.
tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuat-an hukum tetap, maka rehabilitasi
tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan sebagaimana (3) Salinan penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di-sampaikan pula kepada
dimaksud dalam ayat.(1).” instansi tempat bekerja yang bersang-kutan dan kepada ketua rukun warga di tempat
tinggal yangbersangkutan.
7. Redaksi Amar Putusan
Dalam hal penyampaian petikan sebagaimana dimaksud di atasoleh undang-undang
Adapun bunyi redaksi amar putusan rehabilitasi sebagaimana di-atur dalam Pasal 14 UU tidak menentukan berapa lama jangka wak-tunya untuk penyampaian atau pengiriman
No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP,yaitu: petikan dan salinan itukepada pihak yang berkepentingan.

a. Amar putusan dari pengadilan mengenai rehabilitasi berbunyi seba-gai berikut: 2. Pengumuman keputusan rehabilitasi.
"Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedu-dukan, dan harkat serta
martabatnya.“ Cara penyebaran luasan pemberian putusan rehabilitasi sebagaima-na diatur dalam
Pasal 15 UU No. 27 Tahun 1983 tentang PelaksanaanKUHAP, bahwa "Isi putusan atau
b. Amar penetapan dari praperadilan mengenai rehabilitasi berbunyisebagai berikut: penetapan rehabilitasi diumumkanoleh panitera dengan menempatkannya pada papan
"Memulihkan hak pemohon dalam kemampuan,kedudukan, dan harkat serta pengumumanpengadilan.“
martabatnya."Jadi, kedua bunyi amar putusan di atas antara putusan pengadilandan
praperadilan, pada hakikatnya tidak terdapat perbedaan yang prin-sipiel, hanya Cara penyebarluasan tersebut seharusnya disesuaikan dengan per-kembangan dan
perbedaannya satu kata, yakni "terdakwa" pada redaksi per-tama dan diubah pada redaksi kemajuan teknologi mass media, yaitu dapat di-umumkan melalui media massa (surat
kedua kata "pemohon.“ kabar) atau media lainnya,ataukah mengkuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal
243ayat (5) KUHAP.
1.Penyampaian petikan dan salinan putusan.
Dalam penyampaian petikan dan salinan putusan pemberian reha-bilitasi, sebagaimana
diatur dalam Pasal 13 UU No. 27 Tahun 1983tentang Pelaksanaan KUHAP, yaitu:
Ke Laut Memancing Ikan,Perginya Bersama
Kawan,Sekian Ilmu Yang Kami Sampaikan,Terima
Kasih Telah Memperhatikan.

THANK YOU
BAY-BAY

Anda mungkin juga menyukai