Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI ANGKA
KEJADIAN STUNTING PADA
BALITA USIA 0-59 BULAN DI
ENREKANG

O L E H : K E P E R A W ATA N S E M E S T E R V I I
Stunting merupakan ancaman utama
terhadap kualitas manusia
Indonesia, juga ancaman terhadap
STUNTING kemampuan daya saing bangsa. Hal
ini dikarenakan anak stunted, bukan
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan
hanya terganggu pertumbuhan
linear yang disebabkan karena adanya malnutrisi fisiknya (bertubuh pendek/kerdil)
asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi saja, melainkan juga terganggu
perkembangan otaknya, yang mana
kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan
tentu akan sangat mempengaruhi
nilai panjang atau tinggi badan menurut usia kemampuan dan prestasi di sekolah,
kurang dari minus 2 standar deviasi median produktivitas dan kreativitas di usia-
usia produktif. (Sulistyawati, 2019)
standar pertumbuhan anak WHO. (Kementerian
kesehatan RI, 2018).

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada


balita merupakan hal yang perlu ditangani dengan
serius karena akan memberikan dampak terhadap
anak ketika dewasa. (Sulistyawati, 2019)

2
Perkembangan merupakan hasil
Pertumbuhan mempunyai ciri- ciri khusus, yaitu
interaksi kematangan susunan saraf
perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya
pusat dengan organ yang
ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru.
Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai dipengaruhinya. Perkembangan fase
kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok awal meliputi beberapa aspek
umur dan masing-masing organ juga mempunyai kemampuan fungsional, yaitu
pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 kognitif, motorik, emosi, sosial, dan
periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin,
bahasa. Perkembangan pada fase
masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas. Proses
awal ini akan menentukan
perkembangan terjadi secara simultan dengan
perkembangan fase selanjutnya.
pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi.(Sulistyawati,
Kekurangan pada salah satu aspek

2019) perkembangan dapat mempengaruhi


aspek lainnya. (Soetjiningsih, 1998;
Tanuwijaya, 2003)

3
Balita stunting termasuk
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) masalah gizi kronik yang disebabkan
oleh banyak faktor seperti kondisi
2017 menunjukkan prevalensi balita stunting di
sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
Indonesia meningkat, yakni 29,6% di atas batasan kesakitan pada bayi dan kurangnya
yang ditetapkan WHO, yaitu 20% (Kementerian asupan gizi pada bayi. Hal tersebut
mempengaruhi perkembangan fisik
kesehatan RI, 2017). Sebelumnya pada tahun 2016
dan kognitif balita menjadi kurang
prevalensi balita stunting di indonesia hanya 27,5%. optimal. (Badan Pusat Statistik,
2017)
(Kementerian kesehatan RI, 2017) Selain itu, Pola asuh memiliki
peranan yang penting agar
terwujudnya pertumbuhan anak
yang optimal. Pola asuh adalah
penyebab tidak langsung dari
kejadian stunting dan apabila tidak
dilaksanakan dengan baik dapat
menjadi penyebab langsung dari
kejadian stunting.

4
Click icon to add picture
Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan di
Provinsi Sulawesi Selatan daerah dengan prevalensi
tertinggi adalah daerah Enrekang. Data balita
dengan status gizi stunting di Kabupaten Enrekang
mencapai 24,5 % atau 3.771 jiwa dari total 15.405
balita yang ada di Kabupaten Enrekang. Dengan 4
kecamatan terbanyak stunting di Kabupaten
Enrekang adalah Buntu Batu 44,3%, Baraka 42,9 %,
Malua 35,5 % dan Maiwa 30,6%. Sementara Desa
Bone-Bone yang terletak di Kecamatan Baraka
merupakan daerah paling banyak balita penderita
stunting yang mencapai 61,29 %. Data tersebut
berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG)
tahun 2018 yang dilakukan seluruh Puskesmas di
Kabupaten Enrekang.

5
Menurut Kabid Kesmas Dinkes
JENIS PENELITIAN Enrekang, Hadariah, penyebab
 Jenis penelitian ini merupakan penelitian utama besarnya balita penderita
stunting lantaran kekurangan gizi
kuantitatif dengan rancangan penelitian kronik mulai dari hamil sampai dua
korelasional yaitu untuk menganalisis hubungan tahun terakhir atau 1000 hari
variabel bebas dangan variabel terikat. pertama kehidupan. Selain itu,
masih kurangnya pemahaman orang
Sampel dalam penelitian ini adalah balita usia 0- tua terhadap pola asuh anak
khususnya dalam hal pemberian
59 Bulan dengan ibu sebagai responden
asupan gizi.
Pengumpulan data di lakukan di kabupaten Maka dari itu diperlukan riset
untuk mengetahui faktor-faktor apa
enrekang dengan menggunakan lembar kuesioner
saja yang paling mempengaruhi
Analisis data dilakukan dengan Chi square angka kejadian stunting ini di daerah
enrekang setelah mengetahui
bahwa enrekang merupakan daerah
tertinggi prevalensi stuntingnya di
sulawesi selatan.

6
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai