Anda di halaman 1dari 64

HUKUM KONTRAK

INTERNASIONAL
BIO DATA DOSEN
Nama : Prof. Dr. Syahrudin Nawi SH.,MH.
Pekerjaan : Dosen Negeri DPK UMI
Alamat : Jl. T.M.Pahlawan Blok C 30
Makassar.
T4/tgl lahir : Sidrap 14 Nopember 1955
Status : Kawin
- Anak 4 orang
Hobby : Tennes Lapangan/Musik
PENGERTIAN KONTRAK
Menurut Blawck’s Law Dictionary:
Kontrak sebagai suatu perjanjian antara
dua orang atau lebih yang menciptakan
kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu tindakan tertentu.

(“An agreement between two or more


persons which creates an obligation to
do or not to do a particular things”
Dari segi sifat dan ruang lingkup hukum
yang mengikatnya, Kontrak dapat berupa:

Kontrak Nasional
adalah kontrak yang dibuat oleh dua individu
(subyek hukum) dalam suatu wilayah negara
yang tidak ada unsur asingnya.
Kontrak Internasional
adalah suatu kontrak yang di dalamnya
ada atau terdapat unsur asing
(foreign element)
Bentuk Dan Muatan Kontrak
cukup luas dan berkembang, dewasa ini
kontrak telah berkembang dan memuat
berbagai trasaksi di bidang jasa yakni
kontrak konstruksi, kontrak bidang
transportasi, dan telekomunikasi, jasa
perbankan, asuransi, pariwisata, jasa
entertainment dan lain2.
Kontrak Internasional
&
Perjanjian Internasional
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Sifat muatannya di bidang publik,
bukan perdata.
 Ia tunduk pada aturan-aturan
hukum publik. Di Indonesia misalnya
adalah UU No.24 Tahun 2000
Tentang Perjanjian Inbternasional
Istilah yang dipakai pada Perjanjian
Internasional antara lain:
The law of treaty,
 Memorandum of Understanding,
 Charter,
 Protocol,
 Exchange of Notes
Kontrak
Internasional
Kontrak Internasional
menurut
Prof. Willis Reese
(Guru Besar Columbia University USA),
“are contracts with elements in two or
more nations states. Such contracts may
be between states, between a state and
a private party, or exclusively between
private parties”
Kontrak internasional
dewasa ini merupakan aktivitas sehari-
hari, bentuknya ada yang tertulis dan
ada pula yang lisan.
Aktivitas ini dilakukan oleh para
pengusaha atau pedagang di dunia,
terutama dalam praktek jual beli produk
suatu negara.
KONTRAK INTERNASIONAL
materi muatannya di bidang komersil,
perdagangan atau perniagaan,
misalnya kontrak pada produk
barang dan jasa. Tunduk pada hukum
perdata atau privat.
INDIKATOR/UNSUR SUATU
KONTRAK INTERNASIONAL YAITU:
 Kebangsaan yang berbeda
 Para pihak memiliki domisili hukum di neg yg berbeda
 Hukum yang dipilih adalah hukum asing
 Menggunakan prinsip kontrak internasional
 Penyelesaian sengketa kontrak dilakukan di luar negeri
 Pelaksanaan kontrak di luar negeri
 Kontrak ditandatangani di luar negeri
 Objek kontrak di luar negeri
 Bahasa yg digunakan dlm kontrak bahasa asing
 Digunakannya mata uang asing dalam kontrak
Kontrak Internasional
semakin berkembang seiring
berkembangnya transaksi
perdagangan yang dipicu oleh
kemajuan informasi dan
teknologi
Hukum yang mungkin berlaku untuk
kontrak internasional , antara lain:
    Hukum nasional salah satu pihak
    Hukum kebiasaan internasional
    Hukum internasional
SUBJEK HUKUM
Subjek hukum yang dapat menutup
kontrak internasional adalah para
pihak yang mampu menanggung hak
dan kewajiban di depan hukum.
Subjek Hukum Kontrak
Internasional Adalah:
 Individu
 Badan hukum (perusahaan)
 Organisasi internasional
 Negara (Badan hukum privat)
PIHAK DALAM KONTRAK INTERNASIONAL,
TERGOLONG DALAM BENTUK KONTRAK:

  Antara perusahaan dengan perusahaan


(asing) lainnya
 Antara negara dgn perusahaan (asing)
  Antara negara dengan negara
(sebagai badan hukum privat)
 Antara organisasi internasional dengan
perusahaan
 SUMBER-SUMBER HUKUM KONTRAK
INTERNASIONAL:
1.  Hukum Nasional (per per-uu-an)
2. Dokumen Kontrak
3.  Kebiasaan di bidang perdag Internas yang
berhubungan dengan kontrak
4. Prinsip hukum umum mengenai kontrak
5. Putusan Pengadilan (Yurisprudensi)
6. Doktrin
7. Perjanjian Internasional
BENTUK KONTRAK INTERNASIONAL:
—  Kontrak awal, pra kontrak, MOU.
—  Kontrak di bidang jal beli barang dan jasa
—  Kontrak di bidang perwakilan
—  Kontrak di bidang waralaba
—  Kontrak di bidang lisensi dan alih teknologi
—  Kontrak di bidang usaha patungan
—  Kontrak di bidang pembangunan ekonomi
PILIHAN HUKUM
Pilihan hukum untuk kontrak internasional tidak
mudah, hukum dipilih oleh salah satu pihak
belum tentu diterima oleh pihak lainnya

FUNGSI PILIHAN HUKUM ADALAH:


-   Menentukan hukum yang digunakan
-   Menghindari ketidakpastian hukum yang
berlaku terhadap kontrak
PILIHAN HUKUM MEMILIKI PRINSIP:
 Kebebasan para pihak
 Prinsip bonafide 
 Pilihan hukum didasarkan pada itikad baik
 Pilihan hukum yang disepakati para pihak memiliki
hubungan atau kaitan dengan para pihak atau
kontrak (Prinsip real connection)
 Pilihan hukum terpisah dengan pilihan forum (tidak
sepenuhnya dapat terpisah) Prinsip separabilitas
klausul pilihan hukum
 PRINSIP PILIHAN HUKUM:
 Para pihak bebas memilih hukum yang berlaku
 Kebebasan memilih hukum nasional tertentu,
termasuk bebas untuk tidak terikat
 Pilihan hukum yang berlaku berasal dari
adanya suatu perjanjian dari para pihak
 Bila tidak ada pilihan tegas pilihan disimpulkan
dari maksud para pihak
 Kontrak tidka sah menurut hukum yang
dipilih, maka pilihan tidak memiliki kekuatan
hukum apapun
 PRINSIP PILIHAN HUKUM
 Keabsahan perjanjian ditentukan oleh hukum yang
berlaku yang dipilih para pihak
 Pihak yang tidak memberi jawaban atas penerimaan
ataupun penolakan maka akan ditentukan menurut hukum
nasional pihak bertempat tinggal sehari-hari
 Hukum yang berlaku dapat ditentukan oleh kondisi umum
dari kontrak yang disepakati para pihak
 Kesepakatan dinyatakan tertulis
 Pilihan hukum dipilih setelah kontrak dibuat
 Para pihak memberlakukan hukum retroaktif (berlaku
surut)
 Para pihak dapat memilih hukum yang berlaku terhadap
semua kontrak atau satu/beberapa bagian dari kontrak
PRINSIP PILIHAN HUKUM
 Hukum yang dipilih oleh kesepakatan
pra pihak maka hkm tersebut dapat
diterapkan sebagai aturan dl kontrak
 Hukum yang dipilih tunduk pada
aturan hukum memaksa dari hukum
dimana pengadilan berlangsung
MACAM-MACAM PILIHAN HUKUM
 Secara tegas dinyatakan para pihak dalam suatu
klausul kontrak
 Pilihan secara diam-diam atau tersirat
 Kesepakatan para pihak untuk menyerahkan pilihan
hukum kepada pengadilan
 Ketetapan para pihak untuk tidak memilih atau
membuat klausul pilihan hukum
 Teori pilihan hukum
 The proper law theory à pengadilan akan melakukan
analisis dari ketentuan dan fakta seputar kontrak,
untuk menetapkan hukum yang dipikirkan oleh para
pihak
 
 Kontrak ditentukan oleh hukum dimana
tempat dibuatTeori lex loci contractus
 Pengadilan akan menentukan hukum yang
berlaku berdasarkan tempat perjanjian
dilaksanakan (Teori lex loci solutionis)
 Hukum dari pihak pengadilan (Teori lex fori)
 Dinilai berdasarkan prestasi yang paling
karakteristik (Teori The Most Characteristic
Connection)
 Pilihan forum dalam kontrak internasional
ARBITRASE
Forum arbitrase
Penyelesaian sengketa bisnis
melalui forum arbitrase
merupakan cara penyelesaian
sengketa bisnis dewasa ini yang
paling banyak digunakan.
Forum arbitrase
merupakan “pengadilan
pengusaha” yang eksis
untuk menyelesaiakan
sengketa diantara mereka
(kalangan bisnis) yang
sesuai kebutuhan dan
keinginan mereka.
Alasan dipilihnya forum arbitrase adalah:
(1)Pengadilan nasional umumnya kurang
memiliki hakim yang berkompeten atau yang
berspesialisasi hukum komersil
Internasional.
(2)Dengan dikeluarkannya putusan
pengadilan tidak otomatis perkara ybs telah
selesai, karena adanya upaya banding.
PRINSIP-PRINSIP
HUKUM
KONTRAK
INTERNASIONAL.
Secara umum, hukum kontrak
internas digol-kan ke dalam dua
bagian prinsip pengaturan, yaitu
1. Prinsip fundamental dan
2. Prinsip-prinsip hukum kontrak
internasional.
1.Prinsip Fundamental
Terdiri dari:
1.1. Prinsip dasar Supremasi/ Kedau-
latan Hukum Nasional; dan
1.2. Prinsip Dasar kebebasan Berkon-
trak (freedom of the Contract atau
the party’s Autonomy).
1.1. Prinsip dasar Supremasi/
Kedaulatan Hkm Nasional;
Prinsip ini mensyaratkan bahwa:
• Hukum nasional tidak dapat diganggu-
gugat keberadaannya.
• Kekuatan mengikatnya adalah mutlak.
• Setiap benda, subjek hk, perbuatan
atau peristiwa hk, termasuk di dlmnya
transaksi dagang yg dituangkan ke dlm
kontrak, yg terjadi di dlm wil suatu Neg
tunduk secara mutlak pd hk nas tsb.
1.2. Prinsip Dasar kebebasan
Berkontrak
Prinsip ini mensyaratkan bahwa:
• Para pihak bebas menutup kontrak.
• Para pihak bebas menetapkan bentuk
dan isi kontrak berdasarkan kesepa-
katan mereka.
• Prinsip ini sering kali disebut juga
dengan “party autonomy”.
Perlu diperhatikan bahwa:
- Ada korelasi erat antara prinsip fundamental
pertama dan prinsip fundamental kedua.
- Prinsip pertama sekali lagi sifatnya adalah
absolut/mutlak.
- Karena itu, prinsip fundamental kedua, yaitu
kebebasan para pihak, tidak dapat
menyimpangi prinsip fundamental pertama.
Resolusi yang dikeluarkan
dalam sidang tahunan Institut Hukum
Internasional (the institute of
international law) di kota Basel, 1991,
menegaskan bahwa otonomi para pihak
merupakan prinsip fundamental dalam
hukum perdata internasional.
Clive. M.Schmitthoff
berpendapat:
Sarjana terkemuka hukum perdagangan
internasional berpendapat bahwa
otonomi (kebebasan) para pihak adalah
dasar bagi hukum perdagangan
internasional:
Ada empat alasan mengapa
prinsip otonomi ini signifikan:

1. Aturan ini merupakan dasar yang hakiki bagi para


pihak untuk dpt membuat atau menandatangani st
kontrak.
2. Dengan aturan dasar ini pula memungkinkan para
pihak untuk membuat atau merancang muatan-
muatan kontrak yang belum ada sebelumnya.
3. Prinsip ini penting untuk menciptakan suatu
kebutuhan akan kepastian di dalam hubungan2
dagang.
4. Prinsip party autonomy dibutuhkan dan relevan
karena berfungsi pula untuk melindungi keinginan
atau harapan2 para pihak di dalam melangsungkan
usaha dagangnya.
Clive M.Shcmitthoff menegaskan
• Bahwa dgn prinsip otonomi ini pula
para pihak dpt mengembangkan,
menginovasi atau menciptakan bentuk2
kontrak baru yang mereka inginkan
dan sepakati.
• Pengakuan thdp kebebasan berkontrak
ini telah mengembangkan, memperluas
bahkan menciptakan bentuk2 baru
bidang kontrak.
Konvensi Wina 1980
Pengakuan thdp kebebasan ini
antara lain tampak dlm konvensi Wina
1980 ttg Kontrak Jual beli interns.
Explanatory Notes (Bagian Penjelasan)
dari konvensi ini menegaskan dan
mengakui prinsip party autonomy
sebagai prinsip dasar konvensi.
• Pengakuan tegas terhadap prinsip ini termuat dalam
prinsip UNIDROIT (the UNIDROIT principle of
international contract tahun 1994).
• Dalam pasal 1.1-nya ditegaskan bahwa
“The parties are free to enter into a contract and to
determine its content.”
• Prinsip UNIDROIT menyatakan setiap pengusaha
memiliki hak u/ memutuskan secara bebas dgn siapa
mrk akan menawarkan produk barang & jasa serta
dgn pihak siapa mrk akan mendptkan produk yang
dibutuhkan. Mereka juga berhak secara bebas u/
menentukan syarat2 yg berlaku u/ transaksi
yg mrk buat.
• Contoh lainnya terlihat pula dalam
Montreal Convention 1999:
• Convention for the Unification of Certain
Rules Relating to International Carriage By
Air,
• Konvensi ini mengatur pengangkutan
penumpang, barang atau kargo internasional
yang dilakukan oleh pesawat udara.
• Pasal 27 konvensi Montreal 1999 ini
menegaskan pengakuan Freedom to
Contract.
Pembatasan Prinsip
Freedom of Contract

• Prinsip kebebasan berkontrak ini


sifatnya adalah tidak mutlak.
• Ada batas-batas yang memagarinya,
yakni tidak boleh disimpanginya
aturan2 hk nas (yang sifatnya public).
• Batas ini dikenal dalam prinsip hukum
latin yang berbunyi: pacta private juri
publico derogare non possunt.”
Professor Yntema
• Pembatasan kepentingan umum terhadap
prinsip ini dikemukakan pula oleh beliau
sebagai berikut:
• “…the principle of party autonomy in the
law of contract is subject to various
restriction in the different municipal laws and
is not interpreted elsewhere in the same
manner; these restrictions are mainly
imposed for reasons of public policy or in the
public interest.”
• Prinsip ini lahir dari pemikiran aliran hkm Alam
dgn pemukanya Hugo Grotius.
• Prinsip ini disebut juga dengan teori kekuatan moral
dari suatu janji (the theory of the inherent moral
force of a promise).
• Berdasarkan teori ini, suatu janji secara moral
adalah mengikat.
• Prinsip ini termuat pula dlm Psl 25 AB (Algemene
Bepalingen Van Wetgeving), bahwa orang dengan
perbuatan atau perjanjiannya tidak boleh
menghilangkan kekuatan dari peraturan2 hkm dari
ketentuan umum atau kesusilaan.
2.Prinsip-prinsip Hukum Kontrak
Internasional
Terdiri dari:
2.1. Prinsip Pacta sunt servanda;
2.2. Prinsip good faith (itikad baik); dan
2.3. Prinsip resiprositas (resiprokal).
2.1. Prinsip Pacta Sunt Servanda

• Berdasarkan prinsip atau aturan dasar ini,


para pelaku harus melaksanakan
kesepakatan2 yang telah disepakati dan
dituangkan dlm kontrak.
• Black’s Law Dictionary mengartikan prinsip
ini dalam bahasa latin yakni: “agreements
must be kept”. The rule that agreements and
stipulation, esp. those contained in treaties
must be observed.”
• Negara2 di dunia pd prinsipnya mengakui prinsip ini
dlm perat perundangan nasional.
• Di Indonesia kita mengenal Pasal 1338 KUH Perdata.
• Di Nederland prinsip ini tercantum dlm Psl 6: 24 BW.
• Kewajiban menghormati dan melaksanakan
ketentuan2 dlm kontrak ini sifatnya mutlak krn
kesepakatan tsb intinya mengikat dan berlaku spt
halnya sebagai UU.
• Tersirat dan tersurat didalamnya kewajiban untuk
melaksanakan kesepakatan meskipun ternyata tidak
menguntungkannya atau pelaksanaannya menjadi
Uncomfortable/inconvenient.
2.2.Prinsip Good Faith
(Itikad Baik)
• Prinsip ini harus dianggap ada pada waktu
negosiasi, pelaksanaan kontrak, hingga
penyelesaian sengketa.
• Prinsip ini penting krn dgn adanya prinsip ini
rasa percaya sangat dibutuhkan dlm bisnis
agar pembuatan kontrak dpt direalisasikan.
• Tanpa adanya good faith dari para pihak,
sangatlah sulit kontrak dpt dibuat. Kalaupun
kontrak sudah ditandatangani
pelaksanaannya pastilah akan sulit untuk
berjalan dgn baik .
Prinsip ini mengandung makna berbeda
di antara keluarga sistem hukum di
dunia.
(1) Prinsip Itikad baik dlm Sistem Hukum
Kontinental
• Dalam system hk kontinental, pendekatan
thdp prinsip ini didasarkan pd filosofi dari
kontrak yg menitik-beratkan atau
memusatkan pada hubungan para pihak.
• Hubungan ini mensyaratkan kewajiban itikad
baik bukan saja ketika kontrak
ditandatangani, tetapi juga sebelum kontrak
ditutup.
Belgia
KUH Perdata Negara ini mensyaratkan
semua kontrak dilaksanakan dengan
itikad baik dan penafsiran
(kontraktualnya) pun harus disertai
dengan kebiasaan.
Jerman
• Di jerman, para pihak diharapkan pula untuk
menghormati itikad baik tidak hanya dalam
negosiasi kontrak, tetapi juga dalam
pelaksanaan kontrak.
• Itikad baik di Neg ini mensyaratkan ‘Mutual
trust’ (kepercayaan timbal balik) dan co-
operation (kerjasama) dari kedua pihak dlm
kontrak, suatu hub kepercayaan didasarkan
kpd hubungan2 dagang dr para pihak.
Italia
• Di Italia, hukum Negara ini mengakui
adanya kewajiban itikad baik oleh para
pihak sebelum dan setelah kontrak
ditandatangani.
(2) Prinsip Itikad Baik dalam Sistem
Common Law

HUKUM INGGERIS
-Sistem hkm Common Law khususnya Inggris,
tdk mengenal bahwa dalam proses negosiasi
para pihak terikat oleh prinsip beritikad baik.

- Menurut hkm Inggris, masukya para pihak ke


dlm negosiasi tidak dgn serta merta
melahirkan kewajiban itikad baik.
-
• Menurut hukum Inggris,
• selama kontrak belum ditandatangani, para
pihak tidak terikat satu sama lain dan tdk
memiliki kewajiban apapun thdp pihak
lainnya hingga kontrak tersebut akhirnya
ditandatangani.
HUKUM AMERIKA
Seperti halnya hkm Inggris, hukum Amerika
Serikat juga berpendirian sama bahwa itikad
baik hanya ada setelah kontrak
ditandatangani.
• Dalam sistem Hukum AS,
• arti itikad baik tidak lain adalah “kejujuran
dalam prilaku atau kejujuran dlm
bertransaksi dagang, termasuk di dlmnya
adalah kejujuran dlm fakta dan
penghormatan thdp standar2 dagang yg
wajar & transaksi dagang yg jujur.”
(3) Prinsip Itikad Baik dalam
Perjanjian Internasional
• Pengakuan dan kewajiban untuk
melaksanakan prinsip itikad baik diakui dlm
prinsip2 kontrak menurut UNIDROIT (the
UNIDROIT Principle of International
Commercial Contract). Pasal 1.7 Prinsip
UNIDROIT menyatakan:
(1) Each party must act in accordance
with good faith and fair dealing in
international trade.
(2)The parties may not exclude or limit
this duty.
2.3. Prinsip Resiprositas
(Resiprokal)
- Prinsip ini mensyaratkan bahwa para
pihak dlm kontrak hrs melaksanakan
hak & kewajiban masing2
secara timbal balik.
- Menurut prinsip ini, pelaksanaan
kontrak harus memberi keuntungan
timbal balik. Salah satu pihak tidak
boleh se-mata2 melakukan prestasi
yang tidak seimbang.
- Pada prinsipnya di mana ada hak
suatu pihak, di situ ada kewajiban
pihak tersebut. Demikian sebaliknya.
- Adanya prestasi timbal balik
(resiprositas atau sering juga disebut
dengan resiprokal) ini timbul karena
adanya kesepakatan timbal balik.
THANKS
FOR
YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai