Anda di halaman 1dari 9

T

IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

DETERMINAN TIDAK LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KELURAHAN CILILITAN JAKARTA TIMUR

Mella Yuria R.A.1*, Legina Anggraeni2,


1,2,3
Universitas Binawan
*
Email: mella@binawan.ac.id, 08161647841

ABSTRAK
Masa balita merupakan golden age (periode keemasan) dalam proses tumbuh kembang
manusia, perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Data prevelensi anak balita
stunting yang dikumpulkan WHO tahun 2018 menyebutkan Indonesia termasuk negara ke
tiga dengan prevelensi tertinggi di South-East Asian Region yaitu sebesar 36,4% . Tahun
2017, prevalensi gizi buruk akibat stunting (anak kerdil) pada usia 0-59 bulan (TB/U) di
Provinsi DKI Jakarta mencapai 22,7% dengan kasus tertinggi kedua di Jakarta Timur
(25,7%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan tidak langsung yang
mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskemas
Kelurahan Cililitan Jakarta Timur. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi sebanyak 52 balita dan sampel sebanyak 50 balita. Teknik sampling
adalah purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan
α 95 % dan uji statistik chi-square test. Hasil penelitian ada hubungan yang bermakna antara
antara pola asuh orang tua (p 0.000) serta pengetahuan ibu (p 0.000) dengan kejadian
stunting. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang
gizi dan pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita 24-59 bulan.
Kata Kunci: Determinan tidak langsung; stunting; balita

ABSTRACT
Toddler period is the golden age (golden period) in the process of human growth and
development, the development and growth of that period determines the success of children's
growth and development in the next period. The data on the prevalence of stunting among
children under five years of age collected by WHO in 2018 states that Indonesia is the third
country with the highest prevalence in the South-East Asian Region, which is 36.4%. In 2017,
the prevalence of malnutrition due to stunting (stunted children) at the age of 0-59 months
(TB / U) in DKI Jakarta Province reached 22.7% with the second highest case in East
Jakarta (25.7%). This study aims to determine the indirect determinants that affect the
incidence of stunting in children aged 24-59 months in the Work Area of the Puskemas,
Cililitan Village, East Jakarta. This type of research is an analytic survey with a cross
sectional approach. The population was 52 toddlers and a sample of 50 toddlers. The
sampling technique is purposive sampling. Data analysis used univariate and bivariate
analysis with α 95% and statistical test chi-square test. The results showed a significant
relationship between parenting styles (p 0.000) and maternal knowledge (p 0.000) with the
incidence of stunting. Based on the research above, it can be concluded that the knowledge of

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 577


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

mothers about nutrition and parenting patterns has an effect on the incidence of stunting in
toddlers 24-59 months.
Keywords: Indirect determinants; stunting; toddler

PENDAHULUAN sumber daya manusia yang berkualitas.


Masa balita merupakan golden age
Menurut Ema W, Utami dkk. (periode keemasan) yaitu periode
(2017) bahwa bangsa maju adalah penting dalam proses tumbuh kembang
bangsa yang akan tercapai dengan manusia, perkembangan dan
tersedianya sumber daya manusia yang pertumbuhan dimasa itu menjadi
berkualitas. Dimana manusia berkualitas penentu keberhasilan pertumbuhan dan
tidak terlepas dari awal pembentukan di perkembangan anak di periode
dalam kandungan. Hal ini didsarkan selanjutnya.
pada pertimbangan bahwa anak yang Menurut TNP2K.(2017) stunting
sehat akan menghasilkan manusia yang adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
berkualitas. Oleh sebab itu, kesehatan balita (bayi di bawah lima tahun) akibat
anak penting diperhatikan sejak dini, dari kekurangan gizi kronis sehingga
yaitu ketika anak masih berada pada anak terlalu pendek untuk usianya.
masa yang disebut “Window of Stunting pada balita perlu menjadi
Opportunity” atau masa emas perhatian khusus karena dapat
pertumbuhan anak yang berlangsung menghambat perkembangan fisik dan
selama anak masih berada didalam mental anak. Stunting berkaitan dengan
kandungan hingga berusia dua tahun. peningkatan risiko kesakitan dan
Hal ini turut disebutkan dalam slogan kematian serta terhambatnya
“1000 days can shape a child’s future”. pertumbuhan kemampuan motorik dan
Susilowati dan Kuspriyanto (2016) mental. Berdasarkan The state of the
dalam bukunnya menyatakan bahwa world’s children (2013) Balita yang
balita merupakan istilah yang berasal mengalami stunting memiliki risiko
dari kependekan kata bawah lima tahun. terjadinya penurunan kemampuan
Istilah ini cukup populer dalam program intelektual, produktivitas, dan
kesehatan. Balita merupakan kelompok peningkatan risiko penyakit degeneratif
usia tersendiri yang menjadi sasaran di masa mendatang.6 Menurut World
program Kesehatan Ibu dan Anak Health Organization. 2012 WHO dalam
(KIA). Rentang usia balita dimulai dari World Health Assembly mencanangkan
satu sampai dengan lima tahun, atau Global Nutrition Targets yang salah
biasa digunakan perhitungan bulan, satunya adalah penurunan angka
yaitu usia 12-60 bulan. Ada juga yang stunting sebesar 40% pada tahun 2025.
menyebutnya dengan periode usia Penelitian Rachim, Annisa Nailis
prasekolah atau toddler. Fathia &, Pratiwi Rina (2017) stunting
Ramlah (2014) mengatakan bahwa memiliki beberapa faktor-faktor yang
masa balita adalah masa yang sangat dapat mempengaruhi yaitu dibedakan
penting dalam upaya menciptakan menjadi empat faktor utama, berupa

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 578


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

faktor maternal dan lingkungan, faktor perkembangan anak, dengan dampak


tidak adekuatnya complementary negatif yang akan berlangsung dalam
feeding, faktor hambatan dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan
pemberian ASI, dan faktor infeksi. intelektual, rentan terhadap penyakit
Tidak adekuatnya complementary tidak menular, penurunan produktivitas
feeding adalah keragaman makanan hingga menyebabkan kemiskinan dan
khususnya pangan yang bersumber dari risiko melahirkan bayi dengan berat
pangan hewani yang termasuk di dalam lahir rendah.
beberapa faktor yang mempengaruhi
stunting. Menurut Pusat Data dan
Berdasarkan data Dinkes Provinsi Informasi, Kementerian Kesehatan RI
DKI Jakarta Tahun 2018 tentang profil Tahun 2018, dampak yang ditimbulkan
kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun stunting yaitu peningkatan kejadian
2017 kasus stunting pada anak balita kesakitan dan kematian, perkembangan
masih menjadi masalah kesehatan yang kognitif, motorik, dan verbal pada anak
perlu di waspadai di Indonesia, data tidak optimal, peningkatan biaya
prevelensi anak balita stunting yang kesehatan, postur tubuh yang tidak
dikumpulkan WHO (World Health optimal saat dewasa (lebih pendek
Organization) tahun 2018 menyebutkan dibandingkan pada umumnya),
bahwa Indonesia termasuk negara ke meningkatnya resiko obesitas dan
tiga dengan prevelensi tertinggi di penyakit lainnya, menurunnya kesehatan
South-East Asian Region setelah Timor reproduksi, kapasitas belajar dan
Leste (50,5%) dan India (38,4%) yaitu performa yang kurang optimal saat masa
sebesar 36,4% . Pada tahun 2017 22,2% sekolah, serta produktivitas dan
atau sekitar 150,8 juta balita di dunia kapasitas kerja yang tidak optimal.
mengalami stunting, 55% berasal dari Menurut Eka Kusuma (2013) dalam
Asia dan sepertiganya tinggal di Afrika Ningrum, Eka Wahyu & Utami, Tin
terdapat 39%. Tahun 2017, prevalensi (2018), komplikasi dari stunting dapat
gizi buruk akibat stunting (anak kerdil) menghambat perkembangan fisik dan
pada usia 0-59 bulan (TB/U) di Provinsi mental anak, risiko kesakitan dan
DKI Jakarta mencapai 22,7% dengan kematian, terhambatnya pertumbuhan
kasus tertinggi di Jakarta Pusat (29,2%) kemampuan motorik dan mental,
dan tertinggi kedua di Jakarta Timur penurunan kemampuan intelektual,
(25,7%). produktivitas, dan peningkatan risiko
Menurut Kurniasih (2010) masa penyakit degeneratif di masa
balita merupakan periode yang sangat mendatang.
peka terhadap lingkungan sehingga Dari beberapa penjelasan latar
diperlukan perhatian lebih terutama belakang didapati sebuah permasalahan
kecukupan gizinya. Berdasarkan data yang terjadi di Jakarta timur dengan
UNICEF. (2012). dan WHO. (2010) terjadinya stunting balita usia 24-59
bahwa masalah gizi terutama stunting bulan dikarenakan berbagai aspek
pada balita dapat menghambat kekurangan baik penyebab langsung

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 579


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

ataupun penyebab tidak langsung seperti primer dengan menggunakan lembar


pola asuh orang tua dan pengetahuan ibu kuesioner dari setiap responden
tentang stunting. dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun
Penelitian ini bertujuan untuk 2020. Studi penelitian ini merupakan
mengetahui determinan tidak langsung penelitian survey analitik dengan
yang mempengaruhi kejadian stunting pendekatan cross sectional. Populasi
pada balita usia 24-59 bulan di wilayah dalam penelitian ini adalah ibu yang
kerja Puskesmas Kelurahan Cililitan memiliki balita usia 24-59 bulan .
Jakarta Timur. Sampel pada penelitian diperoleh secara
purposive sampling dimana yang
BAHAN DAN METODE menjadi sampelnya adalah ibu yang
memiliki Balita usia 24-59 bulan
Penelitian ini dilakukan untuk berdasarkan kriteria penelitian diperoleh
mengetahui determinan tidak langsung sampel sebanyak 50 balita. Analisis data
yang mempengaruhi kejadian stunting menggunakan analisis univariat dan
pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah bivariat dengan α 95 % dan uji statistik
Kerja Puskesmas Kelurahan Cililitan yang digunakan adalah chi-square test.
Jakarta Timur Tahun 2020.
Pengumpulan data menggunakan data
HASIL PENELITIAN

< 150 cm 8 16
Karakteristik responden penelitian
berdasarkan tinggi badan ibu, pola asuh Pola Asuh
orang tua, pengetahuan ibu dan riwayat Baik 6 12
kadar Hemoglobin ibu saat hamil.
Kurang Baik 44 88
Tabel 1
Pengetahun Ibu
Distribusi Frekuensi Ibu tentang gizi
Yang Memiliki Balita 24-59 Bulan Baik 38 76
Kurang baik 12 24
Frekuen Persentas
Variabel si e
Riwayat Kadar
(N) (%) Hb Ibu
Tinggi Badan Tidak Anemia 38 76
Ibu
Anemia 12 24
> 150 cm 42 84

Berdasarkan Tabel. 1 karakteristik berdasarkan tinggi badan ibu sebagian


responden ibu yang memiliki balita 24- besar ibu dengan tinggi badan > 150 cm
59 bulan di atas dapat diketahui bahwa yaitu sebanyak 42 orang (84,0%), dan
distribusi frekuensi responden ibu dengan tinggi badan < 150 cm yaitu

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 580


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

sebanyak 8 orang (16,0%), berdasarkan memiliki pengetahuan tentang gizi Baik


Pola Asuh mayoritas ibu memiliki pola yaitu sebanyak 38 orang (76,0%).
asuh kurang baik sebesar 44 orang Sedangkan berdasarkan riwayat kadar
(88,0%) sedangkan ibu yang memiliki Hemoglobin ibu saat hamil yang
pola asuh baik sebanyak 6 orang memiliki riwayat anemia yaitu sebanyak
(12,0%). Berdasarkan pengetahuan 12 orang (24,0%) dan yang memiiki
tentang gizi kurang baik sebanyak 12 kadar hemoglobin yang normal yaitu
orang (24,0%) dan responden yang sebanyak 38 orang (76,0%).
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
Tabel 2 diketahui bahwa distribusi frekuensi
Distribusi Frekuensi Kejadian responden berdasarkan kategori kejadian
Stunting Stunting sebanyak 6 balita (12%).
Pada Balita 24-59 Bulan

Variabel Frekuensi Persentase


(N) (%)
Normal 44 88
Stunting 6 12

Tabel 3
Hasil Uji Hubunngan Variabel dengan Kejadian
Stunting Pada Balita 24 - 59 bulan

Stunting
Variabel Normal Stunting Nilai p
N % N %
Pola Asuh
Baik 2 33,3 4 66,7
Kurang Baik 42 95,5 2 4,5 0,000
Total 44 88 6 12
Pengetahuan Ibu
Baik 37 97,4 1 2,6
0,000
Kurang Baik 7 58,3 5 41,7

Berdasarkan tabel.3 diatas dapat kurang baik sebanyak 42 balita


diketahui bahwa proporsi balita yang (95,5%)..
memiliki tinggi badan normal lebih Hasil analisis uji Chi-Square hubungan
banyak pada ibu yang pola asuhnya antara pola asuh orang tua dengan

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 581


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

kejadian stunting menunjukkan bahwa uji Chi-Square hubungan antara


nilai p yaitu 0,000 sehingga nilai a pengetahuan ibu tentang gizi dengan
<0,05. Maka, dapat diambil kesimpulan kejadian stunting menunjukkan bahwa
bahwa secara uji statistik ada hubungan nilai signifikansi yaitu nilai p 0,000
yang signifikan antara pola asuh orang sehingga nilai a < 0,05. Maka, dapat
tua dengan kejadian stunting. diambil kesimpulan bahwa secara uji
Data di atas juga menunjukkan bahwa statistik ada hubungan antara antara
ibu dengan pengetahuan kurang baik pengetahuan ibu tentang gizi dengan
memiliki balita dengan stunting kejadian stunting.
sebanyak 5 balita (41,7%). Hasil analisis

PEMBAHASAN dengan kejadian stunting menunjukkan


ada hubungan yang signifikan antara
Stunting (kerdil) adalah kondisi Pola Asuh orang tua dengan kejadian
dimana balita memiliki panjang atau stunting, hal ini sejalan dengan hasil
tinggi badan yang kurang jika penelitian Aramico, Basri, dkk., 2013,
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini terdapat hubungan bahwa kategori pola
diukur dengan panjang atau tinggi badan asuh kurang baik berisiko 8,07 kali lebih
yang lebih dari minus dua standar besar dibandingkan dengan pola asuh
deviasi median standar pertumbuhan baik, masing-masing dengan persentase
anak dari WHO. Balita stunting status gizi stunting 53% dan 12,3%.
termasuk masalah gizi kronik yang Hasil uji statistik chi-square
disebabkan oleh banyak faktor seperti menunjukkan ada hubungan yang
kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat signifikan antara pola asuh dengan
hamil, kesakitan pada bayi, dan status gizi stunting (p<0,001).
kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita Ibu dengan pola asuh yang baik
stunting di masa yang akan datang dapat akan cenderung memiliki anak dengan
mengalami kesulitan dalam mencapai status gizi yang baik pula, begitu juga
perkembangan fisik dan kognitif yang sebaliknya, ibu dengan pola asuh gizi
optimal (Pusdatin, Kemenkes RI, 2018). yang kurang cenderung memiliki anak
Pola asuh orang tua adalah dengan status gizi yang kurang pula
perilaku orang tua dalam mengasuh (Virdani, 2012). Menurut Renyoet,
balita. Pola asuh orang tua merupakan Brigitte Sarah, dkk (2013) ibu yang
salah satu masalah yang dapat memberikan perhatian dan dukungan
mempengaruhi terjadinya stunting pada terhadap anak dalam hal ini akan
balita. Pola asuh orang tua yang kurang memberikan dampak positif pada
atau rendah memiliki peluang lebih keadaan status gizi anak.
besar anak terkena stunting Faktor pola asuh yang tidak baik
dibandingkan orang tua dengan pola dalam keluarga merupakan salah satu
asuh baik (Aramico, dkk, 2013). penyebab timbulnya permasalahan
Hasil analisis uji Chi-Square gizi.Pola asuh meliputi kemampuan
hubungan antara Pola Asuh orang tua keluarga untuk menyediakan waktu,

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 582


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

perhatian dan dukungan dalam pemilihan dan pengolahan pangan


memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sehingga dapat diharapkan asupan
sosial dari anak yang sedang tumbuh makanannya lebih terjamin, baik dalam
dalam keluarga. Pola asuh terhadap anak menggunakan alokasi pendapatan rumah
dimanifestasikan dalam beberapa hal tangga untuk memilih pangan yang baik
berupa pemberian ASI dan makanan dan mampu memperhatikan gizi
pendamping,rangsangan psikososial, yangbaik untuk anak dan
praktek kebersihan/hygiene dan sanitasi keluarganya(Ismanto dkk,
lingkungan, perawatan anak dalam 2012).Pengetahuan gizi ibu yang kurang
keadaan sakit berupa praktek kesehatan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor
di rumah dan pola pencarian pelayanan diantaranya faktor pendidikan, dan sikap
kesehatan. Kebiasaan yang ada di dalam kurang peduli atau ketidakingin tahuan
keluarga berupa praktik pemberian ibu tentang gizi, sehingga hal ini akan
makan, rangsangan psikososial, praktik berdampak pada tumbuh kembang anak
kebersihan/hygiene, sanitasi lingkungan balitanya yang akan mengalami
dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gangguan pertumbuhan seperti halnya
mempunyai hubungan yang signifikan stunting (Zainudin,2014).
dengan kejadian stunting anak usia 24 –
59 bulan.(Rahmayana,2014) KESIMPULAN DAN SARAN
.Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
nilai p 0,000 maka, dapat diambil Sebagian besar orang tua memiliki
kesimpulan bahwa secara uji statistik pola asuh yang kurang baik dan hanya
ada hubungan antara antara pengetahuan sebagian kecil saja ibu yang tidak
ibu tentang gizi dengan kejadian memiliki pengetahuan yang kurang baik
stunting. Hal ini sejalan dengan hasil tentang gizi. Pola Asuh orang tua dan
penelitian yang di lakukan oleh Yuni pengetahuan gizi ibu merupakan
Prihatin, Ariudiyono, dan Nisa detrminan tidak langsung yang
Kusariana (2020) dapat diketahui bahwa mempengaruhi kejadian stunting pada
proporsi balita yang mengalami stunting balita 24-59 bulan. Perlu adanya
dengan ibu yang memiliki pengetahun program yang terintegrasi dan
gizi yang kurang sebesar 52,3%, dan multisektoral untuk meningkatkan
proporsi balita stunting dengan ibu yang pengetahuan gizi ibu dalam rangka
memiliki pengetahuan gizi yang baik menanggulangi kejadian stunting pada
sebesar 16,9%. Hasil uji statistik balita. Selain itu juga upaya Perbaikan
diperoleh p-value sebesar 0,000 permasalahan gizi dengan
(p≤0,05). pemberdayaan masyarakat dapat
Pengetahuan gizi ibu merupakan digunakan dalam upaya preventif dan
salah satu faktor yang menentukan promotif dengan merubah kebiasaan
konsumsi pangan seseorang. Orang yang keluarga dalam meningkatkan status gizi
mempunyai pengetahuan gizi yang baik dengan mengenali kebiasaan positif ibu
akan mempunyai kemampuan untuk balita dan mampu menyebarkan
menerapkan pengetahuan gizi dalam

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 583


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

kebiasaan positif tersebut pada ibu balita Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil
lainnya Kesehatan Indonesia 2017.
Jakarta: Kemenkes RI.
http://www.depkes.go.id/resource
DAFTAR PUSTAKA s/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-
Aramico, dkk. 2013. Hubungan Sosial
Kesehatan-Indonesia-tahun-
Ekonomi, Pola Asuh, Pola Makan
2017.pdf Diakses pada tanggal
dengan Stunting pada Siswa
15 Nopember 2020
Sekolah Dasar di Kecamatan Lut
Kurniasih dkk. (2010). Sehat dan bugar
Tawar, Kabupaten Aceh
berkat gizi seimbang. Jakarta:
Tengah.Aceh Tengah.
Gramedia.
Dinkes Provinsi DKI Jakarta,2018,Profil
Ningrum, Ema Wahyu & Utami,
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Tin.(2015).Hubungan antara
2017
status gizi stunting dan
Ema W, Utami dkk. 2017. Hubungan
perkembangan balita usia 12-59
antara status gizi stunting dan
bulan. STIKes Harapan Bangsa
perkembangan balita, Jurnal
Purwokerto.
Bidan Prada
Ni mah, K & Nadhiroh S.H (2014)
Hidayat A.N, Ismawati.2020. Faktor-
Faktor Yang Berhubungan
Faktor Kejadian Stunting Pada
dengan kejadian stunting pada
Balita Di Wilayah Kerja UPT
balita. FKM UNAIR, Surabaya
Puskesmas Kramatwatu
Kabupaten Serang, Jurnal
Purwandini K, Kartasurya M. Pengaruh
BIMTAS Volume: 3, Nomor 1 E-
pemberian mikronutrient sprinkle
ISSN: 2622-075X FIKes-
terhadap perkembangan motorik
Universitas Muhammadiyah
anak stunting usia 12-36 bulan.
Tasikmalaya
Journal of Nutrition College
Ismanto dkk, 2012, Hubungan
2013; 2(1): p.147-163.
Pengetahuan Orang TuaTentang
Rachim, Annisa Nailis Fathia &, Pratiwi
Gizi Dengan stunting Pada Anak
Rina (2017). Hubungan
Usia 4-5 tahun di TK Malaekat
Konsumsi Ikan Terhadap
Pelindung Manado
Kejadian Stunting Pada Anak
http://download.portalgaruda.org/
Usia 2-5 Tahun (Vol. 6, No. 1,
article.php?article=172688&val=
Januari 2017 : 36-45). Jurnal
5798&title=hubungan-
Kedokteran Diponegoro.
pengetahuan-orang-tua-tentang-
Rahmayana.(2014). Hubungan Pola
gizi-dengan-stunting-pada-anak-
Asuh Ibu dengan Kejadian
usia4sampai5tahun-di-tk-
Stunting Anak Usia 24-59 bulan
malaekat-pelindung-manado
di Posyandu Asoka II Wilayah
Diakses pada tanggal 16
Pesisir Kelurahan Barombong
Nopember 2020
Kecamatan Tamalate Kota

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 584


T
IN
GG
I ILM
U
K
E
SEMINAR NASIONAL SYEDZA SAINTIKA ISSN :2775-3530
“Kebijakan Strategi dan Penatalaksanaan Penanggulangan Covid di Indonesia”

S
EH
A
S EKO L

AT A N
Web: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/PSNSYS
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Oral Presentasi

Makasar Tahun 2014 Al Sihah : Puskesmas Kalirungkut


Public Health Science Journal. Kelurahan Kalirungkut Kota
2014;6(2) : 424-436. Surabaya (). Universitas
Ramlah.(2014). Gambaran tingkat Airlangga, Surabaya.
pengetahuan ibu menyusui WHO. (2010). Nutrition landscape
tentang stunting pada balita di information system (NLIS)
Puskesmas Antang Makassar country profile
tahun 2014. UIN Alauddin indicators:Interpretation guide.
Makassar. Geneva: World Health
Renyoet, Brigitte Sarah, dkk. 2013. Organization.
Hubungan Pola Asuh dengan World Health Organization. Global
Kejadian Stunting Anak Usia 6- nutrition targets 2025: stunting
23 Bulan di Wilayah Pesisir policy brief. Geneva [Internet];
Kecamatan Tallo Kota Makasar. 2012.100
Makasar : Universitas Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Hasanuddin. Intervensi Anak Kerdil
RISKESDAS. 2018., Laporan Hasil (Stunting). Jakarta Pusat.
Riset Kesehatan Dasar Nasional World Health Organization. Global
Tahun 2018. Jakarta: nutrition targets 2025: stunting
Balitbangkes Depkes RI policy brief. Geneva [Internet];
Susilowati dan Kuspriyanto.Gizi dalam 2012. Available from:
daur kehidupan.Bandung: Refika http://www.who.int/nutrition/topi
Aditama.2016. cs/globaltargets_stunting_policyb
The state of the world’s children 2013. rief.pdf. Diakses pada 20
Children with disabilities Nopember 2020
[Internet]. New York: United Zainudin Asniwati. 2014.Teknologi
Nations Children’s Fund;2013. Pangan, CV idea
http://www.unicef.org.uk/Documents/Pu sejahtera,Yogyakarta
blication-pdfs/sowc-2013-
children-with-
disabilities.pdfDiakses pada
tanggal 18 Nopember 2020
TNP2K.(2017).100 Kabupaten/Kota
Prioritas untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting). Jakarta Pusat.
UNICEF. (2012). Ringkasan kajian gizi
Oktober2012. Jakarta: UNICEF
Indonesia
Virdani, A. S., (2012). Hubungan
Antara Pola Asuh Terhadap
Status Gizi Balita Usia 12-59
Bulan di Wilayah Kerja

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika 585

Anda mungkin juga menyukai