Sri Rahayu
fb.us.3575960_2
Pendahuluan
2
4.4. Instrument Penelitian
• Mendasarkan diri pada perluasan pengetahuan: dalam hal-hal tertentu, manusia sebagai
instrumen terdapat kemampuan untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan itu
berdasarkan pengalaman-pengalaman praktisnya.
• Memproses data secepatnya: peneliti harus memproses data secepatnya begitu memperoleh
data.
7
4.5. Metode Pengumpulan Data
8
4.5. Metode Pengumpulan Data
9
A. Wawancara
10
1. Jenis Wawancara
11
b. Wawancara semi terstruktur
•Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini lebih bebas daripada
wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide–idenya
karena tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka.
c. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan data-datanya. Pedoman wawancara hanya
menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam
wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden (Sugiono, 2009).
12
Diskusi kelompok terarah (Fokus Grup Diskusi)
• Salah satu tujuannya adalah ingin mendapatkan kepastian dari jawaban-
jawaban wawancara mendalam yang kontradiktif atau jawaban yang
membingungkan dan peneliti kesulitan dalam membuat kesimpulannya.
• Karenanya peneliti masuk ke dalam diskusi kelompok terarah untuk
mendapatkan jawaban akhir yang diperoleh secara kelompok.
Tugas peneliti dalam mempersiapkan adalah sbb:
• Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan dalam diskusi
kelompok terarah.
• Membuat skenario diskusi kelompok terarah.
• Menatar asisten tentang tugas-tugasnya dengan tujuan mengurangi beban
tugas peneliti.
13
Diskusi kelompok terarah (Fokus Grup Diskusi)
14
• Mengakhiri dan menutup diskusi dengan ucapan terima kasih.
15
• Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara menurut Patton dalam Molle-
ong, (2002) terdiri atas enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu;
• (1) pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman,
• (2) pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat,
• (3) pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan,
• (4) pertanyaan tentang pengetahuan,
• (5) pertanyaan yang berkaitan dengan indera, dan
• (6) pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
16
• Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan
wawancara agar tidak lupa bahkan hilang.
• Jika menggunakan wawancara terbuka dan tidak berstruktur, peneliti perlu
membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.
• Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap
penting, tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan.
• Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan sehingga
menghasilkan pola dan makna tertentu.
• Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data
lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.
17
2. Faktor yang mempengaruhi wawancara
1) Pewawancara
•Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden
dan dapat merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban
lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya. Apabila semua tugas ini tidak
dapat dilaksanakan menurut semestinya, hasil wawancara akan kurang
bermutu.
2) Responden
•Responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu jawaban
yang diberikan tergantung pada cara dia menangkap isi pertan- yaan
dengan benar dan tepat serta bersedia dan mampu menjawab setiap
pertanyaan dengan baik.
18
3) Topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan
•Topik penelitian atau daftar pertanyaan dapat mempengaruhi kelancaran
dan hasil wawancara, karena kesediaan responden untuk menjawabnya
tergantung pada apakah ia tertarik pada masalah itu atau tidak.
•Kesediaan menjawab itu sering kali juga tergantung pada penilaian
responden apakah topik pembicaraan itu sensitif atau tidak.
•Daftar pertanyaan selain mempengaruhi responden juga akan
mempengaruhi pewawancara. Kadang-kadang ada bagian pertanyaan yang
sangat sulit untuk diungkapkan. Misalnya, pertanyaan yang menyangkut
kehidupan responden yang sangat pribadi sifatnya, seperti kebahagiaan
hidup responden sebagai suami-istri, besarnya pendapatan responden dan
sebagainya.
19
4) Situasi wawancara
•Proses wawancara sangat dipengaruhi situasi wawancara, yaitu situasi
yang muncul karena faktor waktu, tempat, ada tidaknya orang ketiga dan
sikap masyarakat pada umumnya.
20
3. Prosedur wawancara
a. Flexibility.
Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan
situasi yang dihadapi pada waktu itu.
Bila dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan
probing (menggali/melacak).
Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat
mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika sebuah pertanyaan
dianggap kurang tepat ditanyakan pada waktu itu, dia dapat
menundanya.
22
b.Response rate.
Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik
dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak
mampu menulis atau membaca tetap dapat menjawab pertanyaan, demikian
pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai
mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
c. Nonverbal behavior.
Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, Misalnya rasa suka,
rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada waktu pertanyaan diajukan dan
dijawab oleh responden.
23
d. Control over environment.
Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana wawancara dilakukan,
misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran orang lain. Hal ini
mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
e. Question order.
Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat
memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga dapat menjamin
pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang respondennya tidak
bersedia menjawabnya.
24
f. Spontaneity.
Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal
tertentu jawaban spontan dapat lebih jujur dan informatif, atau kurang
normatif.
g. Respondent alone can answer.
Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah
kita tetapkan.
25
h.Completeness.
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang
diajukan.
i.Time of interview.
Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan,
di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan
penelitian.
j. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan
pertanyaan yang gampang dijawab oleh responden. Melalui wawancara,
dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
26
Kelemahan dari teknik wawancara adalah;
a. Cost.
Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan
serta pemondokan, imbalan untuk informan, dan lain sebagainya.
b. Time.
Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang informan
hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh
pertanyaan diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan
pengalaman, penelitian yang sampelnya banyak dan secara geografis
berbeda domisilinya, dapat memakan waktu sekitar enam bulan.
27
c. Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan
bertanya dan juga kesalahan menafsirkan jawaban, masih dapat terjadi.
Sering terjadi atribut (macam kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia,
pakaian, penampilan fisik, dsb) informan dan juga pewawancara
mempengaruhi jawaban.
d.Inconvenience. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit
informan mau diwawancarai. Namun, karena telah janji, informan tetap mau
menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami
gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban
berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia,
pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari
pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin
mereka tidak punya waktu atau dapat juga karena mereka takut didatangi
oleh orang asing.
28
e. Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara
informan sukar menyembunyikan identitas dirinya. Artinya pewawancara
dapat dipandang mempunyai potensi yang dapat mengancam dirinya,
sehingga jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika
jawabannya direkam melalui pita perekam.
f. Less standardized question wording.
Pertanyaan sering kali kurang baku. Informan yang berbeda dapat
ditanyakan dengan kalimat yang berbeda bahkan isinya berbeda pula.
Fleksibilitas ternyata dapat merupakan kekuatan namun dapat pula
merupakan kelemahan teknik wawancara.
29
Etika wawancara
• Menghargai responden/informan sebagai layaknya manusia yang
mempunyai segala hak dan keterbatasannya sebagai manusia.
Perlakukakanlah dengan hormat dan sopan (perlakukan mereka sebaik
mungkin).
• Pertemuan pertama kali dengan responden/informan adalah pertemuan
yang paling penting dan paling menentukan. Dimata responden harus
tercipta kesan pertama yang menyenangkan, yang positif sehingga
responden mau dan percaya untuk berpartisipasi dalam penelitian dan
berkontribusi melalui jawaban-jawaban yang diberikannya.
• Selama wawancara hindari percakapan yang menjurus ke arah isu politik.
• Dalam memberikan penjelasan, hindari melakukannya dengan terpaksa
atau terburu-buru dan sesekali tanyakan apakah sudah mengerti.
30
Etika wawancara
31
Kiat-kiat melakukan wawancara mendalam
32
Matrik wawancara dalam penelitian tentang potensi gula kelapa
di Banyumas.
33
B. Observasi
34
1. Jenis–jenis Observasi
a. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut
merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang tampak. Bagian dari observasi ini, meliputi:
1) partisipasi pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut;
2) partisipasi moderat ialah peneliti dalam mengumpulkan data ikut
observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (ada
keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan menjadi orang luar);
35
• 3) partisipasi aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh
narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap;
• 4) partisipasi lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya terh- adap
apa yang dilakukan sumber data.
• Dengan kata lain, pada observasi ini memerlukan suasana yang natural
sehingga peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Observasi ini
memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas kehidupan
yang diteliti.
36
b. Observasi secara terang-terangan atau tersamar
•Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang
kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Pada suatu
saat, peneliti juga tidak terus-terang atau tersamar dalam observasi untuk
mencari data yang bersifat rahasia.
c. Observasi tak berstruktur
•Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Observasi ini dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti
tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, pe- neliti
tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-
rambu pengamatan (Sugiono, 2009).
37
3. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan indra jadi tidak hanya dengan pengamatan
menggunakan mata saja.
Mendengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah
satu bentuk dari observasi. Instrumen yang digunakan dalam
observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.
38
Pengamatan/Observasi
• Tehnik ini cukup sulit sebab membutuhkan perencanaan yang rinci serta
membutuhkan waktu.
• Tehnik ini dipakai bila ingin melihat dan menilai penampilan, kinerja atau
kegiatan yang sedang dilakukan seseorang.
Pada perencanaan perlu dilakukan:
• Berapa orang yang akan diamati
• Kapan waktu mengamati
• Tindakan apa saja yang akan diamati
• Bagaimana cara mengamatinya.
39
Pengamatan
40
2. Manfaat Observasi
41
d. peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah diungkap oleh
responden dalam wawancara karena bersifat sensitif, ingin ditutupi karena
dapat merugikan nama lembaga.
e. peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden
sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi, dan
merasakan situasi sosial yang diteliti.
42
Adapun objek penelitian yang diobservasi dinamakan situasi sosial yang meliputi;
•a) tempat berlangsungnya interaksi, misalnya; di ruang kelas, bengkel kerja, instansi,
•b) pelaku atau orang-orang yang sedang “memainkan” peran tertentu untuk di observasi,
contohnya; orang tua murid, guru, narasumber,
•c) kegiatan yang dilakukan oleh pelaku, misalnya; kegiatan pembelajaran, upacara adat,
musyawarah,
•d) objek yaitu benda-benda yang mendukung observasi di sekitar lingkungan yang sedang
diobservasi,
•e) perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu, rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh
pelaku-pelaku yang diobservasi, urutan kegiatan pada saat melakukan tindakan-tindakan
tertentu, tujuan yang ingin dicapai pada rangkaian aktivitas yang dilakukan.
43
3. Tahapan observasi
a. Observasi deskriptif
•Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti
sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh,
melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Semua data direkam akibatnya hasil observasi disimpulkan dalam keadaan
yang belum tertata (kesimpulan pertama).
b. Observasi terfokus
•Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penyempitan observasi untuk
difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut observasi terfokus
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dap-
at menemukan fokus.
44
c. Observasi terseleksi
•Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya lebih rinci.
•Pada tahap ini, peneliti telah menemukan karakteristik, persamaan atau
perbedaan, kesamaan antarkategori, serta menemukan pola hubungan
antara satu kategori dengan kategori yang lain.
45
Contoh:
46
Indeks Kesepakatan Observasi
2S
KK
N1 N 2
2 x7
KK 0,7
10 10
47
C. Dokumen
48
• Penelitian kualitatif lazimnya menggunakan triangulasi dalam teknik
pengumpulan datanya.
• Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiono, 2009).
• Misalnya peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan doku- mentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak (disebut: triangulasi teknik) atau triangulasi sumber yaitu
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama.
• Manfaat pengumpulan data dengan triangulasi untuk mendapatkan data
yang lebih konsisten, tuntas, dan pasti.
49
Sumber Data
50
Sumber Data
51
Format Data Penelitian Kualitatif
1. 1. 1.
1 2. 2. 2.
3. 3. 3.
1. 1. 1.
2 2. 2. 2.
3. 3. 3.
1. 1. 1.
3 2. 2. 2.
3. 3. 3.
Data Lapangan