Anda di halaman 1dari 6

OMNE ENS EST UNUM

1. Tiap pengada mempunyai


identitasnya dan keunikannya;
itu berarti setiap kenyataan
– tidak terbagi dalam dirinya
sendiri.
– terpisah dari yang lain.
– adalah bagian dari
kumpulan kenyataan yang
sejenis; jadi walau unik
dalam dirinya kenyataan
juga memiliki pluritas.
2. Mutu keunikan sesuai dengan tingkat mengada
(diferensiasi ontologis):
• Tingkat keunikan paling rendah ialah kenyataan yang
melulu jasmaniah.
• Tingkat keunikan paling tinggi dalam kenyataan
kontigens ialah kenyataan yang melulu rohaniah
(malaikat), namun tetap terbatas pada hal rohaniah.
• Tingkat keunikan paling tinggi dalam kenyataan
duniawi ialah manusia sebagai mahluk jasmani dan
rohani.
• Tingkat keunikan yang paling tinggi ialah Allah
sendiri, sebagai yang Maha unik; Dia tidak bisa
dibandingkan dengan apa pun juga.
3. Unum sebagai sifat transendental dan unum
sebagai predikamental:
 Unum sebagai angka (kuantitas) berlaku
secara eksklusif untuk kenyataan jasmaniah
►benda jasmaniah dapat dihitung dan
diukur.
 Unum sebagai sifat transendental bukanlah
kuantitas tetapi sebagai sifat yang sama
luasnya dengan it is, yaitu unik ►Angka 1, 2,
3, dst tidak relevan untuk kenyataan yang
melulu rohaniah.
4. Unum = tak terbagi dalam diri sendiri:
• Indivisum in se, namun tidak berarti
indivisibile.
• setiap adaan yang tersusun (esse-
essentia) pada prinsipnya dapat
dibagi/dipecah.
• Esensi dari kenyataan jasmaniah tidak
murni, tidak tunggal, dan tidak simple
melainkan tersusun ► kesatuannya
lemah, karena itu dapat dipecah.
5. Prinsip-prinsip metafisis dari Sifat
transendental “unum”:
– Prinsip identitas (tiap pengada mempunyai
identitasnya).
– Prinsip non-kontradiksi (mobil ini tidak mungkin
sekaligus mobil itu).
– Tidak ada kemungkinan ketiga antara it is dan it is
not.
– Prinsip ketertentuan (tiap pengada telah
tertentukan, namun tetap terbuka untuk ditentukan
lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai