Anda di halaman 1dari 27

Mata Kuliah

PENDIDIKAN MORAL

UNIVERSITAS ATMA JAYA


YOGYAKARTA

1
Moral Hidup

2
• Kemajuan dalam banyak bidang kehidupan
membawa dampak positif dan negative. Dampak
negative: pola pikir yg cenderung praktis ekonomis
– mengakibatkan pertimbangan moral diabaikan;
Semakin diagung-agungkan kebebasan pribadi,
arogansi kekuasaan, penindasan, dll.
• Yang paling memprihatinkan adl menurunnya
penghargaan terhadap martabat manusia
(pengguguran, perceraian, euthanasia, dll).
Moral Hidup
1. Alasan membahas moral hidup:
a. Amanat seluruh agama  Allah: sumber
kehidupan.
b. Nilai dan indahnya kehidupan  Hidup –
anugerah – bahagia
c. Moralitas hidup semakin kabur  Salah benar
tidak jelas; bahagia yg keliru – menghalalkan
segala cara.
d. Moralitas: tuntutan hakiki hidup manusia
2. Dasar Etis Menghormati Hidup Manusia
a. Martabat Manusia sebagai pribadi (person): Subyek
atas dirinya; mandiri; bebas bertanggungjawab; terbuka
pada Yang Ilahi; menuju kepenuhan hidup.
b. Martabat Manusia sebagai Makluk Sosial: terlahir dlm
kebersamaan; tiap pribadi berperan unik dan tak
tergantikan; mesti saling menghormati.
c. Nilai hidup jasmani: nilai dasar untuk mengembangkan
nilai duniawi lainnya dan pokok: hidup tidak boleh
dikorbankan demi nilai duniawi lainnya.
d. Iman kepercayaan: manusia dicipta secitra dg Allah
(kristiani); meski rusak krn dosa, diangkat mjd anak
Allah – maknanya;
3. Pandangan ttg Awal Hidup manusia.
Pro kontra aborsi langsung atau tidak langsung sangat ditentukan
oleh pandangan kapan hidup manusia dimulai. Ada banyak
pandangan:
a. Enam minggu sesudah lahir. Sebelumnya bayi belum punya
kesadaran.
b. Pada saat kelahiran.
c. Sekitar 12 minggu sesudah pembuahan.
d. Sekitar 13 hari sesudah pembuahan.
e. Sekitar 6 hari sesudah pembuahan. Nidasi mulai pada hari ke-6.
f. Sejak saat terjadi pembuahan. Deklarasi Genewa, 1948, hidup
manusia dimulai sejak saat pembuahan.
4. Penilaian Moral ttg Awal Hidup Manusia.
a. Sejak saat pembuahan sudah ada hidup manusia, krn dalam
telur yg sudah dibuahi terdapat kromozom-patron yang sudah
memiliki elemen dasar yaitu RNA (Ribonucleic Acid) dan
informasi genetic yaitu DNA (Dioxyribonucleic Acid) untuk
perkembangan hidup manusia selanjutnya. Kromozom-patron
itu tidak memerlukan tambahan apa-apa dari luar untuk
berkembang mjd manusia.
b. Sejak saat pembuahan adanya manusia itu masih potensial:
belum mempunyai differensiasi, masih mungkin terjadi bayi
kembar, hanya hidup dari makanan tubuh ibu.
c. Setelah nidasi, potensi itu sungguh menjadi teraktualisasi
(dinyatakan): janin mulai menjadi dirinya sendiri, ada interaksi
dan relasi dengan ibu. Jadi, hidup manusia secara potensial ada
sejak saat pembuahan, dan secara aktual sejak saat nidasi.
5. Pengguguran Kandungan
• Seiring dg perkembangan iptek, persoalan pengguguran semakin rumit,
baik dari segi jumlah, cara maupun aspek lainnya.
• Biotek menjadi penyebab meningkatnya.
• Data:
Berdasarkan data World Contraception Day Coalition tahun 2017, jumlah kehamilan
yang tidak dikehendaki di dunia ternyata cukup fantastis. Tiap tahunnya, ada 80 juta
kelahiran dari kehamilan yang tidak dikehendaki. Lebih tragis lagi, separuh di
antaranya berakhir dengan aborsi. Cukup mengerikan karena setiap tahunnya terjadi
40 juta kasus aborsi. Jika dirinci lebih jauh lagi, 16 juta kelahiran tersebut berasal dari
wanita usia muda antara 15 sampai 19 tahun. Usia yang rentan dan berisiko tinggi
untuk melahirkan.
(
http://www.rimanews.com/ideas/healthcare/read/20170927/327398/Terjadi-40-jut
a-kasus-aborsi-tiap-tahun
/)
5. Pengguguran Kandungan
Pengertian:
‘abortus’ (latin): keguguran sebelum waktunya.
Piet Go, 1984, 279, menjelaskan jenis2 abortus:
a. Abortus Spontaneus (keguguran): gugurnya janin tanpa disebabkan
oleh tindakan manusia, atau keguguran yang tidak disengaja. Ini lepas
dari penilaian moral/tidak ada penilaian baik buruk.
b. Abortus Provocatus (pengguguran): gugurnya janin karena tindakan
manusia yg disengaja. Dibedakan menjadi 4 (karena 1] indikasi medis
demi kesehatan/kehidupan ibu; 2] eugenicus: janin menderita cacat
berat; 3] kriminologis: kehamilan krn tindak kejahatan; 4] psikologis –
social – ekonomis: kehamilan yg menimbulkan aib keluarga/belum
siap, dsj).
pengguguran
5. Pengguguran Kandungan
Tinjaun Hukum Kanonik (KHK):
Kan. 1398 – “Yang melakukan pengguguran kandungan dan berhasil,
terkena ekskomunikasi latae sententiae.”
Yg mendapat hukuman adl siapa saja yg terlibat dalam pengguguran, baik
ibu itu sendiri atau pria yang menghamili dan mereka yang terlibat dalam
pengguguran itu: dokter, bidan, dukun bayi, dan siapa saja yg terlibat.
Implikasi ekskomunikasi: penolakan partisipasi dalam ibadat publik,
sakramen-sakramen, baik menerima atau menerimakan. Orang yg terkena
ekskomunikasi tak boleh menjalankan jabatan gerejani (KHK 1331).
Hukuman tidak berarti tanpa kesempatan untuk bertobat dan menerima
pembebasan dari hukuman. Ada absolusi dari ekskomunikasi.
5. Pengguguran Kandungan
Penilaian Etis dan Pemecahan thd Aborsi dlm berbagai
indikasi:
Indikasi sosial-ekonomi: bila kandungan dipertahankan
akan menimbulkan kesulitan sosial (yg mengandung dari
keluarga terhormat dan pria yg menghamilinya tidak
bertanggungjawab) dan ekonomi (biaya tinggi untuk
merawat anak, dsj). Pengguguran dg alasan ini tidak dapat
dibenarkan krn hidup terlalu berharga untuk dikorbankan.
Perlu dicari solusi lain yg lebih bijak dg tetap
mempertahankan bayi. Apa solusinya?
5. Pengguguran Kandungan
Indikasi Eugenis: perkembangan ilmu kedokteran dapat
mendeteksi bhw bayi yg sedang dikandung cacat. Pertimbangan
daripada lahir cacat dan menjadi beban keluarga dan masy shg
hidupnya tdk bahagia pengguguran dilakukan. Secara moral
tindakan ini tidak dapat dibenarkan krn ramalan dokter tidak
selalu benar, banyak pengalaman orang cacat justru lebih
bahagia dan menjadi inspirasi bagi yang normal (lih. Nick Vujicic
– motivator yg dahsyat meski cacat). Sejak awal kelahiran,
dilakukan cek up kesehatan agar bisa mendeteksi penyakit yg
mungkin timbul dan dicegah.
Bila ternyata lahir cacat, apa solusinya?
5. Pengguguran Kandungan
Indikasi Psikososial dan Kriminologi: janin yg tidak
dikehendaki karena korban kejahatan (incest, perkosaan,
penipuan) tidak boleh digugurkan. Karena ketidakadilan yg
satu (perkosaan, penipuan) tidak dapat diperbaiki dengan
ketidakadilan yang baru (pembunuhan janin). Juga, yg
bersalah adalah ayah atau ibunya, bukan anaknya yang
dihukum. Untuk mengantisipasinya, wanita perlu
meningkatkan keamanan, perlindungan dan kewaspadaan.
Bila anak sudah lahir, apa solusinya? Bagaimana
memperlakukan ibunya?
5. Pengguguran Kandungan
Indikasi Medis:
1) indikasi medis fatal: segala macam penyakit yg diderita oleh wanita
yang hamil yg berdampak timbal balik pada diri dan janinnya, shg
penyakit tsb tidak dapat disembuhkan. Jika tidak dapat disembuhkan
keduanya akan mati. Dokter melakukan intervensi medis berupa
pengguguran janin. Pengguguran bukan tujuan, tetapi dampak/akibat
dari upaya medis untuk menyelamatkan kedua-keduanya. Alasan
medis fatal oleh para moralis dipandang sbg satu-satunya alasan yg
dapat membenarkan dilakukaannya tindakan medis tertentu.
2) indikasi medis tidak fatal: apabila penyakit tsb tidak menyebabkan
akibat fatal bagi wanita dan anaknya. Alasan ini secara moral tidak
dapat dibenarkan untuk melakukan aborsi.
5. Pengguguran Kandungan
Usaha-usaha mengurangi tindakan aborsi provocatus
a. Perlu dibangun komunikasi yg baik dlm keluarga shg tercipta
keterbukaan antar anggota keluarga.
b. Perlunya pendidikan seks dalam keluarga. Ini bukan hal tabu, tapi
penting untuk menumbuhkan sikap bertanggungjawab dalam
menghidupi seksualitas.
c. Perlu penjelasan metode KB yg aman dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.
d. Perlu dikembangkan suasana “pro life” baik di tengah keluarga,
gereja, maupun masyarakat.
e. Perlu perkembangan IPTEK kedokteran yang dpt mengatasi 4 indikasi
di atas.
f. Menciptakan kesadaran masyarakat untuk tidak menghakimi dan
memandang rendah perempuan yg sudah terlanjur hamil tanpa
suami. Masyarakat diajak untuk memahami dan menerima dg rasa
kemanusiaan.
6. Pengadaan Anak secara Buatan.
a. Bayi Tabung (in Vitro Fertilization)
BT adalh proses reproduksi buatan yg terjadi karena kemajuan
teknologi yg ditujukan kepada pasangan yg sudah sekian lama
menikah tetapi belum memilik anak. Proses pembuahan ini dilakukan
di luar tubuh manusia (di dalam cawan petri) kemudian dimasukkan
ke dlm tabung hingga mjd embrio. Kemudian dari 10 tabung diambil 3
embrio yg terbaik untuk dimasukkan ke Rahim wanita baik yg ada
hubungan darah maupun tidak. Masalah moralnya: 1) ketika sperma
berasal dari pria yg bukan suaminya atau membeli sperma di bank
sperma untuk menjadi single parent krn tidak bersuami. 2) embrio
kemudian dimasukkan ke dalam Rahim wanita lain (sewa Rahim). 3)
embrio yg tidak dipakai akan dibuang begitu saja – ada unsur abortif.
6. Pengadaan Anak secara Buatan.
a. Bayi Tabung (in Vitro Fertilization)
Prinsip-prinsip moral BT:
• Tidak mengandung unsur abortif – tidak ada embrio yg
dibuang.
• Sel sperma dan sel telur homolog – dari suami dan isteri
itu sendiri. Bukan dari pendonor.
• Tidak sewa Rahim – anak punya hak untuk dikandung
oleh ibunya sendiri. Sewa Rahim sering menimbulkan
masalah rumit.
6. Pengadaan Anak secara Buatan.
b. Inseminasi Buatan (IB)
Pembuahan dilakukan bukan melalui hubungan suami isteri secara alamiah,
tetapi digantikan oleh alat yang dimasukkan ke rahim si ibu. Jenisnya:
1) IB homolog: sperma diambil dari suami sendiri.
2) IB heterolog: sperma diambil dari laki-laki donor.
Argumen pro: cara yg baik untuk membantu pasangan yang tidak
mendapatkan anak, asal secara homolog.
Alasan kontra: meski homolog, ada masalah pengambilan sperma dari
suami. Bila melalui masturbasi, tidak dapat diterima secara moral. Juga,
pembuahan tidak melalui hubungan su-is. Pembuahan melalui sperma
donor, pasti ditentang.
6. Pengadaan Anak secara Buatan.
c. Octogenesis
Cara pengadaan anak yg sepenuhnya dilakukan di dlm
tabung yg telah dilengkapi dg sgl hal yg dibutuhkan oleh
janin. Peran suami isteri hanya sbg pendonor bibit saja.
Pembuahan dan pertumbuhan embrio sampai mjd bayi
sempurna dilakukan oleh alat-alat canggih.
Masalah moral: peran ayah dan ibu diganti alat - peran
ibu dlm mengandung dikesampingkan; alat menjadi
“pabrik manusia”.
6. Pengadaan Anak secara Buatan.
d. Cloning
Cara pengadaan anak hanya menggunakan sel telur yg dirangsang secara
terus menerus lalu dipertemukan dg sel inti dari orang yg mau diclon.
Masalah moral:
1) Melecehkan keluhuran martabat manusia
2) Melanggar hak mutlak Allah dlm mencipta
3) Hasil cloning akan identik dg orang yg dicloning, padahal Allah
mencipta manusia secara unik
4) Cloning tidak melibatkan sperma dan peran suami ditiadakan.
5) Hasil cloning terbukti tidak memiliki kekekbalan tubuh yg memadai.
7. Pencegahan Kehamilan
a. Cara Alamiah (KBA)
• Pantang total hubungan seksual: selama belum menghendaki lahirnya anak
atau setelah punya anak tidak ingin punya anak lagi; harus ada persetujuan
dari kedua pihak. Apakah ini mungkin?
• Pantang berkala: hanya mengadakan persetubuhan ketika istri tidak subur.
Untuk menentukan saat tidak subur dgn 1) kalender, 2) temperature, 3) dr
Keefer (meraba atau melihat leher Rahim dg kaca), 4) ovulasi dr Billing, 5)
cara symto-termik: kombinasi cara 3 dan 4.
Metode alamiah tidak mudah dijalani bagi yg kurang berpendidikan krn membutuhkan
ketelitian dan ketekunan. Apalagi bagi wanita, dia merasa “in” di saat subur padahal ia
tidak ingin punya anak lagi. Bagaimana tehnis detil dapat konsul ke bidan/tenaga medis.

• Coitus interruptus: sanggama terputus – menjelang ejakulasi dicabut.


Bahaya kegagalan besar.
7. Pencegahan Kehamilan
b. Cara Buatan
• Kontranidatif: 1) IUD  telur yg sudah dibuahi tidak berhasil nidasi shg
terjadi keguguran. Menggagalkan nidasi tidak dapat disamakan begitu
saja dg pengguguran krn sekitar 50% telur yg sudah dibuahi tidak
berhasil nidasi. Meski demikian tetap harus menghormati potensi untuk
nidasi. 2) MAP (Morning After Pill): pil yg diminum pagi hari setelah
malamnya berhubungan badan. Kerjanya, menciptakan hormon untuk
menggagalkan nidasi.
• Sterilisasi/pemandulan: terhadap laki-laki vasoligature (pengikatan
vas deferens), vasectomy (pemotongan vd), penyinaran dg sinar X pada
vd. Terhadap perempuan  hysterectomia (pengangkatan Rahim),
defundatio uteri (pengangkatan Rahim bagian atas dg indung telur),
ovariotomia (pengangkatan indung telur), promeroy/tube ligation,
penyinaran sinar X thd tuba falopi.
• Kontraseptif: mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan sperma 
tidak abortif (kondom, obat pembunuh sperma, pil, hormone, susuk,
kondom laki atau perempuan, dsb.
7. Pencegahan Kehamilan
b. Cara Buatan
…..gambar….
8. Tema-tema seputar Tahap Akhir Kehidupan
• Euthanasia (eu: indah, bahagia, bagus, enak; tanatos: mati)  mati dengan
indah, dsj.
Menurut Magnis Suseno (1991, 177), pengertian euthanasia:
a. Euthanasia pasif: karena berbagai kondisi, tidak semua kemungkinan tehnik
kedokteran yg tersedia di digunakan.
b. Euthanasia aktif (mercy killing): proses kematian secara terarah dan langsung.
c. Euthanasia tidak langsung: usaha memperingan rasa sakit dan berakibat bhw
mungkin pasien meninggal lebih cepat.
• Tinjauan: poin b  terhadap orang gila, cacat, jompo, dsj, tidak dapat
dibenarkan: nilai hidup tidak terletak pada factor kegunaan/ekonomis semata,
hidup pada dirinya mempunyai nilai yg tinggi; melanggar hukum Ilahi
(mengambil nyawa orang sebelum saatnya).
• Poin c  bisa diterima bila tidak ada sarana lain yg dapat digunakan untuk
memperingan penderitaannya.

Anda mungkin juga menyukai