Anda di halaman 1dari 34

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Yosephina M.H. Keytimu


IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
IMPLEMENTASI
Metode Implementasi Keperawatan
Tahap Emplentasi
 Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-
Persiapan sehari.
 konseling
Intervensi  penyuluhan
 Memberikan asuhan keperawatan langsung.
Evaluasi  Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.
 Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan
menyiapkan klien untuk prosedur.
 Mencapai tujuan perawatan.
 Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota
staf lain
3 PRINSIP PEDOMAN IMPLEMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN

 Mempertahankan keamanan klien


Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap
sebagai pelanggaran etika standar keperawatan
professional,  tetapi juga merupakan suatu tindakan pelanggaran
hukum yang dapat dituntut.

 Memberikan asuhan yang efektif

 Memberikan asuhan seefisien mungkin


UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
SECARA UMUM
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di Tempat
Kerja : Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan:
Pelatihan dan Pendidikan, konseling dan konsultasi, pengembangan sumber
daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui sistem manajemen: Prosedur dan
Aturan K3, Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya,
Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja
 Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain :

Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari


pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan dalam
suatu sistem yang terpadu.
KASUS 1
SEORANG PERAWAT RSUD GUNUNG JATI POSITIF DIFTERI

 Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui positif


difteri pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
CIREBON - Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon,
diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan
informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan
tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut, perawat yang terkena
difteri berinisial Ru dan bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD Gunung Jati. Ru diketahui merupakan perawat pertama yang
menangani pasien pertama difteri yang masuk rumah sakit tersebut.
UPAYA PENCEGAHAN KASUS 1

 Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat kerja:

1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker,


handscoon, scout dll 3. RS menyediakan pemilahan tempat sampah
Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya medis dan non medis.
penyakit/ infeksi yang dapat terjadi terutama saat bekerja, Alasan: Bila sampah medis dan non medis
APD harus selalu di gunakan sebagai pelindung diri. tercampur dan tidak dikelola dengan baik
Dengan kasus diatas dapat dihindari jika perawat akan menimbulkan penyebaran penyakit.
menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan
Difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien. 4. RS menyediakan SOP untuk tindakan
keperawatan.
2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol Alasan: Agar petugas/perawat menjaga
gliserin untuk perawat. konsistensi dan tingkat kinerja
Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan awal petugas/perawat atau tim dalam organisasi
jika kita sudah terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien atau unit kerja, sebagai acuan (check list)
beresiko menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
merupakan tindakan aseptic awal sebelum ke pasien sesama pekerja, supervisor dan lain-lain dan
maupun setelah ke pasien. SOP merupakan salah satu cara atau
parameter dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
LANJUTAN
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Menjaga diri dari infeksi dengan 2. Perawat mematuhi Standar Operational
mempertahankan teknik aseptic Prosedure yang sudah ada RS dan berhati-
seperti mencuci tangan, hati atau jangan terburu-buru dalam
memakaiAPD, dan melakukan tindakan.
Alasan :Meskipun pasien di Ruang UGD
menggunakan alat kesehatan
dan pertama masuk RS, perawat sebaiknya
dalam keadaan steril. lebih berhati – hati atau jangan terburu-
Alasan: Agar perawat tidak buru dalam melakukan tindakan ke pasien
tertular penyakit dari pasien yang dan perawat menciptakan dan menjaga
di tangani meskipun pasien dari keselamatan tempat kerja supaya dalam
UGD dan memakai APD adalah tindakan perawat terhindar dari tertularnya
salah satu SOP RS penyakit dari pasien dan pasien juga
merasa aman.
ANALISA KASUS 1
 Hazard yang ada di kasus :
Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit Difteri dari
pasien pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien
positif difteri.
KASUS 2
RIBUAN PERAWAT DI INDONESIA TERTULAR
HEPATITIS B

 Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian


Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi
hepatitis B.
Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya
2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan
menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B.
penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan
berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama
saat selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai melakukan pemberian obat
atau pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang salah dan kurang
hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.
“Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu
diantaranya tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia, dr Lukman
Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin.
LANJUTAN
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Indonesia bagian barat
tercatat 9,4 persen atau 1 dari 10 penduduk Indonesia mengidap hepatitis B.
“Jadi total penduduk Indonesia yang mengidap virus hepatitis B ada 22,3 juta
orang, dimana separuhnya membutuhkan pengobatan. Jika tidak diobati, maka dalam 10
tahun ke depan akan berubah menjadi sirosis hati yang membutuhkan transplantasi hati,”
tandasnya. (Tryas).
ANALISA KASUS 2

Hazard :
Terinfeksi hepatitis B akibat tertusuk
jarum suntik saat menutup jarum suntik setelah
digunakan dari pasien.
UPAYA PENCEGAHAN KASUS 2
 Upaya pencegaham dari Rumah 2. Rutin mengadakan
Sakit/ tempat kerja: konseling dan rutin
1. Memberikan imunisasi mengadakan pemeriksaan
hepatitis pada semua tenaga kesehatan berkala kepada
kesehatan yang bekerja dan tenaga kesehatan, terutama
belum mendapat imunisasi tenaga kesehatan yang bergelut
hepatitis sebelumnya, terlebih di tempat beresiko terkena
pada tenaga kesehatan yang kecelakaan kerja.
mempunyai resiko tinggi Alasan: Dengan mengadakan
tertular. Mereka harus diberi konseling rutin dan
perlindungan khusus misalnya pemeriksaan kesehatan berkala
dengan memberikan dalam tiga dapat menjadi suatu pendeteksi
dosis vaksinasi. kesehatan tenaga kerja,
Alasan: Dengan memberikan konseling dapat digunakan
imunisasi pada semua tenaga sebagai upaya untuk
LANJUTAN
3 Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga kesehatan tentang cara menutup jarum
suntik yang benar , tidak membahayakan, dan sesuai dengan prosedur.
Alasan: pendidikan ini sangat penting diberikan kepada perawat agar terhindar dari kecelakaan yang
membahayakan kesehatan. Sehingga apabila perawat mengetahui cara yang benar akan menjauhkan diri
dari kecelakaan terutama tertusuknya jarum suntik.

4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-benda tajam yang sesuai dan praktis.
Alasan: Dengan penyediaan tempat sampah khusus jarum dapat mempermudah kerja perawat sehingga
saat perawat lalai atau terburu-buru perawat bisa langsung membuang jarum tersebut ke tempat sampah
khusus jarum.

5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai dengan standart
keselamatan.
Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri secara lengkap dapat meminimalkan terjadinya
kecelakaan saat kerja.

6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan perlengkapan kerja dll.
Alasan: Dengan lingkungan kerja yang aman dan nyama dapat meningkatkan kinerja baik bagi tenaga
kesehatan, serta tenaga kesehatan bisa lebih focus dan berkonsentrasi saat bekerja.
4. Menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan
ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang
LANJUTAN beresiko ke pasien.
Alasan: sifat hati-hati, berkonsentrasi, dan ketenangan sangat
diperlukan saat bekerja, agar tidak terjadi kesalahan, kelalaian saat
 Upaya pencegahan pada Perawat: bekerja, sehingga tercipta kesehatan dan keselamatan bagi diri
1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti sendiri selain juga bagi pasien.
imunisasi hepatitis sebagai upaya preventif awal
bagi diri sendiri. 5. Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara selesai
Alasan: Dengan membentengi diri dengan digunakan terutama saat menutup jarum suntik.
imunisasi dapat menghindarkan diri dari terinfeksi Alasan: Dengan mempunyai keahlian yang lebih dapat
menghindarkan diri kita dari berbagai macam kelalaian saat
dan tertularnya penyakit terutama akibat kerja, bekerja
karena di dalam tubuh sudah ada imunisasi sebagai
benteng. 6. Memahami prosedur dan pertolongan awal apabila terjadi sesuatu
2. Menggunakan APD yang lengkap seperti yang membahayakan.
handscoon, masker, dan google jika diperlukan. Alasan: Dengan memahami prosedur dan pertolongan awal
Alasan: Dengan memakai alat pelindung diri sesuai terutama saat terjadi kecelakaan dapat meminimalkan terjadinya
kondisi yang semakin buruk, dan agar dapat mendapat penanganan
dengan standart saat bekerja dapat meminimalkan
secara cepat juka kita memahami prosedur pertolongan.
resiko terjadinya kecelakaan dan menjaga diri dari
saat bekerja. 7. Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan
3. Selalu menerapkan tindakan aseptic kepada semua bengkok sebagai tempat awal pembuangan jarum suntik.
klien. Alasan: Persiapan alat yang lengkap sesuai dengan prosedur saat
Alasan: Tindakan aseptic sangat diperlukan dan memerlukan tindakan juga sangat diperlukan untk menghindrkan
diterapkan sebelum,saat, dan sesudah bekerja, agar dari kecelakaan kerja, jika alat-alat sudah disiapkan dengan
maksimal maka tidak akan mengganggu kinerja. Sehinggan
kita terhindar dari tertularnya dan terinfeksi dari keamanan dan keselamatan bisa terus terjaga.
penyakit.
KASUS 3
RISIKO DAN BEBAN HIV/AIDS PADA PETUGAS LAYANAN
KESEHATAN

Di AS, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa pada 31 Desember 2000,
24.844 orang dewasa yang dilaporkan dengan AIDS di AS pernah bekerja di layanan
kesehatan. Kasus tersebut mewakili 5,1% dari 486.826 kasus AIDS yang dilaporkan
pada CDC yang tidak memiliki informasi tentang pekerjaannya.
Khusus di AS, hanya ada 57 kasus penularan HIV yang dikonfirmasi terjadi setelah
terpajan HIV waktu bekerja dan 139 kasus yang tidak melaporkan faktor risiko lain
selain riwayat terpajan darah, cairan tubuh terkait pekerjaan atau terinfeksi HIV akibat
alat laboratorium.
Di seluruh dunia, diperkirakan sedikit di atas 4% penularan HIV pada petugas layanan
kesehatan adalah pajanan melalui luka karena benda tajam waktu sedang
bekerja. Walaupun sebagian besar penularan HIV akibat pajanan dalam pekerjaan
diyakini terjadi di Afrika sub-Sahara, hal itu tetap berarti bahwa sebagian besar infeksi
HIV pada petugas layanan kesehatan ditularkan melalui komunitas.
ANALISA KASUS 3
 Hazard :
1. Terpajan darah
2. Cairan tubuh pasien
3. Terinfeksi HIV akibat alat laboratorium
4. Terdapat luka pada kulit
UPAYA PENCEGAHAN KASUS 3
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
4. Rumah sakit harus mengadakan
1. Ruangan perawatan pasien HIV AIDS pada rumah pemeriksaan kesehatan secara rutin
sakit harus memberikan fasilitas alat pelindung diri
yang safety untuk tenaga kesehatan
kepada tenaga kesehatan yang
Alasan: supaya perawat tidak terpapar langsung oleh mengalami kecelakaan saat
segala macam bentuk cairan pasien HIV/AIDS dan melakukan tindakan seperti tertusuk
agar tidak tertular passion HIV/AIDS jarum bekas pasien HIV AIDS
2. Menyediakan ruangan isolasi khusus untuk pasien Alasan: agar tenaga kesehatan,
yang menderita HIV AIDS khususnya perawat pasien
Alasan: agar tenaga kesehatan, khussunya perawat
tidak terpapar secara langsung oleh penderita
HIV/AIDS memiliki status
HIV/AIDS kesehatan yang optimal.
3. Tersedianya asupan gizi seimbang untuk tenaga 5. Adanya hari bina fisik bersama
kesehatan dalam satu minggu, misalnya senam
Alasan: guna mempertahankan sistem imunitas
pagi bersama di hari jumat
tubuh untuk tenaga kesehatan
Alasan: guna mempertahankan
sistem imunitas tubuh
LANJUTAN
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Melakukan penyuluhan mengenai HIV/AIDS secara rutin
Alasan :sebagai salah satu langkah preventif bagi klien dan tenaga kesehatan.
2. Menjaga keselamatan diri dan tenaga kesehatan lain dari infeksi virus HIV/AIDS
dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan
steril.
Alasan: Agar terhindar dari infeksi virus.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara melakukan olahraga secara teratur dan
mengonsumsi makanan gizi seimbang
Alasan :agar tubuh tetap terjaga dengan baik sistem imunitasnya.
4. Hindari berkontak langsung dengan segala macam cairan klien apabila dirasa sistem
imunitas tubuh sedang menurun / tidak menggunakan APD / tubuh sedang terjadi
luka (lecet).
Alasan : agar tidak tertular virus pasien HIV / AIDS
RUMAH SAKIT KEPADA PERAWAT : CEDERA ANDA
BUKANLAH MASALAH KITA

Terry Cawthorn seorang perawat yang sudah bekerja selama 20


tahun di Rumah Sakit Mission. Tetapi karena ia mengalami cidera tulang
belakang yang terjadi berulang kali, dan hal tersebut disebabkan karena
mengangkat pasien, akhirnya, ia dipecat. Cawthorn mengambil jalan
hukum untuk menghadapi pihak rumah sakit dan masih harus berjuang
dalam kehidupan sehari-hari akibat cidera yang dialaminya.
Pihak rumah sakit tidak mengakui bahwa cidera yang dialami
Cawthorn adalah akibat dari pekerjaannya sebagai perawat. Mereka juga
menolak bahwa perkerjaan sehari-hari perawat berisiko menciderai
perawat maupun berdampak buruk terhadap perawat. Hampir seluruh
rumah sakit di seluruh negeri memiliki pendapat yang sama.
Ia bercerita saat itu pasien yang memiliki badan cukup besar baru
saja melakukan operasi caesar, dan ia membantu memindahkannya dari
ANALISA KASUS 4

 Hazard :
Ergonomi
Seorang pasien yang memiliki badan lumayan besar baru
saja melakukan operasi caesar, dan Cawthorn membantu
memindahkannya dari brankat ke tempat tidur. Hal tersebut bisa
dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari, dan itu kerap kali
dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-perawat
lainnya. Hampir setiap memidahkan pasien, secara tidak langsung ia
juga menjadi tumpuan beban bagi pasiennya tersebut. Karena ia
selalu menjaga pasiennya agar tidak terjatuh.
UPAYA PENCEGAHAN KASUS 4
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja: Pihak rumah sakit meminta vendor untuk datang ke fasilitasnya dan
memberikan service atau semacam layanan singkat untuk mendemonstrasikan
Menurut Roslan (2008) dalam Selvianti, R (2009) gambaran dan penggunaan peralatan gunanya sebelum perawat menggunakan
ada tiga metode kontrol yang seharusnya dilakukan rumah sakit peralatan terhadap pasien sebenarnya, agar dapat menjamin perawat bisa secara
untuk mengurangi risiko ergonomi yaitu: kompeten menggunakan peralatan tersebut tanpa mencederai diri sendiri ataupun
pasien. Jadi, setelah pihak rumah sakit menyediakan peralatan yang canggih
1. Kontrol Secara Teknis dalam memudahkan perawat, mereka juga mendatangkan tenaga ahli untuk
Bila membeli peralatan, rumah sakit seharusnya bekerja mendemonstrasikan cara penggunaan alat tersebut kepada perawat.
sama dengan Komite K3/Ergonomi RS/Vendor untuk menyesuaikan Alasan :Karena jika perawat tidak bisa cara mengoperasikan alat tersebut, maka
dan memadukan peralatan dengan tugas-tugas umum perawat. kemungkinan yang terjadi adalah dapat menciderai pasien maupun perawat itu
Termasuk juga para perawat harus dilibatkan dalam proses sendiri, dan pengobatan juga menjadi tidak optimal.
pembelian untuk menjamin bahwa peralatan mudah digunakan dan 3.  Kontrol Administrasi
sesuai dengan kondisi perawat. Contohnya seperti kerekan langit- Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan layanan telah menyediakan
langit otomatis dan tempat tidur otomatis jadi perawat tidak perlu jumlah staf yang cukup untuk menjamin bahwa penanganan pasien yang
lagi menunduk untuk mengatur posisi pasien. dilakukan dapat tertangani dengan baik. Dengan dua orang perawat secara normal
diperlukan untuk memindahkan dan membawa pasien, tapi dalam kondisi tertentu
Alasan :Karena tanpa adanya bantuan alat-alat tersebut bisa
maka satu orang perawat bisa melakukan tugas-tugas tersebut dengan syarat
berdampak negatif bagi perawat apalagi bagi mereka yang sudah terlatih dengan teknik mengangkat pasien yang tepat. Banyak sekali perawat
bekerja bertahun-tahun. Keluhan yang biasa muncul adalah nyeri mengalami cidera karena banyak dari mereka tidak merencanakan dengan baik
punggung, nyeri leher dan bahkan bisa menyebabkan cidera tulang teknik mengangkat yang tepat. Jadi, pihak rumah sakit bisa mengadakan pelatihan
belakang, seperti pada kasus Terry Cawthorn. bagi perawat mengenai teknik mengangkat pasien yang tepat dan pihak rumah
sakit juga harus menambah tenaga kedan berkurang serta bisa meminimalisir
2. Kontrol metode kerja cedera yang dialami perawat.
Pembelian peralatan merupakan langkah dalam mereduksi Alasan rja perawat agar beban kerja perawat bisa seimbang :Karena kurangnya
risiko ergonomi. Penyediaan dan pengadaan staf dengan pelatihan tenaga kerja atau jumlah perawat dapat mengakibatkan beban kerja pada perawat
berbasis keahlian secara kritik menjamin bahwa mereka tahu meningkat dan resiko cidera pada individu masing-masing perawat juga
menggunakan peralatan secara tepat dan mengetahui bagaimana meningkat.
peralatan tersebut mereduksi risiko ergonomi.
LANJUTAN
 Upaya pencegahan dari pihak perawat:
1. Mengikuti pelatihan teknik mengangkat pasien dengan benar.
Alasan :Karena, perawat yang tidak mengetahui hal tersebut bisa jadi secara asal
mengangkat pasien. tanpa sadar ternyata hal tersebut telah menciderai perawat. Seperti :
cidera tulang leher dan cidera tulang belakang.
2. Tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan yang berat. Sebisa mungkin minta
tolong oleh rekan sejawat.
Alasan :Karena, beban kerja perawat yang meningkat bisa mengakibatkan stress dan jika
memaksakan diri maka akan berdampak negatif bagi perawat.
3. Memenuhi Asupan gizi seimbang dan mengkonsumsi vitamin serta olahraga teratur.
Alasan :Karena, jika perawat tidak menjaga hal tersebut maka perawat akan mudah sakit
dan tidak prima dalam bekerja. Terlebih beban kerja mereka yang banyak dan berat.
4. Belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit.
Alasan :Karena, tanpa kemampuan tersebut dapat terjadi risiko cidera pada pasien dan
perawat. Bahkan bisa merusak peralatan tersebut.
KASUS 5
BEBAN STRES DAN FRUSTRASI AKIBAT PEKERJAAN PADA
STAF LAYANAN KESEHATAN

Berdasarkan sebuah proyek penelitian yang melibatkan 20 LSM AIDS di Kanada, “bekerja di
bidang HIV/AIDS yang demikian rumit dan tidak berperikemanusiaan” itulah yang menyulitkan untuk
mempertahankan tenaga kerja secara efektif. Hal ini muncul karena staf itu harus terus menghadapi
masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan
frustrasi.Pengamatan yang serupa juga dilaporkan dalam sejumlah survei terhadap petugas kesehatan di
Afrika.
“Frustrasi terhadap pekerjaan dan perwujudannya (misalnya, patah semangat, tidak mampu
memberi layanan, berpendapat bahwa mustahil untuk membuat perubahan) harus dicegah dengan segala
cara,” Profesor Alta Van Dyk dari University of South Afrika (UNISA) menulis.
Topik kunci yang sebenarnya terjadi: petugas layanan kesehatan “bergumul dengan beban
kehilangan yang berlebihan, terlalu mengenal pasiennya, takut terhadap pajanan HIV sewaktu bekerja,
dan kesulitan untuk menangani diri sendiri dan stigmatisasi pasien dan masalah kerahasiaan. Pada
umumnya perawat berpendapat bahwa mereka belum dilatih secara memadai untuk memberikan
konseling terkait HIV; sebagian besar mereka merasa tidak didukung oleh atasan, keluarga dan teman
mereka; dan mereka sering marah tentang lambatnya kinerja pemerintah serta pesan kesehatan yang
salah.
LANJUTAN

Beberapa pengamatan menonjol di dalam penelitian itu – salah satunya adalah lebih dari
separuh perawat merasa kesulitan untuk mempertahankan batas hubungan secara profesional dengan
pasien, dan kurang lebih empat dari lima (khususnya perawat) “mengakui bahwa mereka merasa perlu
untuk ‘menyelamatkan’ pasien, sering menyatakan rasa frustrasi mereka dalam bentuk karangan karena
tidak mampu menyelamatkan pasien.” Prof. Van Dyk mencatat bahwa banyak penelitian melaporkan
bahwa perawat yang tidak membuat jarak hubungan emosional secara tepat akan lebih menderita akibat
stres dan frustrasi terhadap pekerjaannya.
Walaupun sebagian besar peserta dalam penelitian UNISA melaporkan memakai mekanisme
‘positif’ untuk bertahan dengan stres, banyak orang yang benar-benar frustrasi belum menemukan
mekanisme untuk mampu bertahan secara positif. Setelah bekerja di bidang ini sejak awal 1990-an,
secara pribadi penulis sudah mengamati banyak kasus stres berat dan/atau frustrasi pada perawat yang
mengarah pada perilaku yang merugikan diri sendiri, termasuk kecanduan alkohol dan narkoba serta
tidak sedikit kasus HIV yang tertular dari komunitas.
ANALISA KASUS 5
 Hazard :
Hazardz Ergonomic dan Psychosocial Hazard
Tenaga Kesehatan yang bekerja di ruang HIV/AIDS terus
menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang
tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi. Serta
sering mengalami ketakutan bekerja di HIV/AIDS.
UPAYA PENCEGAHAN KASUS 5
4. Tersedianya asupan sehat untuk tenaga kesehatan
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
untuk mempertahankan kondisi imun supaya tidak
1. Memberikan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang
sampai mengalami penurunan
menderita HIV AIDS
Alasan: Untuk menjaga kesehatan para petugas
Alasan: Sehingga perawat tidak langsung terpapar setiap
hari dia bekerja kesehatan khususnya para perawat
2. Rumah sakit khususnya ruangan perawatan pasien HIV 5. Bagi manajer atau kepala ruangan dapat mengatur
AIDS lebih meperhatiakan fasilitas alat pelindung diri shift dengan baik
untuk tenaga kesehatan dan mefasilitasinya Alasan: Pembagian shift kerja sangat membantu
Alasan: Karena dengan adanya alat pelindungi diri itu para mengurangi beban kerja petugas kesehatan
petugas khususnya perawat yang 24 jam mendampingi sehingga mereka bisa bekerja gantian dan bisa
pasien bisa bekerja dengan aman, sehingga tidak beresiko bekerja semaksimal mungkin
tertular 6. Dapat dilakukan pendampingan dalam segi spiritual
3. Kebijakan rumah sakit seharusnya memfasilitasi dan juga dapat diadakan konsultasi
pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kesehatan yang Alasan: Sehingga beban kerja maupun beban
mengalami kecelakaan saat melakukan tindakan seperti psikologis bisa diatasi.
tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS. 7. Upaya pencegahan dapat dilakukan seperti dengan
Alasan: Dengan adanya pemeriksaan itu para perawat bisa pemberian doorprize kepada perawat berprestasi
terjmin kesehatannnya dan ada pemantauan
Alasan: Sehingga perawat tersebut bisa mendapat
hiburan dan terhindar dari sifat frustasi
LANJUTAN
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Menjaga keselamatan klien dan tenaga kesehatan dari infeksi dengan mempertahankan
teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Meskipun beresiko tertular petugas kesehatan harus tetap menjaga keselamatan
pasien karena keselamatan pasien merupakan tujuan perawat dalam merawat pasien
2. Jika perawat dalam kondisi syok, perawat tarik nafas lalu mengeluarkan secara
perlahan beberapa kali
Alasan: Sehingga perawat bisa mengurangi kondisi syok
3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan bersikap terbuka
dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja
Alasan: Dengan ukut serta membangun iklim kerja yang menyenangkan perawat bisa
mengurangi beban kerjanya dengan saling bertukar pikiran ke sesama rekan kerja
4. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi stress.
Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah dan membuka
paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen.
Alasan: Sehingga perawat bisa menjaga kesehatannya, tidak mudah sakit dengan sering
berolahraga
KASUS 6
NYERI OTOT YANG TERJADI PADA PERAWAT

Penelitian di iran menyatakan bahwa, rata-rata perawat selalu mengalami nyeri


otot pada saat bekerja. hampir 89% perawat selalu mengalami nyeri otot dalam bekerja.
Beberapa bagian tubuh yang mengalami nyeri adalah 74% bagian pinggang dan 48.5%
bagian lutut. Sebuah penelitian yang dilakukan di belanda, sekitar 57% perawat selalu
mengalami cedera/nyeri otot pada beberapabagian tubuhnya. Pada beberapa
penelitianlainnya, yaitu di brazil. Sekitar 80.7% melaporkan bahwa sebagian besar
perawat pernah mengalami nyeri otot. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa Negara, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir seluruh perawat di setiap
Negara di dunia, selalu dan pernah mengalami nyeri otot ataupun cedera yang
mengakibat kanterganggunya system musculoskeletal mereka. Ini semua disebabkan
karena pekerjaan perawat yang biasanya selalu mengandalkan kekuatan otot/fisik untuk
memindahkan bed pasien dan juga memindahkan serta mengangkat pasien dari satu
tempat ketempat yang lain.
ANALISA KASUS 6

 Hazard :
Ergonomi
Banyak perawat yang sering mengalami gangguan
musculoskeletal seperti nyeri otaot yang sering diderita oleh
perawat, dalam berita tersebut yang menyebabkan gangguan otot
yaitu dari pekerjaan perawat yang biasanya selalu mengandalkan
kekuatan otot/fisik untuk memindahkan bed pasien dan juga
memindahkan serta mengangkat pasien dari satu tempat ketempat
yang lain.
UPAYA PENCEGAHAN KASUS 5
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
1. Membuat sebuah peraturan/Protap yang ditujukan kepada karyawannya tentang
tindakan-tindakan yang menggunakan kekuatan tubuh secara berlebih
Alasan : Dengan menetapkan beberapa protap, maka perawat wajib mematuhi
protap tersebut, sehingga rumah sakit dapat meminimalisir resiko karena protap
tersebut
2. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi karyawannya
Alasan : Pembagian waktu/jadwal shift kerja yang sesuai dengan kemampuan
perawat akan memberikan manfaat yang besar untuk perawat, yaitu perawat dapat
beristirahat, sehingga ia mampu untuk selalu tetap menjaga kondisi tubuhnya yang
sehat
3. Membuat sebuah alat yang dapat meminimalisir penggunaan kekuatan tubuh
manusia secara berlebih.
Alasan : Penggunaan alat bantu dalam tindakan/aktivitas perawatan akan membantu
perawat untuk menggunakan tenaganya secara maksimal.
LANJUTAN 3. Mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Upaya pencegahan pada Perawat: agar mampu meningkatkan kekuatan
otot dan tulang
1. Menggunakan posisi yang tepat ketika mengangkat
pasien maupun benda berat lainnya Alasan : Makan makanan yang bergizi
sangat bermanfaat karena kandungan
Alasan : Karena pengaturan posisi saat beraktivitas dari makanan tersebut akan menjaga
sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot yang stamina dan juga kesehatan tubuh
akan digunakan, apabila perawat salah dalam perawat.
menempatkan posisi, biasanya perawat akan
4. Selalu mematuhi protap/SOP yang
merasakan nyeri dibagian otot bagian tubuh sudah ditetapkan oleh Rumah sakit
belakangnya.
Alasan : Protap yang sudah diberikan
2. Sering berolahraga dan ditetapkan oleh rumah sakit
Alasan :Dengan berolahraga perawat akan merupakan protap yang sesuai dengan
mendapatkan kondisi fisik/tubuh yang kuat dan kemampuan kerja perawat itu sendiri.
sehat serta mampu menjaga staminanya ketika
bekerja
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai