Anda di halaman 1dari 23

ASKEP PALIATIF HIV/AIDS

Yosephina M.H. Keytimu


A. Pengertian Perawatan Paliatif
 pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
B. Tanda dan Gejala

 Gejala mayor
a. Berat badan menurun leih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demam/HIV ensefalopati
 Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari satu bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpeszoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidas orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus sitomegalo
(komunitas AIDS Indonesia, 2010)
gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya.

 Fase akut
 Fase asimptomatik
 Fase simptomatik
D. Tahap Berduka
a. Denial ( pengingkaran ) Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia
tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya
b. Anger ( Marah ) Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia
akan meninggal.
c. Bergaining ( tawar-menawar ) Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba
menawar waktu untuk hidup.
d. Depetion ( depresi ) Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan
segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama
keluarga dan teman-teman
e. Acceptance ( penerimaan) Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima
kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya yang belum terselesaikan.
E. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang
Kematian
 Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat
dari fase akut ke kronik.
 Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
 Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada
pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
 Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik
dan telah berjalan lama.
F. Pengkajian

 Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam
tiga fase, yaitu :
 Fase prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit
 Fase akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,
termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
 Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatnnya, Pasti terjadi. Klien
dalam kondisi terminal akan mengalami masalah baik fisik, psikologis maupun social-
spiritual.
Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara
lain :

 Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
 Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang
diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa
terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya :
Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi
penyakit mis gagal ginjal
 Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
 Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
 Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
 Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
 Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada
kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
 Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon
emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu
lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi
atau barrier komunikasi.
 Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Faktor-faktor yang perlu dikaji :

 Faktor Fisik: Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,
pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
 Faktor Psikologis: Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.
 Faktor Sosial: Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal,
karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman
dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
 Faktor Spiritual: Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga
harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh
agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
 Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu
dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal.
Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika,
norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
 Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus
mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus
sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.
G. Diagnosa Keperawatan

 Biologi :
a. ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas Tubuh
b. katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan asupan oral
c. intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
 Psikologi :
a. ansietas b.d ancaman nyata terhadap kesejahteraan diri
b. harga diri rendah b.d penyakit kronis, krisis stuasional
 Social :
a. isolasi soaial b.d stigma, ketakutan orang lain terhadap penyebaran infeksi
b. Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam mengaktualisasi diri
 Spiritual :
distress spiritual b.d penyakit infeksi kronis
H. Intervensi Keperawatan

 ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas Tubuh


 NOC : Hidration, Adherence Behavior, Immune status, Risk control , Risk detection
 NIC :
Temperature regulation (pengaturansuhu)
Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitor suhu secara continue
Monitor TD, nadi, RR
Monitor warna dan suhu kulit
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan asupan oral
 Kriteria hasil: -Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
 NIC:
Kaji adanya alergi makanan
Monitor adanya penurunan berat badan
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan informasi tentang kebutuhan informasi
 Ansietas b.d ancaman nyata terhadap kesejahteraan diri
 Kriteria hasil:
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan ejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik mengontrol cemas
Vital sign dalam batas normal
 NOC:
 Gunakan pendekatan yang menyenagkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Temani pasien untuk mengurangi takut
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 nstruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
I. Implementasi dan Evaluasi

 Implementasi disesuaikan dengan intervensi


 Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil
GOOD LUCK

Anda mungkin juga menyukai