Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

“ PA S I E N P R I A 1 7 TA H U N D E N G A N P I T R I A S I S V E S I K O L O R ”

Dipresentasikan Oleh :
Novasari Ayu Pertiwi Putri
(2019086016426)

Dokter Pembimbing:
dr. Widyaratni Pramestisiwi, Sp.DV
PENDAHULUAN

Kelainan kulit akibat jamur (dermatomikosis): mikosis superfisial dan


mikosis subkutan.
Mikosis superfisial / non-dermatofitosis: pitiriasis versikolor, folikulitis
Malassezia, piedra, dan tinea nigra palmaris

Pitiriasis versikolor infeksi jamur superfisial yang kronik pada stratum


korneum kulit

Manifestasi klinis khas bercak diskret atau konfluens dengan perubahan


warna baik hipopigmentasi, hiperpigmentasi ataupun eritematosa, tertutup
skuama halus, dengan predileksi terutama pada bagian atas dan ekstremitas
proksimal.
PENDAHULUAN

• Prevalensi Pitiriasis versikolor di daerah tropis mencapai 60%,


sedangkan di daerah subtropis atau daerah dengan empat
musim, prevalensi cenderung lebih rendah.

• Pitiriasis versikolor lebih banyak dijumpai pada usia remaja,


dewasa muda baik laki-laki ataupun perempuan.

• Lingkungan yang hangat dan lembab diperkirakan menjadi


salah satu faktor pencetus

• Tujuan terapi pada PV  mengembalikan Malassezia sesuai


jumlah komensalnya, bukan untuk eradikasi
T I N J A U A N P U S TA K A

Definisi

Pitiriasis versikolor (PV) adalah infeksi kulit superfisial kronik,


disebabkan oleh ragi genus Malassezia . Manifestasi klinis khas
berupa bercak diskret atau konfluens dengan perubahan warna
yang tertutup skuama halus, terutama pada bagian atas dan
ekstremitas proksimal

o Sering disebut panu/panau, tinea versikolor


o Jarang disebut dermatomycoses furfuracea, tinea flava,
liver spots, chromophytosis
T I N J A U A N P U S TA K A

Etiologi

PV disebabkan oleh Malassezia spp., ragi bersifat lipofilik yang


merupakan flora normal pada kulit . Jamur ini juga bersifat
dimorfik, bentuk ragi dapat berubah menjadi hifa.

Dahulu ragi ini digolongkan → Pityrosporum orbiculare dan


Pityrosporum ovale, diklasifikasikan dalam satu genus Malassezia
T I N J A U A N P U S TA K A

Epidemiologi

Prevalensi PV di seluruh dunia


• Daerah panas dan Lembab 50%
• Daerah beriklim dingin 1,1%
• Merupakan Dermatomikosis terbanyak kedua di antara
Dermatofitosis lain di Indonesia

Tidak terdapat perbedaan berdasarkan jenis kelamin


Terdapat perbedaan kerentanan berdasarkan usia, yakni lebih
banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda, jarang pada
anak dan orang tua
T I N J A U A N P U S TA K A

Patofisiologi

• PV terjadi karena bentuk ragi yang saprofit pada kulit →


miselium parasitik dan menimbulkan gejala klinis.
• Lesi hipopigmentasi : diduga peran asam azeleat, ( asam
dikarboksilat metabolit Malassezia spp.) yang bersifat
menghambat tirosinase dalam alur produksi melanin. Lesi
trjadi bulan bahkan tahun dan pada musim panas menjadi
lebih gelap karena paparan sinar matahari.
T I N J A U A N P U S TA K A

Patofisiologi

Selain itu Malassezia spp. menghasilkan sejumlah senyawa


indol, ada yang mempengaruhi melanogenesis dan ada yang
mampu menyebabkan downregulation proses inflamasi, antara
lain:

o Pityriacitrin yang mengabsorbsi sinar UV, sehingga berperan


sebagai tabir surya
o Pityrialactone, yang berpendar (fluoresensi) di bawah sinar UV
366 nm memberikan warna kuning-kehijauan
L A N J U T A N . .

o Pityriarubins, yang menghambat respiratory burst neutrofil


dan menghambat aktivitas 5-lipoksigenase
o Malassezin, suatu agonis reseptor; aryl-hydrocarbon yang
menyebabkan apoptosis dalam melanosit, sehingga
hipopigmentasi bertahan lama
o Indirubin dan indolo[3,2-b] carbazole, yang menghambat
maturasi sel dendritik dan kemampuannya mempresentasikan
antigen
T I N J A U A N P U S TA K A

Patofisiologi

• Pada lesi hiperpigmentasi :


tampak peningkatan ukuran melanosom serta penebalan stratum
korneum.
• Salah satu asam dikarboksilat yang diproduksi M. furfur
adalah asam azeleat yang →efek sitotoksik. Kerusakan dari
melanosit menjelaskan mengapa repigmentasi membutuhkan
waktu yang lama dari bulan hingga tahun. Penelitian lain
menunjukkan fakta bahwa skuama dari PV menghambat
repigmentasi
T I N J A U A N P U S TA K A

Gejala Klinis

• Gambaran klinis PV umumnya berupa makula atau patch


warna putih, merah atau kecoklatan yang tidak gatal,
terkadang rasa gatal terutama saat berkeringat.

Predileksi lesi terutama di badan bagian atas, leher, perut, dan


ektremitas sisi proksimal. Kadang pada wajah, skalp, aksila,
lipat paha, dan genitalia

Penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia (terutama 20-40


tahun)
T I N J A U A N P U S TA K A

Gejala Klinis

Pigmentasi lesi yang muncul bervariasi bergantung dari warna


pigmen normal pasien, paparan sinar matahari, dan derajat
keparahan penyakit.
• Pada orang kulit putih → lesi berwarna lebih gelap
dibandingkan dengan kulit normal tetapi tidak menjadi Hitam
pada pajanan matahari
• sementara pada orang-orang berkulit gelap → lesi cenderung
lebih putih atau hipopigmentasi
T I N J A U A N P U S TA K A

Gejala Klinis

Untuk menunjukkan adanya skuama pada lesi yang


kering dapat digores dengan ujung kuku sehingga batas
lesi akan tampak lebih jelas (finger nail sign) atau dengan
menggunakan kaca objek, scalpel, atau ujung kuku (coup
d’ongle of Besnier).
T I N J A U A N P U S TA K A

Gejala Klinis

A B C

Makula hipopigmentasi batas tegas dengan skuama halus di atasnya di lengan atas kiri (A). Bercak
kehitaman (hiperpigmentasi) tersebar di dada, miliar dan lentikular, berskuama halus (B). .Makula bersisik
halus berwarna salmon menyatu menjadi bercak besar (C).
T I N J A U A N P U S TA K A

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Dugaan diagnosis PV jika ditemukan gambaran klinis adanya


lesi di daerah predileksi → makula berbatas tegas berwarna
putih, kemerahan, sampai dengan hitam, yang berskuama halus
Pemeriksaan dengan lampu Wood → fluoresensi kuning
keemasan

Konfirmasi diagnosis dengan didapatkannya hasil positif pada


pemeriksaan mikologis kerokan jaringan kulit
Kultur jamur tidak diperlukan
T I N J A U A N P U S TA K A

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dengan lampu Wood : tampak fluoresensi kuning


keemasan akibat metabolit asam dikarboksilat.

Pemeriksaan mikologis langsung sediaan kerokan kulit dengan KOH


20% menunjukkan kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat,
kadang oval  ‘spaghetti and meatballs’ atau ‘bananas and grapes’.

Fluoresensi kuning keemasan pada pemeriksaan lampu


Gambaran ‘spaghetti and meatballs’ pada pemeriksaan Malassezia
Wood
dengan KOH 20%
T I N J A U A N P U S TA K A

Diagnosis banding

Diagnosa banding untuk PV dibedakan menurut warna lesi yang


muncul yaitu hipopigmentasi atau hiperpigmentasi

Diagnosis banding PV dengan lesi


• Hiperpigmentasi → pitiriasis rosea, eritrasma, dermatitis
seboroik, dan tinea korporis.
• Hipopigmentasi → pitiriasis alba, vitiligo, morbus hansen
tipe tuberkuloid, hipopigmentasi paska inflamasi, pinta,
chemical leucoderma, dan progressive macular
hypomelanosis.
TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis banding

Pitiriasis Rosea

• Erupsi kulit akut yang sembuh sendiri.


• Eksentema virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus
(HHV)-7 dan HHV-6
• Tempat predileksi pada batang tubuh,lengan atas bagian proksimal dan tungkai
atas sehingga menyerupai pakaian renang jaman dulu.
TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis banding
Pitiriasis Rosea

lesi pertama (herald Patch) di badan,soliter, berbentuk oval dan


anular,diameternya kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di
pinggir. Lamanya hari-minggu.

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama memberi gambaran yang khas
sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta sehingga
menyerupai pohon cemara terbalik.
TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis banding
Dermatitis Seboroik

• kelainan kulit papulaskuamosa


• Predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea,→scalp,wajah, dan badan
• Dapat ditemukan skuama kuning berminyak,eksematosa ringan, kadang kala
disertai rasa gatal dan menyengat
• Dapat dijumpai kemerahan perifolekular yang pada tahap lanjut → plak
eritematosa berkonfluensi bahkan dapat membentuk rangkaian plak
disepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai korona seboroika
TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis Banding

Pitiriasis Alba
• Pitiriasis alba (PA) : gangguan kulit yang sering pada anak-anak dan remaja.
Area yang sering terkena yaitu wajah, leher dan tubuh

• Lesi berbentuk bulat atau oval atau plakat yang tidak teratur. Pada mulanya lesi
berwarna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama kulit
diatasnya.→ eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya hipopigmentasi
dengan skuama halus Lesi umumnya asimtomatik tetapi dapat juga terasa gatal
dan panas

. Pemeriksaan menggunakan lampu Wood, kelainan ini dapat dibedakan dari Pitriasis
versicolor dengan adanya batas yang tidak tegas dan lesi yang tidak kuning keemasan
PEMBAHASAN

Diagnosis Banding

Vitiligo

Suatu hipomelanosis yang didapat bersifat progresif, seringkali familial ditandai


dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas, dan asimtomatis

Makula hipomelanosis yang khas → bercak putih seperti putih kapur, bergaris
tengah beberapa mm- cm, berbentuk bulat atau lonjong dengan tepi berbatas
tegas dan kulit pada tempat tersebut normal dan tidak mempunyai skuama

Pada pemeriksaan dengan lampu Wood makula amelanotik pada vitiligo tampak
putih berkilau,.
PEMBAHASAN

Diagnosis Banding

Morbus Hansen tipe tuberkuloid

 Penyakit infeksi yang kronik Akibat mycobacterium leprae.

 Pada pemeriksaan klinis → makula hipopigmentasi (khas → makula


anestesi, alopesia, anhidrosis, dan atrofi).

 Lesi dapat soliter atau multipel, berbatas tegas dengan ukuran bervariasi,
biasanya terdapat penebalan saraf perifer.

 Pada pemeriksaan histopatologi jumlah melanosit dapat normal atau


menurun. Terdapat melanosit dengan vakuolisasi dan mengalami atrofi serta
menurunnya jumlah melanosom
TINJAUAN PUSTAKA

Penatalaksanaan

1) Topikal

a. Sampo ketokonazol 2% sekali/hari selama 3 hari.


b. Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari selama 3 hari dan diulangi
seminggu kemudian. Terapi rumatan sekali setiap 3 bulan.
c. Sampo zinc pyrithione 1% sekali/hari atau 3-4 kali seminggu.

d. Khusus untuk daerah wajah dan genital : vehikulum solutio atau


golongan azol topikal (krim mikonazol 2 kali/hari).

e. Krim terbinafin 1% , 2 kali/hari selama 7 hari


L A N J U T A N . .

Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan gagal dengan
terapi topikal, dapat digunakan
ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.
Alternatif:
a. Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari atau 100 mg/hari selama 2 minggu.
b. Flukonazol 400 mg dosis tunggal atau 300 mg/minggu selama 2- 3 minggu.

• Obat dihentikan bila pemeriksaan klinis, lampu Wood, dan pemeriksaan mikologis
langsung berturut-turut selang seminggu telah negatif.
• Pada kasus kronik berulang terapi pemeliharaan dengan topikal tiap 1-2 minggu atau
sistemik ketokonazol 2x200 mg/hari sekali sebulan
T I N J A U A N P U S TA K A

Prognosis

Tinea versicolor umumnya berespon baik dengan pengobatan dan tidak


memberikan komplikasi yang mengancam nyawa. Penyakit ini
dianggap tidak menular karena organisme yang menyebabkan
merupakan inhabitan normal pada kulit.
Walaupun tinea versicolor dapat menyebabkan rekurensi, tetapi
penyakit ini umumnya tetap berespon baik dengan regimen tatalaksana
yang ada.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

• Nama : Tn. FM
• Umur : 17 Thn
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Pekerjaan : Pelajar
• Status maritas : Belum Menikah
• Alamat : BTN Ceria Sentani
• No RM : 48 94 51
• Tanggal Pemeriksaan : 12 April 2021
LAPORAN KASUS

Anamnesis

• Keluhan Utama
Bercak putih pada daerah pipi dan sekitar rahang

• Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Jayapura pada tanggal 12 April
2021 dengan keluhan bercak putih di daerah pipi dan sekitar rahang sejak ± 1 minggu
yang lalu. Awalnya jumlah bercak putih di wajah sedikit, lama kelamaan (± beberapa
hari terakhir) pasien mengatakan kalau bercak putih bertambah banyak didaerah
wajah dan mucul juga di daerah sekitar rahang. Nyeri dan mati rasa pada bercak
disangkal.
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien juga mengeluhkan bahwa bercak putih pada wajahnya menjadi bersisik jika
digores atau digaruk dengan jari dan mengeluarkan serbuk putih. Pasien mengatakan
sebelumnya ± 2 minggu yang lalu tinggal drumah keluarga dan terdapat saudara yang
mengalami gejala serupa.Pasien juga mengatakan beberapa kali menggunakan handuk
yang sama dengan saudara yang mengalami gejala serupa. Pasien memiliki kebiasaan
tidak segera mengganti baju dalam setelah beraktivitas diluar.
LAPORAN KASUS

Anamnesis

• Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi, DM, hiperkolestrol disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan sepupu pasien juga mengalami gejala serupa.
Riwayat hipertensi, DM, hiperkolestrol disangkal
• Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan tidak segera mengganti baju dalam
setelah beraktivitas diluar, riwayat ganti seprai 1 kali dalam 1 bulan,
riwayat menggunakan haduk yang dijemur didalam kamar.
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

 Keadaan umum : Tampak sakit ringan


 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80mmHg
- Nadi : 9x x/m
- Respirasi : 21 x/m
- SpO2 : 98%
- Suhu : 36,50C
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Kepala dan Leher


a. Kepala dan leher
 Kepala : Normocephal, simetris, tidak ada kelainan, warna rambut
hitam
 Muka : Simetris, edema (-)
 Mata : Exoftalmus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-
), edema palpebra (-/-), pupil bulat isokor, reflex cahaya
(+/+).
 Hidung : Tidak dilakukan
 Telinga : Deformitas (-), sekret (-), nyeri tekan tragus (-), pembesaran
KGB local (-), pembesaran N. Aurical magnus (-).
 Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), oral candidiasis (-),
stomatitis (-), caries (-).
 Leher : Perubahan warna kulit (-), tidak tampak benjolan dan tidak
teraba benjolan/pembesaran KGB lokal.
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Thoraks
a. Thorax
1) Paru  Inspeksi : Pergerakan dada simetris,retraksi (-/-).
 Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra.
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, wheezing (-
/-), rhonki (-/-).
2) Jantung  Inspeksi : Tidak tampak pulsasi
 Palpasi : Thrill (-).
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Abdomen

a. Thorax
1) Paru  Inspeksi : Pergerakan dada simetris,retraksi (-/-).
 Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra.
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, wheezing
(-/-), rhonki (-/-).
2) Jantung  Inspeksi : Tidak tampak pulsasi
 Palpasi : Thrill (-).
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Abdomen  Inspeksi : Datar, jejas (-).
 Auskultasi : Bising usus (+) normal 4-5 x/menit
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali
cepat, pemeriksaan hepar/lien tidak
dilakukan
 Perkusi : Tidak dilakukan
•Ekstremitas

LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Ekstremitas, Genitalis, Vegetatif

Ekstremitas atas Asimetris.


: Warna kulit sawo matang, sianosis (-), ikterik (-),Akral
hangat, CRT < 2 detik, Udem (-).
Ekstremitas bawah Simetris.
: Warna kulit sawo matang, sianosis (-), ikterik (-),
Akral hangat, CRT < 2 detik, Udem tungkai (-)

Genitalia · sex Laki-Laki


: , tidak dilakukan evaluasi.

Vegetative · Makan Normal, makan cukup, nafsu makan baik


· Minum Normal, dalam jumlah yang cukup
· BAK Frekuensi normal dan warna urin bening
· BAB Normal, mencret (-)
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Lokalis

• Lokasi I:regio facialis tampak makula hipopigmentasi,


batas tegas, multipel, bentuk bervariasi (bulat, oval,
ireguler), ukuran ± 0,5-2 cm, tertutup skuama tipis
berwarna putih
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik

Status Lokalis
LAPORAN KASUS

Diagnosis Kerja & Diagnosis Banding

DIAGNOSIS KERJA
• Pitiriasis Vesikolor
 
DIAGNOSIS BANDING
• Pitiriasis alba
• Vitiligo
• Morbus Hansen tipe Tuberkuloid
LAPORAN KASUS

Tatalaksana

1.Farmakologi
• Ketokonazol cream 2% 2x1 ue

2. Non farmakologi
• Selalu mengganti pakaian setelah
berolahraga dan sprei tempat tidur
• Menghindari penggunaan handuk Bersama
orang lain
PEMBAHASAN

• Kasus:
Berdasarkan anamnesis, Tn. FM berumur 17 tahun datang dengan bercak putih di
Regio facialis, sejak ± 1 minggu yang lalu. Tn. FM mengatakan bahwa bercak putih
pada awalnya berjumlah sedikit. Tapi dalam beberapa hari terakhir jumlahnya
bertambah banyak.awalnya bercak muncul pada wajah sisi kiri dan kanan, nyeri dan
mati rasa pada bercak disangkal.

Teori
Sesuai dengan teori bahwa pitiriasis versikolor banyak menyerang individu dengan kisaran usia
15-24 dan usia 25-44 tahun, hal ini kemungkinan disebabkan karna perubahan hormonal dan
peningkatan aktivitas kelenjar sebasea yang meningkat pada umur remaja dan dewasa yang
mengakibatkan sering berkeringat dan meningkatnya produksi sebum sehingga jamur
Malasezzia dapat tumbuh berkembang biak.
Burkhart CG (2013), prevalensi pitiriasis versikolor tidak condong ke salah satu jenis kelamin.
PEMBAHASAN

• Kasus:
Tn. FM mengeluhkan bercak putih menjadi bersisik bila digores dengan jari.
Fenomena ini disebut dengan coup d’ongle of Besnier (scratch sign)

Teori:
• Menurut Keddie F (1963), fenomena yang khas terjadi pada pitiriasis versikolor
ini dapat terjadi karena perubahan pada konsistensi lapisan tanduk epidermis,
yang telah diinfiltrasi oleh malassezia furfur. Infiltrasi ini menyebabkan
deskuamasi (pelepasan) lamela. Fenomena coup d’ongle of Besnier biasanya
diperiksa jika skuama tidak nampak secara kasat mata.
PEMBAHASAN

• Kasus:
Faktor resiko pada kasus ini adalah kebiasaan tidak segera mengganti pakaian
setelah melakukan aktivitas diluar. faktor resiko lainnya adalah pasien tinggal
di negara yang beriklim tropis

Teori:
Kebiasaan yang tidak segera mengganti pakaian akan menciptakan keadaan
lembab serta ditambah dengan keadaan negara Indonesia yang beriklim tropis
akan memicu pertumbuhan malassezia furfur dan konversinya menjadi bentuk
patogenik.
PEMBAHASAN

Kasus:
Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan status dermatologis berupa adanya
makula hipopigmentasi, berbatas tegas, ukuran bervariasi, bentuk bervariasi
(bulat, oval, ireguler), dan tertutup oleh skuama tipis berwarna putih

Teori:
 Hal ini sesuai dengan gambaran lesi pitriasis vesikolor berdasarkan tinjauan
literatur. Dimana penyakit ini ditandai lesi makula hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, atau eritematous. Makula berbatas tegas, dengan bentuk bulat
atau oval
PEMBAHASAN

Teori:
 Lesi makula hipopigmentasi asam dikarboksilat yang disebabkan oleh oksidasi
enzimatik asam lemak pada lipid permukaan kulit, akan menghambat tirosinase
pada melanosit epidermal, sehingga menyebabkan hipopigmentasi.
 Enzim yang menyebabkan oksidasi tersebut terdapat pada malassezia furfur
PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan wood


lamp didapatkan flurosensi kuning keemasan
namun pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan pengecetan dengan
hidroksida potasium (KOH) 10% untuk membantu mengorfimasi diagnosis PV
PEMBAHASAN

Diagnosis Banding

• Pitiriasis alba (PA) adalah gangguan kulit yang sering di dapatkan pada anak-
anak dan remaja.
• Area yang sering terkena yaitu wajah, leher dan tubuh
• Lesi berbentuk bulat atau oval atau plakat yang tidak teratur. Pada mulanya lesi
berwarna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama kulit
diatasnya.→ eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya hipopigmentasi
dengan skuama halus Lesi umumnya asimtomatik tetapi dapat juga terasa gatal
dan panas

. Pemeriksaan menggunakan lampu Wood, kelainan ini dapat dibedakan dari Pitriasis
versicolor dengan adanya batas yang tidak tegas dan lesi yang tidak kuning keemasan
PEMBAHASAN

Diagnosis Banding

Pasien didiagnosa banding dengan PA karena lesi dan area predileksi yang
hampir sama dengan PV, yaitu makula hipopigmentasi dan area di wajah, leher,
punggung dan ekstremitas proksimal

Namun pada kasus ini lesi tidak muncul setelah pajanan matahari atau jumlah
mandi yang berlebihan, dan dari pemeriksaan fisik, didapatkan fenomena Coup
d’ongle of Besnier yang tidak ditemukan pada PA

Dari pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan lampu Wood pada PV


didapatkan fluoresensi berwarna kuning keemasan, hasil pemeriksaan lampu
Wood seperti ini tidak didapatkan pada pitiriasis alba
PEMBAHASAN

Diagnosis Banding

Vitiligo

Suatu hipomelanosis yang didapat bersifat progresif, seringkali familial


ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas, dan
asimtomatis

Makula hipomelanosis yang khas berupa bercak putih seperti putih kapur,
bergaris tengah beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter,
berbentuk bulat atau lonjong dengan tepi berbatas tegas dan kulit pada
tempat tersebut normal dan tidak mempunyai skuama

Pada pemeriksaan dengan lampu Wood makula amelanotik pada vitiligo


tampak putih berkilau, sedangkan pada PV didapati lesi makula
berwarna kuning keemasan.
PEMBAHASAN

Diagnosis Banding

Morbus Hansen tipe tuberkuloid

Makula hipopigmentasi yang terdapat pada penderita Morbus


Hansen mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu makula anestesi,
alopesia, anhidrosis, dan atrofi.

Pada Tn. FM tidak ditemukan adanya gangguan sensibilitas


pada lesi, pasien masih dapat merasakan sensasi perabaan
ketika dilakukan pengujian sensibilitas raba dengan
menggunakan kapas atau tisu.
PEMBAHASAN

Tatalaksana

Pemilihan pengobatan pada pitiriasis vesikolor tergantung pada luas


lesi, dimana pada lesi minimal diberikan terapi topical sedangkan pada
lesi luas diberikan terapi sistemik.

Pada pasien ini diberikan terapi topikal yaitu ketokonazol cream 2%.
Ketokonazol diberikan dalam bentuk cream karena aplikasinya
bertahan lebih lama di kulit dibandingkan dengan bentuk sampo.

Ketoconazole adalah obat azole yang digunakan oleh klinisi untuk


mengobati infeksi fungal. Ketoconazole bekerja dengan memblok
sintesis dari ergosterol (salah satu komponen dari membrane sel
fungal) melalui inhibisi pada enzim lanosterol 14α – demetilase.
RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus pitiriasis versikolor pada seorang pria usia
17 tahun. Dari anamnesis yang menunjang adalah bercak putih pada
wajah sejak ± 1 minggu yang lalu. Bercak putih lama-kelamaan
bertambah jumlahnya.Bercak putih menjadi bersisik jika digores dengan
jari dan bercak tidak gatal. Pasien memiliki kebiasaan tidak segera
mengganti baju di rumah setelah beraktivitas diluar rumah.
RINGKASAN

•Dari pemeriksaan fisik, ditemukan lesi makula hipopigmentasi, multipel,


ukuran bervariasi ±0,5-2 cm berbatas tegas, bentuk bulat,oval,irregular
tertutup skuama tipis dan putih pada Regio facialis.. Didapatkan
fenomena coup d’ongle of Besnier

Dari pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan lampu wood, didapatkan


lesi makula berwarna kuning keemasan. Diberikan terapi topikal dengan
kombinasi ketokonazol cream 2%. Prognosis untuk pasien ini adalah quo
ad vitam ad bonam, quo ad sanam ad bonam, quo ad functionam ad
bonam, dan quo ad kosmetika ad bonam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai