2. Pengertian Surat Dakwaan Syarat- formil surat dakwaan sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP,yang
mencakup:
Pada umumnya,suarat dakwaan diartikan oleh para ahli hukum,berupa pengertian:
1) Diberi tanggal
a. Surat Akte
2) Memuat identitas terdakwa secara lengkap,meliputi:
b. Yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa
a. Nama lengkap
c. Yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dihubungkan
dengan rumusan pasal tindak pidana yang dilanggar dan didakwakan pada b. Tempat lahir,umur/tanggal lahir
terdakwa
c. Jenis kelamin
d. Merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan
d. Kebangsaan
Pengertian surat dakwaan menurut surat edaran jaksa agung tersebut, yaitu surat
dakwaan merupakan penataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta perbuatan terdakwa e. Tempat tinggal
yang terungkap sebagai hasil penyidikan dengan cara merangkai perpaduan antara f. Agama dan
fakta-fakta perbuatan tersebut dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai ketetuan
Undang-Undang pidana yang bersangkuatn. g. Pekerjaan
3) Ditandatangan oleh penuntut umum
b. Syarat Materiel 4. Sifat Sempurna Surat Dakwaan
Adapun syarat materiel menurut pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP,bahwa yang di Untuk lebih jelaslah masalah bentuk-bentuk surat dakwaan,diuraikan,sebagai berikut:
maksud dengan pengertian:cermat,jelas,dan lengkap,sebagai berikut: a. Dakwaan Tunggal (Satu perbuatan Saja)
1. Cermat,jadi surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan undang-undang yang Dakwaan secara tunggal yaitu seorang atau lebih terdakwa melakukan satu perbuatan
berlaku dan apabila ketidak cermatan dalam menyusun surat dakwaan dapat saja,misalnya,pencuruan biasa ,misalnya Pasal 362 KUHAP.
membatalkan atau tida diterima /dibuktikan surta dakwaan.
b. Dakwaan Alternatif
2. Jelas,berartibahwa penuntut umum harus mampu untuk:
Dakwaan secara alternatif yaitu dakwaan yang saling mengecualikan antara satu dengan yang
a. Merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan lainnya,ditandai dengan kata “ATAU”.misalnya pencurian biasa (362 KUHAP) atau penandahan (480
KUHAP).
b. Uraian perbuatan material (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa
c. Dakwaan Subsidair
c. Misalnya:tidak boleh menggabungkan unsur-unsur:
Dakwaan secara yaitu diurutkan mulai dari yang paling berat hingga yang paling berat hingga yang paling
Pasal 55 dan 56 KUH Pidana ringan digunakan dalam tindak pidana yang berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain dalam KUH
Pidana.contoh:lazimnya untuk kasus pembunuhan secara berencana dengan menggunakan paket dakwaan
Pasal 372 dan pasal 378 KUH Pidana primer ;pasal 340 KUHAP.
Pasal 359 dan Undang-Undang lalu lintas dan angkutan jalan d. Dakwaan Kumulatif
Dan sebagainya,sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (obscure Dalam dakwaan secara kumulatif,yaitu sebagaimana diatur sebagaimana diatur didalam pasal 141
KUHAP,bahwa penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat
libel),yang diancam dengan kebatalan. dakwaan.
3. lengkap, berarti bahwa uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur- e.Dakwaan Kombinasi
unsur yang ditentukan oleh undang-undang secara lengkap.
Dikatakan sebagai surat dakwaan kombinasi,Karena di dalam bentuk ini dikombinasikan/digabungkan antara
dakwaan alternatif atau subsidair.
5. Proses Penyusunan Surat Dakwaan 6. Surat Dakwaan Mempunyai Dua Segi
a. Voeging 1. Positif,yaitu keseluruhan isi surat dakwaan yang terbuktidalam siding harus dijadikan dasar
oleh hakim dalam putusannya.
Voeging adalah penggabungan berkas perkara dalam melakukan,penuntutan,demikian menurut
ketetuan pasal 141 KUHAP. 2. Negatif,yaitu apa yang dapat dinyatakan terbukti dalam perlindungan harus dapat
diketemukan dalam surat dakwaan.
b. Splitsing
7. Fungsi Surat Dakwaan
Splitsing adalah dilakukan oleh penuntut umum,yaitu dengan membuat berkas perkara
baru,dimana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu perlu dilakukan Dalam Surat Edaran Jaksa Agung RI.Nomor: SE-004/J.A/11/1993 tentang pembuatan surat
pemeriksaan baru,baik terhadap saksi maupun tersangka. dakwaan dijelaskan sebagai berikut:
3. Surat dakwaan menempati posisi sentral dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana di
c. Pemilihan Bentuk
pengadilan,karena itu surat dakwaan sangat dominan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas
Bentuk surat dakwaan harus disesuaikan dengan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh penuntutan.
terdakwa. 4. Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana,maka
fungsi surat dakwaan dapat dikategorikan;
d.Teknis Redaksional
a. Bagi pengadilan/hakim;surat dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membtasi ruang lingkup
Berkenan dengan cara merumuskan fakta-fakta dan perbuatan terdakwa yang dipadukan pemeriksaan,dasar pertimbngan dalam penjatuhan keputusan.
dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai perumusan ketentuan pidana yang dilanggar.
b. Bagi penuntutan umum surat dakwaan merupakan dasar pembuktian analisis yuridis tuntutan
6. Kekuasaan Laliim Surat Dakwaan pidana dan penggunaan upaya hukum.
1.Positif,bahwa kekuasaan lalim surat dakwaan adalah tentang isi dakwaan seluruhnya,sifatnya 8. Perubahan Surat Dakwaan
yang nyata dan keputusannya diambil sesuai pernyataan dan bukti tuduhan.
Berdasarkan Pasal 144 KUHAP diatas, bahwa perubahan atas surat dakwaan hanya dapat dilakukan
2. Negatif,adalah pernyataan tentang terbukti tidaknya itu tidak boleh mengundang suatu satu kali oleh penuntut umum.Tujuan perubahan surat dakwaan itu adalah untuk menyempurnakan
apapun yang tidak dijumpai kembali dalam surat dakwaan. ataupun untuk tidak melanjutkan penuntutan.Perubahan Surat Dakwaan diuraikan dalam Surat
Kejaksaan Agung RII Nomor B-607/E/11/1993,perihal:Pembuatan Surat Dakwaan,bertanggal 22
November 1993.
9. Pembatalan Surat Dakwaan
Menurut Maderburgh, pembatalan surat dakwaan ada dua macam, karena tidak memenuhi syarat,sebagai berikut :
a. Pembatalan ini adalah pembatalan surat dakwaan yang disebabkan karena surat dakwaan tidak memenuhi syarta-syarat mutlak yang ditentukan
undang-undang.
b. Pembatalan yang Hakiki (Wezenlijke Nieticheid)
Pembatalan ini adalah pembatalan yang menurut penilaian hakim sendiri,yang disebabkan karena tidak dpenuhinya suatu syarat yang dianggap
esensial. Dengan demikian, surat dakwaan itu sama sekali tidak dapat memenuhi tujuannya yang sebenarnya, walaupun syarat materiel telah
dipenuhi.Dalam hala demikian, hakim harus menyatakan surat dakwaan batal secara formil,karena adanya sesuatu kekurangan yang disyartkan undang-
undang.
PRAPERADILAN
A. Pengertian 2. Praperadilan bukan brerada di luar atau di samping maupun sejajar dengan pengadilan
negeri,tetapi hanya merupakan bagian atau divisi dari pengadilan negeri.
Pengertian praperadilan oleh KUHAP hanya sebatas kewenangan,yaitu menurut pasal 1 angka 10
KUHAP, bahwa “Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus 3. Urusan administrastif yustisial, personel, peralatan, dan finansial bersatu dengan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini,tentang : pengadilan negeri, dan berada di bawah pimpinan dan pengawas serta pembinaan ketua
1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan atas permintaan tersangka atau pengadilan negeri.
keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.
4. Masalah tak laksana fungsi yustisialnya merupakan bagian dari fungsi yustisial
2. Sah atau tudaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi pengadilan negeri itu sendiri.
tegaknya hukum dan keadilan.
D. Tujuan Praperadilan
3. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitas oleh tersangka atau kekeluargannya atau pihak lain
atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Pada prinsipnya tujuan utama pelembaganan praperadilan dalam KUHAP adalah untuk
melakukan “ Pengawasan secara horizontal” atas seagala tindakan upaya paksa yang
B. Perluasan Ruang Lingkup Praperadilan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum kepada tersangka selama dalam pemeriksaan
penyidikan atau penunttan, agar benar-benar tindakan itu tidak bertentangan dengan
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 21/PUU-XII/2014, tertanggal 28 oktober 2014
ketentuan-ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.
bahwa wewenang praperadilan diperluas selain yang diatur dalam pasal 77 KUHAP yaitu:
4. Penetapan E. Yang Berwenang Mmemeriksa Praperadilan
5. Menyangkut sah atau tidaknya penggeledahan dan penyitaan. Menurut Pasal 77 KUHAP, bahwa pengadilan yang berwenang memeriksa praperadilan
adalah “ Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus,sesuai dengan
C. Ciri dan Eksistensi Praperadilan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang :
Praperadilan sebagai salah satu lembaga baru dalam dunia peradilan Indonesia, mempunyai ciri dan 1. Saha atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau penghentian
eksistensi,yaitu : penuntutan.
6. Praperadilan berada dan merupakan satu kesatuan yang melekat pada pengadilan negeri, dan 2. Ganti kerugian dan /atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan
sebagai lembaga pengadilan,praperadilan hanya dapat dijumpai pada tingkat pengadilan negeri pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
sebagai satuan tugas yang tidak terpisah dari pengadilan negeri.
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 15 Tahun G. Yang Berhak Mengajukan Permohonan Prperadilan
1983 tentang Wewenang Pengadilan Negeri untuk melaksanakan Sidang Praperadilan Pada pasal 83 ayat 2 KUHAP pada awalnya memberikan kesempatan kepada penyidikan dan penuntutan
terhadap seorang yang berstatus militer bahwa seorang militer yang didakwa telah umu untuk mengajukan banding atas putusan praperadilan, namun dengan terbitnya Putusan Mahkamah
melakukan penangkapan/penahanan secara tidak sah dapat diperiksa dimuka sidang Konstitusi Nomor 65/PUU-IX/2011 menyatakan bahwa pasal 83 ayat 2 bertentangan dengan Undang-Undang
praperadilan yang dilaksanakan oleh pengadilan negeri apabila pelaku tindak pidana Dasar Negara Republik Indonesia 1945, sehingga baik tersangka/terdaakwa maupun penyidik dan penuntut
merupakan warga sipil umum tidak berhak untuk mengajukan permohonan banding atas putusan praperadilan.
Untuk lebih jelasnya akan dikelompokkan alasan yang menjadi dasar pengajuna pemeriksaan praperadilan akan
F. Wewenang Prperadilan sekaligus dikaitkan denga pihakyang behak mengajukan,sebagi berikut :
Pada pembahsan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa wewenang pra-peradilan 1. tersangka, Keluarga Tersangak, atau Kuasanya
menurut pasal 77KUHAP,adalah untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan 2. Tersangka, Ahli Warisnya, atau Kuasanya
yang diatur dalam undang-undang ini tentang sah atau tidaknya penagkapan, penahana,
penghentian, penyidikan, atau penghentian penuntutan dan tuntutan ganti kerigian dan/atau 3. Tersangka, Terdawa, atau Terpidana
rehabilitasi bagiseseorang yang perkara pidannya dihentikan pada tingkat penyidikan atau 4. Penyidikan dan Penututan Umum atau Pihak Ketiga yang Berkepentingsn
penuntutan.
5. Tersangka atau Pihak Ketiga yang Berkepentingan Menuntut Ganti Rugi
Untuk lebih jelasnya akan lebih diperinci wewenang praperadilan yang telah H. Alasan atau Dasar Permohonan Praperadilan
diberikan oleh undang-undang, sebagai berikut :
Objek atau kewenangan praperadilan telah diperluas sebagaimana dalam Putusab Mahkamah Konsitusi
1. Memeriksa dan memutus tentang sah tidaknya upaya paksa RI.Nomor 21 /PUU-XI/2014.Tersangka berhak untuk mengajukan permohonan praperadilan melalui pengadilan
negeri tentang sah atau tidaksah penangkapan, atau penahanan, penghentian penyidikan atau penghentiaan
2. Memeriksa saha atau tidanya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. penuntutan,termasuk penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan (Pasal 77 huruf a KUHAP).
3. Memeriksa tuntutan ganti rugi (lihat materi pembahasan tentang tuntutan ganti rugi). Apabila pengajuan prperadilan atas sah atau tidak sah penangkapan,dilakukan sebagai beriku:
6. Penangkapan dilakukan tanpa didasarkan pada bukti permulaan yang cukup, sebagaimana menurut ketentuan
4. Memeriksa permintaan rehabilitasi (lihat materi pembahasan tentang rehabilitasi). pasal 17 KUHAP.
5. Memeriksa penetapan tersangka
6. Memeriksa tindakan penggeledahan dan penyitaan
2. Penangkapan dilakukan tanpa memperlihatkan dan memberikan surat perintah 2. Permohonan Diregister/Dinomor Kepaniteraan Pengadilan Negeri
penangkapan, sebagaimana ditentukan Pasal 18 ayat 1 KUHAP,kecuali sebagaimana Setelah panitera menerima permohonan dan dibayar lunas biaya perkara, maka
menurut ketentuan Pasal 18 ayat 2 KUHAP. deregister yang nomornya berbeda dengan nomor perkara lainnya.
3. Penangkapan tidak dilakukan oleh petugas kepolisian negeri RI atau pejabat yang 3. Ketua Pengadilan Negeri Segera Menunjuk Hakim (Tunggal) dan Panitera
berwenang, sebagaimana menurut ketentuan pasal 16 ayat 1 dan 2 KUHAP. Setelah permohonan deregister, maka sesegera mungkin ketua pengadilan negeri
menunjukkan hakim (tunggal) dan panitera (Pasal 78 ayat 2 KUHAP.
4. Tembusan surat perintah penangkapan dari pejabat yang berwenang tidak diberikan
kepada keluarga tersangka, sebagaimana menurut ketentuan pasal 18 ayat 3 KUHAP. 4. Penetapan Hari Sidang dan Pengadilan Para Pihak
Setelah ketua pengadilan negeri menunjuk hakim dan panitera, maka segera
5. Surat perintah penangkapan dikeluarkan setelah 1 x 24 jam sejak penagkapan
bersidang, sebab menurut Pasal 82 ayat 1 huruf c KUHAP, bahwa pemeriksaan
dilakukan,sebagaimana ketentuan pasal 19 ayat 1 KUHAP. tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hakim harus sudah
6. Tersangka tidak dapat ditangkap karena melakukan perbuatan pelanggaran, menjatuhkan.
sebagaimana ketentuan pasal 19 ayat 2 KUHAP. 5. Pemeriksaan Dilakukan dengan Hakim Tunggal
I. Proses dan Tata Cara Pemeriksaan Praperadilan Dalam pemeriksaan permohonan trsebut, maka dipimpin oelh hakim
tunggal,sebagaimana ditegaskan pasal 78 ayat 2 KUHAP, bahwa praperadilan
Maka dalam pengajuan permintaan pemeriksaan praperadilan dapat diuraikan sebagai dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan dibantu
berikut: oleh seorang panitera.
6. Putusan Praperadilan
1. Permohanan Ditinjaukan kepada Ketua Pengadilan Negeri
a. Surat putusan disatukan dengan berita acara berdasar atas pasal 82 atyat 1 huruf c
Setiap permohonan yang hendak diajukan untuk periksaan oleh praperadilan ditujukan KUHAP dan bentuk putusan berupa penetapan (berdasar atas pasal 83 ayat 3
kepada ketua pengadilan negeri yang meliputi daerah hukum dimana penagkapan, huruf a dan pasal 96 ayat ayat 1 KUHAP.
penahanan, penggeledahan, atau penyitaan itu dilakukan, atau diajukan kepada ketua b. Isi Putusan
pengadilan negeri tempat dimana penyidikan atau penuntut umum yang
menanghentikan penyidikan atau penuntutan berkedudukan. Masalah penggarisan isi putusan atau penetapan praperadilan, apad garis besarnya
diatur dalam pasal 82 aayat 2 dan ayat 3 KUHAP.
Amar yang tidak sejalan dengan alasan permintaan, keluar dari jalur yang ditentukan undan- 3. Peninjauan Kembali
undang . Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Larangan Peninjauan Kembali
Putusan Praperadilan, menegaskan beberapa hal, di antaranya :
1. Sah atau tidaknya penetapan penagkapan atau penahanan
a. Pasal 2
2. Sah atau tidanya pengehentian penyidikan atau penuntutan
1. Objek Praperadilan adalah
3. Diterima atau ditolaknya permintaan ganti kerugian atas rehabilitasi
a. Sah atau tudaknya penagkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian
4. Perintahan Pembebasan dari tahanan penuntutan, penetapan tersangka, penyitaan,dan penggeledahan.
5. Benda yang disita b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidannya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan.
6. Sah atau tidaknya penggeledahan
2. Pemeriksaan praperadilan terhadap permohonan tentang tidak sahnya penetapan tersangka
J. Upaya Hukum Penetapan Praperadilan
hanya menilai aspek formil.
7. Banding
3. Putusan praperadilan yang mengabulkan permohonan tentang tidak sahnya penetapan tesangka
Dalam hal putusan praperadilan untuk mengajukan upaya hukum menurut pasal 83 KUHAP tidak menggugurkan kewenangan penyidikan untuk menetapkan yang bersangkutan.
Untuk jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenag mengadili perkara yang 1. Petikan penetapan diberikan kepada pemohon dalam waktu tiga hariPengadilan
bersangkutan, jadi bukan praperadilan tetapi pengadilan negeri yang berwenang negeri memberikan petikan penetapan pengabulan permintaan ganti kerugian
memriksa dan memutus tuntutan ganti kerugian. kepada pihak yang berkepentingan Pemberian petikan ini dilakukan dalam waktu
tiga hari dari tanggal pene-tapan dijatuhkan.Dalam pemberian petikan penetapan
2. Pengajuan ini hanya dapat dilakukan setelah adanya putusan pengadilan “memperoleh ganti kerugian kepada pemohon, belum memasuki tahap pelaksanaan
kekuatan hukum tetap”. pembayaran, jadi hanyasekadar pemberitahuan kepadanya tentang pengabulan
10. Tata Cara Pemeriksaan Tuntutan Ganti Kerugian permintaanganti kerugianPetikan penetapan tersebut juga diberikan kepada
penuntut umurn,penyidik, dan menteri yang menyelenggarakan urusan
Tata cara atau proses pemeriksaan dan putusan tuntutan ganti keru-gian berpedoman pemerintah-an di bidang keuangan. Pembayaran ganti kerugian dilakukan
kepada acara pemeriksaan sebagaimana diatur dalamPasal 82 KUHAP. Proses pemeriksaan dalamjangka waktu empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal permo-honan
yang diatur dan berlaku bagi prap-eradilan, berlakulah sepenuhnya dalam pemeriksaan ganti ganti kerugian diterima oleh menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan
kerugian, seba-gaimana ditegaskan dalam Pasal 95 ayat (1) KUHAP, bahwa
di bidang keuangan.
"Pemeriksaanterhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada ayat (4) mengikutiacara
praperadilan," demikian pula ketentuan dalam Pasal 96 ayat (1) KU-HAP, bahwa "Putusan 2. Ketua pengadilan negeri mengajukan permohonan penyediaan danaSetelah ada
pemberian ganti kerugian berbentuk penetapan.“ penetapan pengabulan permintaan ganti kerugian.maka ketua pengadilan negeri
11. Tata Cara Pembayaran Ganti Kerugian yang aktif berperan memintakan pe-laksanaan pembayaran.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas, bahwa setelah adaputusan berupa 3. Dirjen anggaran menerbitkan SKO (Surat Keterangan Otoritas).Berdasarkan
penetapan, maka atas dasar penetapan departemenkeuangan segera melaksanakan permintaan penerbitan SKO dari Sekjen. Departemenkehakiman, dirjen anggaran
pembayaran kepada yang berkepenting-an. Namun tidak sedemikian sederhana prosedurnya menerbitkan SKO atas beban bagianpembayaran dan perhitungan anggaran
untuk memenuhipelaksanaan pembayaran kepada yang berkepentingan, yaitu diperlukan, belanja negara rutin.
4. Asli SKO disampaikan kepada yang berhak.
Demikian pula sebagaimana dikemukakan oleh J.C.T.Simorangkir.bahwa rehabiltasi adalah
Setelah SKO diterima oleh yang berhak, maka berdasarkan SKOpemohon segera mengajukan pemulihan, pengembalian kepada keadaan se-mula." Jadi, rehabilitasi dimaksud baik oleh KUHAP
permintaan pembayaran sebagaima-na yang diatur dalam Pasal 3. maupun menurutJ.C.T. Simorangkir, yaitu:
5.Pemohon mengajukan pembayaran kepada KPN setempat.Permohonan pembayaran dilakukan melalui Hak seorang tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan pemu-lihan:
ketua pengadilan negeri.
a. atas hak kemampuan:
6. Ketua pengadilan negeri meneruskan permintaan pembayaran ke KPN.
b. atas hak kedudukan, harkat, dan martabatnya.
7. Berdasar SKO dan SPP, KPN menerbitkan SPM kepada yang berhak.
Serta hak pemulihan tersebut dapat diberikan dalam semua tingkatpemeriksaan, mulai dari
B. REHABILITASI tingkat penyidikan, penuntutan, atau peng-adilan.Dengan demikian, berdasarkan pengertian
rehabilitasi di atas, makatujuan rehabilitasi tidak lain sebagai sarana dan upaya untuk memulih-
1. Pendahuluan kan kembali nama baik, kedudukan, dan martabat seseorang yang telahsempat menjalani tindakan
penegakan hukum berupa penangkapan, pe-nahanan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang
Masalah rehabilitasi diatur dalam Bab XII, bagian kedua sebagaikelanjutan ketentuan ganti pengadilan.
kerugian Ketentuan ganti kerugian diaturdalam Pasal 95 dan 96 KUHAP, sedangkan ketentuan rehabilitasi
hanyadiatur dalam Pasal 97 KUHAP. Dengan demikian, pengaturan tentangrehabilitasi hanya satu pasal Maka dengan pemulihan nama baik, harkat, dan martabat tersang-ka atau terdakwa di dalam
dalam KUHAP, maka diharapkan adanya per-aturan pelaksana, terutama yang berhubungan dengan: pergaulan masyarakat sangat penting. gunamenghilangkan derita yang dialaminya akibat
penangkapan, penahanan,penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan yang dilakukan ter-
a. bentuk rehabilitasi bagaimana yang dapat diberikan oleh pengadil-.an; dan. hadap dirinya.
b. cara atau proses pemberitahuan rehabilitasi. Dengan adanya rehabilitasi, dapat diharapkan sebagai upaya mem-bersihkan nama baik, harkat, dan
2. Pengertian martabat tersangka atau terdakwamaupun keluarganya di mata masyarakat.
Pengertian rehabilitasi sebagaimana menurut Pasal 1 angka 23 KU-HAP adalah sebagai berikut: 3. Alasan atau Dasar Rehabilitasi
"Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan Pengajuan permohonan rehabilitasi menurut Pasal 97 ayat (1) KU-HAP, bahwa "Seorang
harkat, serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntut-an, atau peradilan karena berhak memperoleh rehabilitasi apabila olehpengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala
ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun di adili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena tuntutan hukumyang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Jadi, apabi-la perkaranya
kekeliruanmengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang di-atur dalam undang- masih dalam proses pemeriksaan dan putusannya belummempunyai kekuataan hukum tetap, maka
undang ini." permohonan rehabilitasibelum dapat diajukan ke pengadilan, kecuali sebaliknya.
Akibat penangkapan atau diri seseorang tanpa alasan yang berdasar-kan undang-undang. Apabila perkaranya dihentikan sampai pada tingkat pemeriksaanpenyidikan atau
penuntutan, maka yang berwenang memeriksanyayaitu praperadilan.
Akibat tidak sahnya penahanan atas diri seseorang tanpa alasanyang berdasarkan undang-
undang. Menurut Pasal 97 ayat (3) KUHAP, bahwa "Permintaan rehabilitasioleh tersangka atas
penangkapan atau penahanan tanpa alasan yangberdasarkan undang-undang atau
Akibat tidak sahnya penghentian penyidikan. kekeliruan mengenai orang atauhukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 95 ayat(1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri diputusoleh
Akibat tidak sahnya penghentian penuntutan atau perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
hakim praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77.
Dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang. "Apabila perkaranya sampai pada tingkat pemeriksaan di sidang peng-adilan, maka
Akibat kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan. yang berwenang pemeriksaannya adalah pengadilan negeri.
4. Pihak yang Berhak Mengajukan RehabilitasiDalam pengajuan permohonan rehabilitasi, Pengadilan menjatuhkan putusan (Pasal 97 ayat (2) KUHAP):
maka pihak yang ber-hak mengajukan sebagai berikut: Putusan pembebasan; dan
1. Pasal 97 ayat (3) KUHAP, oleh tersangka atas penangkapan atau pe-nahanan tanpa alasan Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum.
yang berdasarkan undang-undang atau keke-lirian mengenai orang atau hukum yang
diterapkan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan 6. Tenggang Waktu Pengajuan
kepengadilan negeri diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksuddalam Pasal 77.
Adapun tenggang waktu untuk mengajukan permohonan rehabilita-Si, sebagaimana
2. Oleh tersangka, keluarga atau kuasanya (Pasal 12 UU No. 27 Tahun1983 tentang ditentukan Pasal 12 UU No. 27 Tahun 1983 tentang Pelak-Sanaan KUHAP bahwa
Pelaksanaan KUHAP). "Permintaan rehabilitasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 97 ayat (3) KUHAP diajukan
oleh tersangka, keluarga, ataukuasanya kepada pengadilan yang berwenang, selambat-
5. Yang Berwenang Memeriksa Permohonan Rehabilitasi lambatnya daam waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan mengenai sah
Sebagaimana dalam tuntutan ganti kerugian, demikian pula dalamrehabilitasi pun terdapat dua tidaknyapenangkapan atau penahanan diberitahukan kepada pemohon."Jadi, tenggang
instansi yang berwenang memeriksa danmemutus permintaan rehabilitasi, sebagaimana waktu yang ditentukan di atas hanya terkait masalahpengajuan permohonan rehabilitasi di
ditentukan Pasal 97 KU-1.HAP, yaitu: praperadilan, apabila perkara-nyadihentikan sampai pada tingkat penyidikan atau
penuntutan.
Adapun tenggang waktu atas alasan putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan (1) Petikan penetapan praperadilan mengenai rehabilitasi disam-paikan oleh panitera
hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 97 ayat (1) KUHAP tidak adadisinggung dalam Pasal kepada pemohon.
12 UU No. 27 Tahun 1983 tentang PelaksanaanKUHAP. Hal ini dapat dipahami sebab
sebagaimana ditentukan dalamPasal 97 ayat (1) dan (2) KUHAP, bahwa "Seseorang berhak (2) Salinan penetapan sebagaimana dimaksud data ayat (1) dibe-rikan kepada penyidik dan
memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala penuntut umum yang menanganiperkara tersebut.
tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuat-an hukum tetap, maka rehabilitasi
tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan sebagaimana (3) Salinan penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di-sampaikan pula kepada
dimaksud dalam ayat.(1).” instansi tempat bekerja yang bersang-kutan dan kepada ketua rukun warga di tempat
tinggal yangbersangkutan.
7. Redaksi Amar Putusan
Dalam hal penyampaian petikan sebagaimana dimaksud di atasoleh undang-undang
Adapun bunyi redaksi amar putusan rehabilitasi sebagaimana di-atur dalam Pasal 14 UU tidak menentukan berapa lama jangka wak-tunya untuk penyampaian atau pengiriman
No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP,yaitu: petikan dan salinan itukepada pihak yang berkepentingan.
a. Amar putusan dari pengadilan mengenai rehabilitasi berbunyi seba-gai berikut: 2. Pengumuman keputusan rehabilitasi.
"Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedu-dukan, dan harkat serta
martabatnya.“ Cara penyebaran luasan pemberian putusan rehabilitasi sebagaima-na diatur dalam
Pasal 15 UU No. 27 Tahun 1983 tentang PelaksanaanKUHAP, bahwa "Isi putusan atau
b. Amar penetapan dari praperadilan mengenai rehabilitasi berbunyisebagai berikut: penetapan rehabilitasi diumumkanoleh panitera dengan menempatkannya pada papan
"Memulihkan hak pemohon dalam kemampuan,kedudukan, dan harkat serta pengumumanpengadilan.“
martabatnya."Jadi, kedua bunyi amar putusan di atas antara putusan pengadilandan
praperadilan, pada hakikatnya tidak terdapat perbedaan yang prin-sipiel, hanya Cara penyebarluasan tersebut seharusnya disesuaikan dengan per-kembangan dan
perbedaannya satu kata, yakni "terdakwa" pada redaksi per-tama dan diubah pada redaksi kemajuan teknologi mass media, yaitu dapat di-umumkan melalui media massa (surat
kedua kata "pemohon.“ kabar) atau media lainnya,ataukah mengkuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal
243ayat (5) KUHAP.
1.Penyampaian petikan dan salinan putusan.
Dalam penyampaian petikan dan salinan putusan pemberian reha-bilitasi, sebagaimana
diatur dalam Pasal 13 UU No. 27 Tahun 1983tentang Pelaksanaan KUHAP, yaitu:
Ke Laut Memancing Ikan,Perginya Bersama
Kawan,Sekian Ilmu Yang Kami Sampaikan,Terima
Kasih Telah Memperhatikan.
THANK YOU
BAY-BAY