Anda di halaman 1dari 14

Qira’at alquran

mausyimatul afifah (12180320254)


NADYA FITRI WULANDARI (12180322026)
Pengertian qiraat
Kata qirâ’at dalam bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari qirâ’ah, yaitu
berbentuk ism mashdar, yang berasal dari fi’il dengan akar kata, qara’a -
yaqra’u - qirâ’atan, berarti bacaan.

Menurut istilah, qirâ’at berarti suatu mazhab dalam membaca Al-Qur’an,


yang ditetapkan oleh seorang imam ahli qurra’ , dengan sanad yang kokoh
kepada Rasulullah saw., dan berbeda dengan mazhab-mazhab lain.

Dalam ulûm al-Qur’ân, qirâ’at adalah beberapa cara dalam mengucapkan


kalimat-kalimat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Cara- cara tersebut, menurut
riwayat banyak, namun yang masyhur adalah qirâ’at yang terdapat dalam
qirâ’at tujuh.
2
Sejarah
perkembangan
qiraat
Di kalangan ulama, terdapat dua pendapat yang menjelaskan
tentang kapan mulai munculnya qira’at, yaitu ;
Pertama, qira’at turun di Makkah bersama permulaan turunnya wahyu
Al-Qur’an. Surat Al-Qur’an turun di Makkah dan di dalamnya terdapat
qira’at, namun tidak demikian dengan surat-surat yang turun di
Madinah.
Kedua, qira’at diturunkan di Madinah setelah Nabi hijrah. Pendapat
kedua ini beralasan bahwa dengan banyaknya orang-orang yang masuk
Islam dari berbagai suku dan kalangan dengan bahasa dan lahjat mereka
masing-masing, maka Allah SWT memberi kemudahan untuk membaca
Al-Qur’an dengan tujuh huruf (sab‘atu ahruf).

4
Masa selanjutnya, qira’at terus
mengalami perkembangan dari
waktu ke waktu SEPERTI berikut:
A. Qira’at pada Masa Nabi dan
Sahabat
Qira’at diperkenalkan oleh Nabi Saw sendiri dalam bentuk bahasa lisan
sebagaimana yang diajarkan oleh malaikat Jibril AS. Setiap ayat yang turun
dihafal dengan baik oleh Nabi, kemudian mengajarkan kepada para Sahabat.
Sebab yang dijadikan i‘timad dalam penukilan Al-Qur’an adalah hafalan yang
berada dalam memori Rasulullah dan para sahabatnya, bukan didasarkan pada
dokumentasi tertulis berupa suhuf maupun mushaf. Terlepas dari itu, sejak awal
Nabi telah menyadari heterogenitas masyarakat Arab, setiap kabilah memiliki
dialek bahasa yang sangat khas dan berbeda dengan kabilah lain.

5
Dengan mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat seperti inilah, Nabi
memohon kepada Allah Swt agar tidak menurunkan Al-Qur’an dengan satu huruf saja.
Permintaan Nabi ini dapat diketahui melalui sabda beliau sebagai berikut ; Dari Ubay bin
Ka’ab dia berkata; Rasulullah Saw menjumpai Jibril AS sembari berkata, “Wahai Jibril,
aku telah diutus kepada sebuah umat yang ummiy (buta aksara). Di antara mereka ada
yang lanjut usia, hamba sahaya lelaki maupun perempuan, dan orang yang sama sekali
tidak mengenal aksara”. Maka Jibril berkata; “Wahai Muhammad, sesungguhnya Al-
Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf.”. Dan terbukti bahwa ragam hurf yang
diturunkan sangat membantu komunitas bangsa Arab ketika itu. Sebab bentuk perbedaan
yang diturunkan Malaikat Jibril AS kepada Nabi meliputi sistem artikulasi lafaz,
perbedaan sistem anatomi kata, bahkan juga perbedaan variasi kata. Tujuh macam hurf
inilah yang nantinya akan menjadi embrio ilmu qira’at di dalam dunia,Islam.
Setelah Abu Bakar wafat, mushaf yang telah dikumpulkan dijaga oleh Umar bin
Khatthab. Banyak penghafal Al-Qur’an yang ditugaskan ke berbagai provinsi untuk
menjadi imam sekaligus sebagai ulama yang bertugas mengajar umat. Para sahabat selalu
menyibukkan diri mereka terhadap Al-Quran sehingga lahirlah para qari dan hafiz Al-
Quran dari kalangan sahabat yang mulia tersebut.
6
B. Qiraat pada masa tabi'in dan
imam qira'at
Pada permulaan abad ke-2 H, atau pada generasi Tabi’in, muncul beberapa
orang yang menfokuskan perhatian mereka pada masalah qira’at. Sebagian besar
mereka berasal dari kawasan-kawasan Islam yang mendapat kiriman kopian
mushaf utsmani. Dalam Thabaqat al-Qurra’ disebutkan setidaknya ada 18 orang
ahli qira’at di kalangan Tabi’in yang masyhur. Di Madinah misalnya, muncul
tokoh qira’at bernama Abu Ja‘far Yazid bin al-Qa‘qa‘ , Nafi‘ bin ‘Abdurrahman
bin Abi Nu‘aim , dan masih banyak yang lain. Di Basrah ada Zabban bi al-‘Ala’
bin ‘Ammar yang terkenal dengan julukan Abu ‘Amr , ‘Abdullah bin Abi
Ishaq ,‘Isa bin ‘Amr, ‘Ashim al-Jahdari , Ya‘kub bin Ishaq al-Hadhrami , dan
yang lainnya. Di Kufah muncul ‘Ashim bin Abi al-Najud al-Asadi , Hamzah bin
Habib al-Zayyat , Sulaiman alA‘masi , al-Kisa’i , dan yang lainnya 7
c.qira'at pada masa pembukuan
qira'at
Setelah munculnya para ahli dan Imam qira’at pada periode sebelumnya,
ilmu qira’at semakin berkembang dan banyaknya para pengkaji Al-Qur’an yang
menfokuskan kajiannya terhadap qira’at. Maka sampailah kepada periode
pembukuan ilmu qira’at, hal ini ditandai dengan munculnya kitab al-Qira’at
yang ditulis oleh Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam . Di antaranya adalah Ahmad
bin Jubair al-Kufi yang menyusun kitab al-Khamsah, sebuah kitab yang
menghimpun nama lima orang qira’at untuk merepresentasikan ahli qira’at
setiap kawasan Islam; Isma‘il bin Ishaq al-Maliki yang menyusun kitab
alQira’at, Abu Ja‘far bin Jarir ath-Thabari yang menyusun kitab al-Qira’at.
Dialah Abu Bakar Ahmad bin Musa bin al-‘Abbas bin Mujahid yang lebih
dikenal dengan julukan Ibnu Mujahid.
8
d. qira’at pada masa sekarang
⊹ Tersebarnya qira’at diwilayah kaum muslimin
⊹ Percetakan Al-Qur’an dengan berbagai riwayat
⊹ Kaset rekaman
⊹ Berdirinya lembaga dan fakultas yang peduli dengan ilmu
qira’at

9
Macam-macam qira’at
Qira’at mutawatir Qira’at Masyhur Qira’at Ahad
Yaitu, yang diriwayatkan Yaitu, qira’at yang sahih Yaitu, qira’at yang
oleh banyak periwayat dan sanadnya. Akan tetapi sanadnya sahih, tetapi
tidak mungkin berdusta, jumlah yang menyalahi rasm mushaf
dari tiap angkatan sampai meriwayatkannya tidak ‘Ustmani dan kaidah
masa Rasul. Menurut mencapai derajat bahasa arab. Qira’at ini
jumhur ulama qira’at yang mutawatir. tidak sah dibaca sebagai
tujuh adalah mutawatir. Al-Qur’an dan tidak wajib
meyakininya.

10
Macam-macam qira’at
Qira’at syadz Qira’at Maudhu Qira’at Mudraj
Yaitu, qira’at yang Yaitu, qira’at yang Yaitu, qira’at didalamnya
sanadnya tidak sahih, dibangsakan kepada kata atau kalimat
seperti qira’ah Ibn al- seseorang tanpa dasar, tambahan yang biasanya
Sumaifi. Qira’at ini tidak seperti qira’at yang dijadikan penafsiran dari
dijadikan pegangan dalam dihimpun oleh Muhammad ayat Al-Qur’an. Kedua
bacaan dan bukan Ibn Ja’far al-Khuza’i dan qira’at terakhir ini tidak
termasuk Al-Qur’an. dibangsakan kepada Ibn termasuk Al-Qur’an dan
hanifah. tidak bisa dijadikan
pegangan dalam bacaan

11
Urgensi Kajian Qiraat
Perbedaan antara satu qira'ah dan qira'ah lainnya bisa terjadi pada huruf, bentuk
kata, susunan kalimat, i'rab, serta penambahan dan pengurangan kata. Perbedaan-
perbedaan ini sedikit banyaknya membawa perbedaan makna, yang se lanjutnya
pada hukum yang di-istinbath-kan. Karena itu, al Zarkasyi berkata:
"Adanya perbedaan qirà'ah menimbulkan perbedaan dalam hukum. Karena
itu, para ulama fikih membangun hukum batalnya wudhu bagi orang yang
disentuh (lain jenis) dan tidak batalnya atas dasar perbedaan qira'ah pada kamu
sentuh' dan kamu 'saling menyentuh. Demikian juga hukum bolehnya mencam puri
perempuan yang sedang haid ketika terputus haidnya dan larangannya hingga ia
mandi didasarkan perbedaan mereka da lam bacaan 'hingga mereka suci.”

12
Dari sudut qira'ah, perbedaan qira'ah dalam ayat ini jelas
menimbulkan perbedaan pengertian. Qira'ah pertama mengandung unsur
interaksi antara pihak yang menyentuh dan yang disentuh. Baik
interaksinya sampai pada jimak sebagaimana yang dianut mazhab Hanafi
maupun hanya sampai batas perasaan syahwat sebagaimana yang
dipahami dalam mazhab Maliki. Sebab kata‫الـــس‬ ‫ مـ‬termasuk bentuk kata
musya rakah dalam ilm sharaf. Sementara itu, qira'ah ‫مس‬ ‫ لـــ‬adalah
bentuk kata kerja muta'addi (transitif) yang tidak mengandung unsur
musyarakah. Karena itu, qira'ah pertama mendukung pendapat mazhab
Hanafi dan Maliki dan qira'ah kedua men dukung mazhab al-Syafi'i.

13
THANK
YOU!
14

Anda mungkin juga menyukai