Anda di halaman 1dari 12

Tafsir takwil dan terjemah serta

kitab kitab tafsir dan metode


penulisannya
Kelompok 6
Indah hatmiati
Indah ramadhani
Jihan afifah
Pengertian Tafsir
Istilah tafsir merujuk kepada Al-Qur‟an sebagaimana tercantum dalam ayat 33 dari al-furqan :

‫ۗ َول َا يَأْتُ ْون َ َك ب َِمث ٍَلاِلَّا جِ ئْن ٰ َك بِال َْح ِ ّق َوا َ ْح َس َن تَ ْف ِسي ْ ًرا‬
Artinyaa : “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, [seperti meminta Al
qur‟an diturunkan sekaligus dalam sebuah kitab] melainkan Kami [mengalahkanya] dengan menganugrahkan
kepadamu sesuatu yang benar dan penjelasan [tafsir] yang terbaik..”

“tafsir”menurut Ibn Manzur ialah penjelasan maksud yang sukar dari suatu lafal. Pengertian inilah yang
diistilahkan oleh para ulama‟ tafsir dengan “alidhah wa al-tabyin” (penjelasan dan keterangan).

Dalam kamus bahasa Indonesia kata tafsir diartikan dengan “keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-
Qur‟an atau kitab suci lain sehingga lebih jelas maksudnya”. Terjemahan dari ayat-ayat Al-qur‟an masuk kedalam
kelompok ini. Jadi, tafsir al-qur‟an adalah penjelasan atau keterangan terhadap maksud yang sukar
memahaminya dari ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan demikian menafsirkan Al-Qur‟an adalah menjelaskan atau
menerangkan makna-makna yang sulit pemahamanya dari ayat-ayat Al-qur‟an.ama‟ tafsir dengan “alidhah wa
al-tabyin” (penjelasan dan keterangan). Yang dibahas adalah semua aspek yang berhubungan dengan penafsiran
Al-qur‟an, mulai dari sejarah turun Al-qur‟an, sebab-sebab turunya, qiraat, terus kaidah-kaidah tafsir, syarat-
syarat musafir, bentuk penafsiran, metedeologi tafsir, corak penafsiran dan sebagainya.
Macam macam tafsir
1. Beberapa corak dan metode tafsir
Metode tahlili
Tahlili adalah salah satu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat
01 Alqur‟an dari seluruh aspeknya. Pemafsir yang mengikuti metode ini menafsirkan ayat-ayat
AlQur‟an secara runtut mulai awal hingga akhir seperti mushaf Utsmani. Untuk itu ia
menguraikan kosa kata dan lafaz, menjelaskan arti yang dikehendaki, juga unsur-unsur ijaz dan
balaghoh, serta kandunganya dalam berbagai aspek pengetahuan dan hukum.

Metode ijmali
02 Metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-qur‟an dengan cara mengemukakan makna global. Metode ini
penafsir menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas
artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Didalam uraianya, penafsir
membahas secara runtut berdasarkan mushaf kemudian mengemukakan makna global yang
dimaksud oleh ayat tersebut.
Metode muqaran
Metode ini menekankan kajianya pada aspek perbandingan (komporasi) tafsir al-qur‟an.

03 Penafsiran yang menggunakan metode ini pertama sekali menghimpun sejumlah ayat-ayat
Alqur‟an, kemudian mengkajinya dan meneliti penafsiran sejumlah penafsir mengenai ayat-ayat
tersebut dalam karya mereka. Melalui cara ini penafsir mengetahui posisi dan kecenderungan para
penafsir sebelumnya yang dimaksudkan dalam objek kajianya. Salah satu karya yang menggunakan
metode ini adalah Quran and its Interpreters hasil karya Mahmud Ayyub
Metode mawdhu’i
Metode ini disebut juga metode tematik karena pembahasanya berdasarkan tema-tema
tertentu yang terdapat dalam al-qur’an. Ada dua cara kerja tafsir maudhu’i :  Dengan cara

04
menghimpun seluruh ayat-ayat Al-qur’an yang berbicara tentang satu masalah (maudhu’/tema)
tertentu yang mengarah pada satu tujuan yang sama, sekalipun turunya berbeda dan tersebar
dalam berbagai surah Al-qur’an.  Penafsiran yang dilakukan berdasarkan surat Al-qur’an. Al-
Farmawi menjelaskan tujuh langkah yang mesti dilkukan apabila seseorang ingin menggunakan
metode maudhu’i :

a. Memilih atau menetapkan masalah Al-qur’an yang akan dikaji secara maudhu’
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan
ayat Makiyah dan Madaniyah.
c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunya, disertai
pengetahuan mengenai latar belakang turunya atau asbabul nuzul.
d. Mengetahui hubungan (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam masing-masing surahnya.
e. Menyusun tema bahasa dalam kerangka yang pas, utuh, sempurna dan sistematis
f. Melengkapi uraian dan pembahasan dengan hadis bila dipandang perlu, sehingga
pembahasan semakin sempurna dan jelas
2. Penafsiran Al-qur’an sesuai corak yang
mendominasinya:

1) Corak umum
‫ور ُه َّن‬ ُ ُ ‫ين أُوتُوا ال ْ ِكتَاب ِم ْن قَبْلِك ُم ِإ َذا آتَيْتُم‬
َ ‫ات ِم َن ال َّ ِذ‬
َ ‫وه َّن أ ُج‬ ُ ْ َ ُ َ ‫ح َصن‬
ْ ‫َوال ُْم‬
Artinya : dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah
membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya
a. Bentuk riwayat Al-ma’tsur
Atau disebut juga dengan tafsir bi al-ma’tsir adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam khazanah intelektual islam, Para
sahabat menerima dan meriwayatkan tafsir dari Nabi saw secara musyafahat (dari mulut ke mulut), begitu juga dengan generasi
selanjutnya sampai datang masa tadwin (pembukaan) ilmu-ilmu islam, termasuk tafsir sekitar abad ke-3 H. Cara tafsir itulah yang
menjadi cikal bakal tafsir bi al-ma’tsur atau disebut juga dengan tafsir bi al-riwayat.
b. Bentuk pemikiran (al-ra’y)
Setelah berakhir masa salaf sekitar abad ke-3 H, dan peradaban islam semakin maju dan berkembang maka lahirlah berbagai
madzab dan aliran dikalangan umat. Masing-masing golongan berusaha meyakinkan pengikutnya dalam mengembangkan
faham mereka. Untuk mencapai maksud tersebut mereka mencari ayat-ayat Al-qur’an dan hadis-hadis Nabi saw, lalu mereka
tafsirkan sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.
c. Israilliyat
Tidak ada larangan ataupun keharusan dalam menggunakan ayat-aat 1 Isra’iliyat sebagai sumber tafsir. Artinya boleh bila
tidak bertentangan dengan Al-qur’an , sunnah dan ro’yu. Dilihat dari tafsir Ibn Abbas penggunaan isra’iliyat tidak hanya
terbatas pada ayat-ayat kisah umat terdahulu, tetapi juga mencngkup ayat-ayat yang berkenaan dengan soal-soal gaib.
2) Corak khusus
• Tafsir Kasysyaf (teks
terlampir) • Tafsir al-Mirghani
• Tafsir al-thabathabai • Tafsir al-Manar
• Tafsir AL-qurtubi • Tafsir al-Maraghi
• Al-jashshsash (Ahkam Al- • Tafsir A.yusuf Ali
qur’an)

3) Corak Kombinasi
Kitab tafsir yang digunakan dua corak pemikiran
dekaligus, jarang ditemukan, termasuk kitab-
kitabtafsir dari Timur Tengah baik klasik maupun
modern yakni Tafsir al-Azhar karangan Prof. Hamka.
Ta’wil berasal dari ma’al yaitu akibat dan
kesudahan. Kata-kata‫فـــل‬
‫ قـد ّاولـتهـ آــ‬maksudnya: aku
palingkan ia maka ia pun berpaling. Dengan
demikian, ta’wil seakan-akan memalingkan ayat
kepada makna-makna yang dapat diterimanya.
Kata “ta’wil” dibentu dengan pola “ta’fil” adalah
untuk menunjukkan arti banyak.
Sedangkan secara terminologi, takwil berarti
membawa ayat kepada makna-makna lain yang
masih mungkin di kandung oleh ayat tersebut.

PENGERTIAN TAKWIL
• Metode Takwil
Metode takwil dengan yang digunakan Muhammad syahrur disini adalah dengan
pendekatan saintifik untuk menafsirkan Al Qur’an tetapi sebagian ahli, menyebutnya
dengan istila ta’wil ilmi. Syahrur adalah seorang pemikir yang ikut menjadikan takwil
sebagai metode untuk memahami Al Qur’a, terutama untuk memahami ayat-ayat
mutasyabihat. Metode takwil yang ditawarkan oleh Syahrur dalam memahami ayat-
ayat Mutasyabihat dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran informasi teoritis Al-
Qur’an agar sesuai dengan realitas empiris ilmu pengetahuan. Jadi takwil adalah
upaya mengharmoniskan sifat absolut ayat-ayat al-qur’an dengan pemahaman relatif
pada pembacanya. Asumsi dasar yang dipegang syahrur berkaitan dengan metode
takwil yaitu
1. Wahyu tidak bertentangan dengan akal
2. Wahyu tidak bertentangan dengan realitas
PENGERTIAN TERJEMAH
Secara bahasa, terjemah memiliki beberapa arti diantaranya, yaitu menyampaikan suatu ungkapan pada orang
yang tidak tahu, menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama, menafsirkan ungkapan
dengan bahasa lain, memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain.

Sedangkan secara istilah, terjemah ialah mengungkapkan makna kalam (pembicaraan) yang terkandung dalam
suatu bahasa dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain (bukan bahasa pertama),
lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya.

Macam-Macam Terjemah serta Hukumnya


Disini macam-macam terjemah terdiri dari 2 macam, yaitu:
• Terjemah Harfiyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga
susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
• Terjemah Tafsiriyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib
kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.
• Hukum Terjemah Harfiyah
Atas dasar pertimbangan diatas maka tidak seorangpun merasa ragu tentang haramnya menerjemahkan qur’an dengan
terjemah harfiyah. Sebab qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-nya, merupakan mukjizat dengan lafadz
dan maknanya, serta membacanya dipandang sebagai suatu ibadah. Dengan demikian, penerjemahan qur’an dengan
terjemah harfiyah, betapapun penerjemah memahami betul bahasa, uslub-uslub dan susunan kalimatnya, dipandang telah
mengeluarkan qur’an dari keadaannya sebagai qur’an.

• Hukum Terjemah Tafsiriyah


Adapun makna-makna asli, dapat dipindahkan ke dalam bahasa lain. Dalam Al-Muwaffaqat, Syatibi menyebutkan makna-
makna asli dan makna-makna sanawi. Kemudian ia menjelaskan, menerjemahkan qur’an dengan cara pertama, yakni dengan
memperhatikan makna asli adalah mungkin. Dari segi inilah dibenarkan menafsirkan qur’an dan menjelaskan makna-
maknanya kepada kalangan awam dan mereka yang tidak mempunyai pemahaman kuat untuk mengetahui makna-maknanya.
Cara demikian diperbolehkan berdasarkan konsensus ulama islam. Dan konsensus ini menjadi hujjah bagi dibenarkannya
penerjemahan makna asli qur’an.

• Syarat-Syarat Penerjemah
Seorang dapat dikatakan sebagai penerjemah jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Penerjemah haruslah seorang muslim, sehingga tanggung jawab keislamannya dapat dipercaya.
2. Penerjemah haruslah seorang yang adil dan tsiqah. Karenanya, seorang fasik tidak diperkenankan menerjemahkan
Alquran.
3. Menguasai bahasa sasaran dengan teknik penyusunan kata. Ia harus mampu menulis dalam bahasa sasaran dengan baik.
4. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran Al-Quran dan memenuhi kriteria sebagai mufasir, karena penerjemah
pada hakikatnya adalah seorang mufasir.
Perbedaan tafsir, takwil, dan terjemah

Tafsir Terjemah
menjelaskan makna ayat yang kadang hanya mengubah kata-kata dari
kadang dengan panjang lebar, lengkap bahasa arab kedalam bahasa
dengan penjelasan hokum-hukum dan lain tanpa memberikan
hikmah yang dapat diambil dari ayat itu penjelasan arti kiandungan
dan seringkali disertai dengan kesimpulan secara panjang lebar dan tidak
kandungan ayat-ayat tersebut. menyimpulkan dari isi
kandungannya

Takwil
mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an
dari arti yang lahir dan rajih kepada arti
lain yangsamar dan marjuh.
Terimakasih !

Anda mungkin juga menyukai