Kelompok 4:
• Epitamala hutabarat (J1A217033)
• M. Ziyad k (J1A217046)
• Wahyu Prasetya (J1A217017)
• Riski Ananda Nasution (J1A217030)
• Satria dwi nanda (J1A217016)
Zat pewarna
Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki atau memberi warna pada makanan (PERMENKES RI
No. 722/Menkes/per/IX/1998).
1. NaOH (Berwarna
Potong benang wol
menjadi 4 bagian dan
Keringkan benang wol
Benag wol diteteskan
hitam)
dengan menggunakan
masukkan kedalam
cawan petri
oven
aquadest 2. HCL (kuning pudar)
3. NH4OH ( kuning)
4. H2SO4 (kuning tua)
Peralatan
1. Labu takar 500 ml dan 250 ml
2. Labu pemisah 500 ml
3. Buret
Prosedur Kerja
1.Homogenkan sampel, jika padatan atau semi padatan harus digiling
terlebih dahulu. Pindahkan 100 gr sampel ke dalam labu takar 500 ml.
2.Tambahkan NaCl powder dalam jumlah yang cukup untuk menjenuhkan
air yang ada dalam sampel, kemudian buat alkali dengan penambahan
larutan NaOH 10 % (periksa dengan kertas lakmus).
3.Encerkan sampai tanda tera dengan larutan NaCl jenuh. Kocok merata.
4.Biarkan sedikitnya 2 jam dengan pengocokan berkali – kali secara
berskala. Lebih disukai bila dibiarkan semalaman. Saring dengan kertas
Whatman No. 4.
5.Jika sampel mengandung banyak lemak yang dapat mengkontaminasi
filtrate, tambahkan beberapa ml larutan NaOH ke dalam filtrate,
kemudian ekstrak dengan eter sebelum penetapan selanjutnya.
6.Jika sampel mengandung alcohol, perlakuan seperti mempersiapkan
sampel cider.
Uji Kuantitasi
Natrium Benzoat dalam Makanan Sebanyak 5 g sampel ditimbang dengan teliti
dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL kemudian ditambahkan larutan NaCl
jenuh hingga 100 mL, ditambahkan dengan HCl sampai bersifat asam (kertas
lakmus biru menjadi merah) selanjutnya dihomogenkan sampai sempurna.
Dimasukkan ke dalam corong pemisah, pertama diesktrak dengan 35 mL dietil eter
terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas/lapisan eter dipisahkan ke dalam gelas
erlenmeyer sedangkan lapisan bawah diekstrak kembali dengan 25 mL dietil eter
dan seterusnya ekstraksi diulangi lagi dengan 20 mL, 15 mL dietil eter. Campuran
lapisan atas/ekstrak eter dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dicuci dengan
25 mL HCl 0,1%, lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicuci lagi dengan 20 mL
HCl 0,1% dan seterusnya pencucian dilakukan dengan 15 mL HCl 0,1%. Ekstrak eter
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan dipaskan sampai garis batas dengan
etanol-air dan dihomogenkan. Sebanyak 25 mL ekstrak eter diencerkan kedalam
labu takar 100 mL dipaskan sampai garis batas dan dihomogenkan kemudian diukur
dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 223,4 nm.
Uji kuantitatif
Larutan Induk Natrium Benzoat 1000 ppm Sebanyak
1,000gr natrium benzoat ditimbang dengan teliti dan
dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL kemudian dilarutkan
dengan air : etanol dengan perbandingan 1 : 2 dan dipaskan
sampai tanda batas kemudian dihomogenkan. Pembuatan
Larutan baku 100 ppm Dipipet larutan induk 1000 ppm
sebanyak 10 mL kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan
dengan air : etanol dengan perbandingan 1 : 2 dan dipaskan
sampai tanda batas kemudian dihomogenkan. Pembuatan
Larutan Standar Kerja 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 16 ppm
Dipipet larutan baku 100 ppm masing-masing 1 mL, 2 mL, 4
mL, 8 mL dan 16 mL ke dalam 5 buah labu ukur 50 mL
ditambahkan dengan etanol : air hingga tanda batas dan
dihomogenkan.
Analisa Narium Benzoat
PRINSIP : Sampel dijenuhi dengan larutan
NaCl, sehingga asam benzoat dalam sampel
diubah menjadi NaBenzoat yang larut dengan
Penambahan NaOH. NaBenzoat yang larut
diasamkan dengan HCl berlebih sehingga
tidak larut yang diekstrak dengan khloroform,
residu endapan dilarutkan dengan alkohol
dan dititer dengan NaOH STD.
Lanjutan...
Persiapan sampel: Penetapan sampel:
• Pipet sampel dgn tepat ( 100 ml) +kan HCL sampai
netral Ekstrak sampel dgn khloroform beberapa
kali (70, 50, 40 & 30 ml scr berturut-turut), jika
1. Bahan dihaluskan, larutkan dlm terbentuk emulsi aduk, sampai emulsi hilang.
labu takar. • Kalau perlu sentrifuge, agar diperoleh filtrat jernih.
2. +kan bubuk NaCL berlebih, buat • Pindahkan semua filtrat hsl ekstraksi dlm
erlenmeyer 250 ml, cuci labu pemisah dgn
lar. Alkali dgn NaOH berlebih (uji khloroform 5-10 ml.
dgn lakmus) • Distilasi ekstrak dan uapkan diatas penangas air
3. Encerkan sampai tanda tera dgn sampai tinggal beberapa tetes
• Keringkan residu dalam desikator berisi H2SO4
lar. NaCl jenuh. Kocok. pekat semalam.
4. Saring dgn kertas whatman No. 4. • Titrasi: larutan Residu (NaBenzoat) dalam alkohol
50 ml (netral), encerkan dgn air 15 ml, beri 2 tetes
TITER degan NaOH 0.05 N.
PERHITUNGAN
•• Kadar NaBenzoat (ppm)
BAHAN PEMUTIH (BORAKS)
DEFENISI BORAKS
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama
natriurm tetraborat,berbentuk kristal lunak.
Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai
menjadi natrium hidroksida serta asam borat.
Baik boraks maupun asam borat memiliki
sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh
industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya
dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles
mulut dan obat pencuci mata.
Karakteristik Boraks
• berbentuk kristal putih.
• tidak berbau .
• larut dalam air.
• stabil pada suhu serta tekanan normal.
Kegunaan Boraks
• Boraks juga biasa digunakan sebagai
bahan pembuat deterjen.
1.Metode gravimetri
Sample yang telah dipreparasi dimasukkan dalam krus
platina yang tidak tertutup dan dipanaskan dengan api
sampai kertas gosong. Krus ditutup dan dibakar dengan
hati-hati, kemudian ditutup semua dan dimasukkan
dalam oven dengan suhu 1150 – 1200 0 C. Didinginkan
dalam desikator dan ditimbang (W) diulangi sampai
berat konstan. Ditambahkan 1 mL air, 2 tetes asam
sulfat, dan 10 ml HCl, kemudian diuapkan sampai kering
dan dipanaskan selama 2 menit pada suhu 1050 – 1100
0C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang (B).
• yang didapat dari perhitungan dengan tabel SNI untuk kadar sakarin yang diperbolehkan.
Lanjutan...
3. Aspartam
Aspartam digunakan untuk pemanis es krim, gelatin, minuman, dan permen karet.
Namun ketika dimasak menggunakan suhu tinggi, aspartam akan berubah menjadi
asam amino. Mudah larut dalam air sehingga cocok untuk pemanis makanan dengan
kadar air rendah.
4. Sukralosa
Sukralosa adalah gula pasir yang terklorinasi dan mempunyai kemanisan hingga
600 kali lipat dibandingkan dengan gula. Sukralosa digunakan untuk pemanis
minuman, es krim, permen karet, produk roti, dan makanan lainnya. Tak seperti zat
pemanis lainnya, sukralosa stabil pada suhu tinggi sehingga dapat digunakan untuk
produk kue dan roti.
5. Surbitol
Sorbitol yang dikenal juga sebagai glusitol, adalah suatu gula alkohol yang
dimetabolisme lambat di dalam tubuh. Sorbitol diperoleh dari reduksi glukosa,
mengubah gugus aldehid menjadi gugus hidroksil, sehingga dinamakan gula alkohol.
Sorbitol digunakan sebagai pemanis buatan pada produk permen bebas gula dan sirup
obat batuk. Zat ini juga dikenal sebagai pemanis yang memiliki nilai gizi karena
mengandung energi sebanyak 2,6 kkal per gram. Sorbitol merupakan pemanis yang
biasa digunakan untuk pemanis kismis, selai dan roti, serta makanan lain.
Lanjutan...
6.Asesulfam Potassium(Acesulfame Potassium/Acesulfame K)
Derajat kemanisannya sekitar 200 kali gula pasir. Kelebihannya,
mempunyai sifat stabil pada pemanasan. Pemanis ini akan
dikeluarkan melalui urine tanpa mengalami perubahan. Karena
tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan asesulfam
sebaiknya dibatasi dalam dosis yang kecil. Apalagi penggunaan
asesulfam sering dikombinasikan juga dengan pemanis lain.
7. Xylitol
Merupakan gula alkohol dengan derajat kemanisan 1 kali gula
pasir. Termasuk GRAS (Generally Recognized As Safe) atau
umumnya dikenal aman.
PENYEDAP RASA
Jenis-jenis penyedap rasa
1. Zat penyedap rasa alami
a. Bawang merupakan pemberi rasa sedap alami yang paling banyak
digunakan.
b. Merica memberi aroma segar dan rasa pedas yang khas.
c. Terasi merupakan zat cita rasa alami yang dihasilkan dari bubuk ikan dan
udang kecil yang dibumbui sedemikian rupa sehingga memberi rasa
sedap yang khas.
d. Daun salam memberi rasa sedap pada makanan.
e. Jahe memberi aroma harum dan rasa pedas khas jahe. f. Cabai memberi
rasa sedap dan pedas pada setiap masakan.
f. Daun pandan memberi rasa dan aroma sedap dan wangi pada makanan.
g. Kayu manis, selain memberi rasa manis dan mengawetkan juga memberi
aroma harum khas kayu manis.
Lanjutan...
2. Zat penyedap cita rasa yang berasal dari hasil
sintesis:
Oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma
seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini.
Etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma
seperti buah nanas pada makanan.
Amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma
seperti buah pisang.
a. Amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap
ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah
apel.
Lanjutan...
•Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat adalah vetsin atau
MSG (mononatrium glutamat). Di pasaran, senyawa tersebut dikenal
dengan beragam merek dagang, misalnya Ajinomoto, Miwon, Sasa,
Royco, Maggi, dan lain sebagainya.
•Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan
yang mengandung asam glutamat akan terasa lezat dan gurih meski
tanpa bumbu-bumbu lain. Keunikan dari MSG adalah bahwa meskipun
tidak mempunyai cita rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa
komponen-komponen lain yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat
yang semacam itu disebut dengan taste enhancer (penegas rasa).
•Dibalik kelezatan dari MSG, ternyata MSG dapat mengakibatkan penyakit
yang disebut Chinese Restaurant Syndrome (CRS).
•Gejala-gejala penyakit ini adalah : pusing kepala, wajah berkeringat, sesak
dada bagian bawah, kesemutan pada punggung leher, rahang bawah
serta leher bagian bawah yang kemudian terasa panas.
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif MSG
1. Uji Kuliatatif MSG
A. Spot Test
1 mL larutan sampel (± 1 dari 30 bagian)
Tambahkan 1 mL Triktohidindena hidrat TS dan 100 mg Natrium Asetat
Masukkan ke dalam Waterbath selama 10 menit
Bila timbul warna ungu maka + MSG
Pereaksi :
Larutan contoh
0,5±0,05 gram contoh dilarutkan dalam air hingga 1 liter.
Larutan standar
0,393±0,001 gram asam glutamat (kemurnian tidak kurang dari 99,5%) dinetralkan dengan NaOH p.a dan diencerkan.
Pelarut
Campuran butanol asam asetat pekat dan air dalam perbandingan volume 4:2:1.
Pembangkit warna
Larutan 0,2% ninhidrin dalam alcohol 95% v/v.
Kertas kromatografi
Digunakan kertas whatmen no 1 atau kertas lain yang sesuai dengan ukuran 250×250 mm.
Lanjutan...
Cara kerja :
• Isikan pelarut kedalam wadahnya dalam bak kromatografi dan dibiarkan 12
jam. Pada kertas kromatografi dibuat garis pada jarak 25 mm dari tepi
dengan pensil.
• Teteskan 0,025 ml contoh dan larutan standar pada garis tersebut dengan
jarak masing-masing 10 mm dan 25 mm, dan biarkan hingga kering.
Kromatografi dilakukan dengan cara decending, yaitu pelarut bergerak dari
bawah keatas. Tepi yang diletakkan di bagian bawah dan ujungnya
dicelupkan dalam larutan (10 mm), selama 8 jam. Kertas kemudian diangkat
dan digantung sehingga semua pelarut menguap. Seluruh kertas kemudian
disemprotkan dengan larutan nihidrasin dan setelah beberapa menit
dikeringkan dalam oven 105 sampai 1100 C selam 5 menit.
• Pada kertas akan tampak spot biru dan tampak pula batas akhir pelarut.
Pada pusat tiap spot diberi tanda jarak antara titik awal dengan pusat spot
dan dengan batas akhir pelarut di ukur dengan teliti. Harus hanya ada satu
spot biru dari larutan contoh dan nilai Rf contoh harus sama nilai Rf standar.
LANJUTAN...
B. Kolorimetri
Larutan yang diperlukan
Larutan klorida standar. Larutan 165 mg NaCl dalam air dan
tepatkan hingga 100 ml. Encerkan 10 ml larutan tersebut
menjadi 1 liter. Larutan ini mengandung 10 ppm klorida.
Cara Kerja
Larutkan 50 mg MSG-Monohidrat dalam 40 ml air. Tambah 1
ml asam nitrat dan 1 ml 0,1 N perak nitrat. Encerkan hingga 50
ml biarkan dalam ruang gelap selama 5 menit. Bandingkan
kekeruhanya dengan larutan yang di buat dari 10 ml larutan
klorida standar yang diberi perlakuan yang sama. Kekeruhan
MSG Monohidrat tidak boleh lebih keruh dari pada larutan
standar.
Lanjutan...
C. Logam-logam Berat
Larutan yang diperlukan dan pembuatannya
Larutan sodium sulfide. Larutkan 5 gram sodium sulfide dalam 10 ml
air dan 30 ml Glycerine. Simpan larutan ini dalam tempat gelap.
Cara kerja
Masukkan 2,0 gram MSG dalam tabung Nessler. Tambahkan 40 ml
air dan 2 ml asam asetat 10% (v/v). Bila larutan tidak jernih, maka
disaring dan jadikan 50 ml dengan air. Tambahkan 2 tetes larutan
sodium sulfide, aduk dan diamkan 5 menit. Bandingkan warna
dengan yang diperoleh dari 8 ml larutan standar Pb. Warna tidak
boleh lebih gelap dari larutan standar tersebut.
Lanjutan...
2. Uji Kualitatif menggunakan HPLC
Sporn melakukan penentuan MSG dalam sup dan kecap. Glutamat
diekstraksi dengan aseton. Ekstrak dimasukkan ke kolom penukar anion
(Partisil SAX: 250 x 4,6 mm) dan dielusi dengan RI (inframerah) detector.
Metode ini kemudian dimodifikasi lagi oleh Nguyen dan Sporn, di mana
mereka juga menggunakan kolom Partisil SAX, tetapi eluenya Potassium
dihidrogen fosfat (17 mM, pH 4). Penentuan konsentrasi kemudian dilakukan
dengan kombinasi RI dan UV detektor. Glutamat, asam aspartat, asam piro
glutamine, dan klorida ditentukan dengan RI detektor, sedangkan 5’-IMP dan
5”-GMP ditentukan dengan UV pada 254 nm. Beberapa penelitian juga
meneliti pengaruh pengalengan, didapati selama pengalengan glutamat
stabil, namun nukleotida mengalami degradasi sampai 50% atau lebih akibat
hidrolisis. Untuk menentukan konsentrasi glutamat pada konsentrasi rendah,
William dan Winfield mendidihkan larutan buffer sodium bikarbonat (pH
10,5) dan dansil klorida dalam gelap. Hasilnya dipindahkan ke kolom C18
(125×4,6 mm) dan dielusi dengan air : methanol, asam asetat (55:45:1, v/v/v),
kemudian dilakukan penentuan konsentrasi dengan fluoresensi (530 nm-328
nm).
Uji kuantitatif
Uji Kuantitatif MSG
basahkan dengan air, larutkan dalam asam asetat glasial 100 mL,
Titrasi presipitasi
10 mL larutan sampel (± 1 dari 10 bagian) + 5,6 mL HCl 1N,
terdapat endapan asam glutamat.
= 0,467 %