Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

Y DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH KELOMPOK III:

1. SUWANTI : 21220156
2. MARLINA ARDIANI : 21220148
3. TASMIROH : 21220157
4. ZELLY SEFRIANSYAH : 21220159
5. ARAFIK : 21220137
6. LARAS AMBAR SARI : 21220147
7. NOVARINA : 21220161
8. GUSNAN AFRIZAL : 21220146
9. FARYANI : 21220144
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

 Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan
bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah
dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas
bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995.
Etiologi

Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
 Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan
adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat
gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh
diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif,
dan depresi.
LANJUTAN
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan
dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat
di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
 Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu.
Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

 Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku
bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku
bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri.
Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan
bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
 Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme
pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Respon adaptif Respon maladaptif


Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri tidak langsung Pencederaan diri Bunuh diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh
diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
Rentang respons, YoseP, Iyus (2009)

 Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
 Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal
 Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
 Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
 Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga
kategori yang sebagai berikut.
 Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang
hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati
jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
 Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi
perilaku orang lain.
 Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan
secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari
orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
 
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)

 Mempunyai ide untuk bunuh diri.  Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
 Mengungkapkan keinginan untuk mati. atau mengalami kegagalan dalam karier).
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.  Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
 Impulsif.  Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam
 Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya perkawinan).
menjadi sangat patuh).
 Pekerjaan.
 Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
 Konflik interpersonal.
 Verbal terselubung (berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang obat dosis mematikan).  Latar belakang keluarga.
 Status emosional (harapan, penolakan, cemas  Orientasi seksual.
meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).
 Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai
 Sumber-sumber personal.
orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan  Sumber-sumber social.
alcohol).
 Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit
 Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
kronis atau terminal).
Terapi Aktivitas Kelompok, Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009)

Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal
dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota,
merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan
kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini,
tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
Respon Umum Fungsi Adaptif (RUFA)

 Pengkajian kegawadaruratan jiwa berdasarkan RUFA (Mahardika, 2013) yaitu :


Tabel 1. Skala RUFA Diri Skor 1-10 skala RUFA Skala RUFA Skor 11-20 Skala RUFA Skor 21-30

Percobaan bunuh diri : Ancama bunuh diri Isyarat bunuh diri

1. Aktif mencoba bunuh diri dengan cara : 1. Aktif memikirkan rencana bunuh 1. Mumgkin sudah memiliki ede untuk
diri namun tidak disertai percobaan mengakhiri hidupnya. Namun tidak disertai
a. Gantung diri
bunuh diri ancaman dan percobaan bunuh diri

b. Minum racun 2. Mengungkapkan perasaan seperti rasa


2. Mengatakan ingin bunuh diri
bersalah/sedih/marah/pi utus asah
c.Memotong urat nadi namun tanpa rencana yang spesifik
3. Mengungkapkan hal-hal negatif tentang sendiri

d. Mencatuhkan diri dari tempat tinggi 3. Menarik diri dari pergaulan sosial. 4. Mengatakan tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh atau ”segala sesuatu akan lebih
2. Mengalami depresi baik tanpa saya”

3. Mempunyai rencana bunuh diri yang


spesifik

4.Menyimpan alat untuk bunuh diri ( pistol,


silet, dan pisau
Pohon Masalah

Harga diri rendah

Res iko bunuh diri Core problem

Koping tak efektif


(Stuart, 2009)
Diagnosa Keperawatan

A. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah B. Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri
 Tujuan umum:
 Tujuan umum:
Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada
 Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.  
untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada  Tujuan khusus:
orang yang dipercaya.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan
 Tujuan khusus: prinsip komunikasi terapetik.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina
hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.
komunikasi terapetik. d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.
positif yang dimiliki. f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh
diri.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.
i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.
j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
C. Diagnosa keperawatan koping yang tak efektif
 Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.
 Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip komunikasi
terapetik.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.
e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.
f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.
h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.
j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.
k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.
(Stuart , 2009).
Rencana Asuhan keperawatan

Tujun Kriteria Hasil Intervensi


TUK a. Klien dapat membina hubungan saling 1. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.
  percaya. Bina hubungan saling percaya 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
  dengan menerapkan prinsip komunikasi 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
  terapetik.   4. Jelaskan tujuan pertemuan.
  5. Tunjukkan sikap empati dan menerimaperhatian kepada klien dan
  perhatikan kebutuhan dasar klien.
  6. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
   
 
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
  b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan
  dan aspek positif yang dimiliki. 2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
 
3) Utamakan memberi pujian yang realistik.
 
   
 
1) Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat digunakan.
  c. Klien dapat menilai kemampuan yang
  digunakan. 2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
   
   
TUK a. Klien dapat 1) Sapa klien dengan ramah dan s opan.
membina hubungan 2) Perkenalkan diri dengan s opan
s aling percaya 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
dengan yang dis ukai klien.
menerapakan 4) Jelas kan tujuan pertemuan.
prins ip komunikas i 5) Jujur dan menepati janji.
terapetik 6) Tunjukkan s ikap empati dan menerima klien apa
b. Klien dapat adanya.
mengidentifikas i 7) Beri perhatian kepada klien.
penyebab bunuh
diri 1) Beri kes empatan kepada klien untuk
c. Klien dapat mengungkapkan peras aannya.
mengidentifikas i 2) Bantu klien untuk mengungkapkan peras aan kes al.
res iko bunuh diri 3) Klien dapat mengidentifikas i tanda-tanda res iko
yang bias a bunuh diri
dilakukan. 4) Anjurkan klien mengungkapkan peras aan jengkel.
d. Klien dapat 5) Obs ervas i tanda-tanda res iko bunuh diri.
mengidentifikas i 6) Menyimpulkan bers ama s ama klien res iko bunuh
akibat res iko bunuh diri yang dialami.
diri.
1) Menganjurkan percobaan bunuh diri yang bias a
e. Klien dapat dilakukan.
mengidentifikas i 2) Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan
cara beres pon s alah.
res iko bunuh diri.
f. Klien dapat
mendemons tras ikan 1) Bicarakan akibat dan kerugian dari res iko bunuh
cara mengontrol diri.
tindakan res iko 2) Menyimpulkan bers ama klien akibat dari res iko
bunuh diri. bunuh diri.
TUK a. Klien dapat 1. Sapa klien dengan ramah dan s opan.
membina hubungan 2. Perkenalkan diri dengan s opan,
s aling percaya 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
dengan yang dis ukai klien.
menerapakan 4. Jelas kan tujuan pertemuan.
prins ip komunikas i 5. Jujur dan menepati janji.
terapetik. 6. Tunjukkan s ikap empati dan menerima klien apa
adanya.
7. Beri perhatian kepada klien.

1. Beri kes empatan kepada klien untuk


mengungkapkan peras aannya.
b. Klien dapat
2. Bantu klien untuk mengungkapkan peras aan kes al.
mengidentifikas i
3. Anjurkan klien mengungkapkan peras aan jengkel.
penyebab bunuh
4. Obs ervas i tanda-tanda res iko bunuh diri.
diri
5. Menyimpulkan bers ama s ama klien res iko bunuh
diri yang dialami.
6. Menganjurkan percobaan bunuh diri yang bias a
dilakukan. 2) Berbicara dengan klien apakah cara
yang dilakukan s alah.

1. Bicarakan akibat dan kerugian dari res iko bunuh


diri.
2. Menyimpulkan bers ama klien akibat dari res iko
bunuh diri.

c. Klien dapat 1. Dis kus ikan dengan klien apakah klien mau
mengidentifikas i mempelajari cara yang s ehat untuk menghadapi
tanda-tanda res iko mas alah.
bunuh diri.
Contoh kasus bunuh diri
 KASUS 6 (RESIKO BUNUH DIRI)
Tn.Y berusia 50 tahun dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di
kamar mandi rumah pasien. Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan
pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya.
Terdapat anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.Klien
mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Ada bekas luka dan memar pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg
dan TB 170cm.Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M
teman sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan
lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang
berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan
lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
 
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
TN. Y DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Tgl MRS                                : 13 September 2021 3.      Faktor Predisposisi


Tgl Pengkajian                      : 14 September 2021 Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh
perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota
Ruang                                     : keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.
A.    Pengkajian 4.      Faktor Presipitasi
1.      Identitas Klien Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Nama Lengkap            : Tn. Y Masalah Keperawatan:
Usia                             : 50 tahun Resiko bunuh diri
Jenis Kelamin              : Laki-laki Risiko perilaku kekerasan
Status               : Kawin Harga diri rendah
Alamat                        : Sentosa 5.     Pemeriksaan Fisik
2.      Alasan Masuk Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB
pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive,
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba
mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37
gantung diri di kamar mandi rumah pasien C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.
9.      Spiritual
6.      Konsep diri a.       Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi
1.      Gambaran diri dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b.      Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya. mendekatkan diri kepada Tuhan.
2.      Identitas 10.  Status Mental

Klien sudah menikah mempunyai seorang istri. Penampilan:


pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di
3.      Peran Diri
suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan
Klien adalah kepala rumah tangga tetapi belum memiliki anak kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang
mendengarkan.
4.      Ideal Diri Pembicaraan:
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus mendapat Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang
pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun keluarganya diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa
seperti dulu.  kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi
blocking.
7.      Harga diri
Aktivitas Motorik:
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
8.      Hubungan Sosial melakukan aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg satu
agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering diam, Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan
menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan bicara saat berkomunikasi.
teman yang lain, sangat sensitive. Memori
lien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
12. Pohon masalah
Resiko mencederai diri
11.  Mekanisme Koping sendiri, orang lain dan
lingkungan
Mal adaptif : Kehilangan batas realita,
menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat
diri sebagai orang yang secara total
Resiko Bunuh Diri
tidak berdaya, klien tidak mau
melakukan aktifitas.

Harga Diri Rendah


13.  Analisa data

Diagnosa Data mayor Data minor


Masalah Keperawatan Dan Data Yang
Resiko Subyektif: Subyektif:
Perlu Dikaji
bunuh diri - Mengatakan hidupnya tak - Mengatakan ada yang
1.      Perilaku bunuh diri
berguna lagi Inggin mati menyuruh bunuh diri
- Menyatakan pernah - Mengatakan lebih baek DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati
mencoba bunuh diri mati saja saja, tak ada gunanya hidup.
- Mengancam bunuh diri - Mengatakan sudah
Obyektif:               bosan hidup DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri,
- Ekspresi murung Obyektif: pernah mencoba bunuh diri.
- Tak bergairah - Perubahan kebiasaan
- Ada bekas percobaan bunuh hidup 2.      Koping maladaptif
diri - Perubahan perangai
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya,
tidak bahagia, tak ada harapan.
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah,
tidak dapat mengontrol impuls.
14.  Rencana Tindakan
Keperawatan untuk pasien resiko bunuh
diri
2.     Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Pasien:
Tindakan:
a.       Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri. 2.1 Jauhkan klien dari benda‑benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain‑lain).
b.      Tujuan khusus
2.2 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya 2.3 Awasi klien secara ketat setiap saat.

Tindakan:
3.      Klien dapat mengekspresikan perasaannya
1.1 Perkenalkan diri dengan klien  Tindakan:
1.2 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak 3.1 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
menyangkal. 3.2 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
1.3 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
3.3 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
1.4 Bersifat hangat dan bersahabat. bagaimana harapannya.
3.4 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan
1.5 Temani klien saat keinginan mencederai diri arti  penderitaan, kematian,  dan lain‑lain.
meningkat.
3.5 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
6.      Klien dapat menggunakan dukungan sosial

4.      Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan:


Tindakan: 6.1 Kaji dan manfaatkan sumber‑sumber ekstemal individu
(orang‑orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
4.1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
pendukung, agama yang dianut).
keputusasaannya.
4.2 Kaji dan kerahkan sumber‑sumber internal individu. 6.2 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa
lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
4.3 Bantu mengidentifikasi sumber‑sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal‑hal untuk diselesaikan). 6.3 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal :
konseling  pemuka agama).

5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Tindakan: 7.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

5.1 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman‑pengalaman Tindakan:


yang menyenangkan  setiap hari (misal : berjalan-jalan, 7.1 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
membaca buku favorit, menulis surat dll.). efek samping minum obat).
5.2 Bantu untuk mengenali hal‑hal yang ia cintai dan yang ia
7.2 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
sayang, danpentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
pasien, obat, dosis, cara, waktu).

5.3 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain 7.3 Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dirasakan.
dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi 7.4 Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
masalah tersebut dengan koping yang efektif. benar.
 
CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEP TINDAKAN EVALUASI

1.
14/09/2021 Resiko Bunuh Diri Sp I Pasien S:
PK.10.00 WITA  Membina hubungan saling percaya dengan klien Klien mengatakan sudah
 Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien mencoba belajar berkenalan
 Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien. namun masih enggan untuk
 Melakukan kontrak treatment dilakukan
 Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri  
Sp II Pasien O:
  Klien aktif dan memperhatikan
 Mengidentisifikasi aspek positif pasien selama latihan berkenalan dengan
 Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri perawat
 Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga  
  A:
Sp III Pasien Klien sudah tahu cara berkenalan
 Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien dengan menyebutkan
 Menilai pola koping yng biasa dilakukan nama,asal,hobi
 Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif  
 Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif  
 Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian P:
  Lanjutkan berkenalan dengan
Sp IV Pasien orang lain.
 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
 Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai