Y DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI
1. SUWANTI : 21220156
2. MARLINA ARDIANI : 21220148
3. TASMIROH : 21220157
4. ZELLY SEFRIANSYAH : 21220159
5. ARAFIK : 21220137
6. LARAS AMBAR SARI : 21220147
7. NOVARINA : 21220161
8. GUSNAN AFRIZAL : 21220146
9. FARYANI : 21220144
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan
bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah
dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas
bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995.
Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan
adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat
gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh
diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif,
dan depresi.
LANJUTAN
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan
dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat
di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu.
Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku
bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku
bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri.
Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan
bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme
pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh
diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
Rentang respons, YoseP, Iyus (2009)
Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal
Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga
kategori yang sebagai berikut.
Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang
hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati
jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi
perilaku orang lain.
Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan
secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari
orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
Mempunyai ide untuk bunuh diri. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
Mengungkapkan keinginan untuk mati. atau mengalami kegagalan dalam karier).
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
Impulsif. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya perkawinan).
menjadi sangat patuh).
Pekerjaan.
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
Konflik interpersonal.
Verbal terselubung (berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang obat dosis mematikan). Latar belakang keluarga.
Status emosional (harapan, penolakan, cemas Orientasi seksual.
meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).
Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai
Sumber-sumber personal.
orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan Sumber-sumber social.
alcohol).
Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit
Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
kronis atau terminal).
Terapi Aktivitas Kelompok, Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009)
Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal
dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota,
merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan
kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini,
tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
Respon Umum Fungsi Adaptif (RUFA)
1. Aktif mencoba bunuh diri dengan cara : 1. Aktif memikirkan rencana bunuh 1. Mumgkin sudah memiliki ede untuk
diri namun tidak disertai percobaan mengakhiri hidupnya. Namun tidak disertai
a. Gantung diri
bunuh diri ancaman dan percobaan bunuh diri
d. Mencatuhkan diri dari tempat tinggi 3. Menarik diri dari pergaulan sosial. 4. Mengatakan tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh atau ”segala sesuatu akan lebih
2. Mengalami depresi baik tanpa saya”
A. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah B. Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri
Tujuan umum:
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada
Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.
untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada Tujuan khusus:
orang yang dipercaya.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan
Tujuan khusus: prinsip komunikasi terapetik.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina
hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.
komunikasi terapetik. d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.
positif yang dimiliki. f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh
diri.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.
i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.
j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
C. Diagnosa keperawatan koping yang tak efektif
Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip komunikasi
terapetik.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.
e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.
f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.
h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.
j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.
k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.
(Stuart , 2009).
Rencana Asuhan keperawatan
c. Klien dapat 1. Dis kus ikan dengan klien apakah klien mau
mengidentifikas i mempelajari cara yang s ehat untuk menghadapi
tanda-tanda res iko mas alah.
bunuh diri.
Contoh kasus bunuh diri
KASUS 6 (RESIKO BUNUH DIRI)
Tn.Y berusia 50 tahun dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di
kamar mandi rumah pasien. Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan
pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya.
Terdapat anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.Klien
mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Ada bekas luka dan memar pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg
dan TB 170cm.Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M
teman sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan
lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang
berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan
lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
TN. Y DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
Tindakan:
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
1.1 Perkenalkan diri dengan klien Tindakan:
1.2 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak 3.1 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
menyangkal. 3.2 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
1.3 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
3.3 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
1.4 Bersifat hangat dan bersahabat. bagaimana harapannya.
3.4 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan
1.5 Temani klien saat keinginan mencederai diri arti penderitaan, kematian, dan lain‑lain.
meningkat.
3.5 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
5.3 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain 7.3 Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dirasakan.
dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi 7.4 Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
masalah tersebut dengan koping yang efektif. benar.
CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
1.
14/09/2021 Resiko Bunuh Diri Sp I Pasien S:
PK.10.00 WITA Membina hubungan saling percaya dengan klien Klien mengatakan sudah
Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien mencoba belajar berkenalan
Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien. namun masih enggan untuk
Melakukan kontrak treatment dilakukan
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Sp II Pasien O:
Klien aktif dan memperhatikan
Mengidentisifikasi aspek positif pasien selama latihan berkenalan dengan
Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri perawat
Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
A:
Sp III Pasien Klien sudah tahu cara berkenalan
Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien dengan menyebutkan
Menilai pola koping yng biasa dilakukan nama,asal,hobi
Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian P:
Lanjutkan berkenalan dengan
Sp IV Pasien orang lain.
Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
TERIMA KASIH