DI SUSUN OLEH :
Mega Ovalia Putri (P27820117002
Butsainah Adinda Zhafirah (P27820117005)
Dina Ayu Amalia (P27820117008)
Aprilia Febry Kusumawati (P27820117011)
Diska Putri Ma’rifah (P27820117027)
Nailil Izza (P27820117033)
Meilda Ika Sari (P27820117034)
Amar’atus Laura (P27820117033)
Nisaaul Mufidah (P27820117034)
KEBUTUHAN TIDUR PADA LANSIA
PENGERTIAN
Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan dengan
mimpi atau paradox karena EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga
tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadium ini
bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70-120 menit.
Secara umum 4-6 siklus REM-NREM terjadi setiap malam. Periode tidur REM
I berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang.
Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3, dan 4.
POLA TIDUR PADA LANSIA
Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan tahap 3 dan 4
waktu non-REM, lebih banyak terbangun pada malam hari di banding tidur, dan lebih
banyak tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas
tidur di malam hari pada beberapa lansia.
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa
kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari sekali. Tidur
REM membantu melepaskan ketegangan dan membantu metabolisme system saraf
pusat.Kekurangan tidur REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan.
GANGGUAN
POLA TIDUR PADA LANSIA
Lansia yang waktu tidurnya terganggu menjadi lebih lupa, disorientasi, atau
konfusi. Orang yang mengalami kerusakan kognitif menujukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran, dan “sindrom” dan “sundowning” (konfusi, agiatasi
dan perilaku terganggu selama sore menjelang senja dan jam awal malam). Kualitas
tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi banyak obat dan
gangguan organik dan mental.
MANIFESTASI KLINIS
GANGGUAN POLA TIDUR PADA LANSIA
1. Pencegahan Primer
Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di
hari berikutnya.
Waktu bangun yang teratur dipagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
Rasa lapar mengganggu tidur; kudapan ringan dapat membantu tidur.
Kafein di malam hari dapat mengganggu tidur, meskipun pada orang-orang
yang tidak berpikir demikian.
Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah,
tetapi tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.
2. Pencegahan
Sekunder
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus
bagi lansia di rumahnya sendiri. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor
berikut ini:
• Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
tidur, atau menggunakan kamar mandi.
• Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
• Berapa hari orang tersebut terbangun atau tertidur pada saat diobservasi oleh
perawat atau pemberi perawatan.
• Terjadinya konfusi dan disorientasi.
• Penggunaan obat tidur.
• Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.
3. Pencegahan Tersier
Pengkajian
1. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan utama, kapan
keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
2. Riwayat Perawatan
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga,
keadaan lingkungan, dan riwayat kesehatan lainnya.
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum, Pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV), Pemeriksaan fisik
tentang system kardiovaskuler, system pernafasan, sistem pencernaan, system
perkemihan, sistem endokrin, sistem musculoskeletal, dan sistem reproduksi.
4. Pola Fungsi Kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit, kebiasaan sehari-hari, nutrisi metabolism,
pola tidur dan istirahat, kognitif-perseptual, persepsi-konsep diri, aktivitas dan
kebersihan diri, koping-toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
5. Data penujang
Hasil pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan fisik
Integumen :
Lemak subkutan menyusut
Kulit kering dan tipis, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta lambat sembuh
Mata :
Areus senilis, penurunan visus
Telinga :
Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara.
Kardiopulmonar :
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah berkurang,
terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas vital paru, volume
ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang.
Muskuloskeletal :
Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita, jumlah dan ukuran otot berkurang.
Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai pula oleh
kehilangan cairan.
Gastrointestinal :
Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta produksi saliva
menurun.
Neurologikal :
Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit dan pada pria agak melebar. Selain
itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
Diagnosa
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif
Kriteria hasil :
Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
Merasa tidur tidak terganggu
Intervensi :
1. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin
menghalangi tidur.
2. Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur tanpa
terganggu selama beberapa jam.
3. Berikan bantuan tidur kepada pasien, seperti bantal, mandi sebelum tidur,
makanan atau minuman dan bahan bacaan.
4. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur.
5. Berikan pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur normal
pasien.
6. Minta pasien setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.
AKTIVITAS DAN LATIHAN PADA LANSIA DENGAN
MASALAH PERUBAHAN MOBILISASI FISIK
DEFINISI
BATASAN
KARAKTERISTIK
1. Intoleransi aktivitas
2. Penurunan kekuatan dan ketahanan
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman
4. Gangguan persepsi atau kognitif
5. Gangguan neuromuskuler
6. Depresi
7. Ansietas berat
Efek Hasil
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
Pengkajian
1. Anamnesa
Data demografi meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan
aktivitas dan latihan adalah rasa nyeri, lemas, pusing, mengeluh sakit
kepala berat, badan terasa lelah.
Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari nyeri/fraktur, yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien.
Riwayat penyakit dahulu : Ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang mengalami hipertensi apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami penyakit seperti saat ini.
Riwayat kesehatan keluarga : Perlu dikaji penyakit riwayat keluarga
yang berhubungan dengan penyakit tulang atau tidak.
3. Pola Fungsi Kesehatan (GORDON)
0Naik: Mandiri
tangga √
1 : Di bantu sebagian
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan / tidak mampu
4. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system musculoskeletal
adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak
sendi; dan kekuatan skeletal.
b. Sistem Kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardiovaskuler tidak memberikan bukti langsung atau
meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas.
c. Sistem Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan
pneumonia.
d. Sistem Integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi
inflamasi.
e. Sistem Urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik
berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas
kandung kemih yang dapat diraba.
f. Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen
bagian bawah, rasa penuh, tekanan.
Diagnosa
DEFINISI
Seksualitas secara umum adalah suatu yang berkaitan dengan alat kelamin
atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara
laki-laki dan perempuan.
PERUBAHAN SEKSUALITAS
PADA LANJUT USIA
1. Wanita
2. Pria
• Pembesaran prostat
• Kadar dehidrosteron meningkat
• Sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang
jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron
juga menurun
HAMBATAN AKTIVITAS SEKSUALITAS
LANJUT USIA
1. Hambatan eksternal
Merupakan hambatan aktivitas seksual yang datang dari lingkungan.
2. Hambatan internal
Merupakan hambatan aktivitas seksual yang terutama berasal dari subyek lanjut
usia sendiri.
Infark Miokard
• Pasca stroke
Kanker
• Diabetes Melitus
Artritis
• Rokok dan Alkohol
Impotensia erigendi
Impotensia erigendi • tidak mampu ber-ereksi
Pengkajian
• Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan, status sosial
ekonomi keluarga.
• Dapatkan riwayat seksual
a. Pola seksual biasanya
b. Kepuasan (individu, pasangan)
c. Pengetahuan seksual
d. Masalah (seksual, kesehatan)
e. Harapan
f. Suasana hati, tingkat energi
• Batasan Karakteristik
a. Mayor (harus terdapat)
Perubahan aktual atau yang antisipasi dalam fungsi seksual atau indentitas seksual.
b. Minor (Mungkin Terdapat)
-Ekspresi perhatian mengenai fungsi seksual atau identitas seksual.
-Tidak sesuainya prilaku seksual verbal atau nonverbal.
-Perubahan dalam karakteristik seksual primer atau sekunder.
Diagnosa
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya
secara positif
Kriteria hasil:
Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan
rendah diri
Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan
dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
5. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
• Nama : Tn. W
• Umur : 66 th
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Desa grojogan, Jombang, Jawa Timur
• Status perkawinan: Kawin
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Tidak Bekerja
• Sumber : Klien dan keluarga
Struktur Keluarga
Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat ini
Klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, terbata-bata, sehingga untuk
berkomunikasi dibantu keluarga dengan menjelaskan perkataan klien, mengalami
kelumpuhan di wajah dan extremitas gerak.Klien bedrest total.
Keterangan:
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
• Pola tidur dan istirahat
Klien terbiasa tidur mulai pukul 08.00 sampai jam 10.00 saat tidak ada orang, jika malam klien tidur
pukul 21.00 namun sering saat pukul 01.00 klien terbangun dan tidak bisa tidur kembali, tetapi kadang
bisa tidur kembali dan bangun tidur pukul 06.00.
• Pola perceptual
Penglihatan : Dapat melihat dengan jelas, tidak pakai kaca mata.
Pendengaran : Masih jelas untuk mendengar.
Pengecap : Masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin.
Sensasi :Masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.
• Pendengaran(telinga) :
• Bentuk telinga simetris
• Nyeri tekan tidak ada
• Liang telinga : serumen tidak ada
• Gangguan pendengaran tidak ada.
• Pengecapan( mulut )
• Gigi geligi kotor, gigi masih bagus, tidak terdapat karies gigi, ada beberapa yang tanggal.
• Lidah bersih
• Sensasi rasa manis ,asin dan pahit (+)
• Sensasi (kulit)
• Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu(+)
• Turgor kulit : baik
• Penciuman(hidung)
• Lubang hidung simetris
• Tidak terdapat sekret, hidung bersih
• Tidak terdapat polip dan sinus
• Tidak terdapat nyeri tekan
• Paru – paru
Inspeksi : perkembangan nafas simetris
Palpasi : vokal vremitus baik
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
• Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak nampak
Palpasi : detak kuat
Perkusi : redup
Auskultasi : s1 s2 reguler
• Abdomen
Inspeksi : sedikit cembung, gemuk
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, keriput
Perkusi : Bunyi timpani
• Kulit
Turgor kulit tidak elastis, keriput, tidak terdapat lesi.
• Ektremitas
• Atas
KIien mengatakan kedua tangannya tidak bisa digerakkan.
• Bawah
Klien mengatakan kedua kakinya tidak dapat digerakkan, namun masih
bisa merasakan sensitivitas pada kedua kakinya.
Analisa Data
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
Defisit Self Care : toileting b.d Kerusakan neuromuskular.
Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan muskuloskeletal &
neuromuscular.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol
tidur ditandai dengan sulit tidur/sering terjaga di malam hari.
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
tubuh ditandai dengan perubahan aktivitas seksual
Rencana Keperwatan
Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan