Anda di halaman 1dari 7

Machine Translated by Google

Yayasan Ilmiah SPIROSKI, Skopje, Republik Makedonia


Akses Terbuka Jurnal Ilmu Kedokteran Makedonia. 29 Oktober 2020; 8(E):657-663.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2020.4659
eISSN: 1857-9655
Kategori: E - Kesehatan Masyarakat
Bagian: Perundang-undangan Kesehatan Masyarakat

Identifikasi Modeling Penyebab Anak Usia Stunting


2–5 Tahun di Provinsi Aceh, Indonesia (Analisis Data Gizi
Pemantauan Status 2015)

Bustami Bustami1 *, Miko Ampera2

1 2
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Meulaboh, Aceh, Indonesia; Departemen Gizi Masyarakat,
Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Aceh, Indonesia

Abstrak
Diedit oleh: Sasho Stoleski LATAR BELAKANG: Prevalensi masalah stunting pada balita pada tahun 2015 di Provinsi Aceh terbukti sangat tinggi karena berbagai faktor
Kutipan: Bustami B, Ampera M. Identifikasi Pemodelan Penyebab
mulai dari latar belakang pendidikan ibu hingga sosial ekonomi keluarga.
Stunting Anak Usia 2–5 Tahun di Provinsi Aceh, Indonesia (Analisis
Data Pemantauan Status Gizi 2015). Akses Terbuka Maced J Med Sci.
TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model faktor penyebab stunting pada anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh.
29 Oktober 2020; 8(E):657-663.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2020.4659
Kata Kunci: Anak 2–5 tahun; mengasuh anak; Ekonomi dan sosial; METODE: Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan di atas, penelitian kuantitatif ini dilaporkan dalam bentuk deskriptif analitik dengan
Pengerdilan
*Korespondensi: Bustami Bustami, Jurusan Keperawatan, Politeknik
desain cross-sectional yang berhasil dilakukan pada bulan April hingga Desember 2019. Data yang dikumpulkan merupakan gabungan antara
Kesehatan Meulaboh, Aceh, Indonesia. observasi lapangan dan dokumentasi. Untuk memudahkan analisis data, diterapkan univariat dan bivariat serta multivariat untuk melihat validasi
dan reliabilitas pertanyaan penelitian ini.
Email: bustami@poltekkesaceh.ac.id
Diterima: 19-Mar-2020
Revisi: 15-Oktober-2020 HASIL: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian stunting pada anak meliputi tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu, kepala keluarga,
Diterima: 19-Oktober-2020 jumlah anggota keluarga, inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, umur penyapihan, pemberian makanan tambahan, dan pemberian
Hak Cipta: © 2020 Bustami Bustami, Miko Ampera
makanan pendamping ASI. Vitamin A (p <0,05). Faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya stunting adalah pemberian ASI Eksklusif
Pendanaan: Penelitian ini tidak menerima dukungan finansial apa
pun sebanyak 16,7 kali, karena tidak diberi makanan pendamping ASI sebanyak 10,6 kali, karena tidak mendapat kapsul Vitamin A sebanyak 3,5
Kepentingan yang Bersaing: Para penulis telah menyatakan bahwa
kali, karena usia penyapihan yang kurang baik sebanyak 1,7 kali, dan karena kepala keluarga yang tidak memberikan ASI sebesar 1,5 kali.
tidak ada kepentingan yang bersaing
Akses Terbuka: Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di tidak mempunyai penghasilan yang baik. Beberapa variabel tidak berpengaruh terhadap kejadian stunting, seperti pendidikan kepala keluarga
bawah ketentuan Lisensi Internasional Creative Commons Atribusi-
(p=0,482) dan pekerjaan ibu (p=0,992).
NonKomersial 4.0 (CC BY-NC 4.0)

KESIMPULAN: Stunting disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung. Model dalam mengatasi stunting dapat dilakukan dengan
memaksimalkan pemberian ASI yang lebih baik.

Perkenalan tumbuh kembang anak, tinggi badan yang tidak optimal saat
dewasa, risiko terjadinya obesitas dan penyakit tidak menular,
serta penurunan kapasitas prestasi belajar, kapasitas kerja, dan
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan produktivitas [5]. Stunting mencerminkan anak mendapat asupan
oleh tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. makanan yang tidak mencukupi dalam jangka waktu yang lama,
Kualitas SDM suatu bangsa dapat dilihat dari indeks sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan normal. Asupan
pembangunan manusia. Berdasarkan UNDP, indeks makanan yang kuat berkaitan dengan kebiasaan makan anak.
pembangunan manusia Indonesia termasuk dalam kategori Namun kebiasaan makan anak usia dini masih sepenuhnya
pembangunan manusia sedang dengan posisi 124 dari 187 bergantung pada makanan yang diberikan oleh orang tua.
negara, masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya [1]. Stunting di negara berkembang terjadi pada saat anak berusia
Salah satu penentu kualitas SDM adalah tingkat kesehatan dan di bawah 5 tahun, faktor penyebab stunting pada anak
status gizi [2]. disebabkan oleh tiga hal yaitu Asupan gizi, penyakit menular,
Semakin sehat kondisi suatu masyarakat maka akan semakin dan interaksi ibu dan anak yang kesemuanya sangat ditentukan
menunjang perkembangan perekonomian dan tingkat oleh kondisi dan tingkat sosial ekonomi. pendidikan dalam
produktivitas suatu daerah. Stunting dapat disebabkan oleh keluarga. Beberapa penyebab stunting pada masa balita, di
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung negara berkembang faktor utamanya adalah asupan makanan
dari stunting adalah kurangnya asupan makanan dan penyakit yang tidak mencukupi, infeksi, dan berat badan saat lahir [8].
menular, sedangkan penyebab tidak langsung dari stunting
adalah kerawanan pangan, pola makan dan perawatan yang
Stunting dimulai sejak dalam kandungan dan berlanjut
tidak memadai, kesehatan lingkungan yang buruk, dan pelayanan kesehatan yang buruk.
setelah lahir sehingga gizi dan kesehatan ibu selama hamil
Stunting mempunyai berbagai dampak buruk dan mempunyai peranan terhadap terjadinya stunting pada anak.
permanen. Dampak stunting dapat berupa peningkatan angka Meskipun secara nasional prevalensi masalah gizi mengalami
kesakitan dan kematian, menurun penurunan, namun masih terdapat 18 kasus

Akses Terbuka Maced J Med Sci. 29 Oktober 2020; 8(E):657-663. 657


Machine Translated by Google

E - Kesehatan Masyarakat Perundang-undangan Kesehatan Masyarakat

provinsi di atas prevalensi nasional, dan Provinsi Aceh Hasil


termasuk dalam 10 besar permasalahan gizi.
Prevalensi masalah stunting pada anak balita pada tahun
2015 masih bersifat provinsi sebesar 31,6%. Terjadi Pemodelan penyebab stunting
penurunan angka stunting di Aceh dari tahun 2013 (Riskesdas
Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square pada
2013 = 41.5%) sebesar 5.4%, dimana pada tahun 2013
CI : 95% antara variabel independen (pendidikan keluarga,
prevalensi stunting di Aceh berada diatas prevalensi nasional
pekerjaan keluarga, jumlah anggota keluarga, Inisiasi
(Indonesia = 37.2%). Terdapat 11 kabupaten yang
Menyusui Dini, ASI Eksklusif, usia menyapih, pemberian
mempunyai prevalensi masalah stunting di atas angka
makanan pendamping ASI, pemberian Vitamin A terhadap
provinsi. Untuk mengurangi dampak stunting di masa yang
kejadian stunting. pada anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh).
akan datang, perlu diketahui penyebab terjadinya stunting
pada balita di Provinsi Aceh sehingga dapat diketahui Berdasarkan hasil analisis bivariat (uji Chi-square)
langkah yang tepat dalam melakukan kegiatan intervensi diketahui seluruh variabel independen mempunyai p < 0,25.
dalam skala prioritas. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian Dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel yang diajukan
dan analisis yang mendalam untuk menganalisis dan sebagai hipotesis dimasukkan ke dalam model untuk
mengidentifikasi model faktor penyebab stunting pada anak memprediksi kejadian stunting (Tabel 1).
usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh berdasarkan hasil survei Tabel 1. Hasil Analisis Bivariat (Chi-Square) Identifikasi Variabel
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015 di Aceh. Independen yang Dimasukkan Sebagai
Model Faktor Kejadian Stunting (n = 3198)
Variabel bebas Pengerdilan Normal
N % N %
Kepala pendidikan keluarga
Bawah-atas 1209 41.4 1714 58.6
Metode Tinggi
Pendidikan ibu
96 34.9 179 65.1

Bawah-atas 1137 41.1 1565 57.9


Tinggi 168 33.9 328 66.1
Pekerjaan kepala keluarga
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif Pengangguran 156 33.3 313 66.7
Pekerjaan 1149 42.1 1580 57.9
dengan desain studi cross-sectional dan deskriptif analitik. Ibu yang bekerja
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Oktober Pengangguran 98 37.1 166 62.9
Karyawan 1207 41.1 1727 58.9
2019 di 23 kota/kabupaten di Provinsi Aceh. Populasinya Jumlah anggota keluarga
Hingga 4 anggota 4 530 43.4 690 56.6
adalah seluruh rumah tangga mempunyai balita berusia 24– anggota di bawah 775 39.2 1203 60.8

59 bulan. Metode penentuan sampel dilakukan dengan cara IMD


TIDAK 922 50,6 900 49.4
probabilitas sampling dengan teknik cluster sampling. Ya 383 27,8 993 72.2

Penentuan sampel dilakukan dalam dua tahap, yaitu (1) ASI eksklusif
TIDAK 1235 52.9 1099 47.1
pertama memilih cluster untuk setiap kabupaten dan kota Ya 70 8.1 794 91.9
Usia penyapihan
dan (2) kedua memilih sampel rumah tangga di setiap cluster. Lebih buruk 544 54,8 449 45.2
Bagus 761 34,5 1444 65.5
Tiap kabupaten dan kota dipilih 30 klaster. Pengumpulan
Pemberian makanan pendamping ASI
data dilakukan dengan studi literatur, survei, dan Pemantauan Tidak diberikan 444 79,9 112 20.1
Diberikan 861 32,6 1781 67.4
Status Gizi yang diperoleh pada masing-masing Dinas vitamin A
451 65,7 235 34.3
Kesehatan di 23 kota/ TIDAK

Ya 854 34,0 1658 66.0


kabupaten di Provinsi Aceh. Pengolahan data melalui proses Total 1305 40,8 1893 59.2

editing, coding, entry, cleaning data entry dilakukan dengan


menggunakan Software Predictive Analytics.
Tingkat pendidikan orang tua terhadap stunting
Analisis data diawali dengan analisis deskriptif Berdasarkan analisis regresi logistik diperoleh
yaitu mendeskripsikan objek melalui data dalam sampel hanya tingkat pendidikan ibu yang mempengaruhi kejadian
yang diteliti berdasarkan variabilitas. Uji statistik yang stunting pada anak usia 2–5 tahun, dengan p = 0,005 (p <
digunakan adalah distribusi frekuensi, minimum, maksimum, 0,05) dengan nilai OR 1,4, ibu yang berpendidikan rendah
mean, dan deviasi. Analisis bivariat dilakukan untuk menyebabkan stunting sebesar 1,4 kali dibandingkan ibu
mengukur hubungan antara variabel independen dan yang berpendidikan tinggi pada anak usia 2–5 tahun di
dependen. Untuk memperkuat hasil analisis tersebut Provinsi Aceh (Tabel 2).
digunakan uji regresi linier yang bertujuan untuk membuktikan Tabel 2 Analisis hasil uji regresi logistik untuk identifikasi
hipotesis yang diajukan dengan CI: 95%. Hasil analisis variabel tingkat pendidikan orang tua sebagai model faktor
bivariat yang dilanjutkan dengan analisis data secara kejadian stunting
multivariat dilakukan secara khusus untuk mengetahui Variabel independen B P ATAU 95% CI

variabel independen mana yang paling berperan terhadap Tingkat pendidikan kepala keluarga
Tingkat pendidikan ibu
0,102
0,316
0,482*
0,005
1.1
1.4
0,833–1,473
1.100–1.711
variabel dependen (stunting). Uji statistik untuk analisis Konstan 0,316 0,000 1.4
*Tidak termasuk dalam model multivariat (p > 0,25)
multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda (CI:
95%). Hasil analisis bivariat dengan menggunakan regresi
logistik sederhana menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat

658 https://www.id-press.eu/mjms/index
Machine Translated by Google

Bustami dan Ampera. Identifikasi Modeling Penyebab Stunting Anak Usia 2-5 Tahun

pendidikan orang tua, tingkat pendidikan ibu yang dijadikan acuan 1


dalam memprediksi kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun, Y = (2)
0.318 +0.377Pekerjaan Ayah
1 +e(
-
)
dengan p = 0,005.
Sedangkan variabel tingkat pendidikan kepala keluarga tidak
dapat dimasukkan dalam pemodelan, karena dianggap p > 0,25 Model persamaan yang diperoleh dapat memprediksi
(p = 0,482). Oleh karena itu, berdasarkan tingkat pendidikan pengaruh faktor pekerjaan KK terhadap kejadian stunting pada
orang tua, hanya tingkat pendidikan ibu yang memungkinkan anak usia 2–5 tahun sebesar 59,2% (persentase keseluruhan
dibuatnya persamaan model regresi, yang berbentuk sebagai 59,2%).
berikut:

Y= 0,316 + (0,316) Tingkat Pendidikan Ibu Jumlah anggota keluarga yang mengalami stunting
Pada model di atas, perhitungan matematis peluang
Secara statistik ternyata kehadiran jumlah anggota
anak usia 2–5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut: keluarga dalam suatu rumah tangga berpengaruh terhadap
kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun, dengan p = 0,017 (p
< 0,05) dengan OR = 1,2 sehingga banyak anggota keluarga
1 mempunyai peluang sebesar 1,2 kali menyebabkan anak stunting
Y = ' (1) dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anggota keluarga
- 0,316 0,316 Tingkat Pendidikan Ibu +
1+e ( )
sedikit (Tabel 4).
Model persamaan regresi jumlah variabel pekerjaan
Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi tinggi
keluarga berdasarkan hasil penelitian di atas dan turunan
rendahnya pengaruh faktor risiko (tingkat pendidikan ibu) terhadap
matematis anak usia 2–5 tahun mengalami stunting adalah
kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun sebesar 59,2%
sebagai berikut:
(persentase keseluruhan 59,2%).
Y = 0,246 + (0,176) jumlah anggota keluarga
Pada model di atas, perhitungan matematis peluang
Tugas orang tua melawan stunting anak usia 2–5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut:
Kepala keluarga yang menganggur sebesar 33,3%
terpaksa melakukan stunting pada anak usia 2–5 tahun, serta ibu
yang tidak bekerja sebesar 37,1%. 1
Y = (3)
Kepala keluarga yang bekerja mempunyai pengaruh yang
1 +e( 0,246 +0,176 Jumlah Anggota Keluarga
-
)
signifikan terhadap kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun,
dengan p = 0,001 (p-value < 0,05) dengan nilai OR 1,5.
Model persamaan yang diperoleh dapat memprediksi
Kemungkinan terjadinya anak stunting sebesar 1,5 kali lipat
pengaruh banyak faktor jumlah anggota keluarga terhadap
disebabkan oleh kepala keluarga yang tidak bekerja jika
kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun sebesar 59,2%
dibandingkan dengan KK yang bekerja. Kemudian berdasarkan
(persentase keseluruhan 59,2%).
pekerjaan ibu ternyata tidak berpengaruh terhadap kejadian
stunting (p=0,992). Pekerjaan orang tua juga berpengaruh
signifikan terhadap kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun Tabel 4 Analisis Hasil Uji Regresi Logistik untuk Identifikasi
(Tabel 3). Variabel Jumlah Anggota Keluarga Sebagai Model Faktor
Kejadian Stunting
Tabel 3 Analisis hasil uji regresi logistik untuk identifikasi
Variabel bebas B 95% CI
variabel pekerjaan orang tua sebagai model faktor kejadian
Jumlah anggota keluarga 0,176 hal 1.032–1.378
stunting Konstan 0,246 0,017 0,000 ATAU 1.2 1.3
Persentase keseluruhan 59,2%.
Variabel bebas 95% CI
Pekerjaan ayah B hal 1.170–1.818
Pekerjaan ibu 0,377 0,001 0,758–1,323
Konstan 0,001 0,318 0,992* 0,000 ATAU 1,5 1,0 1,4
*Tidak termasuk dalam model multivariat (p > 0,25) IMD menentang stunting
Berdasarkan tingkat pekerjaan orang tua, pekerjaan Hasil analisis bivariat dengan menggunakan regresi
ayah yang masuk sebagai model dalam memprediksi kejadian logistik sederhana menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini
stunting pada anak usia 2–5 tahun, dengan p=0,001. Sedangkan berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 2–5
variabel tingkat pekerjaan ibu tidak dimasukkan dalam pemodelan, tahun, dengan p = 0,000 (p < 0,25), dengan OR = 2,7 pada ibu
karena dianggap p > 0,25 (p = 0,992). Pembuatan persamaan yang tidak melakukan pemberian ASI. Proses IMD mempunyai
model regresi variabel pekerjaan ayah adalah sebagai berikut: kemungkinan 2,7 kali lebih besar untuk mempunyai anak stunting
dibandingkan yang melakukan proses IMD.

Tabel 5 Analisis hasil uji regresi logistik untuk identifikasi


Y = 0,318 + (0,377) Pekerjaan Ayah
variabel IMD sebagai model faktor kejadian stunting
Pada model di atas, perhitungan matematis peluang Variabel bebas 95% CI
anak usia 2–5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut: IMD B P 2.287–3.084
Konstan 0,977 -0,024 0,000 0,606 ATAU 2.7 1.0
*Persentase keseluruhan 59,9%.

Akses Terbuka Maced J Med Sci. 29 Oktober 2020; 8(E):657-663. 659


Machine Translated by Google

E - Kesehatan Masyarakat Perundang-undangan Kesehatan Masyarakat

Hasil analisis bivariat menggunakan regresi logistik Persamaan model yang diperoleh dapat memprediksi
sederhana (Tabel 5) berdasarkan pola IMD dimasukkan pengaruh ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif terhadap
sebagai pemodelan dalam memprediksi kejadian stunting kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun adalah sebesar
pada anak usia 2–5 tahun, dengan p = 0,000 (p < 0,25 ). 63,4%.
Pembuatan persamaan model regresi adalah sebagai berikut:

Usia penyapihan terhadap stunting


Y = -0,024 + (0,977) IMD
Penyapihan yang tidak memadai (di bawah 24 bulan
Berdasarkan model tersebut, peluang anak usia 2–
dan di atas 24 bulan) oleh ibu sebanding dengan 54,8%, anak
5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut:
usia 2–5 tahun mengalami masalah stunting.
Usia penyapihan berpengaruh signifikan terhadap kejadian
1 stunting pada anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh, dengan
Y = 0,024 0,977 IMD + (4)
1(+ e ) nilai p = 0,000 dan nilai OR 2,3. Penyapihan yang buruk
mempunyai kemungkinan 2,3 kali terjadinya stunting
Model persamaan yang diperoleh dapat memprediksi dibandingkan dengan anak yang penyapihannya baik.
pengaruh ibu yang tidak melakukan proses IMD terhadap Hasil analisis bivariat menggunakan regresi logistik
kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun sebesar 59,9%. sederhana (Tabel 7), untuk mengidentifikasi variabel umur
penyapihan diketahui nilai p = 0,000 sehingga variabel ini
masuk sebagai deep modeling dalam memprediksi kejadian
stunting pada anak usia 2–5 tahun. tahun, (p <0,25).
Pemberian ASI eksklusif untuk stunting Pembuatan persamaan model regresi dan turunan
probabilitasnya adalah sebagai berikut:
Pemberian ASI eksklusif (memberikan ASI hanya
sampai anak usia 5 bulan 29 hari) di Provinsi Aceh berdasarkan Y = –0,192 + (0,832) Umur Penyapihan
data PSG tahun 2015 yang berhasil hanya mencapai 27,0%.
Berdasarkan model tersebut, kemungkinan anak
Saat ini kondisi anak usia 2–5 tahun stunting juga semakin usia 2–5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut:
tinggi yaitu sebesar 40,8%.
Secara proporsional, 52,9% anak yang tidak mendapat ASI
eksklusif mengalami masalah gizi akut (stunting). Pemberian
1
ASI eksklusif sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting Y =
1+e
0,192 0,832
+ Umur Menyapih (6)
pada anak (p = 0,000, dengan OR = 12,6), dimana anak usia ( )
2–5 tahun yang tidak mendapat ASI eksklusif berpeluang
mengalami stunting sebesar 12,6 kali dibandingkan anak yang Model persamaan yang diperoleh dapat memprediksi
mendapat ASI eksklusif. sudah mendapatkan ASI eksklusif. pengaruh ibu yang tidak melakukan penyapihan dengan baik
terhadap kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun sebesar
62,2%.
Hasil analisis bivariat menggunakan regresi logistik Tabel 7: Analisis Hasil Uji Regresi Logistik untuk Identifikasi
sederhana (Tabel 6), untuk mengidentifikasi variabel ASI Variabel Usia Penyapihan Sebagai Model Faktor
eksklusif diketahui nilai p = 0,000 sehingga variabel ini masuk Variabel independen 95% CI
Usia penyapihan B hal 1.973–2.678
sebagai pemodelan dalam memprediksi kejadian stunting Konstan 0,832 –0,192 0,000 0,003 ATAU 2,3 0,8
*Persentase keseluruhan 62,2%.
pada anak usia 2–5 tahun, ( p <0,25). Pembuatan persamaan
model regresi adalah sebagai berikut:

Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk


Tabel 6 Hasil uji regresi logistik identifikasi variabel ASI
mengatasi stunting
eksklusif sebagai model faktor kejadian stunting
Pemberian makanan pendamping ASI berpengaruh
Variabel independen 95% CI signifikan terhadap kejadian stunting pada anak usia 2–5
ASI eksklusif B hal ATAU 9.853–16.491
Konstan 2.545 –0.117 0,000 0,005 12,6 0,9 tahun, dengan p = 0,000 (p < 0,05) dan memiliki nilai OR
*Persentase keseluruhan 63,4%.
sebesar 8,2 (Tabel 8). Anak yang tidak mendapat makanan
Y = –0,117 + (2,545) ASI Eksklusif pendamping ASI sebanyak 8,2 kali akan mengalami stunting
dibandingkan anak yang mendapat makanan pendamping ASI
Berdasarkan model tersebut, kemungkinan anak
sejak usia 6–59 bulan.
usia 2–5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut:
Model persamaan regresi variabel pemberian
makanan pendamping ASI berdasarkan hasil penelitian diatas
serta turunan matematis bahwa peluang pemberian makanan
1
Y = 0.117 2.545 ASI Eksklusif + (5) pendamping ASI pada anak usia 2–5 tahun mengalami
1+e ( ) stunting adalah sebagai berikut:

660 https://www.id-press.eu/mjms/index
Machine Translated by Google

Bustami dan Ampera. Identifikasi Modeling Penyebab Stunting Anak Usia 2-5 Tahun

kamu = –1.377 + (2.104) Tabel 10: Analisis hasil uji regresi logistik untuk identifikasi
variabel independen sebagai model faktor kejadian stunting
Berdasarkan model tersebut, kemungkinan anak usia
2–5 tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut:
Variabel bebas 95% CI
Kepala Pendidikan Keluarga B p 0,749* 0,732–1,542
Pendidikan ibu 0,061 0,378* 0,844–1,563
Pekerjaan kepala keluarga 0,138 0,030 1.031–1.831
Pekerjaan ibu 0,318 0,983* 0,683–1,477
1 Jumlah anggota keluarga 0,004 0,072* 0,986–1,409
Y = (7) Inisiatif stunting dini 0,164 0,151* 0,948–1,417
1.377+2.104 Pemberian makanan pendamping ASI
1 +e( ) ASI eksklusif 0,147 0,000 ATAU 11.215–21.233
Usia kerdil 2,736 0,000 1,1 1.434–2.087
Pemberian MP-ASI 0,548 0,000 1,2 8.083–14.192
Pemberian Vitamin A 2,371 0,000 1,4 2.785–4.271
Pemberian model persamaan makanan pendamping Konstan 1,238 –3,687 0,000 1,0 1,2 1,2 15,4 1,7 10,7 3,5 0,03

ASI yang dapat memprediksi pengaruh pemberian MP-ASI baik *Dikeluarkan secara bertahap (seleksi mundur).

diberikan maupun tidak diberikan terhadap kejadian stunting


pada anak usia 2–5 tahun adalah sebesar 69,6% (persentase Pemodelan regresi multivariat
keseluruhan 69,6%).
Analisis bertujuan untuk mengetahui variabel bebas
Tabel 8: Analisis hasil uji regresi logistik untuk identifikasi yang paling dominan mempengaruhi (pendidikan keluarga,
variabel pemberian makanan pendamping ASI sebagai model pekerjaan keluarga, jumlah anggota keluarga, Inisiasi Menyusui
Dini, ASI Eksklusif, Usia Menyapih, Pemberian MP-ASI, dan
B 95% CI
Variabel bebas Pemberian Vitamin A) terhadap variabel terikat ( stunting) pada
Pemberian makanan pendamping ASI 2.104 hal 6.563–10.245
Konstan -1.377 0,000 0,000 ATAU 8,2 0,3 anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh.
*Persentase keseluruhan 69,6%.

Setelah dikeluarkan variabel dengan p > 0,05 secara


Pemberian Vitamin A terhadap stunting bertahap yaitu variabel pendidikan, pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, jumlah anggota keluarga, dan inisiasi menyusui dini diperoleh
Pemberian kapsul Vitamin A pada anak terdiri dari lima variabel yang akan dimasukkan sebagai calon model adalah
kapsul Vitamin A berwarna biru (pada usia 6–11 bulan) dan pekerjaan KK (p = 0,030) , pemberian ASI eksklusif (p=0,000),
Vitamin A berwarna merah (pada usia 12–59 bulan). usia penyapihan (p=0,000), pemberian makanan pendamping
Secara proporsional anak yang tidak mendapat kapsul Vitamin ASI (p=0,000), dan pemberian Vitamin A (p=0,000) yang hasilnya
A sebesar 65,7% mengalami stunting. Pemberian kapsul Vitamin disajikan pada Tabel 11.
A berpengaruh nyata (p=0,000) terhadap kejadian stunting pada
anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh, dengan nilai OR sebesar
Tabel 11 Hasil uji regresi logistik berganda untuk
3,7 (Tabel 9 dan 10). Anak yang tidak mendapat kapsul Vitamin mengidentifikasi variabel-variabel yang akan masuk dalam faktor stunting
A berpeluang 3,7 kali lipat mengalami stunting dibandingkan model di Provinsi Aceh tahun 2015
anak yang mendapat kapsul Vitamin A. Hasil analisis bivariat Variabel bebas B ATAU 95% CI

menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa pemberian Pekerjaan kepala keluarga 0,397 p 1,5 1.154 – 1.916
Memberikan ASI eksklusif 2,816 0,002 16,7 12.397 – 22.526
Vitamin A diidentifikasi sebagai pemodelan dalam memprediksi Usia penyapihan 0,544 0,000 1,7 1.430 – 2.078
Pemberian MP-ASI 2,356 0,000 10,6 7.962 – 13.978
kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun, dengan p = 0,000 Pemberian Vitamin A 1,257 0,000 3,5 2.841 – 4.347
(p < 0,25). Konstan -3,530 0,000 0,000 0,03

Tabel 9: Analisis Hasil Uji Regresi Logistik untuk Identifikasi Dalam proses pemodelan ini juga diuji uji interaksi
Variabel Pemberian Vitamin A Sebagai Model
antar kombinasi variabel bebas yang berinteraksi secara
Variabel independen 95% CI
Pemberian Vitamin A B hal 3.118–4.452
substansial/biologis.
Konstan 1.315 –0.652 0,000 0,000 ATAU 3,7 0,5 Interaksi yang memiliki p <0,05 akan dimasukkan, model.
*Persentase keseluruhan 65,9%.
Variabel ini akan dimasukkan dalam model analisis regresi
Pemberian Vitamin A pada anak usia 2–5 tahun logistik berganda, seperti terlihat pada Tabel 12.
dimasukkan dalam model persamaan untuk memprediksi kejadian Tabel 12 Analisis Hasil Akhir Pemodelan Analisis Regresi
stunting. Pembuatan persamaan model regresi dengan bentuk Logistik Berganda Faktor-Faktor Kejadian Stunting pada Anak
sebagai berikut: Y = –0,652 + (1,135) pemberian Vitamin A. Pada Usia 2-5 Tahun di Provinsi Aceh Tahun 2015
model di atas, perhitungan matematis peluang anak usia 2–5 Variabel bebas B SE Wald df Sig. Exp (B) 95% CI (bawah-atas)

tahun mengalami stunting adalah sebagai berikut: Pekerjaan kepala 0,397 0,129 9,4 1 0,002 1,5 1.154 – 1.916
keluarga
Pemberian ASI Eksklusif 2.816 0.152 341.7 1 0.000 16.7 Umur Menyapih 1 12.397 – 22.526
0.000 1.7 Pemberian MP-ASI0,544 0,095 Vitamin
Pemberian 32,6 2,356
A 1.257 0.109 134.1 1 0.000 1.430 – 2.078
3.5 Konstan 0,144 269,2 1 0,000 10,6 7.962 – 13.978
1 2.841 – 4.347
Y = 0,652 1,135+ Pemberian Vitamin (8) –3,530 0,179 400,9 1 0,000 0,03
1+e ( A) *Persentase keseluruhan 75,0.

Hasil akhir analisis regresi logistik berganda


Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi ada menemukan model regresi untuk memprediksi stunting pada
tidaknya pengaruh faktor risiko (pemberian Vitamin A) terhadap anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh.
kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun sebesar 65,9% Berdasarkan Tabel 12 diperoleh model regresi berupa persamaan
(persentase keseluruhan 65,9%). sebagai berikut:

Akses Terbuka Maced J Med Sci. 29 Oktober 2020; 8(E):657-663. 661


Machine Translated by Google

E - Kesehatan Masyarakat Perundang-undangan Kesehatan Masyarakat

Y= –3.530+0.397 Pekerjaan Kepala Keluarga+2.816 Diskusi


Pemberian ASI Eksklusi+0.544 Usia Menyapih+2.356
Pemberian Makanan Pendamping ASI+1.257 Pemberian
Vitamin A Faktor-faktor penentu stunting telah dipelajari
Berdasarkan persamaan pemodelan di atas, secara luas baik secara global maupun nasional. Stunting
diperoleh perhitungan matematis mengenai probabilitas anak merupakan suatu proses yang dampaknya tidak hanya
usia 2–5 tahun mengalami stunting: berdampak pada kehidupan tetapi juga generasi berikutnya.
Malnutrisi sering kali dimulai sejak dalam kandungan,
terutama pada anak-anak dan wanita. Berdasarkan hasil
1 penelitian, ternyata penyebab utama stunting pada anak usia
Y = ÿ+ X
+…+ 0 22
( ÿÿ ÿ )
XP hal (9)
1+
pengalaman
2–5 tahun di Provinsi Aceh yaitu kondisi sosial ekonomi
meliputi pendidikan ibu (p=0,005) dan pekerjaan kepala keluarga (p=0,001
Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi Faktor penyebab yang tidak berhubungan langsung dengan
tinggi rendahnya pengaruh faktor risiko terhadap stunting pola asuh seperti tidak adanya proses IMD (p=0,000) dan
tidak memberikan ASI eksklusif (p=0,000), pemberian
pada anak usia 2–5 tahun sebesar 75,0% (persentase
makanan pendamping ASI yang tidak baik (p=0,000), usia
keseluruhan 75,0%). Persamaan diatas, identifikasi kejadian
menyapih (p=0,000 ), dan juga karena kekurangan Vitamin A (p = 0,000).
stunting dapat diperkirakan jika mengetahui nilai KK kerja,
Hasil penelitian juga menemukan beberapa variabel yang
ASI eksklusif, umur penyapihan, pemberian makanan
tidak berpengaruh terhadap kejadian stunting, seperti
pendamping ASI, serta pemberian Vitamin A. Uji statistik
pendidikan kepala keluarga (p=0,482) dan pekerjaan ibu
koefisien regresi diketahui seluruh nilai probabilitas yang
(p=0,992). Penelitian terkait stunting skala besar umumnya
mempunyai nilai di bawah nilai alpha (ÿ = 0,05) yaitu variabel
memanfaatkan data survei nasional Riset Kesehatan Dasar
pekerjaan KK (p = 0,002), pemberian ASI Eksklusif (p =
Kementerian Kesehatan RI dan data makro lainnya. Stunting
0,000), usia penyapihan (p = 0,000), pemberian makanan
di berbagai daerah di Indonesia dapat dipengaruhi oleh
pendamping ASI (p = 0,000), dan Vitamin A. (p = 0,000).
berbagai aspek seperti kemiskinan.
Sehingga pada alpha 5% terdapat pengaruh Faktor risiko stunting pada balita di berbagai kabupaten/kota
hubungan linier antara pemberian ASI Eksklusif dengan kota-kota di Indonesia meliputi produk domestik regional
kejadian stunting pada anak dengan OR = 16.7 yang berarti bruto per kapita, tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan,
anak usia 2–5 tahun mengalami stunting sebesar 16.7 kali perilaku kebersihan, dan pemanfaatan [10]. Angka kejadian
disebabkan oleh ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. stunting pada balita di Indonesia dipengaruhi oleh tinggi
pemberian ASI Eksklusif sebesar 10,6 kali karena tidak badan ayah, tinggi badan ibu, umur, tempat tinggal, status
diberikan MP-ASI, sebesar 3,5 kali karena tidak mendapatkan sosial ekonomi, pendidikan ibu, penyakit menular, kebersihan
kapsul Vitamin A, dan sebesar 1,7 kali karena usia penyapihan diri, dan sanitasi lingkungan. Prevalensi stunting secara
yang kurang baik, dan sebesar 1,5 kali karena KK tidak signifikan lebih tinggi pada anak yang orang tuanya
bekerja di Provinsi Aceh pada tahun 2015. Melalui model ini, berpendidikan rendah [13], [14]. Faktor penyebab terjadinya
sebanyak lima buah variabel prediktor independen yang gizi buruk pada anak adalah kurangnya akses terhadap
terdiri dari pekerjaan kepala keluarga, pemberian ASI pangan, pola asuh orang tua yang tidak tepat, sanitasi yang
eksklusif, umur penyapihan, pemberian makanan pendamping buruk, dan kurangnya pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi
ASI, dan pemberian vitamin A, dapat memperkirakan permasalahan gizi khususnya stunting diperlukan tindakan
pengaruh faktor risiko terhadap kejadian stunting pada anak lintas sektoral dengan asupan pangan yang cukup. Penelitian
usia 2–5 tahun sebesar 75,0%. Angka tersebut menjelaskan di Etiopia menyebutkan bahwa konsentrasi zinc dan kalsium
bahwa persamaan tersebut sangat baik untuk memprediksi pada ASI serta kualitas dan kuantitas pemberian makanan
kejadian stunting menurut keadaan variabel independen penolong ASI merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian
berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan analisis stunting pada anak usia 6–11 bulan. Konsumsi gizi, jenis
multivariat dengan uji statistik regresi logistik biner bahwa kelamin, status gizi, status pemberian ASI, dan status sosial
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kejadian stunting. ekonomi berkorelasi positif dengan kejadian stunting pada
stunting merupakan faktor : KK Pekerjaan, ASI eksklusif, usia anak usia 6–72 bulan (Depkes RI, 2016).
penyapihan, pemberian makanan pendamping ASI, dan Prevalensi stunting cukup tinggi di banyak lingkungan dengan
pemberian Vitamin A. Selanjutnya faktor yang paling dominan prevalensi penyakit menular yang tinggi [17].
menyebabkan kejadian stunting pada anak usia 2–5 tahun di Anak usia sekolah dasar (6–15 tahun) yang berstatus stunting
Provinsi Aceh, sehingga ASI eksklusif adalah variabel gizi mempunyai kemampuan kognitif, nilai matematika, dan
prediktor yang paling dominan. Nilai OR variabel ini paling nilai IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak
tinggi diantara variabel lainnya. Semakin besar OR maka stunting. Kejadian stunting juga berkaitan dengan usia masuk
semakin besar kemungkinan faktor risiko tersebut sekolah yang terlambat, pengulangan kelas, prestasi belajar,
menyebabkan anak usia 2–5 tahun mengalami stunting. Nilai dan putus sekolah. Bank Dunia mengungkapkan tiga alasan
OR pada variabel ini sudah dikendalikan oleh variabel lain yang mendasari perlunya intervensi untuk mengurangi
yaitu pemberian makanan pendamping ASI, pemberian masalah gizi, khususnya stunting. Pertama, intervensi dapat
Vitamin A, umur penyapihan, serta pekerjaan kepala keluarga. memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Kedua, intervensi gizi

662 https://www.id-press.eu/mjms/index
Machine Translated by Google

Bustami dan Ampera. Identifikasi Modeling Penyebab Stunting Anak Usia 2-5 Tahun

dilakukan karena bentuk dan banyaknya permasalahan Seminar dan Workshop Internasional Gaya Hidup. Yogyakarta:
gizi yang mengkhawatirkan. Ketiga, intervensi gizi Universitas Gadja Mada; 2005.

dilakukan karena buruknya daya beli masyarakat [20]. 9. Victora CG, De Onis M, Hallal PC, Blössner M, Shrimpton R.
Waktu terjadinya goyahnya pertumbuhan di seluruh dunia: Meninjau
kembali implikasi intervensi. Pediatri. 2010;125(3):e473-80. https://doi.
org/10.1542/peds.2009-1519
PM Pertengahan: 20156903

Kesimpulan 10. Ulfani DH, Martianto D, Baliwati YF. Faktor-faktor sosial ekonomi dan
kesehatan masyarakat kaitannya dengan masalah gizi underweight,
stunted, dan wasted di Indonesia: Pendekatan ekologi gizi. J Gizi
Pangan. 2011;6(1):59-65. https://doi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian org/10.25182/jgp.2011.6.1.59-65
stunting pada anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh (p < 0,05).
11. Aditianti F. Faktor penentu stunting pada anak usia 24-59 bulan di
Faktor dominan yang mempengaruhi kejadian stunting Indonesia. J Info Pangan Gizi. 2010;19:2. https://doi.
pada anak usia 2–5 tahun di Provinsi Aceh yaitu ASI org/10.32382/mgp.v25i1.64
Eksklusif sebesar 16,7 kali, karena tidak diberikan 12. Fentaw R, Bogale A, Abebaw D. Prevalensi malnutrisi anak di rumah
makanan pendamping ASI sebesar 10,6 kali, sebesar 3,5 tangga agro-pastoral di Negara Bagian Afar, Ethiopia.
kali karena tidak mendapat kapsul Vitamin A, sebesar 1,7 Praktek Nutr Res. 2013;7(2):122-31. https://doi.org/10.4162/
nrp.2013.7.2.122
kali karena hingga usia menyapih yang kurang baik, serta
PM Tengah:23610605
1,5 kali lipat akibat pekerjaan ayah yang tidak bekerja.
Variabel yang tidak berpengaruh terhadap kejadian 13. Senbanjo IO, Oshikoya KA, Odusanya OO, Njokanma OF.
Prevalensi dan faktor risiko stunting pada anak sekolah dan remaja di
stunting adalah pendidikan kepala keluarga dan pekerjaan
Abeokuta, Nigeria Barat Daya. J Kesehatan Popul Nutr.
ibu. 2011;29(4):364-70. https://doi.org/10.3329/
jhpn.v29i4.8452
PM Tengah:21957675

14. Maleta K. Gizi Buruk. Malawi Med J.2006;18(4):189-205.


PM Tengah: 27529011
Referensi
15. Amare B, Moges B, Fantahun B, Tafess K, Woldeyohannes D, Yismaw
G, dkk. Tingkat mikronutrien dan status gizi anak sekolah yang tinggal
1. Program Pembangunan PBB. Laporan Pembangunan Manusia 2011. di Ethiopia Barat Laut. Nutr J. 2012;11:108. https://doi.org/
Keberlanjutan dan Kesetaraan: Masa Depan yang Lebih Baik untuk 10.1186/1475-2891-11-108
Semua. New York: Program Pembangunan PBB; 2011. https://doi.org/ PM Tengah:23237638
10.18356/fdcff8d6-en 16. Walker SP, Chang SM, Powell CA, Simonoff E, Grantham-McGregor
2. Badan Pusat Statistik. Ketimpangan Pendidikan di Indonesia. SM. Stunting pada anak usia dini dikaitkan dengan fungsi psikologis
Pemerataan Akses Pelayanan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. yang buruk pada masa remaja akhir dan efeknya dapat dikurangi
Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2016. dengan stimulasi psikososial. J Nutrisi. 2007;137(11):2464-
https://doi.org/10.33007/inf.v2i1.190 9. https://doi.org/10.1093/jn/137.11.2464
3. Badan Pusat Statistik. Pemerataan Akses Pelayanan Kesehatan Menuju PM Tengah:17951486
Indonesia Sehat. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Badan
17. De Onis M, Blössner M. Basis data global Organisasi Kesehatan Dunia
Pusat Statistik; 2017.
tentang pertumbuhan anak dan malnutrisi: Metodologi dan aplikasi.
4. Dana Anak-anak PBB. Keadaan Anak-Anak Dunia Tahun 2014 dalam Epidemiol Int J. 2011;32:518-26. https://doi.
Angka: Setiap Anak Berarti. New York: Dana Anak-anak PBB; org/10.1093/ije/dyg099
2014.https://doi.org/10.18356/8504d62b-en
18. Brito GN, De Onis M. Status pertumbuhan dan prestasi akademik pada
5. Organisasi Kesehatan Dunia. Target Gizi Global 2025: Ringkasan anak usia sekolah di Brasil: Keterbelakangan pertumbuhan
Kebijakan Stunting. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia; 2014. mengganggu kemampuan matematika, tetapi tidak kemampuan
6. Organisasi Kesehatan Dunia. Kursus Pelatihan Penilaian Pertumbuhan membaca dan mengeja. Arq Neuropsiquiatr. 2006;64(4):921-5. https://doi.org/10.15
Anak: Menafsirkan Indikator Pertumbuhan. Jenewa: Organisasi s0004-282x2006000600006
Kesehatan Dunia; 2008. 19. Daniels MC, Adair LS. Pertumbuhan anak-anak muda Filipina
7. Kudlová E, Schneidrová D. Pola makan dan perubahannya pada anak memprediksi lintasan sekolah hingga sekolah menengah atas. J
usia dini. Kesehatan Masyarakat Cent Eur J. 2012;20(2):126-34. Nutrisi. 2004;134(6):1439-46. https://doi.org/10.1093/jn/134.6.1439
https://doi.org/10.21101/cejph.a3703 PM Tengah:15173409
PM Tengah:22966737
20. Bank Dunia. Peningkatan Gizi Melalui Multisektoral
8. Atmarita. Masalah gizi di Indonesia. Terintegrasi Pendekatan. New York: Bank Dunia; 2013.

Akses Terbuka Maced J Med Sci. 29 Oktober 2020; 8(E):657-663. 663

Anda mungkin juga menyukai