Anda di halaman 1dari 36

METODOLOGI

METODOLOGI

TAFSIR ILMI/TEMATIK
KEMENTERIAN AGAMA RI
Abdul Aziz Sidqi (Kabid Pengkajian Al-Qur’an)
 Tafsir secara etimologi adalah al-Idhah dan at-Tabyin. Menurut
kamus bahasa indonesia, tafsir adalah keterangan atau penjelasan
tentang ayat-ayat al-Qur’an.

Secara terminologi, Tafsir al-Qur’an adalah menjelaskan atau


menerangkan makna-makna yang sulit pemahamannya dari ayat-
ayat tersebut. Seiring berjalannya waktu, tafsir mengalami
perkembangan. Muncullah ragam tafsir bi al-Ma’tsur dan bi al-
Ra’y.

Apa itu Tafsir?


METODOLOGI TAFSIR ADALAH ILMU TENTANG METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN.

KITA DAPAT MEMBEDAKAN DUA ISITILAH, YAITU: “METODE TAFSIR”, CARA


MENAFSIRKAN AL-QUR’AN, SEMENTARA “METODOLOGI TAFSIR”, ILMU TENTANG
CARA TERSEBUT. PEMBAHASAN TEORITIS DAN ILMIAH TERKAIT SUATU METODE
DISEBUT ANALISIS METODOLOGIS;

SEDANGKAN JIKA PEMBAHASAN ITU BERKAITAN DENGAN CARA PENERAPAN


METODE TERSEBUT TERHADAP AYAT-AYAT AL-QUR’AN DISEBUT PEMBAHASAN
METODIK.

METODE TAFSIR
METODE TAFSIR LAHIR SEJALAN DENGAN LAHIRNYA TAFSIR. HAL INI
BERDASARKAN UCAPAN ABU BAKAR, MUJAHID, IMAM MALIK,
DLL. DALAM PERKEMBANGANNYA, METODE GLOBAL (MANHAJ
AL-IJMALI) ADALAH METODE YANG PERTAMA KALI LAHIR
DENGAN MENGAMBIL BENTUK AL-MA’TSUR, KEMUDIAN DIIKUTI
OLEH BENTUK AL-RA’Y. KEMUDIAN METODE INI BERKEMBANG
HINGGA MUNCUL METODE ANALISIS (MANHAJ AT-TAHLILI).
PADA PERIODE BERIKUTNYA, SEKITAR ABAD KE-5 H. LAHIR PULA
METODE KOMPARATIF (MANHAJ AL-MUQARAN). TERAKHIR,
LAHIRLAH METODE TEMATIK (MANHAJ AL-MAUDHU’IY).

KARENA TUNTUTAN ZAMAN, AKHIRNYA PARA MUFASSIR


LEBIH MENGKHUSUSKAN PEMBAHASAN MEREKA PADA
BIDANG-BIDANG TERTENTU. AGAKNYA POLA PIKIR INILAH
YANG MENGILHAMI PARA MUFASSIR KONTEMPORER UNTUK
MENYUSUN METODE BARU DALAM PENAFSIRAN AL-
QUR’AN, YAITU METODE TEMATIK.
PROF. DR. AHMAD AL-KUMY

TEMATIK
MENGHIMPUN AYAT-AYAT YANG TERKAIT
DENGAN TEMA ATAU TOPIC TERTENTU
DAN MENGANALISANYA SECARA
MENDALAM SAMPAI PADA AKHIRNYA
DAPAT DSIMPULKAN PANDANGAN ATAU
WAWASAN AL-QUR’AN MENYANGKUT
TEMA TERSEBUT
LANGKAH-LANGKAHNYA
1. MENENTUKAN TEMA
2. MENGHIMPUN AYAT-AYAT TRKAIT TEMA
3. MENYUSUN URUTAN SESUAI MASA TURUNNYA
4. MEMAHAMI KORELASI/ MUNASABAH ANTAR AYAT
5. MEMPERHATIKAN SABAB NUZUL UNTUK
MEMAHAMI KONTEKS AYAT
6. MELENGKAPI PEMBAHASAN DENGAN HADIS DAN
PENDAPAT ULAMA
7. MEMPELAJARI AYAT-AYAT SECARA MENDALAM
8. MENGANALISIS AYAT SECARA UTUH DAN
KOMPREHENSHIF
9. MEMBUAT KESIMPULAN
MEMBAHAS TEMA-TEMA SOSIAL KEMASYARAKATAN
BERJUMLAH 26 JUDUL BUKU TAFSIR TEMATIK
DISUSUN PADA 2008-2013 KEMENAG
TAFSIR ILMI
KEMENAG RI
Tafsir ilmi merupakan sebuah
upaya memahami ayat-ayat Al-
Qur'an yang mengandung isyarat
ilmiah dari perspektif ilmu

TAFSIR pengetahuan modern. Menurut


Husain ażŻahabī, tafsir ini
membahas istilah-istilah ilmu

ILMI pengetahuan dalam penuturan


ayatayat Al-Qur'an, serta berusaha
menggali dimensi keilmuan dan
menyingkap rahasia
kemukjizatannya terkait informasi-
informasi sains yang mungkin
belum dikenal manusia pada masa
turunnya sehingga menjadi bukti
kebenaran bahwa Al-Qur'an bukan
karangan manusia, namun wahyu
Sang Pencipta dan Pemilik alam
raya.
Ketika gelombang Hellenisme masuk ke dunia Islam
melalui penerjemahan buku-buku ilmiah pada masa
Dinasti ‘Abbasiyah, khususnya pada masa
Pemerintahan Khalifah al-Makmūn (w. 853 M),
muncullah kecenderungan menafsirkan Al-Qur'an
dengan teori-teori ilmu pengetahuan atau yang
Kemudian dikenal sebagai tafsir ilmi. Mafātih
al-Gaib, karya ar-Rāzī, dapat dibilang sebagai tafsir
yang pertama memuat secara panjang lebar
penafsiran ilmiah terhadap ayatayat Al-Qur’an.
TAFSIR
TAHLILI
KEMENAG RI
2003-2008
TAFSIR ILMI

MENJELASKAN TENTANG AYAT


SAINS DALAM AL-QUR’AN
BEKERJASAMA DENGAN LIPI, ITB,
UI DAN UGM
19 JUDUL BUKU
DISUSUN 2009-2016
1. Memperhatikan arti dan kaidah-
kaidah kebahasaan. Tidak
sepatutnya kata “țairan” dalam
Surah al-Fīl/105: 3, “Dan Dia
Prinsip turunkan kepada mereka Burung
dalam Ababil” ditafsirkan sebagai kuman
seperti dikemukakan oleh
Menyusun Muĥammad Abduh dalam Tafsīr Juz
Tafsir Ilmi: ‘Amma-nya. Secara bahasa, itu tidak
dimungkinkan dan maknanya
menjadi tidak tepat sebab akan
bermakna, “dan Dia mengirimkan
kepada mereka kuman-kuman yang
melempari mereka dengan batu ...”
2. Memperhatikan konteks ayat
yang ditafsirkan, sebab ayat-ayat
dan surah Al-Qur’an, bahkan
kata dan kalimatnya, saling
berkorelasi. Memahami ayat-
ayat Al-Qur’an harus dilakukan
secara komprehensif, tidak
parsial.
3. Memperhatikan hasil-hasil
penafsiran dari Rasulullah selaku
pemegang otoritas tertinggi,
para sahabat, tabiin, dan para
ulama tafsir, terutama yang
menyangkut ayat yang akan
dipahaminya.
Selain itu, penting juga
memahami ilmu-ilmu Al-Qur’an
lainnya seperti nāsikh-mansūkh,
asbābun-nuzūl, dan sebagainya.
4. Tidak menggunakan ayat-ayat
yang mengandung isyarat ilmiah
untuk menghukumi benar atau
salahnya sebuah
hasil penemuan ilmiah. Al-
Qur’an mempunyai fungsi yang
jauh lebih besar daripada
sekadar membenarkan atau
menyalahkan teori-teori ilmiah.
5. Memperhatikan satu kata atau
ungkapan mengandung sekian
makna, kendatipun kemungkinan makna
itu sedikit jauh (lemah), seperti
dikemukakan pakar bahasa Arab, Ibnu
Jinnī dalam kitab al-Khașā’iș (2/488). Al-
Gamrawī, seorang pakar tafsir ilmiah Al-
Qur’an Mesir, mengatakan, “Penafsiran
Al-Qur’an tidak boleh terpaku pada
satumakna. Selama ungkapan itu
mengandung berbagai kemungkinan
dan dibenarkan secara bahasa, boleh jadi
itulah yang dimaksud oleh Tuhan”.
6. Untuk bisa memahami isyarat-isyarat ilmiah
hendaknya memahami betul segala sesuatu
yang menyangkut objek bahasan ayat, termasuk
penemuan-penemuan ilmiah yang berkaitan
dengannya. M. Quraish Shihab mengatakan,
“...sebab-sebab kekeliruan dalam memahami
atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an antara
lain adalah kelemahan dalam bidang bahasa
serta kedangkalan pengetahuan menyangkut
objek bahasan ayat.
7. Sebagian ulama menyarankan agar tidak
menggunakan penemuan-penemuan ilmiah yang masih
bersifat teori dan hipotesis, sehingga dapat berubah.
Sebab teori tidak lain adalah hasil sebuah “pukul rata”
terhadap gejala alam yang terjadi. Begitupula hipotesis,
masih dalam taraf uji coba kebenarannya. Yang
digunakan hanyalah yang telah mencapai tingkat
hakikat kebenaran ilmiah yang tidak bisa ditolak lagi
oleh akal manusia. Sebagian lain mengatakan, sebagai
sebuah penafsiran yang dilakukan berdasar kemampuan
manusia, teori dan hipotesis bisa saja digunakan di
dalamnya, tetapi dengan keyakinan kebenaran Al-
Qur’an bersifat mutlak sedangkan penafsiran itu relative
bisa benar bisa salah.
Penyusunan Tafsir Ilmi dilakukan
melalui serangkaian kajian yang
dilakukan secara kolektif dengan
melibatkan para ulama dan
ilmuwan, baik dari Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, LIPI,
LAPAN, Observatorium Bosscha, dan
Mekanisme beberapa perguruan tinggi. Para
ulama, akademisi, dan peneliti yang
Penyusunan terlibat dibagi dalam dua tim; syar‘i
dan kauni. Tim syar‘i bertugas
melakukan kajian dalam perspektif
ilmu-ilmu keislaman dan bahasa
Arab, sedangkan tim kauni
melakukan kajian dalam perspektif
ilmu pengetahuan.
Kajian tafsir ilmi tidak dalam kerangka
menjustifikasi kebenaran temuan ilmiah
dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Juga tidak untuk
memaksakan penafsiran ayat-ayat AlQur'an hingga
seolah-olah berkesesuaian dengan temuan ilmu
pengetahuan. Kajian tafsir ilmi berangkat dari
kesadaran bahwa Al-Qur'an bersifat mutlak,
sedang penafsirannya, baik dalam perspektif tafsir
maupun ilmu pengetahuan, bersifat relatif.
Judul-JUDUL Tafsir Ilmi

TAFSIR ILMI 2010


1. Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
2. Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
3. Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
TAFSIR ILMI 2011

•1. Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains


•2. Air dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
•3. Kiamat dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
TAFSIR ILMI 2012

•1. Seksualitas dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains


•2. Manfaat Benda-benda Langit dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
•3. Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
•4. Hewan dalam Perspektif Al-Q ur'an dan Sains
TAFSIR ILMI 2013
1. Makanan dan Minuman dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains
2. Samudra dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
3. Waktu dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
TAFSIR ILMI 2015
1. Eksistensi Kehidupan di Alam
Semesta dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains
2. Jasad Renik dalam Perspektif
Al-Qur'an dan Sains
3. Periodisasi Kepunahan
Makhluk Hidup di Bumi dalam
Perspektif Al-Qur'an dan Sains
•TAFSIR ILMI 2016
TAFSIR •1. Cahaya dalam Perspektif Al-Qur'an dan
Sains
ILMI •2. Gunung dalam Perspektif Al-Qur'an dan
Sains
2016 •3. Kejiwaan Manusia dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains
Narasumber: Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab,
M.A.; Prof. Dr. H. Umar Anggara Jenie, Apt.
M.Sc. (alm.); Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar,
M.A.; Prof. Dr. H. Thomas Djamaluddin; Prof.
Dr. dr. M. Kamil Tajudin, Sp.And. (alm.).
Ketua: Prof. Dr. H. Hery Harjono
Wakil Ketua: Dr. H. Muchlis M. Hanafi, M.A.
Sekretaris: Prof. Dr. H. Muhammad Hisyam
Anggota: Prof. Said Djauharsjah Jenie, Sc.D.,
Ir. (alm.); Prof. Dr. Arie Budiman (alm.);
Prof. Dr. Syamsul Farid Ruskanda (alm.);
Prof. Dr. Salim Umar, M.A. (alm.); Prof. Dr.
H. Soemanto Imamkhasani (alm.); Prof.
Safwan Hadi, Ph.D.; Prof. Dr. H. Rosikhon
Anwar, M.A.; Prof. Dr. H. M. Darwis Hude,
M.Si.; Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, LML.,
M.M.; Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A.;
Dr. H. Muchlis M. Hanafi, M.A.;
Dr. H. Ahsin
Sakho Muhammad, M.A.;
Dr. H. Moedji Raharto; Dr. Ir. H. Hoemam Rozie Sahil; Dr. Ir.
M. Rahman Djuwansah;
Dr. Ali Akbar;
Drs. H. Muhammad Shohib, M.A.; Ir. Dudi Hidayat, M.Sc.; H. Abdul Aziz Sidqi
Wassalam
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai