Anda di halaman 1dari 21

Lupus Eritematosus

Sistemik (SLE)

Disusun oleh :

Fuja aprini putri (1914201002)

Pipit wulandari (19141004)


Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Definisi

Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun dimana terjadi kerusakan
organ dan sel-sel akibat dari adanya autoantibodi atau kompleks imun yang terikat pada
jaringan (Paramaiswari Ayu, 2012).

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang memiliki manifestasi
klinis, kelainan imunologi, laboratorium, perjalanan penyakit serta komplikasi penyakit
yang beragam. Manifestasi klinis SLE tersering di Indonesia adalah artritis, lesi kulit dan
mukosa, nefritis, malaise, dan demam. Sementara manifestasi laboratorium SLE tersering
adalah ANA dan anti dsDNA positif, limfopenia, dan anemia hemolitik.

.
Etiologi !

Vinay K. dkk, (2015) Cacat dasar pada SLE adalah kegagalan untuk mempertahankan
toleransi-diri, yang menyebabkan produksi autoantibodi dalam jumlah besar yang
dapat merusak jaringan baik secara langsung maupun dalam bentuk endapan kompleks
imun. Seperti terjadi pada penyakit autoimun lain, patogenesis SLE merupakan
gabungan dari faktor genetik dan lingkungan.
Patofisiologi
Autoimun menyerang Peningkatan aoutoimun
organ-organ berlebihan
tubuh(sel,jaringan)
Genetic,kuman/virus,
sinar ultraviolet, obat-
Kerusakan perfusi Pembentukan lupus obatan tertentu
jaringan
Produksi antibody secara Pencetus penyakit
terus menerus inflamasi multi organ

Kulit Otak Hati

uam kupu-kupu,SLE Suplai o keotak menurun


2 Terjadi kerusakan sintesa
mbrane,alopesia,urtika zat-zat dibutuhkan tubuh
dan vasculitis,ulserasi Mual,muntah .
ulut dan naso faring. hipoksia

Ketidakseimbangan
Resiko penurunan
angguan citra tubuh nutrisi kurang dari
perfusi jaringan otak
sakan integritas kulit kebutuhan tubuh .
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi


antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga
bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear,
harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar
yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak

–Someone
semua penderita lupus memiliki Famous
antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur
kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk
menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas
dan lamanya penyakit.
1) Urin rutin dan mikroskopik Protein kuantitatif 24 jam, dan bila
diperlukan kreatinin urin.
3)Fotopolosthorax
4) Tes Imunologik Tes imunologik awal yang diperlukan untuk menegakkan
diagnose SLE adalah tes ANA. Tes ANA diperiksa hanya pada pasien dengan
tanda dan gejala mengarah pada SLE. Pada pasien SLE ditemukan tes ANA
yang positif sebesar 95-100%, akan tetapi hasil tes ana dapat positif pada
beberapa penyakit lain yang mempunyai gembaran klinis menyerupai SLE
misalnya infeksi kronis (tuberkolosis), penyakit autoimun misalnya Mixed
Connective Tissue Disease (MCTD), atritis rheumatoid.
Asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan Systemic Lupus
Erythematosus (SLE)
pasien dan pemeriksaan fisik yang didapatkan dari pasien, keluarga pasien dan perawat.

1) Data subjektif :

a) Pasien mengeluh rambut rontok.

b) Pasien mengeluh lemas dan demam.

c) Pasien mengeluhkan terdapat sariawan pada mulutnya.

2) Data objektif :

a) Rambut pasien terlihat rontok.

b) Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.

c) Kulit badan pasien kemerahan dan terasa hangat.

d) Pemeriksaan darah menunjukkan adanya antibodi antinuclear.


KASUS
A. Pengkajian
B. Identitas Klien
Nama : An.”L”
Tempat, tanggal lahir:Bantul, 15 April 2010
Umur : 3 tahun 4 bulan 20 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam

Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia Tanggal masuk


RS : 5 September 2021

 
Dx Medis : Systemic Lupus Eritematosus
Alamat : jalan lorong setia pakuan baru
No.RM : 1.55.96.04
Identitas Penanggung jawab Nama:Tn.”N”
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Niten Tirtonirmolo Kasihan Bantul Hub.dengan pasien :


Ayah kandung
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Pasien
Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di persendian
Riwayat Kesehatan Sekarang

10 hari SMRS anak batuk pilek demam tidak tinggi. 7 hari SMRS terdapat nyeri pada kedua tungkai dan menolak
berjalan, anak belum terlalu pucat, tidak mau makan minum demam dan batuk pilek menetap. 4 hari SMRS anak
demam tinggi, suhu tidak diukur, tidak dapat berjalan, muncul bercak merah dari perut hingga tungkai, anak pucat.
HMRS anak pucat, demam nglemeng, batuk pilek. Hasil pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL.
Riwayat Imunisasi Imunisasi dasar :
Hepatitis : 3 kali (lahir, 1 bulan, 3 bulan)
BCG : 1 kali (2 minggu)
DPT : 3 kali
Polio : 3 kali
Campak : 1 kali
Riwayat pengobatan
Riwayat pengobatan ISK usia 8 bulan, terapi
pijat dan ekstra zat kapur usia 6 bulan, TB paru
usia <1 tahun.
Pemeriksaan Penunjang

No Pemeriksaan Hasil satuan

1 SGOT/AST 39 u/L

2 SGPT/ALT 33 u/L

3 BUN 7,8 Mg/dL

4 Creatine 0,30 Mg/dL


B. Analisis Data  

Nama Klien : An. L Tanggal : 05 September 2021

Usia : 3 tahun 4 bulan tahun Jam : 10.00 WIB


N Data fokus etiologi masalah
o
1DS : Prosedur invasif Resiko infeksi
- Ibu klien mengatakan anak dipasang infus sejak masuk RS  
tanggal 5 September 201
- Ibu klien mengatakan IV line terakhir diganti pada tanggal
16 september 201
DO :
- Suhu : 37oC N: 130x/menit R: 32x/menit
- WBC : 17,3x103 / uL
- ANA test : 44,85 IU/mL
- Hb 8,5 gr/dL
Terpasang IV line three way
2DS : Nyeri pada persendian Intoleransi aktivitas
- Ibu klien mengatakan anak tidak mau berjalan
karena nyeri sendi tungkai
DO :

- Anak tampak sering tiduran, digendong atau hanya


di tempat tidur saja
- WBC : 17,3x103 / uL
   
perawatan anak SLE

DO :

Ibu klien tampak tidak paham dengan


perawatan SLE

Pendidikan terakhir SLTP

Diagnosis Keperawatan
 
1. Risiko infeksi b.d prosedur invasive
2. Intoleransi Aktivitas b.d nyeri pada persendian
3. Defisit pengetahuan orang tua b.d kurang terpapar informasi
Rencana Keperawatan

N Diagnosis SLIKI SIKI


o Keperawatan
1 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan selama 3x 24 - monitor tanda dan gejala infeksi
prosedur invasive jam diharapkan : sitemik dan local

  Utama : - inspeksi kulit dan mukosa terhadap


kemerahan
Tidak muncul tanda- tanda infeksi (kalor,
dolor, rubor dan functio laesa) -cuci tangan setiap sebelum dan
Tanda-tanda vital dalam batas normal sesudah tindakan keperawatan
(Suhu 36,5 – 37,5 C, Nadi 70 – 110) -beritau pasien untuk batasi
pengunjung

- pertahankan teknik asepsis pada


pasien beresiko

-lakukan perawatan luka

- berikan terapi antibioti


2 Intoleransi Aktivitas b.d nyeri pada Setelah diberi asuhan keperawatan selama 3x24 jam anak dapat Observasi
persendian beraktivitas sesuai toleransi dengan kriteria
-Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
- Nyeri sendi berkurang
  mengakibatkan kelelahan
TTV normal sesudah
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
beraktivitas
- ADL terpenuhi sesuai toleransi anak - Monitor pola dan jam tidu

-Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama


melakukan aktivitas

Terapeutik

- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus


(mis. cahaya, suara, kunjungan)

- Lakukan latihan rentang gerak pasin dan/atau aktif

- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat


berpindah atau berjalan Edukasi

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukkan aktivitas secara bertahap

- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan


gejala kelelahan tidak berkurang

- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan


3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 menit Edukasi Kesehatan
orang tua b.d kurang terpapar keluarga klien paham perawatan klien selama dirs denan
observaso
kriteria hasil
informasi
-Identifikasi kesiapan dan kemampuan
  Keluarga klien mampu menyebutkan definisi, tanda gejala
menerima informasi
dan proses penyakit dari SLE
terepautik
Keluarga klien mampu menyebutkan 5 dari 10 macam
perawatan klien selama dirumah -Sediakan materi dan media pendidikan
  tentang penyakit

Sle

-Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai


kesepakatan -Berikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi

-Jelaskan pengertian penyakit


pneumonia, penyebab dan cara pengobatannya.
N DIAGNOSA/ IMPLEMENTASI Evaluasi
O HARI/TGL /JAM
1 Risiko infeksi b.d - monitor tanda dan gejala infeksi S : Klien mengatakan IV lne
prosedur invasive sitemik dan local sudah terganti

06-september -2021 - inspeksi kulit dan mukosa O : Suhu : 37oC N: 130x/menit R:


32x/menit
terhadap kemerahan
08.00-10.00 wib
Tidak ada tanda infeksi di daerah
-cuci tangan setiap sebelum dan
threeway
sesudah tindakan keperawatan A : Masalah teratasi sebagian
-beritau pasien untuk batasi P : Intervensi dilanjutkan

pengunjung

 
2 Intoleransi Aktivitas b.d nyeri Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan S : Klien mengatakan anaknya masih belum mau
pada persendian kelelahan berjalan

06-september -2021 - Monitor kelelahan fisik dan emosional


O : Anak tampak sering tiduran, digendong atau hanya di tempat

11.00-12,30 wib - Monitor pola dan jam tidu tidur saja


 
-Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
A : Masalah belum teratasi
aktivitas
 
Terapeutik
P : Intervensi dilanjutkan
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Observasi
(mis. cahaya, suara, kunjungan)
Memonitor
- Lakukan latihan rentang gerak pasin dan/atau aktif
Terepautik
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
edukasi
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan Edukasi  

- Anjurkan tirah baring  

- Anjurkan melakukkan aktivitas secara bertahap

- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala


kelelahan tidak berkurang

- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan


3 Defisit pengetahuan orang tua Edukasi Kesehatan S:
b.d kurang terpapar informasi
- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan -Klien mengatakan sudah belum mengerti
06-september -2021 menerima informasi terkait penyakit anaknya

14.00-15.30 3 0wib -Menyediakan materi dan media pendidikan tentang -Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah
penyakit sle menderita penyakit slr

-Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai O:


kesepakatan
-Klien tampak bingung ketika ditanya tentang
-Memberikan kesempatan untuk bertanya penyakitnya Klien bertanya tentang penyebab
penyakitnya
- Menjelaskan pengertian penyakit sle, penyebab dan
cara pengobatannya. A : Masalah teratasi sebagian

P: intervensi dolanjutkan

=Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi

- Menjelaskan pengertian penyakit sle ,


penyebab dan cara pengobatannya.

-Memberikan kesempatan untuk bertanya


DAFTAR PUSTAKA
Paramaiswari, Ayu. (2012). Buku Ajar Pendidikan Dokter Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UGM
Journal of Medicine and Health Systemic Lupus Erythematosus With Uncommon Manifestations Vol. 3 No. 1 February 2021 e-ISSN :
2442-5257
Vinay Kumar, dkk. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins. Singapura : Elsevier.
Kyle, Terri. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. (P.Wuri & W.Dwi, Penerjemah). Jakarta : EGC
KARAKTERISTIK MANIFESTASI KLINIS PASIEN SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS DI POLIKLINIK REMATOLOGI RSUP
SANGLAH ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.5,MEI, 2020
JURNAL PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS Syifa’ MEDIKA, Vol.11 (No. 2), Maret 2021,
139-164
Rosdahi, Caroline. (2013). Buku Ajar Keperawatan. Dasar. (Tampubolon.A.O, Penerjemah). Jakarta: EGC
Kasjmir, Yoga, dkk. (2011). Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Untuk Diagnosis Pengelolaan Lupus Erythematosus
Sistemik. Jakarta : Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai