Anda di halaman 1dari 54

Instrument dan Tehnik Pengumpulan Data

Sri Rahayu

fb.us.3575960_2
Pendahuluan

• Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen kunci penelitian.


Keberhasilan dalam pengumpulan data sangat ditentukan oleh
kemampuan peneliti dalam memaknai situasi sosial yang menjadi fokus
penelitian.
• Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya.
• Dalam konteks ini validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik
maupun logikanya.

2
4.4. Instrument Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sebagai perencana,


pelaksana pengumpul data, anaalisis, penafsir, dan pada akhirnya ia sebagai pelapor.
Pengertian peneliti sebagai instrumen cocok, karena ia menjadi segalanya dalam
keseluruhan proses penelitian.

Peneliti sebagai instrumen harus memenuhi persyaratan:


• responsif: responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan
lingkungan. Ia bersifat interaktif terhadap lingkungannya.
4.4. Instrument Penelitian

• Dapat menyesuaikan: sebagai instrumen peneliti harus dapat menyesuaikan pada


keadaan dan situasi pengumpulan data.

• Menekankan keutuhan: manusia sebagai instrumen memanfaatkan imajinasi dan


kreativitasnya dan memandang dunia sebagai suatu keutuhan. Pandangan yang
menekankan keutuhan memberikan kesempatan kepada peneliti memandang
konteksnya di mana ada dunia nyata bagi subjek dan responden dan memberikan
suasana, keadaan, dan perasaan.
4.4. INSTRUMEN PENELITIAN

• Mendasarkan diri pada perluasan pengetahuan: dalam hal-hal tertentu, manusia sebagai
instrumen terdapat kemampuan untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan itu
berdasarkan pengalaman-pengalaman praktisnya.

• Memproses data secepatnya: peneliti harus memproses data secepatnya begitu memperoleh
data.

• Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan: kemampuan untuk


menjelaskan sesuatu yang kurang difahami respoden, memperoleh kejelasan mengenai
berbagai hal, menggali lebih dalam, dan menguji secara silang informasi yang semula
meragukan.
4.4. INSTRUMEN PENELITIAN

• Memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh respon yang tidak lazim: kemampuan


untuk menggali informasi yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula,
yang tidak terduga lebih dahulu, atau tidak lazim terjadi.
4.4. INSTRUMEN PENELITIAN

Ada dua macam instrument bantuan bagi peneliti :


1.Panduan atau pedoman wawancara mendalam. Suatu tulisan singkat
yang berisi daftar informasi yang perlu dikumpulkan.
Daftar ini dapat pula dilengkapi dengan pertanyaan deskriptif dan structural.
Pertanyaan deskriptif dimulai dengan apa, siapa, kapan dan bagaimana.
Pertanyaan structural dimulai dengan mengapa atau apa sebabnya.
2. Alat rekaman.

7
4.5. Metode Pengumpulan Data

• Adalah dimana peneliti menggunakan berbagai metode pencarian data


untuk mendapatkan gambaran dari fenomena yang sedang ditelitinya yaitu
dengan melakukan mis: wawancara, diskusi kelompok terarah,
pengamatan, telaahan dokumen dan semua ini semata dilakukan untuk
memperkuat kesahihan dan memperkecil bias dari data dan informasi yang
diperoleh untuk menjawab fenomena yang sedang diteliti (Wibowo, 2013).

8
4.5. Metode Pengumpulan Data

• Tergantung data atau informasi yang perlu dikumpulkan.


• Acuannya : pertanyaan-pertanyaan penelitian, tujuan-tujuan penelitian, dan
kerangka pemikiran.

9
A. Wawancara

• Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk


mengumpulkan data penelitian.
• Wawancara dapat didefinisikan sebagai proses pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiono, 2009).
• Melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang
terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi.
• Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif
dengan wawancara mendalam.

10
1. Jenis Wawancara

Secara umum wawancara dapat dibagi dalam beberapa jenis wawancara,


antara lain.
a. Wawancara terstruktur
Pada wawancara ini, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya
telah dipersiapkan.
Responden diberi pertanyaan yang sama kemudian pengumpul data
mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape recorder, gambar,
brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara
menjadi lancar.

11
b. Wawancara semi terstruktur
•Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini lebih bebas daripada
wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide–idenya
karena tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka.
c. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan data-datanya. Pedoman wawancara hanya
menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam
wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden (Sugiono, 2009).
12
Diskusi kelompok terarah (Fokus Grup Diskusi)
• Salah satu tujuannya adalah ingin mendapatkan kepastian dari jawaban-
jawaban wawancara mendalam yang kontradiktif atau jawaban yang
membingungkan dan peneliti kesulitan dalam membuat kesimpulannya.
• Karenanya peneliti masuk ke dalam diskusi kelompok terarah untuk
mendapatkan jawaban akhir yang diperoleh secara kelompok.
Tugas peneliti dalam mempersiapkan adalah sbb:
• Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan dalam diskusi
kelompok terarah.
• Membuat skenario diskusi kelompok terarah.
• Menatar asisten tentang tugas-tugasnya dengan tujuan mengurangi beban
tugas peneliti.

13
Diskusi kelompok terarah (Fokus Grup Diskusi)

• Memperkenalkan diri dan asisten kepada peserta diskusi kelompok


terarah.
• Menjelaskan maksud dan tujuan, menguraikan hak dan tugas setiap
peserta diskusi kelmpok terarah, dan bila sudah jelas.
• Membagikan lembar inform consent untuk ditanda tangsi peserta diskusi
kelompok terarah.
• Memimpin dan mengarahkan diskusi kelompok terarah.
• Mencoba menengahi bila ada anggota diskusi yang dominan.
• Mengembalikan diskusi kelompok terarah kearah yang benar bila
dirasakan bahwa diskusi sudah menyimpang dari tujuan.

14
• Mengakhiri dan menutup diskusi dengan ucapan terima kasih.

15
• Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara menurut Patton dalam Molle-
ong, (2002) terdiri atas enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu;
• (1) pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman,
• (2) pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat,
• (3) pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan,
• (4) pertanyaan tentang pengetahuan,
• (5) pertanyaan yang berkaitan dengan indera, dan
• (6) pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

16
• Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan
wawancara agar tidak lupa bahkan hilang.
• Jika menggunakan wawancara terbuka dan tidak berstruktur, peneliti perlu
membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.
• Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap
penting, tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan.
• Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan sehingga
menghasilkan pola dan makna tertentu.
• Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data
lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.

17
2. Faktor yang mempengaruhi wawancara

1) Pewawancara
•Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden
dan dapat merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban
lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya. Apabila semua tugas ini tidak
dapat dilaksanakan menurut semestinya, hasil wawancara akan kurang
bermutu.
2) Responden
•Responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu jawaban
yang diberikan tergantung pada cara dia menangkap isi pertan- yaan
dengan benar dan tepat serta bersedia dan mampu menjawab setiap
pertanyaan dengan baik.

18
3) Topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan
•Topik penelitian atau daftar pertanyaan dapat mempengaruhi kelancaran
dan hasil wawancara, karena kesediaan responden untuk menjawabnya
tergantung pada apakah ia tertarik pada masalah itu atau tidak.
•Kesediaan menjawab itu sering kali juga tergantung pada penilaian
responden apakah topik pembicaraan itu sensitif atau tidak.
•Daftar pertanyaan selain mempengaruhi responden juga akan
mempengaruhi pewawancara. Kadang-kadang ada bagian pertanyaan yang
sangat sulit untuk diungkapkan. Misalnya, pertanyaan yang menyangkut
kehidupan responden yang sangat pribadi sifatnya, seperti kebahagiaan
hidup responden sebagai suami-istri, besarnya pendapatan responden dan
sebagainya.
19
4) Situasi wawancara
•Proses wawancara sangat dipengaruhi situasi wawancara, yaitu situasi
yang muncul karena faktor waktu, tempat, ada tidaknya orang ketiga dan
sikap masyarakat pada umumnya.

20
3. Prosedur wawancara

a. Pewawancara harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang


menyenangkan dan sadar akan fungsinya.
b. Pewawancara hendaklah meminta persetujuan dengan informan
penelitian untuk melakukan wawancara, guna menghindari adanya
permsalahan kedepannya.
c. Pewawancara hendaklah membuat perencanaan yang matang den- gan
informan kapan wawancara akan dilakukan.
• Pada proses selanjutnya pewawancara jangan lupa mengucapkan terima
kasih kepada informan atau responden penelitian. Bersamaan dengan
itu, pewawancara perlu meminta kesediaan informan atau responden
untuk diwawancarai kembali apabila data yang dikumpulkan belum
lengkap.
21
4. Kekuatan dan kelemahan wawancara

a. Flexibility.
Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan
situasi yang dihadapi pada waktu itu.
Bila dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan
probing (menggali/melacak).
Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat
mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika sebuah pertanyaan
dianggap kurang tepat ditanyakan pada waktu itu, dia dapat
menundanya.

22
b.Response rate.
Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik
dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak
mampu menulis atau membaca tetap dapat menjawab pertanyaan, demikian
pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai
mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
c. Nonverbal behavior.
Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, Misalnya rasa suka,
rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada waktu pertanyaan diajukan dan
dijawab oleh responden.

23
d. Control over environment.
Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana wawancara dilakukan,
misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran orang lain. Hal ini
mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
e. Question order.
Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat
memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga dapat menjamin
pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang respondennya tidak
bersedia menjawabnya.

24
f. Spontaneity.
Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal
tertentu jawaban spontan dapat lebih jujur dan informatif, atau kurang
normatif.
g. Respondent alone can answer.
Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah
kita tetapkan.

25
h.Completeness.
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang
diajukan.
i.Time of interview.
Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan,
di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan
penelitian.
j. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan
pertanyaan yang gampang dijawab oleh responden. Melalui wawancara,
dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.

26
Kelemahan dari teknik wawancara adalah;

a. Cost.
Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan
serta pemondokan, imbalan untuk informan, dan lain sebagainya.
b. Time.
Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang informan
hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh
pertanyaan diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan
pengalaman, penelitian yang sampelnya banyak dan secara geografis
berbeda domisilinya, dapat memakan waktu sekitar enam bulan.

27
c. Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan
bertanya dan juga kesalahan menafsirkan jawaban, masih dapat terjadi.
Sering terjadi atribut (macam kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia,
pakaian, penampilan fisik, dsb) informan dan juga pewawancara
mempengaruhi jawaban.
d.Inconvenience. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit
informan mau diwawancarai. Namun, karena telah janji, informan tetap mau
menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami
gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban
berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia,
pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari
pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin
mereka tidak punya waktu atau dapat juga karena mereka takut didatangi
oleh orang asing.
28
e. Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara
informan sukar menyembunyikan identitas dirinya. Artinya pewawancara
dapat dipandang mempunyai potensi yang dapat mengancam dirinya,
sehingga jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika
jawabannya direkam melalui pita perekam.
f. Less standardized question wording.
Pertanyaan sering kali kurang baku. Informan yang berbeda dapat
ditanyakan dengan kalimat yang berbeda bahkan isinya berbeda pula.
Fleksibilitas ternyata dapat merupakan kekuatan namun dapat pula
merupakan kelemahan teknik wawancara.

29
Etika wawancara
• Menghargai responden/informan sebagai layaknya manusia yang
mempunyai segala hak dan keterbatasannya sebagai manusia.
Perlakukakanlah dengan hormat dan sopan (perlakukan mereka sebaik
mungkin).
• Pertemuan pertama kali dengan responden/informan adalah pertemuan
yang paling penting dan paling menentukan. Dimata responden harus
tercipta kesan pertama yang menyenangkan, yang positif sehingga
responden mau dan percaya untuk berpartisipasi dalam penelitian dan
berkontribusi melalui jawaban-jawaban yang diberikannya.
• Selama wawancara hindari percakapan yang menjurus ke arah isu politik.
• Dalam memberikan penjelasan, hindari melakukannya dengan terpaksa
atau terburu-buru dan sesekali tanyakan apakah sudah mengerti.

30
Etika wawancara

• Jenis kelamin pewawancara. Mis; topik tentang kesehatan reproduksi


wanita maka pewawancara sebaiknya wanita.
• Perilaku pewawancara. Pewawancara tidak terkesan sombong.
• Situasi wawancara. Peneliti perlu menyesuaikan diri dengan situasi para
informan.

31
Kiat-kiat melakukan wawancara mendalam

1. Membangun hubungan baik dengan informan.


2. Sabar mendengarkan informan memberikan keterangan.
3. Hargai para informan.
4. Berkonsentrasi mendengarkan keterangan para informan.
5. Melakukan probing
6. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan structural dan pertanyaan yang
mendalami hal-hal.

32
Matrik wawancara dalam penelitian tentang potensi gula kelapa
di Banyumas.

33
B. Observasi

• Observasi atau pengamatan yang cermat dapat dianggap sebagai salah


satu cara penelitian ilmiah yang paling sesuai dengan bidang ilmu sosial
tanpa harus memerlukan biaya yang banyak, sehingga penelitian dapat
dilakukan.
• Menurut Yusuf, (2011) menjelaskan bahwa observasi merupakan
pengamatan yang teliti dan sistematis tentang suatu objek, melalui
observasi seseorang dapat mengetahui tingkah laku dari objek yang
diamati. Lebih lanjut Moleong (1998) menyatakan apa yang diamati harus
diarahkan oleh fokus suatu studi, oleh karena itu dalam penelitian ini hal
yang menjadi fokus pengamatan adalah yang berkaitan. Adapun hal yang
diamati adalah aktivitas. Selanjutnya agar dapat mengingat apa yang telah
diamati membuat peneliti membuat catatan dengan menggunakan kode
tertentu atau simbol dari hasil observasi di lapangan.

34
1. Jenis–jenis Observasi

a. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut
merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang tampak. Bagian dari observasi ini, meliputi:
1)  partisipasi pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut;
2)  partisipasi moderat ialah peneliti dalam mengumpulkan data ikut
observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (ada
keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan menjadi orang luar);

35
• 3)  partisipasi aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh
narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap;
• 4)  partisipasi lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya terh- adap
apa yang dilakukan sumber data.
• Dengan kata lain, pada observasi ini memerlukan suasana yang natural
sehingga peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Observasi ini
memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas kehidupan
yang diteliti.

36
b. Observasi secara terang-terangan atau tersamar
•Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang
kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Pada suatu
saat, peneliti juga tidak terus-terang atau tersamar dalam observasi untuk
mencari data yang bersifat rahasia.
c. Observasi tak berstruktur
•Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Observasi ini dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti
tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, pe- neliti
tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-
rambu pengamatan (Sugiono, 2009).

37
3. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan indra jadi tidak hanya dengan pengamatan
menggunakan mata saja.
Mendengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah
satu bentuk dari observasi. Instrumen yang digunakan dalam
observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.

38
Pengamatan/Observasi

• Tehnik ini cukup sulit sebab membutuhkan perencanaan yang rinci serta
membutuhkan waktu.
• Tehnik ini dipakai bila ingin melihat dan menilai penampilan, kinerja atau
kegiatan yang sedang dilakukan seseorang.
Pada perencanaan perlu dilakukan:
• Berapa orang yang akan diamati
• Kapan waktu mengamati
• Tindakan apa saja yang akan diamati
• Bagaimana cara mengamatinya.
39
Pengamatan

• Berapa lama mengamati setiap orang yang akan diamati

40
2. Manfaat Observasi

• a. peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan


situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh.
• b.peneliti akan memperoleh pengalaman langsung sehingga
memungkinkan menggunakan pendekatan induktif dan tidak dipengaruhi
oleh konsep atau pandangan sebelumnya karena pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan.
• c. peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang
lain khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah
dianggap “biasa” sehingga tidak terungkap dalam wawancara.

41
d. peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah diungkap oleh
responden dalam wawancara karena bersifat sensitif, ingin ditutupi karena
dapat merugikan nama lembaga.
e. peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden
sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi, dan
merasakan situasi sosial yang diteliti.

42
Adapun objek penelitian yang diobservasi dinamakan situasi sosial yang meliputi;
•a) tempat berlangsungnya interaksi, misalnya; di ruang kelas, bengkel kerja, instansi,
•b) pelaku atau orang-orang yang sedang “memainkan” peran tertentu untuk di observasi,
contohnya; orang tua murid, guru, narasumber,
•c) kegiatan yang dilakukan oleh pelaku, misalnya; kegiatan pembelajaran, upacara adat,
musyawarah,
•d) objek yaitu benda-benda yang mendukung observasi di sekitar lingkungan yang sedang
diobservasi,
•e) perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu, rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh
pelaku-pelaku yang diobservasi, urutan kegiatan pada saat melakukan tindakan-tindakan
tertentu, tujuan yang ingin dicapai pada rangkaian aktivitas yang dilakukan.

43
3. Tahapan observasi

a. Observasi deskriptif
•Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti
sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh,
melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Semua data direkam akibatnya hasil observasi disimpulkan dalam keadaan
yang belum tertata (kesimpulan pertama).
b. Observasi terfokus
•Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penyempitan observasi untuk
difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut observasi terfokus
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dap-
at menemukan fokus.

44
c. Observasi terseleksi
•Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya lebih rinci.
•Pada tahap ini, peneliti telah menemukan karakteristik, persamaan atau
perbedaan, kesamaan antarkategori, serta menemukan pola hubungan
antara satu kategori dengan kategori yang lain.

45
Contoh:

Observasi (participant observation)


Teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti
dan informan dalam suatu latar penelitian, yang dilakukan peneliti secara
sitematis tanpa menampakkan diri sebagai peneliti.
Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terus
terang atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan
data menyatakan terus terang kepada sumber data , bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti jugan tidak terus
terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan (Sugiyono,
2010).

46
Indeks Kesepakatan Observasi

2S
KK 
N1  N 2

2 x7
KK   0,7
10  10

Karena indek kesesuaian 


0,6 maka dikatakan hasil
observasi tersebut valid.

47
C. Dokumen

• Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara


memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau
dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya (Sukardi, 2010).
• Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya.
• Bentuk dokumen menurut Haris (2010) dibedakan menjadi dua, yaitu; a)
dokumen pribadi, seperti catatan harian, surat pribadi, dan autobiografi. b)
dokumen resmi berupa: surat keputusan, memo, surat instruksi, dan su-
rat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh instansi.

48
• Penelitian kualitatif lazimnya menggunakan triangulasi dalam teknik
pengumpulan datanya.
• Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiono, 2009).
• Misalnya peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan doku- mentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak (disebut: triangulasi teknik) atau triangulasi sumber yaitu
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama.
• Manfaat pengumpulan data dengan triangulasi untuk mendapatkan data
yang lebih konsisten, tuntas, dan pasti.
49
Sumber Data

• Data primer : hasil wawancara, telaah dokumen dan observasi .


• Data sekunder : dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk melengkapi
jawaban pertanyaan penelitian.

50
Sumber Data

Sumber Perolehan Data Berdasarkan Sumber Informan dan


Metode Pengumpulan Data

Komponen Dalam Penyelenggaraan Sumber Metode


PKRS
INPUT
Komitmen Direksi dan seluruh jajaran Direktur, Kepala Unit, dst W, D, FGD
Tenaga khusus promosi kesehatan Kepala unit, tenaga khusus W, O
PROSES
…………………………….
OUTPUT
………..

51
Format Data Penelitian Kualitatif

Jenis Data wawancara Data Observasi Data Dokumentasi


Data
Sub
Fokus Pertanyaan Penelitian Jenis Kegiatan Jenis Dokumen

1. 1. 1.
1 2. 2. 2.
3. 3. 3.
1. 1. 1.
2 2. 2. 2.
3. 3. 3.
1. 1. 1.
3 2. 2. 2.
3. 3. 3.
Data Lapangan

Data Wawancara Data Observasi Data Dokumentasi


Sub Fokus : Sub Fokus : Sub Fokus :
Informan : Jenis kegiatan : Jenis dokumen :
Tempat wawancara : Tempat kegiatan : Pemberi dokumen
Tanggal wawancara : Tanggal kegiatan : Tanggal penerimaan
dokumen :
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai