Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR

PENGANTAR PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
ANAK
ANAK BERKEBUTUHAN
BERKEBUTUHAN
KHUSUS
KHUSUS
Disusun oleh :

Farrah Umainah (858914936)


UPBB : Jember
POKJAR : Mangli
PRODI : 119/2A/ PGSD-BI
MODUL 6
PENDIDIKAN KHUSUS
ANAK TUNAGRAHITA
KB 1 : Definisi, Klasifikasi, dan Cara
Pencegahan Tunagrahita

KB 2 : Dampak Ketunagrahitaan

KB 3 : Kebutuhan Khusus dan Profil


Pendidikan Anak Tunagrahita
KB 1 : Definisi, Klasifikasi, dan Cara Pencegahan
Tunagrahita
A.DEFINISI TUNAGRAHITA
1. Peristilahan

• Tunagrahita  selalu menunjuk pada keterhambatan

fungsi kecerdasan yang secara umum berada di

bawah usia kronologisnya secara meyakinkan

sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus


Istilah – istilah untuk tunagrahita di berbagai negara

 Mental retardation
 Feebleminded (lemah pikiran)
 Mental subnormality
 Mental deficiency
 Mentally handicapped
 Intellectually handicapped
 Intellectual disabled
 Development mental disability
Kata mental dalam peristilahan di atas mengacu
pada fungsi kecerdasan intelektual, bukan kondisi
psikologis.
Istilah-istilah yang digunakan di Indonesia

1 Lemah pikiran, lemah ingatan  digunakan


sekitar tahun 1967

2 Terbelakangan mental  digunakan sekitar


tahun 1967 s.d. 1983

3 Tunagrahita  digunakan tahun 1983 sampai


sekarang
 2. Pengertian AAMD (American Assosiation on Mental
Deficiency) menggunakan  pengertian dari
Grossman (1983) bahwa tunagrahita mengacu pada
fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan)
berada di bawah rata-rata (normal)bersamaan dengan
kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan
berlangsung pada masa perkembangannya.
 Ciri-ciri penyandang tunagrahita :
1. Fungsi intelektual umum secara signifikan

berada di bawah rata-rata

2. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian

(perilaku adaptif)

3. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode

perkembangan
KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
 Pengklasifikasian anak tunagrahita penting
dilakukan untuk mempermudah guru dalam
menyusun program dan melaksanakan layanan
pendidikan

Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah klasifikasi berdasarkan


AAMD yaitu :

1. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) dengan IQ 70-55


2. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) dengan IQ 55-40
3. Severe mental retardation (tunagrahita berat) dengan IQ 40-25 4
4. Profound mental retardation (tunagrahita sangat berat) dengan IQ 25
ke bawah
Klasifikasi yang
digunakan di Klasifikasi berdasarkan
indonesia sesuai
kelainan jasmani yang
dengan Peraturan
Pemerintah No. 72 disebut tipe klinis
Tahun 1991
1. Down Syndrome
1. Tunagrahita ringan IQ-nya
50-70
(Mongoloid)
2. Tunagrahita sedang IQ-nya 2. Kretin (cebol)
30-50
3. Tunagrahita berat dan 3. Hydrocephalus
sangat berat IQ-nya kurang 4. Microcephalus
dari 30
5. Macrocephalus
C. PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN
KETUNAGRAHITAAN
Faktor lain yang juga dapat
1 menyebabkan ketunagrahitaan adalah :
1. Kecelakaan yang menyebabkan
Penyebab Ketunagrahitaan
cedera otak pada masa
menurut Smith (1998), yaitu : perkembangan
a) Penyebab genetik dan 2. Gizi yang buruk dan keracunan.
3. Kirk ( Triman Prasadio, 1982:25)
kromosom menemukan bahwa anak dari
b) Penyebab pada prakelahiran keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi yang rendah cenderung
c) Penyebab pada saat
prestasi belajarnya menurun seiring
kelahiran dengan meningkatnya usia.
4. Kurangnya rangsangan intelektual
d) Penyebab-penyebab selama
yang mengakibatkan timbulnya
masa perkembangan anak- hambatan dalam perkembangan
anak dan remaja intelegensinya sehingga seorang
anak berkembang menjadi anak
tunagrahita.
2 Usaha pencegahan ketunagrahitaan

a.  Penyuluhan genetik
b.  Diagnostik prenatal
c.  Tes darah
d.  Melalui program keluarga berencana
e.  Tindakan operasi
f.   Sanitasi lingkungan
g.  Pemeliharaan kesehatan
h.  Pemeriksaan kesehatan selama hamil
i.   Intervensi dini
j.   Diet sesuai dengan petunjuk ahli kesehatan
k. Meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
peningkatan sosial ekonomi dan penyuluhan
kepada masyarakat tentang pendidikan dini
KB 2 : Dampak Ketunagrahitaan
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM
1. Dampak Terhadap Kemampuan Akademik
2. Sosial/Emosional
3. Fisik/Kesehatan

B.    DAMPAK DITINJAU DARI KETUNAGRAHITAAN


1. Tunagrahita ringan
2. Tunagrahita sedang
3. Tunagrahita berat dan sangat berat

C.    DAMPAK DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA


KETUNAGRAHITAAN
1.      Ketunagrahitaan sejak lahir
2.      Ketunagrahitaan pada masa sekolah
3.      Ketunagrahitaan pada masa puber
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM
1. Dampak Kemampuan Akademik

Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih


kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih
banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada
dengan pengertian. Mereka mengalami kesukaran memusatkan
perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung
cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang
perhatiannya pendek, contohnya berikut :
a. Apabila diberikan pelajaran matematika hanya berkisar
beberapa menit mereka langsung mengatakan bosan, susah
dan ngantuk
b. Apabila anak normal mendapatkan mainan baru ia langsung
memainkanya dengan memeriksa mainan itu. Begitu
sebaliknya, tidak jarang anak tunagrahita hanya diam saja
menatap mainan itu tanpa mencoba menggerakannya
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM
2. Dampak Sosial/emosional
Dampak sosial dan emosional tunagrahita dapat berasal dari
ketidakmampuannya dalam menerima dan melaksanakan norma
social dan pandangan masyarakat yang masih menyamakan
keberadaan anak tunagrahita dengan anggota masyarakat lainnya
atau masyarakat masih menganggap bahwa anak tunagrahita tidak
dapat berbuat sesuatu karena ketunagrahitaannya.
Dampak ketunagrahitaan dalam social dan emosional adalah;
anak tunagrahita memiliki ketidakmampuan untuk memahami aturan
social dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Ketika masih muda
mereka harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke
tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau
bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya.
Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah
goyah, kurang menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga
mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga tidak jarang dari mereka
mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri,
merusak dan pelanggaran seksual.
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM

3. Dampak Fisik/kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak
tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan
dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap
dan gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang
mengalami cacat bicara. Pendengarannya dan penglihatannya
banyak yang kurang sempurna. Kelainan ini bukan pada organ
tetapi pada pusat pengolahan di otak sehingga mereka melihat,
tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak
memahami apa yang didengarnya.
B.    DAMPAK DITINJAU DARI KETUNAGRAHITAAN
2. Tunagrahita Sedang
Anak yang
ketunagrahitaannya 3. Tunagrahita Berat
1. Tunagrahita Ringan sedang melakukan dan Sangat Berat
Anak yang kegiatan bina diri Dampak ketunagrahitaan
ketunagrahitaannya khusunya untuk pada tingkat ini lebih
ringan, masih mampu memenuhi kebutuhannya berat, karena itu mereka
melakukan kegiatan sendiri, misalnya dapat membutuhkan bantuan
bina diri seperti makan minum sendiri, secara terus menerus
merawat diri, mengurus berpakaian, ke kamar dalam kehidupannya,
diri, menolong diri, mandi sendiri, dan lain- namun mereka masih
berkomunikasi, lain. Dengan demikian dapat dilatih untuk
adaptasi social, dan mereka akan sedikit melakukan sesuatu yang
melakukan tata laksana menggantungkan dirinya sifatnya sederhana dan
rumah sehingga dalam kepada orang tua atau berulang-ulang, seperti
hal ini mereka tidak orang yang terdekat mengampelas papan
tergantung pada orang dengannya. Mereka tetapi harus dengan
lain. Dalam belajar dapat mengerjakan pengawasan.
mereka tidak mampu sesuatu yang sifatnya
mempelajari hal-hal rutin (mengayam,
bersifat abstrak. menjelujur, menenun) dan
membutuhkan
pengawasan.
C.    DAMPAK DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA
KETUNAGRAHITAAN
Mereka mengalami kesulitan pada hampir semua
Anak tunagrahita sejak lahir
mata pelajaran, terutama dalam pelajaran membaca,
tidak mereaksi dengan baik
dan berhitung. Dapat disimpulkan bahwa anak
terhadap rangsangan yang
tunagrahita mengalami kelainan dalam persepsi,
diperolehnya. Mereka tampak
asosiasi, mengingat kembali, kekurangmatangan
mengantuk saja, apatis, tidak
motorik, dan gangguan koordinasi sesomotorik,
pernah sadar, jarang
perhatiannya mudah beralih. Kondisi ini
menangis, kalau menangis
mempengaruhi proses belajar dan pada akhirnya
susah berhentinya, terlambat
proses belajarnya kurang.
duduk, bicara dan berjalan.
Selanjutnya anak tunagrahita Selanjutnya dampak ketunagrahitaan pada masa puber
yang mengalami adalah; Pertumbuhan fisik kurang normal, tetapi
ketunagrahitaan pada masa perkembangan berpikir dan kepribadiannya berada di
kanak- kanak akan bawah usianya. Dampaknya ia mengalami kesulitan
mempengaruhinya dalam dalam pergaulan dan mengendalikan diri. Setelah
bermain, reaksi yang lambat, tamat sekolah ia belum siap untuk bekerja, sedangkan
cepat tetapi tidak tepat. Akibat ia tidak mungkin untuk melanjutkan pendidikan.
dari keadaan ini mereka tidak Akibatnya ia hanya tinggal diam dirumah yang pada
mengeksplorasi lingkungan akhirnya ia merasa frustasi.
dengan baik dan tentu saja
akan dijauhi oleh teman
seusianya
KB 3 : Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak
Tunagrahita
A.  KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA

1.  Kebutuhan Pendidikan

a.   Jenis mata pelajaran

b.  Waktu belajar

c.  Kemampuan bina diri

2.  Kebutuhan Sosial dan Emosi

3.  Kebutuhan Fisik dan Kesehatan


B.  PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
1.   Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita
Tujuan pendidikan anak tunagrahita perlu disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan mereka dan dirumuskan lebih terperinci.
Menurut Kirk (1986) tujuan pendidikan anak tunagrahita adalah

(a)dapat mengembangkan potensi sebaik-baiknya,


(b)dapat menolong diri, berdiri sendiri, dan berguna bagi
masyarakat,
(c)memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
Sedangkan Suhaeri H.N (1980) menjelaskan lebih terperinci lagi
mengenai tujuan pendidikan anak tunagrahita disesuaikan dengan
tingkatannya:
• Anak tunagrahita ringan:
(1) dapat mengurus dan membina diri,
(2) dapat bergaul di masyarakat,
(3) dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal kehidupan.

• Anak tunagrahita sedang:


(1) dapat mengurus diri sendiri (makan minum,berpakaian dan membersihakan
badan),
(2) dapat bergaul dengan anggota keluarga dan masyarakat,
(3) dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.

• Anak tunagrahita berat:


(1) dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau kata bila ingin
sesuatu),
(2) dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat,
(3) dapat bergembira (berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV,
menatap mata orang yang berbicara dengannya).
a. Tempat pendidikan anak tunagrahita 
• 1)  Sekolah khusus
• 2)  Kelas jauh
• 3)  Guru kunjung
• 4)  Lembaga perawatan (institusi khusus)

b.  Di sekolah umum dengan sistem integrasi


(terpadu)
1)      Di kelas biasa tanpa kekhususan,
2)      Di kelas biasa dengan  guru konsultan
3)      Di kelas biasa dengan guru kunjung,
4)      Di kelas biasa dengan ruang sumber
5)      Kelas khusus
c.   Di sekolah biasa dengan sistem inklusif
Pada sistem inklusi, anak tunagrahita berada di sekolah
bersama anak biasa selama mengikuti pendidikan dan
memndapat program yang sesuai dengan
kemampuannya.
2. Ciri Khas Pelayanan
1)  Bahasa
2)  Penempatan anak tunagrahita
3)  Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita

3.  Materi
Lebih mengutamakan materi yang mengandung kecepatan
motorik / unsur praktik.
4.  Strategi Pembelajaran
a.      Strategi pengajaran yang diindividualisasikan
b.      Strategi kooperatif
c.       Strategi modifikasi tingkah laku
5.  Media
Diperlukan media khusus seperti: media untuk latihan motorik,
latihan keseimbangan, dan latihan konsentrasi

6.  Sarana
Sarana perlu dimodufikasi sesuai keadaan anak tunagrahita.
7.   Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti: alat terapi wicara, alat
permaianan

8.   Evaluasi
Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan
khusus, diantaranya:
a. Waktu mengadakan evaluasi: dilakukan selama
proses belajar. Dilihat juga bagaimana reaksi anak,
sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.
b. Alat evaluasi: alat yang digunakan untuk menilai
hasil belajar anak tunagrahita sama dengan anak
normal, hanya berbeda pada urutan dan
penggunaan.
c. Kriteria keberhasilan : keberhasilan belajar
dibandingkan dengan kemajuan anak itu sendiri dari
waktu ke waktu.
d. Pencatatan hasil evaluasi: berbentuk kuantitatif dan
kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai