Anda di halaman 1dari 7

Metafisika dalam Sejarah Filsafat

(hlm 73 – 112)

1
1. Pengantar: Filsafat Timur dan Filsafat Barat:

– FILSAFAT TIMUR menekankan monisme


maka keunikan sebenarnya tidak berdasar.

– FILSAFAT BARAT zaman kini menekankan


keunikan segala sesuatu.

– Kuliah kita terbatas pada Metafisika dlm sejarah


Filsafat Barat.

2
2. Dua kecenderungan pokok dalam Filsafat Barat:
a. Diskusi klasik: SATU atau BANYAK (monisme atau
pluralisme).
– Parmenides menekankan monisme (tidak ada
perubahan: yang ada ada, yang tidak ada tidak ada).
– Herakleitus menekankan pluralisme (panta rei;
semua berubah);
– Aristoteles menawarkan jalan tengah dengan
konsep hylemorfisme:
» aktus-potensi
» Jenis/forma yang menentukan nilai;
» maka keunikan (individuasi) tidak mempunyai
tempat (Bab V : 153 – 208).

3
b. IDEALISME atau REALISME:
– metafisika secara tradisional terarah pada
realisme (metaphysics of objectivity) 
Kenyataan dapat dikenal.
– Masalah Idealisme menjadi aktual dengan
Kritsisme Kant (metaphysics of subjectivity):
» menurut I. Kant, manusia terkurung dalam
kenyataan-yang-dikenal.
» sementara kenyataan dalam dirinya
sendiri (das Ding an Sich) tidak pernah
dikenal.

4
3. Tiga Tahap Sejarah Metafisika (hlm 74).

a. Tahap Pertama: Metafisika Aristoteles boleh disebut


langkah pertama.

– Aristoteles untuk pertama kali merumuskan tema


metafisika sebagai ens in quantum ens, meskipun
metafisikanya akhirnya lebih berbicara mengenai HYLE-
MORFISME dari pada metafisika-ada.

– jenis (actus formalis) menentukan mutu; dan materia


prima sebagai potensi hanya membatasi forma:
» Menerangkan banyak individu dari jenis yang sama.
» Individualitas atau keunikan tidak menambah nilai
sesuatu, karena yang menentukan adalah jenis; segala
sesuatu dinilai dari jenisnya.
5
b. Tahap Kedua (hlm 75):
−Metafisika Thomas boleh disebut sebagai langkah kedua dalam
sejarah metafisika  melanjutkan Aristoteles menuju suatu
metafisika-ada (ens in quantum ens).
– Pusat pembicaraan bukan lagi actus formalis (jenis-individu),
melainkan actus essendi :
» bagaimana akt-mengada menjadi banyak pengada .
» Terdapat pengada rendah dan pengada tinggi → ada itu
bertingkat-tingkat (hirarki ada): semakin tinggi tingkat ada,
semakin tinggi keunikannya.
everything has individuality according to its being.
– Namun Thomas tidak konsekwen, karena pengaruh
essensialisme Avincenna yg lebih mengutamakan essensi
ketimbang actus essendi , yaitu hakekat mendahului adanya
(hlm 75).
6
c. Tahap Ketiga:
– Transcendental Thomism (neo-thomisme) boleh disebut langkah yg
ketiga (hlm 76).
– Berkonfrontasi dengan Kritisisme I.Kant  Neo Thomisme
merehabilitasi metafisika realisme yang dirusak oleh Kant sambil
membersihkan metafisika dari esssensialisme Avicenna (Thomas muda)
dan dikembalikan pada metafisika ada.
– Kritik Heidegger yang menuduh metafisika sebagai Seinsvergessenheit/
pelupaan mengada, ditolak oleh kaum Neo Thomisme.
– Menjawab kritik Levinas atas metafisika yang tidak mengindahkan
nilai keunikan:
» keunikan bersifat bertingkat-tingkat, yaitu menurut tingkat-ada;
semakin tinggi tingkat ada, semakin tinggi keunikan sesuatu.
» jadi keunikan tetap diberi tempat sesuai dengan derajat adaanya
(batu, tumbuhan, binatang, manusia, Allah).
7

Anda mungkin juga menyukai