Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN STRES PENGASUHAN DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA (2 - 5 tahun) DI DESA PASIRKARAG,


KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

Disusun oleh:

Intan Nurul Hikmah 1102011128


Ika Rohaeti 1102012117
Gigih Usahawan 1102014116
Raditya Prasidya 1102014217
Larasati Yofi Putri 1102015119

Pembimbing:
dr. Dini Widianti, MKK., DipIDK.

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 16 DESEMBER – 17 JANUARI
HUBUNGAN STRES PENGASUHAN DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI DESA PASIRKARAG, KABUPATEN PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN

Intan Nurul Hikmah1, Ika Rohaeti1, Gigih Usahawan1,


Raditya Prasidya1, Larasati Yofi Putri1, Dini Widianti2
1Mahasiswa Kepanitraan IKM Universitas
YARSI
2Dosen Kepanitraan
Universitas YARSI Email:
dini.widianti@yarsi.ac.id

ABSTRAK Latar Belakang: Kejadian balita pendek ataubiasa


disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah
gizi yang dialami oleh balita didunia saat ini.
Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat
kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
berusia di bawah lima tahun. Kementerian Kesehatan
menetapkan enam kecamatan di Kabupaten Pandeglang
sebagai lokasi fokus (lokus) permasalahan stunting.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara stres
pengasuhan dengan kejadian stunting pada balita di
Desa Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang, provinsi
Banten
Metode: Penilitian ini menggunakan desain penelitian
cross sectional dengan metode penelitian berupa survei.
Hasil: Hasil analisa statistik nilai p value >0,005
yaitu nilai P 0,000 yang menunjukkan ada hubungan
antara stress pengasuhan dengan kejadian stunting
pada balita.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna
antara stres pengasuhan dengan kejadian stunting
pada balita di Desa Pasirkarag, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.
KATA KUNCI stunting, stres pengasuhan
CORRELATION BETWEEN PARENTING STRESS AND INCIDENCE OF
STUNTING ON TODDLERS (2 to 5 years) IN PASIRKARAG VILLAGE,
PANDEGLANG REGENCY, PROVENCE OF BANTEN

Intan Nurul Hikmah1, Ika Rohaeti1, Gigih Usahawan1,


Raditya Prasidya1, Larasati Yofi Putri1, Dini Widianti2
1Mahasiswa Kepanitraan IKM Universitas
YARSI
2Dosen Kepanitraan
Universitas YARSI Email:
dini.widianti@yarsi.ac.id

ABSTRACT Introduction:The incidence of short toddlers or commonly


referred to as stunting is one of the nutritional problems
experienced by toddlers in the world today. Care is a factor
that is very closely related to the growth and development of
children under five years old. The Ministry of Health
designates six sub-districts in Pandeglang Regency as the
focus location (locus) for stunting problems.
Objectives: The primary objective of this study is to
find correlation between parenting stress and
incidence of stunting on toddlers in Pasirkarag
Village, Pandeglang regency, Province of Banten.
Methods: This research used cross sectional study
with methodology survey.
Results: The results of the statistical analysis of the
p value> 0.005 is the P value of 0.000 which shows
there is a relationship between parental stress and
the incidence of stunting in infants.
Conclusion: There is a significant relationship
between parenting stress and the incidence of
stunting in toddlers in Pasirkarag Village,
Pandeglang Regency, Banten Province.
KEYWORD stunting, parenting stress.

PENDAHULUAN kondisi dimana balita

Stunting (kerdil) adalah memiliki panjang atau tinggi


badan yang kurang jika 2017, lebih dari setengah
dibandingkan dengan umur. balita stunting di duniaberasal
Kondisi ini diukur dengan dari Asia (55%) sedangkan
panjang atau tinggi badan lebih dari sepertiganya (39%)
yang lebih dari minus dua tinggal di Afrika. Dari 83,6
standar deviasi median standar juta balita stunting di Asia,
pertumbuhan anak dari WHO. proporsi terbanyak berasal
Balita stunting termasuk dari Asia Selatan (58,7%) dan
masalah gizi kronik yang proporsi paling sedikit di Asia
disebabkan oleh banyak faktor Tengah (0,9%). Data
seperti kondisi sosial prevalensi balita stunting yang
ekonomi, gizi ibu saat hamil, dikumpulkan World Health
kesakitan pada bayi, dan Organization (WHO),
kurangnya asupan gizi pada Indonesia termasuk ke dalam
bayi. Balita stunting di masa negara ketiga dengan
yang akan datang akan prevalensi tertinggi di regional
mengalami kesulitan dalam Asia Tenggara/South-East
mencapai perkembangan fisik Asia Regional (SEAR). Rata-
dan kognitif yang optimal. rata prevalensi balita stunting

Kejadian balita pendek atau di Indonesia tahun 2005-2017

biasa disebut dengan stunting adalah 36,4%.

merupakan salah satu masalah Kejadian balita stunting


gizi yang dialami oleh balita (pendek) merupakan masalah
didunia saat ini. Pada tahun gizi utama yang dihadapi
201722,2% atau sekitar 150,8 Indonesia. Berdasarkan data
juta balita di dunia mengalami Pemantauan Status Gizi (PSG)
stunting. Namun angka ini selama tiga tahun terakhir,
sudah mengalami penurunan pendek memiliki prevalensi
jika dibandingkan dengan tertinggi dibandingkan dengan
angka stunting pada tahun masalah gizi lainnya seperti
2000 yaitu 32,6%. Pada tahun gizi kurang, kurus, dan
gemuk. Prevalensi balita Koroncong, Saketi, Banjar,
pendek mengalami Sindangresmi, Cipeucang, dan
peningkatan dari tahun 2016 Kaduhejo. Dalam rangka
yaitu 27,5% menjadi 29,6% percepatan penurunan angka
pada tahun 2017. Prevalensi stunting, pemerintah
balita sangat pendek dan menetapkan 1.000 desa
pendek usia 0-59 bulan di prioritas intervensi stunting
Indonesia tahun 2017 adalah yang berada di 100
9,8% dan 19,8%. Kondisi ini kabupaten/kota dan 34
meningkat dari tahun provinsi. Penetapan 100
sebelumnya yaitu prevalensi kabupaten/kota prioritas
balita sangat pendek sebesar ditentukan dengan melihat
8,5% dan balita pendek indikator jumlah balita
sebesar 19%. Provinsi dengan stunting (Riskesdas 2013),
prevalensi tertinggi balita prevalensi stunting (Riskesdas
sangat pendek dan pendek 2013), dan tingkat kemiskinan
pada usia 0-59 bulan tahun (Susenas 2013) hingga terpilih
2017 adalah Nusa Tenggara minimal 1 kabupaten/kota dari
Timur, sedangkan provinsi seluruh provinsi. Desa
dengan prevalensi terendah Pasirkarag merupakan salah
adalah Bali. satu desa yang menjadi lokus

Kementerian Kesehatan stunting (Kemenkes RI,

menetapkan enam kecamatan 2018).

di Kabupaten Pandeglang Faktor penyebab stunting


sebagai lokasi fokus (lokus) terdiri dari faktor basic seperti
permasalahan stunting atau faktor ekonomi dan
masalah gizi kronis yang pendidikan ibu, kemudian
disebabkan oleh kurangnya faktor intermediet seperi
asupan gizi dalam waktu jumlah anggota keluarga,
lama. Enam kecamatan yang tinggi badan ibu, usia ibu, dan
menjadi lokus stunting adalah jumlah anak ibu. Selanjutnya
adalah faktor proximal seperti dengan pertumbuhan dan
pemberian ASI ekslusif, usia perkembangan anak berusia di
anak dan BBLR (Amalia, bawah lima tahun. Secara
dkk., 2017). Dari aspek lebih spesifik, kekurangan gizi
psikologis, stunting erat dapat menyebabkan
kaitannya dengan usia keterlambatan pertumbuhan
persalinan, peran ganda, dan badan, lebih penting lagi
pola asuh yang tidak keterlambatan perkembangan
memadai. Pola asuh dapat otak dan dapat pula terjadinya
dipengaruhi oleh kepribadian penurunan atau rendahnya
ibu. daya tahan tubuh terhadap

Hurlock (2009) menyatakan penyakit infeksi. Pada masa

bahwa dalam pola asuh orang ini juga anak masih benar-

tua, terdapat beberapa aspek benar tergantung pada

yang berperan, salah satunya perawatan dan pengasuhan

yaitu tipe kepribadian orang oleh ibunya (Rahmayana,

tua. Orang tua yang satu dan 2014).

yang lainnya berbeda dalam Stres pengasuhan yang


sikap, kematangan karakter, dialami ibu akan berpengaruh
kesabaran, energi, dan terhadap tanggung jawab
intelegensia. Hal ini orang tua dalam merawat
berpengaruh terhadap anaknya, karena stres
kehandalan orang tua untuk pengasuhan akan menghambat
menjalankan tuntutan pekerjaan yang dilakukan
perannya dalam keluarga, sehari hari dan dapat
khususnya dalam kepekaan menyebabkan permasalahan
mereka terhadap kebutuhan pada pertumbuhan dan
anak (Uttami, dkk., 2014). perkembangan anak (Chairini,

Pengasuhan merupakan faktor 2013).

yang sangat erat kaitannya Tujuan dari penelitian ini


yaitu untuk mengetahui ada stunting, balita tidak stunting,
atau tidaknya hubungan antara ibu yang bersedia
stres pengasuhan ibu dengan diwawancara di Desa
kejadian stunting pada balita Pasirkarag, Kabupaten
(bayi di bawah lima tahun) di Pandeglang. Kriteria eksklusi
Desa Pasirkarag, Kabupaten pada penelitian ini adalah
Pandeglang, Provinsi Banten. balita dan ibu yang tidak
sedang di tempat saat
melakukan penelitian.
METODE PENELITIAN
Adapun variabel yang dinilai
Penilitian ini sejatinya
adalah stres pengasuhan pada
menggunakan desain
ibu yang memiliki balita. Stres
penelitian cross sectional
pengasuhan dibagi menjadi
dengan metode penelitian
tiga tingkatan yaitu stres
berupa survey. Populasi dari
pengasuhan rendah, sedang,
penilitian ini diambil dari
dan tinggi. Pengertian dari
seluruh balita yang bertempat
stunting adalah gagalnya
di Desa Pasirkarag, Kabupaten
pertumbuh pada anak balita
Pandeglang, Provinsi Banten
(bayi di bawah lima tahun)
tahun 2019. Jumlah sampel
yang disebabkan karena
seluruh balita yang ada di
kekurangan gizi kronis
Desa Pasirkarag, Kabupaten
sehingga anak pendek (z
Pandeglang yang dipilih
score -2 SD) atau sangat
dengan metode total
pendek (z score -3 SD) untuk
sampling. Pengambilan data
usianya.
dilakukan dengan
pengambilan data primer yang Data primer yang dilakukan

berasal dari kuesioner yang pada penelitian ini, yaitu

dilakukan oleh tim peneliti. dengan teknik wawancara


dengan menggunakan
Kriteria inklusi pada
kuesioner yang berisi
penelitian ini adalah balita
pertanyaan yang disusun dan
digunakan sebagai alat
pengumpulan data. Selain itu,
instrumen penelitian ini juga
menggunakan microtoise dan
timbangan jarum untuk
mengetahui tinggi panjang
badan serta berat badan pada
balita yang menjadi sampel
peneliti. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan analisis
bivariat karena untuk
mengetahui ada tidaknya
hubungan antara stres
pengasuhan dengan kejadian
stunting di Desa Pasirkarag,
Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten tahun 2019.

Data yang telah diambil dalam


penelitian ini selanjutnya
dianalisis dengan
menggunakan program SPSS
20.0 Statistik deskriptif dan
selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase yang
kemudian dijelaskan secara
naratif sesuai dengan tujuan
penelitian. Uji hipotesis
menggunakan kolmogorov-
smirnov
HASIL

Analisis Univariat
Tabel 1. Karakteristik Ibu Responden

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


Pekerjaan
Bekerja 12 3,8 %
Tidak Bekerja 114 87 %
Pekerjaan Tidak Tetap 5 9,2 %
Total 131 100 %
Pendidikan
Tidak Sekolah 6 4,6 %
55 %
SD 72
SMP 31 23,7 %
SMA 19 14,5 %
Sarjana 3 2,3 %
Total 131 100 %
Penghasilan Keluarga
<UMR (Rp. 2.542.539,13) 110 84 %
>UMR (Rp. 2.542.539,13) 21 16 %
Total 131 100 %
Pada tabel 1 dapat dilihat karakteristik responden untuk pekerjaan terdapat
114 responden (87 %) yang tidak bekerja. Untuk Pendidikan terakhir yang paling
banyak yaitu SD sebanyak 72 responden (55 %). Penghasilan yang terbanyak
adalah < UMR (Rp. 2.542.539, 13) yaitu 110 responden (84 %).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Stunting


Status Gizi Frekuensi Persentase
Normal 92 70,2 %
Stunting 39 29,8 %
Total 131 100 %
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat 39 anak. (29.8 %) di Desa
Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang Stunting.
Tabel 3. Distribusi Usia Responden
Kelompok Usia Frekuensi Persentase
Baduta 62 47,3
Balita 69 52,7
Total 131 100

Pada tabel 3 dapat dililhat bahwa dari 131 anak, terdapat 62 anak (47,3 %)
yang termasuk golongan Baduta, dan 69 anak (52,7 %) yang termasuk golongan
Balita.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Stres Pengasuhan
Stres Pengasuhan Frekuensi Presentase
Rendah 17 13 %
Sedang 113 86,3 %
Tinggi 1 0.7 %
Total 131 100 %

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengalami tingkat stress
pengasuhan yang sedang yaitu sebanyak 113 Ibu (86,3 %) di Desa Pasirkarag,
Kabupaten Pandeglang.

Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dengan variable independen dengan menggunakan
analisis uji kolmogorov-smirnov. Variable independen pada penelitian ini adalah
stres pengasuhan rendah, sedang dan tinggi. Sedangkan variabel dependen adalah
balita normal dan stunting. Melalui uji ini akan diperoleh nilai P (p-value) dimana
dalam penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitiaan
antara dua variabel dikatakan berhubungan jika P value ≤ 0,05 dan dikatakan tidak
berhubungan jika P value > 0,05. Hasil analisis bivariat adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Hubungan Stres Pengasuhan dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Desa Pasirkarag
Variabel Stres Pengasuhan P value
Rendah Sedang Tinggi Total
Normal 10 81 1 92
Stunting 7 32 0 39 P 0,000
Total 17 113 1 131

Pada tabel kolmogorov- dkk (2019) menyatakan bahwa


smirnov test di atas dapat diketahui kepribadian ibu merupakan faktor
bahwa nilai signifikansi p-value yang berhubungan dengan kejadian
sebesar 0,000 yang menunjukkan stunting. Pola asuh dapat dipengaruhi
bahwa p-value ≤ 0,05 yaitu 0,000 oleh kepribadian ibu. Stress
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengasuhan menjadi salah satu
ada hubungan yang bermakna antara masalah dalam pola asuh yang
stress pengetahuan dengan kejadian menjadi penyebab stunting. Pola
stunting pada balita di Desa asuh ibu memiliki peran dalam
Pasirkarag, Kabupaten Pandeglang, kejadian stunting pada balita karena
Provinsi Banten. asupan makanan pada balita
PEMBAHASAN sepenuhnya diatur oleh ibunya. Ibu
Hasil analisis bivariat antara stress dengan pola asuh baik akan
pengasuhan dengan kejadian cenderung memiliki balita dengan
stunting menunjukan bahwa P value status gizi yang lebih baik daripada
nya, yaitu 0,000 yang berarti P value ibu dengan pola asuh yang kurang
≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan (Cholifatun, dkk., 2015).
bahwa ada hubungan yang bermakna Pada saat di lapangan ditemukan
antara stress pengasuhan pada ibu banyak responden yang memiliki
dengan kejadian stunting pada balita tingkat pendidikan rendah yaitu 6 Ibu
di Desa Pasir Karag, Kabupaten yang tidak pernah sekolah (4,6 %),
Pandeglang, Provinsi Banten. 72 ibu (55 %) dengan pendidikan
Penelitian ini sesuai dengan Uttami tamat Sekolah Dasar (SD), 114
responden (87 %) yang tidak bekerja Berdasarkan penelitian
(sebagai Ibu Rumah Tangga), 110 mengenai hubungan antara stres
responden (84 %) dengan pengasuhan pada ibu terhadap
penghasilan keluarga <UMR kejadian stunting didapatkan bahwa
Pandeglang tahun 2019. Menurut jumlah sampel yang memenuhi
Aridiyah dkk (2015) faktor yang kriteria untuk penelitian berjumlah
mempengaruhi terjadinya stunting 131 orang di Desa Pasirkarag,
pada anak balita yang berada di Kabupaten Pandeglang pada bulan
wilayah pedesaan dan perkotaan November 2019. Diketahui bahwa
adalah pendidikan ibu, pendapatan sebanyak 113 ibu (86,3 %) yang
keluarga, pengetahuan ibu mengenai mengalami stres pengasuhan sedang
gizi, pemberian ASI eksklusif, umur dan 1 ibu (0,8 %) yang mengalami
pemberian MP-ASI, tingkat stres pengasuhan Tinggi. Sebanyak 7
kecukupan zink, tingkat kecukupan anak (8,1%) dari ibu dengan stres
zat besi, riwayat penyakit infeksi pengasuhan rendah mengalami
serta faktor genetik dari orang tua. kejadian stunting, 32 balita (24,4 %)
Rendahnya tingkat pendidikan dari ibu dengan stres pengasuhan
berdampak pada stunting sedang mengalami stunting.
dikarenakan di masyarakat masih Sehingga dapat disimpulkan
berkembang pemikiran bahwa berdasarkan hasil yang didapatkan,
pendidikan tidak penting serta terkait ada hubungan yang bermakna antara
dukungan dari keluarga untuk stres pengasuhan terhadap kejadian
menempuh pendidikan yang lebih stunting. Hal ini sesuai dengan
tinggi yang masih belum maksimal. penelitian yang dilakukan
Secara tidak langsung tingkat Rahmayana, dkk. (2014) yaitu pola
pendidikan ibu akan mempengaruhi asuh menunjukkan hubungan yang
kemampuan dan pengetahuan ibu signifikan dengan kejadian stunting
mengenai perawatan kesehatan pada anak usia 24-59 bulan.
terutama dalam memahami KESIMPULAN
pengetahuan mengenai gizi. Berdasarkan hasil penelitian yang
DISKUSI sudah di paparkan, maka dapat
disimpulkan dari penelitian ini SARAN
bahwa: 1. Bagi Masyarakat
1. Hasil penelitian ini Penelitian ini diharapkan bisa
menunjukkan bahwa dari 131 menjadi tambahan pengetahuan bagi
anak di Desa Pasirkarag, masyarakat umum tentang hubungan
Kabupaten Pandeglang stres pengasuhan terhadap stunting
Provinsi Banten sebanyak 39 sehingga bisa lebih memperhatikan
anak (29,7 %) mengalami kebutuhan gizi anaknya.
stunting. 2. Bagi Institusi Pendidikan
2. Hasil penelitian menunjukkan Diharapkan bagi institusi pendidikan
bahwa dari 131 ibu yang untuk lebih meningkatkan sistem
memiliki anak, terdapat pembelajaran pada mahasiswa
seorang ibu dengan tingkat mengenai stunting dan lebih
stress pengasuhan tinggi memperbanyak pustaka untuk
(0,8%), lebih dari setengah penyempurnaan penelitian
ibu yang memiliki tingkat selanjutnya.
stress pengasuhan sedang, 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
yaitu 113 ibu (86,3 %), dan Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
sebanyak 17 Ibu (13 %) agar meneliti variabel-variabel lain
memiliki tingkat stres yang berhubungan dengan kejadian
pengasuhan rendah. stunting serta melakukan penelitian
3. Hasil penelitian ini yang lebih mendalam di Kabupaten
menunjukkan bahwa ada Pandeglang, Provinsi Banten.
hubungan yang bermakna Ucapan Terima Kasih
antara stres pengasuhan Disampaikan sebesar-
dengan kejadian stunting besarnya kepada pembimbing
pada balita di Desa penulis, dr. Dini Widianti, MKK.,
Pasirkarag, Kabupaten DipIDK. yang telah banyak
Pandeglang, Provinsi Banten. memberikan kritikan, saran, dan
Didapatkan nilai p value masukan kepada peneliti dan kepada
0,000. seluruh staf bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas YARSI yang 4. Cholifatun, dkk. (2015).
telah banyak membantu hingga Hubungan Tingkat
terselesaikannya penelitian ini. Pendidikan, Tingkat
DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan, dan Pola Asuh
Ibu dengan Wasting dan
1. Amalia, E., & Ibrahim, I.
Stunting pada Balita
(2017). Efektivitas
Keluarga Miskin. Media Gizi
Pembelajaran Fiqih dengan
Indonesia V10(1):84-90.
Menggunakan Metode
Demonstrasi di Madrasah 5. Hurlock, E.B. (2009).
Ibtidaiyah Negeri Desa Psikologi Perkembangan:
Penggage-Muba. JIP: Jurnal Suatu Perkembangan
Ilmiah PGMI, 3(1), 98-107. Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta:
2. Badan Pusat Statistik. (2015).
Erlangga.
Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) Tahun 6. Kementrian Kesehatan RI.
2010: Jakarta: Badan (2018). Profil Kesehatan
Penelitian dan Pengembangan Indonesia 2017.
Kesehatan. Jakarta:Kemenkes RI dari
http://www.depkes.go.id/reso
3. Chairini, N., (2013). Faktor-
urces/download/pusdatin/prof
Faktor Yang Berhubungan
il-kesehatan-indonesia/Profil-
Dengan Stres Pengasuhan
Kesehatan-Indonesia-tahun-
Pada Ibu Dengan Anak Usia
2017.pdf [diakses Desember
Prasekolah Di Posyandu
2019]
Kemiri Muka. Diunduh dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/d 7. Rahmayana, dkk. (2014).
space/bitstream/123456789/2 Hubungan Pola Asuh Ibu
5632/1/Nurul% 20Chairini dengan Kejadian Stunting
%20-%20fkik.pdf [Diakses Anak Usia 24-59 Bulan di
Desember 2019] Posyandu Asoka II Wilayah
Pesisir Kelurahan
Barombang Kecamatan
Tamalate Kota Makasar
Tahun 2014. Al-Sinah: Public
Health Science Journal,
VI(2):424-436.

8. Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) (2018). Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI
tahun
2018.http://www.depkes.go.i
d/resources/download/infoter
kini/materi_rakorpop_2018/H
asil%20Riskesdas
%202018.pdf [Diakses
December 2020]

9. Utami, dkk. (2014). Faktor-


faktor yang Memengaruhi
Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus dengan
Ulkus Diabetikum. JOM
PSIK, 1(2), 1-7.

Anda mungkin juga menyukai