Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Dini Widianti, MKK., DipIDK.
umur. Kondisi ini diukur dengan gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi dalam negara ketiga dengan
sosial ekonomi, gizi ibu saat prevalensi tertinggi di regional
hamil, kesakitan pada bayi, dan Asia Tenggara/South-East Asia
kurangnya asupan gizi pada bayi. Regional (SEAR). Rata-rata
Balita stunting di masa yang prevalensi balita stunting di
akan datang akan mengalami Indonesia tahun 2005-2017
kesulitan dalam mencapai adalah 36,4%.
perkembangan fisik dan kognitif Kejadian balita stunting
yang optimal. (pendek) merupakan masalah
Kejadian balita pendek gizi utama yang dihadapi
ataubiasa disebut dengan Indonesia. Berdasarkan data
stunting merupakan salah satu Pemantauan Status Gizi (PSG)
masalahgizi yang dialami oleh selama tiga tahun terakhir,
balita didunia saat ini. Pada pendek memiliki prevalensi
tahun 201722,2% atau sekitar tertinggi dibandingkan dengan
150,8 juta balita di dunia masalah gizi lainnya seperti gizi
mengalami stunting. Namun kurang, kurus, dan gemuk.
angka ini sudah mengalami Prevalensi balita pendek
penurunan jika dibandingkan mengalami peningkatan dari
dengan angka stunting pada tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi
tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada 29,6% pada tahun 2017.
tahun 2017, lebih dari setengah Prevalensi balita sangat pendek
balita stunting di duniaberasal dan pendek usia 0-59 bulan di
dari Asia (55%) sedangkan lebih Indonesia tahun 2017 adalah
dari sepertiganya (39%) tinggal 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini
di Afrika. Dari 83,6 juta balita meningkat dari tahun
stunting di Asia, proporsi sebelumnya yaitu prevalensi
terbanyak berasal dari Asia balita sangat pendek sebesar
Selatan (58,7%) dan proporsi 8,5% dan balita pendek sebesar
paling sedikit di Asia Tengah 19%. Provinsi dengan prevalensi
(0,9%). Data prevalensi balita tertinggi balita sangat pendek
stunting yang dikumpulkan dan pendek pada usia 0-59 bulan
World Health Organization tahun 2017 adalah Nusa
(WHO), Indonesia termasuk ke Tenggara Timur, sedangkan
provinsi dengan prevalensi stunting terdiri dari faktor basic
terendah adalah Bali. seperti faktor ekonomi dan
Pandeglang sebagai lokasi fokus ibu, usia ibu, dan jumlah anak
asupan gizi dalam waktu lama. (Amalia, dkk., 2017). Dari aspek
masa ini juga anak masih benar- Banten tahun 2019. Jumlah
Analisis Univariat
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
Pekerjaan
Bekerja 9 13 %
Tidak Bekerja 60 87 %
Total 69 100 %
Pendidikan
Tidak sekolah 1 1.4 %
SD 39 56.5 %
SMP 20 29 %
SMA 7 10.1 %
Sarjana 2 2.9 %
Total 69 100 %
Penghasilan
< UMR (Rp. 2.542.539,13) 62 89.9 %
> UMR (Rp. 2.542.539,13) 7 10.1 %
Total 69 100 %
Pada tabel 1 dapat dilihat karakteristik responden untuk pekerjaan terdapat 60 responden (87
%) yang tidak bekerja. Untuk Pendidikan terakhir yang paling banyak yaitu SD sebanyak 39
responden (56.5 %). Penghasilan yang terbanyak adalah < UMR (Rp. 2.542.539, 13) yaitu 62
responden (89.9%).
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat 18 balita (26.1%) di Desa Pasirkarag, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten yang mengalami stunting.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
dependen dengan variable independen dengan menggunakan analisis uji kolmogorov-smirnov.
Variable independen pada penelitian ini adalah stres pengasuhan rendah, sedang dan tinggi.
Sedangkan variabel dependen adalah balita normal dan stunting. Melalui uji ini akan diperoleh nilai
P (p-value) dimana dalam penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitiaan
antara dua variabel dikatakan berhubungan jika P value ≤ 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan jika
P value > 0,05. Hasil analisis bivariat adalah sebagai berikut
Tabel 4. Hubungan Stres Pengasuhan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Pasirkarag
Variabel Stres Pengasuhan P value
Pada tabel kolmogorov-smirnov test di dengan kejadian stunting pada balita di Desa
atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi p- Pasir Karag, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa Banten. Penelitian ini sesuai dengan Uttami
p-value ≤ 0,05 yaitu 0,000 sehingga dapat dkk (2019) menyatakan bahwa kepribadian ibu
disimpulkan bahwa ada hubungan yang merupakan faktor yang berhubungan dengan
bermakna antara stress pengetahuan dengan kejadian stunting. Pola asuh dapat dipengaruhi
kejadian stunting pada balita di Desa oleh kepribadian ibu. Stress pengasuhan
Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang, Provinsi menjadi salah satu masalah dalam pola asuh
Banten. yang menjadi penyebab stunting. Pola asuh ibu
memiliki peran dalam kejadian stunting pada
PEMBAHASAN
balita karena asupan makanan pada balita
Hasil analisis bivariat antara stress
sepenuhnya diatur oleh ibunya. Ibu dengan
pengasuhan dengan kejadian stunting
pola asuh baik akan cenderung memiliki balita
menunjukan bahwa P value nya, yaitu 0,000
dengan status gizi yang lebih baik daripada ibu
yang berarti P value ≤ 0,05 sehingga dapat
dengan pola asuh yang kurang (Cholifatun,
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
dkk., 2015)
bermakna antara stress pengasuhan pada ibu
Pada saat di lapangan ditemukan ibu (2.9%) yang mengalami stress pengasuhan
banyak responden yang memiliki tingkat tinggi, 61 ibu (88.4%) yang mengalami stres
pendidikan rendah yaitu 39 ibu (56,5 %) pengasuhan sedang dan 6 ibu (8.7%) yang
dengan pendidikan tamat Sekolah Dasar (SD), mengalami stres pengasuhan rendah. Sebanyak
60 responden (87%) yang tidak bekerja 3 balita (17 %) dari ibu dengan stres
(sebagai Ibu Rumah Tangga), 62 responden pengasuhan rendah mengalami kejadian
(89.9%) dengan penghasilan <UMR stunting, 15 balita (83 %) dari ibu dengan stres
Pandeglang tahun 2019. Menurut Aridiyah dkk pengasuhan sedang mengalami stunting.
(2015) faktor yang mempengaruhi terjadinya Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan hasil
stunting pada anak balita yang berada di yang didapatkan, ada hubungan yang
wilayah pedesaan dan perkotaan adalah bermakna antara stres pengasuhan terhadap
pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kejadian stunting. Hal ini sesuai dengan
pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian penelitian yang dilakukan Rahmayana, dkk.
ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, (2014) yaitu pola asuh menunjukkan hubungan
tingkat kecukupan zink, tingkat kecukupan zat yang signifikan dengan kejadian stunting pada
besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor anak usia 24-59 bulan.
genetik dari orang tua. Rendahnya tingkat
pendidikan berdampak pada stunting KESIMPULAN
dikarenakan di masyarakat masih berkembang Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di
pemikiran bahwa pendidikan tidak penting paparkan, maka dapat disimpulkan dari
serta terkait dukungan dari keluarga untuk penelitian ini bahwa:
menempuh pendidikan yang lebih tinggi yang 1. Hasil penelitian ini menunjukkan
masih belum maksimal. Secara tidak langsung bahwa dari 69 balita di Desa
tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang
kemampuan dan pengetahuan ibu mengenai Provinsi Banten sebanyak 18 balita
perawatan kesehatan terutama dalam (26.1%) mengalami stunting.
memahami pengetahuan mengenai gizi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 9 ibu yang memiliki balita,
terdapat lebih dari setengah ibu yang
DISKUSI memiliki tingkat stress pengasuhan
Berdasarkan penelitian mengenai sedang, yaitu 61 ibu (88.4 %).
hubungan antara stres pengasuhan pada ibu Sebanyak 6 Ibu (38.7 %) memiliki
terhadap kejadian stunting didapatkan bahwa tingkat stres pengasuhan rendah dan 2
jumlah sampel yang memenuhi kriteria untuk ibu (2.9 %) memiliki tingkat stres
penelitian berjumlah 69 orang di Desa pengasuhan tinggi.
Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang pada bulan 3. Hasil penelitian ini menunjukkan
November 2019. Diketahui bahwa sebanyak 2 bahwa ada hubungan yang bermakna
antara stres pengasuhan dengan
kejadian stunting pada balita di Desa
Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Didapatkan nilai p
value 0,000.
SARAN
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi
tambahan pengetahuan bagi masyarakat umum
tentang hubungan stres pengasuhan terhadap
stunting sehingga bisa lebih memperhatikan
kebutuhan gizi anaknya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk
lebih meningkatkan sistem pembelajaran pada
mahasiswa mengenai stunting dan lebih
memperbanyak pustaka untuk penyempurnaan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar
meneliti variabel-variabel lain yang
berhubungan dengan kejadian stunting serta
melakukan penelitian yang lebih mendalam di
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.