Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEKOMPRESI CORDIS

AMBROSIUS ASRO (2001120594 )


WIDIYA FAUZIAH ASZHARI (2001120608 )
Definisi Dekompresi Cordis
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada
keadaan tertentu sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung
masih cukup tinggi.( Soeparman IPD II 1987, 193 ). 
Etiologi Dekompresi Cordis

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi


kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban
akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang
meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum
ventrikel.
Menurut (Smeltzer, 2001) penyebab gagal jantung meliputi :
1. Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung.
Penyebab yang mendasari kelainan fungsi otot misalnya aterosklerosis
koroner (keadaan patologis dimana terjadi penebalan arteri koronoris oleh
lemak), hipertensi arterial dan degeneratif atau inflamasi.
2. Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak
berfungsinya miokardium (kardiomiopati iskemik) karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung.
Lanjutan…
3. Hipertensi Sistemik/pulmonal (peningkatan afterload),
meningkatkan beban kerja jantung mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertropi miokard) dianggap
sebagai kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung,
karena alasan yg tidak jelas hipertropi otot jantung dapat
berfungsi secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
6. Penyakit jantung lain, misalnya pada mekanisme gangguan aliran
darah melalui jantung (stenosis atau penyempitan katup
semilunardan katup alveonar), pada peningkatan afterload mendadak
hipertensi maligna (peningkatan tekanan darah berat disertai
kelainan pada retina, ginjal dan kelainan serebal).
7. Faktor sistemik : demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia ini
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia dapat menurunkan suplai
oksigen kejantung
Klasifikasi Dekompresi Cordis

Klasisfikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart


Association (NYHA), yaitu:
 Derajat 1: Tanpa keluhan, masih bisa melakukan aktivitas fisik
sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas.
 Derajat 2: Ringan, aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan
atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka
keluhanpun hilang.
 Derajat 3: Sedang, aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan
atau sesak napas.
 Derajat 4: Berat, tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari,
bahkan pada saat istirahat keluhan tetap ada dan semakin berat jika
melakukan aktivitas aktivitas ringan.
Patofisiologi Dekompresi Cordis

Penyebab decompensasi cordis atau gagal jantung menurut


Smeltzer (2001), yaitu mekanisme yang mendasari gagal jantung
meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal, bila curah jantung berkurang sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai maka volume sekuncup harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Lanjutan…
Patofisiologi decompensasi cordis/gagal jantung menurut Price,
(1995) adalah sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
2. Gagal jantung kanan
Manifestasi Klinis Dekompresi Cordis

Manifestasi klinis gagal jantung diantaranya:


1. Dispnea, Manifestasi gagal jantung yang paling umum. Dispnea
disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan akibat kongesti vaskular
paru yang mengurangi kelenturan paru. Meningkatnya tahanan aliran
udara dapat menimbulkan dispnea. Dispnea saat beraktifitas menunukkan
gejala awal dari gagal jantung kiri (Price and Wilson, 2005)
2. Ortopnea, Sesak napas saat berbaring disebabkan olehredistribusi aliran
daraah dari bagian-bagian tubuh yang dibawa ke arah sirkulasi sentral.
Reabsorbsi cairan intertisial dari ekstremitas bawah juga akan
menyebabkan kongesti vaskular paru lebih lanjut.
3. Batuk non produktif, Dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada
posisi berbaring. Timbulnya ronkhi yang disebabkan oleh transudasi
cairan paru adalah ciri khas dari gagal jantung.
4. Hemoptisis, Disebabkan oleh perdarahan vena bronchial yang
terjadi akibat distensi vena. Distensi atrium kiri atau vena
pulmonalis dapat menyebabkan kompresi esophagus.
5. Disfagia atau kesulitan menelan
6. Hepatomegali, Pembesaran hati dan nyeri tekan pada hati
karena peregangan kapsula hati. Gejala saluran cerna yang lain
sperti anoreksia, rasa penuh pada perut, atau mual dapat
disebabkan karena kongesti hati dan usus.
7. Edema perifer, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang
intertisial.
8. Nokturia, Disebabkan karena redistribusi cairan dan reabsorbsi
cairan pada waktu berbaring dan berkurangnya vasokontriksi
ginjal pada waktu istirahat.
9. Edema perifer, Penambahan berat badan akibat peningkatan
tekanan vena sistemik.
Pemeriksaan Penunjang Dekompresi Cordis

 EKG: digunakan untuk mengetahui hipertrofi atrial atau


ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, dan disritmia
(takikardi, fibrilasi atrial). Ekokardiografi, gelombang suara
untuk menggambarkan jantung, dapat memperlihatkan
dilatasi abnormal ruang-ruang jantung dan kelainan
kontraktilitas.
 Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi
dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dengan
sisi kiri dan stenosis katup atau insufisiensi, juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan ke dalam
ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontraktilitas
 Rontgen dada: dapat menunjukkan pembesaran jantung,
bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi ventrikel,
perubahan pembuluh darah mencerminkan peningkatan
tekanan pulmonal.
 Sonogram (ekokardiogram-ekokardiogram Doppler): dapat
menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas
ventrikular.
 Rontgen Dada: menunjukan pembesaran jantung, banyaknya
mencerminkan dilatasi/ hipertropi bilik. Perubahan dalam
pembuluh darah mencerminkan peningkatan pulmonal.
 Scan jantung (Multigated Alquistion/MUGA), tindakan
penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
 Enzim hepar : meningkat dalam gagal kongesti hepar.
 Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang
rendah sehingga hasilbhemodilusi darah dari adanya
kelebihan retensi air.
 Oksimetri nadi : saturasi oksigen mugkin rendah terutama
jika gagal jantung kananbakut memperburuk penyakit paru
abstruksi menahun atau gagal jantung kronis.
 Blood Urea Nitrogen, Kreatinin : peningkatan blood nitrogen
menandakan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik blood
urea nitrogen dan kreatin merupakan indikasi gagal ginjal
 Albumin : mungkin menurun sebagai akibat penurunan
masukan protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar
yang mengalami kongesti.
 Hitung sel darah merah : mungkin terjadi anemia,
polisitemia atau perubahan kepekatan menandakan retensi
urine. Sel darah putih mungkin meningkat mencerminkan
miokard infark akut, perikarditas atau status infeksi lain.
 Pemeriksaan tiroid : peningkatan aktivitas tiroid
menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal
jantung kanan.
Penatalaksanaan Decompresi Cordis

Penatalaksanan utama adalah penderita merasa nyaman dalam


melakukan aktivitas fisik dan bisa memperbaiki kualitas hidup
serta meningkatkan harapan hidup. Ada tiga pendekatan, yaitu:
 Mengobati penyakit penyebab gagal jantung
 Menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal
jantung misalnya merokok, konsumsi garam yang
berlebihan, obesitas (kenaikan lebih dari 1 kilogram per hari
menunjukkan bahwa adanya kelainan pada jantung),
konsumsi alkohol.
 Mengobati gagal jantung
Komplikasi Decompresi Cordis

Komplikasi dari decompensatio cordis adalah:


 shock kardiogenik
 Edema paru-paru
Asuhan Keperawatan Decomresi Cordis

 Pengkajian
 Pola fungsi kesehatan
 Pemeriksaan fisik
 Diagnosa Keperawatan
 Tujuan dan Kriteria Hasil
a) Penurunan curah jantung

NILAI

Cukup
KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Meningkat
meningkat
1 2 3 5
4

Kekuatan nadi perifer        


 

Ejection fraction (EF)          

Cardiec todex (CI)          

Left ventricular stroke        


work index (LVSWI)
 

Stroke volume index        


(SVI)  
b) Ketidakefektifan pola napas

NILAI

KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Cukup meningkat Meningkat


1 2 3 4 5

Ventilasi semenit          
Kapasitas vital          
Diameter thoraks anterior-        
 
posterior
Tekanan ekspirasi          
Tekanan inspirasi          
 
Meningkat Cukup meningkat Sedang Cukup menurun Menurun
1 2 3 4 5

Dispnea          
Penggunaan otot bantu nafas
         

Pemanjangan fase ekspirasi


         

Ortopnea          
Pernapasan pursed-tip
         

Pernapasan cuping hidung


         
Lanjutan…

Memburu Cukup Cukup


Sedang Membaik
k membaik membaik
3 5
1 2 4

Frekuensi napas
         

Kedalaman napas
         

Ekskursi dada
         
c) Hipervolemia
NILAI

KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Cukup meningkat Meningkat


1 2 3 4 5

Asupan cairan          

Haluaran urin          

Kelembaban membran mukosa        


 

Asupan makanan          

 
Meningkat Cukup meningkat Sedang Cukup menurun Menurun
1 2 3 4 5

Edema          
Dehidrasi          
Asites          
Konfusi          
 
Memburuk Cukup membaik Sedang Cukup membaik Membaik
1 2 3 4 5

Tekanan darah          
Denyut nadi radial          
Tekanan arteri rata-rata
         

Membran mukosa          
Mata cekung          
Turgor kulit          
Berat badan          
d) Intoleransi aktivitas

NILAI

Cukup Cukup
KRITERIA HASIL Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
1 3 5
2 4

Frekuensi nadi          

Siturasi oksigen          

Kemudahan dalam        
melakukan aktivitas
 
sehari-hari

Kecepatan berjalan          

Jarak berjalan          

Kekuatan tubuh bagian        


atas  
Lanjutan…

Kekuatan tubuh bagian atas        


 

Kekuatan tubuh bagian bawah        


 

Toleransi dalam menaiki tangga        


 

 
Meningkat Cukup meningkat Sedang Cukup menurun Menurun
1 2 3 4 5

Keluhan lelah          
Dispnea sat aktivitas
         

Dispnea setelah aktivitas


         

Perasaan lemah          
Aritmia saat aktivitas
         

Aritmia setelah aktivitas


         

 
Memburuk Cukup membaik Sedang Cukup membaik Membaik
1 2 3 4 5

Warna kulit          
Tekanan darah          
Frekuensi napas          
EKG iskemia          
e) Ansietas
NILAI

KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Cukup meningkat Meningkat


1 2 3 4 5

Verbalisasi kebingungan        
 

Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang        


dihadapi
 

Perilaku gelisah          

Perilaku tegang          

Keluhan pusing          

Anoreksia          

Palpitasi          

Frekuensi pernapasan        
 

Frekuensi nadi          

Tekanan darah          

diaforesis          

Tremor          

Pucat          

 
Memburuk Cukup membaik Sedang Cukup membaik Membaik
1 2 3 4 5

Kosentrasi          
Pola tidur          
Perasaan keberdayaan
         

Kontak mata          
Pola berkemih          
orientasi          
Lanjutan…
f) Intervensi
g) Implementasi
h) Evaluasi
STUDI KASUS

1. Pengkajian
 Identitas pasien

Nama : Tn. K
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bedis 01/I Tawang Rejo, Ngrambe, Ngawi
Diagnosa medis : Dekompresi Cordis
Tanggal pengkajian : 12 Juli 2012 jam : 14.30
 Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bedis 01/I Tawang Rejo, Ngrambe, Ngawi
Hubungan dengan pasien : Istri
 Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak nafas dirasakan
sejak 3 hari yang lalu dan kambuh-kambuhan, dada ampeg
dan nafas berat
 Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang ke RS pada hari
selasa, 12 Juli 2012 dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri,
seperti ditusuk-tusuk dan diperas, dirasakan hilang timbul
dengan skala 6, sesak nafas dirasakan sejak 3 hari yang lalu
dan kambuh-kambuhan, dada ampeg, nafas berat, pusing,
badan lemas, mudah lelah saat beraktivitas dan nyeri ulu
hati, BAK keluar hanya sedikit, klien khawatir penyakit
hipertensinya bertambah parah.
 Penyakit Dahulu : Klien mengatakan punya riawayat hipertensi sejak 5 tahun
terakhir dan pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama
 Riwayat Alergi : Klien tidak mempunyai riwayat alergi makan ataupun

minuman dan obat-obatan.


 Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan didalam keluarga ada yang

empunyai riawayat hipertensi


 Pengkajian primer :

- Airway : Tidak terdapat sumbatan jalan nafas, vesikuler, lidah tidak jatuh
kebelakang
- Breathing : Pola nafas tidak efektif, sesak saat bernafas, RR 38 x/menit, nafas
cepat, pendek, menggunakan otot bantu pernafasan, vesikuler
- Circulation: nadi karotis dan perifer teraba, capillary refill kembali 3 detik, akral
dingin, ujung ekstremitas bawah pucat, TD: 180/110 mmHg, N: 108 x/menit
- Disability: keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, GCS: 15 (E4V5M6)
- Exposure: Ujung ekstremitas bawah pucat, edema ekstremitas bawah, capillary
refill kembali 3 detik, suhu 36,5 °C.
 Pengkajian sekunder (AMPLE)
 Alergi : Klien tidak mempunyai alergi obat, makanan,
minuman, dan lingkungan.
 Medikasi : Sebelum dibawa ke RS, klien minum captopril
12,5 mg resep dari puskesmas.
 Pastilness : Sebelum dibawa ke RS, klien mengeluh sesak
nafas yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu.
 Lastmeal : Klien terakhir mengkonsumsi bubur nasi diit dari
puskesmas. Environment: klien tinggal dalam satu rumah
dengan istri dan anaknya.
 Susunan genogram :
Analisa data
NO TANGGAL DATA ETIOLOGI
1 12 Juli 2012 DS : Hipertensi
- Klien mengatakan dada terasa ampeg dan nafas terasa berat  
- klien mengatakan sesak saat bernafas yang dirasakan sejak 3 Nyeri dada sebelah kiri
hari yang lalu  
- Klien mengatakan dada sebelah kiri terasa sakit (P: suplai Terjadi penyempitan pola
oksigen ke jaringan berkurang. Q: ditusuk-tusuk dan diperas, napas
R: dada kiri, S: 6, T: hilang timbul)  
DO : Pola nafas tidak efektif
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran composmentis GCS 15 (E4V5M6)
- TTV:
TD : 180/110 mmHg
N : 108 x/menit
S : 36,5 °C
RR : 38 x/menit
- Nafas cepat dan pendek
- Menggunakan otot bantu pernafasan
2 12 Juli 2012 DS :   Penurunan curah jantung
- Klien mengatakan dada sebelah kiri terasa sakit (P: suplai
oksigen ke jaringan berkurang. Q: ditusuk-tusuk dan
diperas, R: dada kiri, S: 6, T: hilang timbul)
- Klien mengatakan dada terasa ampeg dan nafas berat
- Klien mengatakan kepala terasa pusing dan badan terasa
lemas
- klien mengatakan BAK hanya keluar sedikit
DO :
- keadaan umum lemah
- Ekspresi wajah menahan sakit
- Berkeringat dingin
- Ujung ekstremitas bawah pucat, edema ekstremitas
bawah dan pitting edema kembali dalam 2 detik
- Oliguria
- TTV :
TD : 180/110 mmHg
N : 108 x/menit
S : 36,5 °C
RR: 38 x/menit
3 12 Juli 2012 DS : Kelainan otot Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan mudah lelah saat jantung
beraktivitas  
DO : Penururnan respon
- Keadaan umum lemah pernapasan
- Nafas cepat dan pendek  
- Menggunakan otot bantu pernafasan Ketidakseimbangan
- RR : 38 x/menit ventilasi dan
- Klien mudah lelah saat beraktivitas perfusi
- Berkeringat dingin  
- Akral dingin Gangguan disfusi
- Ujung ektremitas bawah pucat  
Kerja pernapasa
meningkat
 
Kelelahan
 
Intoleransi aktivitas
4 12 Juli 2012 DS : Faktor Ansietas
- Klien mengatakan khawatir penyakit
penyakit hipertensinya  
bertambah parah Thalamus
DO :  
- Riwayat hipertensi sejak 5 Proses
tahun yang lalu, riwayat emosional
opname dengan keluhan  
yang sama Emosi negatif
 
Ansietas
Diagnosa keperawatan

 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d


penggunaan otot bantu nafas dan pola napas abnormal
 Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas d.d
takikardia dan tekanan darah meningkat
 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan anatar suplai
oksigen d.d mengeluh lelah
 Ansietas b.d ancaman terahadap konsep diri d.d merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Tujuan dan kriteria hasil

 Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka pola nafas klien
membaik dengan kriteria hasil

NILAI
Cukup
KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Meningkat
meningkat
1 2 3 5
4
Ventilasi semenit         
Kapasitas vital         
Diameter thoraks        

anterior-posterior
Tekanan ekspirasi         
Tekanan inspirasi         
  Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
1 3 5
2 4
  Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
1 3 5
2 4
Dispnea         
Penggunaan otot bantu
        
nafas
Pemanjangan fase
        
ekspirasi
Ortopnea         
Pernapasan pursed-tip
        

Pernapasan cuping
        
hidung
  Cukup
Memburuk Sedang Cukup membaik Membaik
memburuk
1 3 4 5
2
Frekuensi napas         
Kedalaman napas         
Ekskursi dada         
 Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka curah jantung klien
meningkat dengan kriteria hasil

NILAI

Cukup
KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Meningkat
meningkat
1 2 3 5
4
Kekuatan nadi perifer         

Ejection fraction (EF)         

Cardiec todex (CI)         

Left ventricular stroke        



work index (LVSWI)

Stroke volume index        



(SVI)
  Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
1 3 5
2 4
 
Meningkat Cukup meningkat Sedang Cukup menurun Menurun
1 2 3 4 5

Palpitasi         
Bradikardia         
Takikardia         
Gambaran EKG aritmia
        

lelah         
Edema         
Distensi vena jugularis
        

Dispnea         
Oliguria         
Paroxysmal noctural dsypnea
        

Ortopnea         
batuk         
Suara jantung S3         
Suara jantung S4         
Murmur jantung         
Berat badan         
Hepatomegali         
Pulmonary vascular resistance
        

Systemic vaskular resistence


        

 
Memburuk Cukup membaik Sedang Cukup membaik Membaik
1 2 3 4 5

Tekanan darah         
Capillary refill time         
Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)

        

Central venous pressure


        
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
toleransi aktivitas klien meningkat dnegan kriteria hasil
NILAI

KRITERIA HASIL Meningkat Cukup meningkat Sedang Cukup menurun Menurun


1 2 3 4 5

Frekuensi nadi         
Siturasi oksigen         
Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-       
hari  

Kecepatan berjalan         
Jarak berjalan         
Kekuatan tubuh bagian atas       
 

Kekuatan tubuh bagian bawah       


 

Toleransi dalam menaiki tangga       


 

 
Meningkat Cukup meningkat Sedang Cukup menurun Menurun
1 2 3 4 5

Keluhan lelah         
Dispnea sat aktivitas
        

Dispnea setelah aktivitas


        

Perasaan lemah         
Aritmia saat aktivitas
        

Aritmia setelah aktivitas


        

 
Memburuk Cukup membaik Sedang Cukup membaik Membaik
1 2 3 4 5
Warna kulit

        

Tekanan darah

        

Frekuensi napas

        

EKG iskemia

        
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
tingkat ansietas klien menurun dengan kriteria hasil
NILAI

KRITERIA HASIL Menurun Cukup menurun Sedang Cukup meningkat Meningkat


1 2 3 4 5

Verbalisasi kebingungan       
 

Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang       


dihadapi
 

Perilaku gelisah         
Perilaku tegang         
Keluhan pusing         
Anoreksia         
Palpitasi         
Frekuensi pernapasan        

Frekuensi nadi         
Tekanan darah         
diaforesis         
Tremor         
Pucat         
 
Memburuk Cukup memburuk Sedang Cukup membaik Membaik
1 2 3 4 5

Kosentrasi         
Pola tidur         
Perasaan keberdayaan
        
Kontak mata

        

Pola berkemih

        

orientasi

        
Intervensi dan Implementasi Keperawatan

 Ketidakefektifan pola napas


 Penurunan curah jantung
 Intoleransi aktivitas
 Ansietas

Evaluasi
TERIMAKASIH….

Anda mungkin juga menyukai