Anda di halaman 1dari 64

MEMAHAMI KEPERAWATAN

FISIK PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :
Mega Ovalia Putri (P27820117002
Butsainah Adinda Zhafirah (P27820117005)
Dina Ayu Amalia (P27820117008)
Aprilia Febry Kusumawati (P27820117011)
Diska Putri Ma’rifah (P27820117027)
Nailil Izza (P27820117033)
Meilda Ika Sari (P27820117034)
Amar’atus Laura (P27820117033)
Nisaaul Mufidah (P27820117034)
KEBUTUHAN TIDUR PADA LANSIA

PENGERTIAN

Istirahat adalah suatu keadaan dimana keadaan jasmaniah menurun yang


berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur oleh Johnson dianggap sebagai
salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi
fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh.
FISIOLOGI TIDUR NORMAL

Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran elektrofisiologik sel-sel otak


selama tidur. Stadium tidur diukur dengan polisomnografi terdiri dari tidur Rapid
Eye Movement (REM) dan tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM).

Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan dengan
mimpi atau paradox karena EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga
tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadium ini
bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70-120 menit.

Secara umum 4-6 siklus REM-NREM terjadi setiap malam. Periode tidur REM
I berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang.
Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3, dan 4.
POLA TIDUR PADA LANSIA

Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan tahap 3 dan 4
waktu non-REM, lebih banyak terbangun pada malam hari di banding tidur, dan lebih
banyak tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas
tidur di malam hari pada beberapa lansia.

Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa
kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari sekali. Tidur
REM membantu melepaskan ketegangan dan membantu metabolisme system saraf
pusat.Kekurangan tidur REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan.
 
GANGGUAN
POLA TIDUR PADA LANSIA

Lansia yang waktu tidurnya terganggu menjadi lebih lupa, disorientasi, atau
konfusi. Orang yang mengalami kerusakan kognitif menujukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran, dan “sindrom” dan “sundowning” (konfusi, agiatasi
dan perilaku terganggu selama sore menjelang senja dan jam awal malam). Kualitas
tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi banyak obat dan
gangguan organik dan mental.
MANIFESTASI KLINIS
GANGGUAN POLA TIDUR PADA LANSIA

1. Penyakit psikiatrik, terutama depresi


2. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeratif neuro lainnya
3. Penyakit kardivaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung
7. Inkompetensi jalan nafas atas
8. Penyakit paru
9. Penyakit prostatik
10. Endokrinopati

Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan


tidur terjadi di kalangan lansia:
1. Insomnia
2. Hipersomnia
3. Apnea tidur
PENATALAKSANAAN GANGGUAN TIDUR
DAN ISTIRAHAT PADA LANSIA

1. Pencegahan Primer

 Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di
hari berikutnya.
 Waktu bangun yang teratur dipagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
 Rasa lapar mengganggu tidur; kudapan ringan dapat membantu tidur.
 Kafein di malam hari dapat mengganggu tidur, meskipun pada orang-orang
yang tidak berpikir demikian.
 Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah,
tetapi tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.
2. Pencegahan
Sekunder

Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus
bagi lansia di rumahnya sendiri. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor
berikut ini:
• Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
tidur, atau menggunakan kamar mandi.
• Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
• Berapa hari orang tersebut terbangun atau tertidur pada saat diobservasi oleh
perawat atau pemberi perawatan.
• Terjadinya konfusi dan disorientasi.
• Penggunaan obat tidur.
• Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.
3. Pencegahan Tersier

Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam


kehidupan, kondisi pasien memerlukan rehabilitas melalui tindakan-tindakan
seperti pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan mempengaruhi
jalan napas.
PENATALAKSAAN TERAPEUTIK

Bootzin dan Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk


mempertahankan kenormalan pola tidur :
 Pergi tidur hanya jika mengantuk.
 Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur; jangan membaca, menonton televisi
atau makan di tempat tidur.
 Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain.
 Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa di malam
hari.
 Jangan tidur di siang hari.
MENGATASI GANGGUAN TIDUR

Jika pasien anda memiliki masalah tidur, anjurkan untuk :


 Mempertahankan jadwal harian yang sama untuk berjalan-jalan, istirahat dan
tidur.
 Bangun di waktu biasanya ia bangun bahkan jika tidurnya terganggu atau
waktu tidurnya berubah sementara.
 Melakukan ritual waktu tidur dan mengikuti dengan patuh.
 Melakukan olah raga setiap hari tetapi hindari olah raga yang terlalu berat
pada malam hari.
 Membatasi tidur siang 1 dan 2 jam perhari, pada waktu yang sama setiap
harinya.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR PADA LANSIA

Pengkajian

1. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan utama, kapan
keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
2. Riwayat Perawatan
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga,
keadaan lingkungan, dan riwayat kesehatan lainnya.
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum, Pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV), Pemeriksaan fisik
tentang system kardiovaskuler, system pernafasan, sistem pencernaan, system
perkemihan, sistem endokrin, sistem musculoskeletal, dan sistem reproduksi.
4. Pola Fungsi Kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit, kebiasaan sehari-hari, nutrisi metabolism,
pola tidur dan istirahat, kognitif-perseptual, persepsi-konsep diri, aktivitas dan
kebersihan diri, koping-toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
5. Data penujang
Hasil pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan fisik

Integumen :
Lemak subkutan menyusut
Kulit kering dan tipis, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta lambat sembuh
Mata :
Areus senilis, penurunan visus
Telinga :
Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara.
Kardiopulmonar :
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah berkurang,
terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas vital paru, volume
ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang.
Muskuloskeletal :
Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita, jumlah dan ukuran otot berkurang.
Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai pula oleh
kehilangan cairan.
Gastrointestinal :
Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta produksi saliva
menurun.
Neurologikal :
Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit dan pada pria agak melebar. Selain
itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
Diagnosa

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologis
Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif


Kriteria hasil :
Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
Merasa tidur tidak terganggu dan nyeri hilang
Intervensi :
2. Biasakan dan Patuhi jam tidur setiap malam
3. Upaya memodifikasi faktor lingkungan, khususnya bagi lansia yang tinggal
di institusi.
4. Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur, yang mencakup perhatian
pada faktor-faktor lingkungan dan kegiatan ritual menjelang tidur.
5. Bantu orang tersebut untuk rileks pada saat menjelang tidur dengan
memberikan usapan punggung, masase kaki atau kudapan tidur bila
diinginkan.
6. Memberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri, dan memberika
kehangatan dengan selimut-selimut konvensional atau selimut listrik listrik
juga dapat membantu.
2. Gangguan pola tidur b.d psikologis

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif
Kriteria hasil :
Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
Merasa tidur tidak terganggu
Intervensi :
1. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin
menghalangi tidur.
2. Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur tanpa
terganggu selama beberapa jam.
3. Berikan bantuan tidur kepada pasien, seperti bantal, mandi sebelum tidur,
makanan atau minuman dan bahan bacaan.
4. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur.
5. Berikan pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur normal
pasien.
6. Minta pasien setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.
AKTIVITAS DAN LATIHAN PADA LANSIA DENGAN
MASALAH PERUBAHAN MOBILISASI FISIK

DEFINISI

Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara


mandiri yang dialami seseorang.

BATASAN
KARAKTERISTIK

1. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,


termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
2. Keengganan untuk melakukan pergerakan
3. Keterbatasan rentang gerak
4. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
5. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol
mekanis dan medis
6. Gangguan koordinasi
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN

1. Intoleransi aktivitas
2. Penurunan kekuatan dan ketahanan
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman
4. Gangguan persepsi atau kognitif
5. Gangguan neuromuskuler
6. Depresi
7. Ansietas berat

DAMPAK MASALAH PADA LANSIA

Lansia sangat rentan erhadap konsekuensi fisiologis dn psikologis dari


imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit
kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-
komplikasi.
MANIFESTASI KLINIS

Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak efektifan

Efek Hasil

 Penurunan konsumsi oksigen maksimum  Intoleransi ortostatik


 Penurunan fungsi ventrikel kiri  Peningkatan denyut jantung, sinkop
 Penurunan volume sekuncup  Penurunan kapasitas kebugaran
 Perlambatan fungsi usus  Konstipasi
 Pengurangan miksi  Penurunan evakuasi kandung kemih
 Gangguan tidur  Bermimpi pada siang hari, halusinasi
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang


kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer
diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas
atau ketidak aktifan antara lain :
1. Hambatan terhadap latihan
2. Pengembangan program latihan
3. Keamanan

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan


pencegahan komplikasi.Diagnosis keperawaqtan dihubungkan dengan
poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
3. Pencegahan Tersier

Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia


melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi,
dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-
teman.
Konsep Asuhan Keperawatan Aktivitas
dan Latihan pada Lansia

Pengkajian

1. Anamnesa
Data demografi meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan
aktivitas dan latihan adalah rasa nyeri, lemas, pusing, mengeluh sakit
kepala berat, badan terasa lelah.
Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari nyeri/fraktur, yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien.
Riwayat penyakit dahulu : Ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang mengalami hipertensi apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami penyakit seperti saat ini.
Riwayat kesehatan keluarga : Perlu dikaji penyakit riwayat keluarga
yang berhubungan dengan penyakit tulang atau tidak.
3. Pola Fungsi Kesehatan (GORDON)

a. Persepsi terhadap kesehatan


• Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
• Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
• Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
b. Pola Aktivitas Dan Latihan
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √

0Naik: Mandiri
tangga √
1 : Di bantu sebagian
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan / tidak mampu
4. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system musculoskeletal
adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak
sendi; dan kekuatan skeletal.
b. Sistem Kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardiovaskuler tidak memberikan bukti langsung atau
meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas.
c. Sistem Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan
pneumonia.
d. Sistem Integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi
inflamasi.
e. Sistem Urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik
berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas
kandung kemih yang dapat diraba.
f. Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen
bagian bawah, rasa penuh, tekanan.
Diagnosa

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas,


gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskular,
kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest atau imobilitas,
mobilitas yang kurang, pembatasan pergerakan, nyeri.
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
menurunnya kekuatan otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi
kognitif, depresi, gangguan kognitif.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
menurunnya kekuatan otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi
kognitif, depresi, gangguan kognitif.
Intervensi dan Implementasi
 
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam masalah
keperawatan dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi :
1. Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan
keluarga.
2. Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
3. Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
4. Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara
berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
5. Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri
dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari
hari.
PROSES PERAWATAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA
LANSIA

DEFINISI

Sexsualitas adalah bagian integral dari kepribadian yang merupakan


ekspresi dan pengalaman diri yang bersifat multi dimensi dan holistik. Perilaku
seksual ditentukan oleh kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman
secara psikologis serta harga diri sebagai wanita/pria.

Seksualitas secara umum adalah suatu yang berkaitan dengan alat kelamin
atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara
laki-laki dan perempuan.
PERUBAHAN SEKSUALITAS
PADA LANJUT USIA

1. Fungsi Seksual Pria

1. Terjadi penurunan sirkulasi testosteron, tetapi jarang menyebabkan gangguan


fungsi seksual pada lanjut usia yang sehat.
2. Ereksi penis memerlukan waktu lebih lama dan mungkin tidak sekeras
sebelumnya. Perangsangan langsung pada penis seringkali di perlukan.
3. Ukuran testis tidak bertambah, elevasinya lambat, dan cenderung turun.
4. Kelenjar penis tampak menurun.
5. Kontrol ejakulasi meningkat.

1. Fungsi Seksual Wanita

1. Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama.


2. Pengembangan dinding vagina berkurang pada panjang dan lebar.
3. Dinding vagina menjadi lebih tipis dan mudah teriritasi.
4. Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dengan
uretra.
5. Sekresi vagina berkurang kesamaannya meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi.
PERUBAHAN ANATOMIK PADA SISTEM
GENETALIA PADA LANSIA

1. Wanita

• Vagina : vagina mengalami kontraktur, Fornises menjadi dangkal, pengecilan


genetalia eksterna.
• Uterus : uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis,
miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks
menyusut tidak menonjol.
• Ovarium : ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat
folikel
• Payudara : Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita
yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung.

2. Pria
• Pembesaran prostat
• Kadar dehidrosteron meningkat
• Sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang
jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron
juga menurun
HAMBATAN AKTIVITAS SEKSUALITAS
LANJUT USIA

1. Hambatan eksternal
Merupakan hambatan aktivitas seksual yang datang dari lingkungan.
2. Hambatan internal
Merupakan hambatan aktivitas seksual yang terutama berasal dari subyek lanjut
usia sendiri.

CARA MEMPERTAHANKAN KESEHATAN


SEKSUAL PADA LANJUT USIA
1. Memahami perubahan normal yang berhubungan dengan lansia
2. Meningkatkan komunikasi pada masalah non-seksual sama baiknya dengan
komunikasi seksual
3. Menikmati setiap kejadian jangan buru-buru dan kurangi ketakutan
4. Menggunakan posisi seperti miring atau duduk yang tidak terlalu banyak
menumpu dalam kontraksi otot lengan secara isometrik
5. Gunakan posisi yang tidak menekan sendi, tengkurap yang menimbulkan nyeri
6. Gunakan latihan kegel untuk meningkatkan tonus otot dan kontraks vagina
selama aktifitas seksual.
7. Lakukan stimulus oral genital
8. Stimulus organ genital secara manual
9. Gunakan vibrator sendiri atau dengan pasangan
10. Lakukan masturbasi sendiri/dengan pasangan
CARA MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS
YANG BAIK PADA LANSIA

1. Perluas definisi soal seks


2. Komunikasi dengan pasangan
3. Ubah kebiasaan rutin
4. Atur ekspektasi anda
5. Jaga diri
Beberapahalyangdapatmenyebabkanmasalah kehidupansosial

Infark Miokard
• Pasca stroke

Kanker
• Diabetes Melitus

Artritis
• Rokok dan Alkohol

Penyakit paru obstruktif kronik


• Obat-obatan
Impotensi Pada Usia Lanjut

• ketidak mampuan melakukan


Impotensia coendi 
Impotensia coendi 
hubungan seksual

Impotensia erigendi 
Impotensia erigendi  • tidak mampu ber-ereksi

• tidak mampu menghasilkan


Impotensia generandi 
Impotensia generandi 
keturunan
Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia

Anamnesa Riwayat Seks


• Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan
memuaskan
• Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
• Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang
sebenarnya salah
• Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya
• Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap
tentang obat-obatan yang dikonsumsi oieh pasien.
Upaya mengatasi permasalahan seksual
pada lansia

Pengobatan yang diberikan mencakup :


• Konseling Psikoseksual
• Therapi Hormon
• Penyembuhan dengan obat-obatan
• Peralatan Mekanis
• Bedah Pembuluh
Upaya mengatasi permasalahan seksual
pada lansia
Bimbingan Psikososial
Penyembuhan Hormon
Penyembuhan dengan Obat
• Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif
• Oral phentholamin
• Tablet apomorphine sublingual
• Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif
• Penempatan intra-uretral prostaglandin
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Masalah Kebutuhan Seksual

Pengkajian

• Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan, status sosial
ekonomi keluarga.
• Dapatkan riwayat seksual
a. Pola seksual biasanya
b. Kepuasan (individu, pasangan)
c. Pengetahuan seksual
d. Masalah (seksual, kesehatan)
e. Harapan
f. Suasana hati, tingkat energi
• Batasan Karakteristik
a. Mayor (harus terdapat)
Perubahan aktual atau yang antisipasi dalam fungsi seksual atau indentitas seksual.
b. Minor (Mungkin Terdapat)
-Ekspresi perhatian mengenai fungsi seksual atau identitas seksual.
-Tidak sesuainya prilaku seksual verbal atau nonverbal.
-Perubahan dalam karakteristik seksual primer atau sekunder.
Diagnosa

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi


yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan
kronis
Intervensi dan Implementasi

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur


tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai
kepuasan seksual.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada


fungsi seksual yang dialaminya
Kriteria hasil:
Mengekspresikan kenyamanan
Mengekspresikan kepercayaan diri
Intervensi:
1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk
organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah
kolestrol, dan berupa diet vegetarian
5. Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk
mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina, serta untuk
megurangi rasa sakit pada saat berhubungan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya
secara positif
Kriteria hasil:
Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan
rendah diri
Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan
dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
5. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah


kesehatannya.
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah
kesehatan
Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap
keterbatasannya
Interversi :
1. Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi
• Kelelahan
• Nyeri
• Nafas pendek
• Keterbatasan suplai oksigen
• Imobilisasi
• Kerusakan inervasi saraf
• Perubahan hormon
• Depresi
• Kurangnya informasi yang tepat
2. Hilangkan atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan pentingnya
mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK
PADA TN. W DENGAN
STROKE
Identitas Diri Klien

• Nama : Tn. W
• Umur : 66 th
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Desa grojogan, Jombang, Jawa Timur
• Status perkawinan: Kawin
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Tidak Bekerja
• Sumber : Klien dan keluarga
Struktur Keluarga

No Nama Umur Jenis Hubungan dengan Pendidikan Pekerjaan Keterangan


Kelain klien

1 Ny. I 56 th P Istri SLTA Swasta

2 Tn. Y 25 th L Anak SLTA Swasta

3 Ny. Y 23 th P Menantu SLTA Swasta


Genogram
Riwayat Keluarga
Keluarga klien ada yang menderita stroke yaitu kakak pertama.

Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat ini
Klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, terbata-bata, sehingga untuk
berkomunikasi dibantu keluarga dengan menjelaskan perkataan klien, mengalami
kelumpuhan di wajah dan extremitas gerak.Klien bedrest total.

Apa yang dipikirkan saat ini


Klien mengatakan hanya bisa pasrah, memikirkan kondisinya kedepannya, dan selalu
berpikir positif agar bisa segera sembuh.

Siapa yang paling dipikirkan saat ini


Klien memikirkan keluarganya, istri dan anaknya serta memikirkan dirinya sendiri agar
segera sembuh

Riwayat penyakit dahulu


Klien jatuh 6 tahun yang lalu dari motor lalu tertabrak mobil. Luka di kepala dan
badan sebelah kanan.Lalu klien mengeluh lumpuh di sebelah kiri menjalar di sebelah
kanan akhirnya lumpuh semua.
Pengkajian

• Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Klien mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan menjaga kebersihan tubuh
dan lingkungannya.Klien juga mengatakan bahwa dirinya suka makan jeroan, dan jarang
berolahraga karena sibuk bekerja.
Istri klien mengatakan sehat itu adalah bila kondisi badan mempunyai kekuatan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari, dan keadaan sakit bila merasa tidak enak badan
hingga tidak bisa bangun. Bila merasa sakit diobati sendiri dulu lalu jika tidak sembuh
dibawa ke dokter.
• Pola nutrisi
Jumlah : Frekuensi 2 x perhari. Makan utama nasi, biskuit, sayur-sayuran, daging,
tahu, tempe. Minum kira-kira 8 gelas air putih perhari, terkadang ditambah susu.
Jenis : Nasi, lauk nabati/hewani, sayur, buah, susu kadang-kadang , tidak ada alergi
makanan. Jenis minuman: air putih dan teh, tidak pernah minum alkohol.
• Pola eliminasi:
B.A.B : Tidak teratur, istri klien mengatakan biasanya seminggu hanya sekali pada pagi
hari. Keluhan tidak bisa menahan berak sehingga kadang berak di celana.
B.A.K: Teratur 4-5 kali sehari, Keluhan tidak bisa menahan pipissehingga terkadang pipis
di celana
• Pola aktivitas dan latihan

Keterangan:
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
• Pola tidur dan istirahat
Klien terbiasa tidur mulai pukul 08.00 sampai jam 10.00 saat tidak ada orang, jika malam klien tidur
pukul 21.00 namun sering saat pukul 01.00 klien terbangun dan tidak bisa tidur kembali, tetapi kadang
bisa tidur kembali dan bangun tidur pukul 06.00.

• Pola perceptual
Penglihatan : Dapat melihat dengan jelas, tidak pakai kaca mata.
Pendengaran : Masih jelas untuk mendengar.
Pengecap : Masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin.
Sensasi :Masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.

• Pola persepsi diri


Gambaran diri : Klien merasa pasrah dengan keadaannya saat ini.
Ideal diri : Klien merasa sudah pasrah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Harga dri : Klien merasa bahwa dirinya tidak berguna dan menjadi beban.
Identitas diri : Klien pasrah menerima keadaannya, malu dengan keadaannya.
Peran diri : Klien tidak mampu menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.
 
• Pola peran hubungan
Di dalam komunikasi sehari-hari klien mengalami hambatan karena tidak bisa bicara jelas dan lancar
serta membutuhkan orang lain untuk menjelaskan perkataannya. Dalam berkomunikasi menggunakan
bahasa Jawa. Klien tinggal bersama, 1 anak ,istri dan menantunya. Anak yang lain telah menikah dan
tinggal tidak serumah dan jauh.
• Pola managemen koping stress
Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini adalah keadaan
sakitnya.Keadaan sakit ini tidak bisa diatasi karena klien dan istri
sudah habis biaya banyak untuk mengobati di RS tidak berhasil lalu
ke alternatif juga tidak sehingga harta benda habis.

• Pola Reproduksi dan Seksual.


Klien mengatakan sejak pertama kali terkena stroke klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan seksual dengan istrinya. Dengan
kondisinya sekarang yang harus bed rest total, klien sudah tidak lagi
berhubungan seksual dengan istrinya.
 
• Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam, berusaha untuk menjalankan ajarannya.Sejak
sakit, klien tidak mengikuti kegiatan keagamaan.
Pemeriksaan Fisik
• Tingkat kesadaran : Compos Mentis
• TD : 110/70mmHg. Nadi: 80x/menit, Respirasi : 20x/menit
• Temperatur : 36,5°C, BB : 60 kg dan TB : 164 cm
• Kepala : Kulit kepala dan rambut bersih
• Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
• Thorak : Bentuk dada simetris, retraksi otot dada (-),turgor
kulit baik,
• Abdomen : Tidak ada Ascites, tidak kembung, nyeri tekan(-)
• Ekstremitas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan dan kaki
bersih.
Pemeriksaan Panca Indra
• Penglihatan (mata) :
Mata : simetris, sejajar dengan telinga, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada kelainan
Konjunctiva : Merah muda, tidak anemis
Sklera : sedikit kemerahan, tidak ikterik
Reflek pupil : +/+
Visus : 6/6

• Pendengaran(telinga) :
• Bentuk telinga simetris
• Nyeri tekan tidak ada
• Liang telinga : serumen tidak ada
• Gangguan pendengaran tidak ada.

• Pengecapan( mulut )
• Gigi geligi kotor, gigi masih bagus, tidak terdapat karies gigi, ada beberapa yang tanggal.
• Lidah bersih
• Sensasi rasa manis ,asin dan pahit (+)

• Sensasi (kulit)
• Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu(+)
• Turgor kulit : baik

• Penciuman(hidung)
• Lubang hidung simetris
• Tidak terdapat sekret, hidung bersih
• Tidak terdapat polip dan sinus
• Tidak terdapat nyeri tekan
• Paru – paru
Inspeksi : perkembangan nafas simetris
Palpasi : vokal vremitus baik
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

• Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak nampak
Palpasi : detak kuat
Perkusi : redup
Auskultasi : s1 s2 reguler
• Abdomen
Inspeksi : sedikit cembung, gemuk
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, keriput
Perkusi : Bunyi timpani

• Kulit
Turgor kulit tidak elastis, keriput, tidak terdapat lesi.

• Ektremitas
• Atas
KIien mengatakan kedua tangannya tidak bisa digerakkan.
• Bawah
Klien mengatakan kedua kakinya tidak dapat digerakkan, namun masih
bisa merasakan sensitivitas pada kedua kakinya.
Analisa Data
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
Defisit Self Care : toileting b.d Kerusakan neuromuskular.
Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan muskuloskeletal &
neuromuscular.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol
tidur ditandai dengan sulit tidur/sering terjaga di malam hari.
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
tubuh ditandai dengan perubahan aktivitas seksual
Rencana Keperwatan
Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai