Anda di halaman 1dari 639

COMPRE 1

Medical Education Laboratory


1. C. Fibrokistik
• Wanita 14 tahun, Benjolan 2 bulan
• Benjolan membesar saat menstruasi  khas!
• Deskripsi : Benjolan unilateral, diameter 2 cm,
padat, nyeri tekan (-), batas tegas, mobile
1. Jawaban : C
• Abses Mammae (Referensi: 1)
– Mastitis yang tidak ditangani
– PF sama dengan mastitis disertai benjolan besar
dengan nyeri tekan
• Fibrocystic Mammae (Referensi : 1)
– Usia : masa subur
– PF: benjolan di payudara bilateral, batas tegas,
mobile, membesar dan mengeras sebelum haid,
nyeri 1 minggu sebelum haid dan menghilang
saat haid
• Granulomatous Mastitis (Referensi : 1, 2)
– Jarang, Jinak, Kronis, Usia menyusui
– PF : massa tumbuh cepat, konsistensi keras,
batas tegas, tanda inflamasi, dapat disertai
retraksi puting dan limfadenopati
– Penyebab: Idiopatik, diduga autoimun
– Bedakan dengan mastitis yang merupakan
infeksi, dengan PF : tanda inflamasi dan demam,
dengan penyebab infeksi dan menyusui tidak
teratur, muncul umumnya 2 minggu postpartum
• Lipoma (Referensi: 1)
– Usia berapa saja
– PF: benjolan unilateral, konsistensi lunak,
mobile, batas tegas, tidak nyeri, tidak ada
faktor resiko apapun. Diagnosis dengan USG
 jaringan lemak dengan kapsul.
• FAM (Referensi: 1)
– Usia < 20-30 tahun
– PF : konsistensi lunak, batas tegas, mobil,
tidak nyeri
2. Jawaban E. Collar Neck, ETT, IV, FAST, Head CT Scan, Konsul
BS
• Prinsip ATLS  ABCDE
• Airway dan Breathing
– proteksi servikal sampai bisa dipastikan tidak ada cedera servikal.
– Indikasi ETT  Fraktur Maksilofasial, Resiko Obstruksi Jalan Nafas (Hematom leher, Trauma Laring/Trakea,
Adanya Stridor), Resiko Aspirasi (Perdarahan jalan nafas, Muntah), Kesadaran Menurun (GCS < 8 mutlak
pasang ETT)
• Circulation  Pasang IV dan Kontrol Perdarahan
– Pada kasus ada trauma kepala  lakukan CT Scan kepala
– Ada memar di pinggang , curiga trauma abdomen  lakukan FAST (focused assesment sonography in trauma)
• Disability  GCS 6, Pupil anisokor, Trauma Kepala (+)
– Jika Trauma Kepala GCS 13-15 tanpa indikasi rawat, tidak perlu konsul bedah saraf. Selain dari ini harus konsul!
• Referensi: ATLS edisi 9
3. Jawaban : A. EDH
• Lucid Interval  Tanda Khas dari EDH
• EDH  Ruptur arteri meningea media  perdarahan
menyebabkan tekanan intrakranial meningkat  gejala 
terlepasnya duramater dari calvaria menimbulkan arteriovenous
shunt  perdarahan masuk ke vena  TIK turun sementara 
gejala hilang (pasien sadar)  TIK meningkat lagi  gejala
muncul lagi
• Referensi :
http://thejns.org/doi/pdf/10.3171/2012.12.JNS121264
4. E. Hematothoraks
• Laki-laki 25 tahun, luka tusuk dada kiri
• Luka 6 cm LMCS
• Inspeksi : dada kiri tertinggal
• Palpasi : Stem Fremitus menurun dada kiri
• Perkusi : Redup dada kiri
4. E. Hematothoraks
• Tension Pneumotoraks
– TVJ meningkat
– Perkusi Hipersonor
– Trakea terdorong ke kontralateral
• Pneumotoraks dan Hematotoraks
– Gejala sama, Perbedaan di Perkusi : Hipersonor Pneumo, Redup Hemato
• Hematopneumotoraks  dijumpai hipersonor di superior, redup di
inferior, diagnosis pasti dengan foto rontgen dada dijumpai air fluid level
• Referensi : ATLS edisi 9
5. Jawaban C. Biarkan + Rujuk ke OK
• Seluruh trauma penetrans yang berlokasi antara garis
imajiner puting sampai perineum harus dianggap trauma
intraperitoneal  lakukan eksplorasi laparotomi segera!
• Tetap lakukan primary survey di IGD
• Apapun yang menembus jangan dicabut  sebagai
tampon mencegah perdarahan
• Referensi : ATLS edisi 9
6. Jawaban B
• Dada Depan 9%
• Lengan Kanan Depan 4,5%
• Paha Kanan Depan 4,5%
• Parkland/Baxter:
• 4 cc x BB (kg) x Burn Area
• 4 x 60 x 18 = 4320 cc
• 2160 cc dalam 8 jam pertama
• 2160 cc dalam 16 jam berikutnya

• Ref: ATLS Edisi 9


7. Jawaban C

Ref: ATLS edisi 9


8. Jawaban D
• Laki-laki 18 tahun KLL
• 1 minggu kemudian dibawa ke IGD
• Open Fracture 1/3 Proximal Tibia 3A
• Manajemen?
– Open Fracture sudah 1 minggu -> lakukan
debridemen, fiksasi , dan antibiotik!
8. Jawaban D
• Fraktur Terbuka
• Manajemen :
– Imobilisasi
– Konsultasi Bedah untuk Operasi Cito
– Resusitasi Cairan
– Debridemen
– Stabilisasi Fraktur
– Profilaksis ATS
– Antibiotik IV
• Referensi : ATLS Edisi 9
9. Colles Fracture
• Laki-laki 25 tahun
• Nyeri dan bengkak pergelangan tangan kanan
• 1 jam lalu KLL, terjatuh dengan lengan tangan
menopang tubuh
9. Jawaban B. Colles
• Fx Radius Distal
• Dinner Fork Deformity
• Mekanisme jatuh bertumpu pada palmar
• Referensi :
http://radiopaedia.org/articles/colles-fracture
10. A. Baker Cyst
• Laki-laki 40 tahun
• Benjolan di belakang lutut kanan 6 bulan
• Rutin bermain tenis 20 tahun
• Benjolan tidak nyeri, lokasi fossa poplitea
kanan, diameter 2 cm, mobile
• Post op: kista berisi lendir
10. Jawaban A
• Baker Cyst (Referensi : 1)
– Kista di Popliteal
– Diagnosis: Nyeri ekstensi/fleksi, benjolan lunak ,
mobile lokasi di poplitea
• Ganglion
– Kista umumnya di pergelangan tangan dan tangan
– Terjadi akibat degenerasi dan proliferasi jaringan
ikat
– Diagnosis : benjolan lunak, kecil, mobile, nyeri
tekan (-)
• Myxoid Degeneration (Referensi)
– Merupakan degenerasi jaringan ikat,
jarang terjadi dan diawali oleh cedera
pada meniscus
– Diagnosis : Nyeri kronis tanpa ada kelainan
pada inspeksi, diagnosis pasti dengan MRI
• Retention Sebaceous Cyst
– Kista Retensi : kista yang terbentuk karena
obstruksi kelenjar cth Kelenjar sebum 
Kista Retensi Sebasea
11. A. Osteomyelitis Akut
• Laki-laki 5 tahun, nyeri paha kanan
• Dialami 1 minggu, demam (+)
• Riw 2 bulan lalu berobat keluhan cairan di telinga kanan 
Faktor resiko: infeksi saluran pernafasan atau THT menyebar
ke tulang secara hematogen!
• T : 39, Leukosit 15rb
• Xray : soft tissue swelling dan penebalan periosteum  khas
Osteomyelitis akut!
11. Jawaban A
• Klasifikasi Osteomyelitis
– Mekanisme : Hematogenous (dari infeksi sistemik, misalnya ISPA yang menyebar), Exogenous/Contiguous
(dari infeksi jaringan sekitar atau dari luar contoh fraktur terbuka)
– Durasi : Akut, Subakut, Kronik
– Gambaran Osteomyelitis Akut : edema, pus, kongesti vaskular, reaksi periosteal
– Gambaran Osteomyelitis Kronik : tanda inflamasi tidak begitu jelas, gambaran tulang dijumpai iskemia,
nekrosis, dan sequestra
• Osteomyelitis Komplikata  Osteomyelitis akut dengan komplikasi seperti terjadinya fistula atau
sequestra dengan cepat
• Sclerotic Osteomyelitis  Bentuk jarang dari Ostemyelitis Kronik

• Ref : 1, 2, 3, 4, 5, 6
12. D. Osteosarcoma
• Laki-laki 20 tahun
• Benjolan bahu kanan , 3 bulan membesar
• Nyeri Hebat
• Immobile, ukuran 10 x 10 cm, venektasi (+)
• Xray : Sunburst dan Codman Triangle  khas!
12. Jawaban D
• Fibrosarkoma  Sarkoma berasal dari
jaringan ikat, Gambaran lesi hanya lesi
litik, Gambaran PA : Herringbone
• Osteosarkoma  Sarkoma berasal dari
sel tulang, Gambaran lesi reaksi
periosteal Segitiga Codman dan
Sunburst Appearance
• Ewing Sarcoma  Berasal dari sel
neuroectodermal, Jarang, usia muda,
gambaran khas onion skin
• Myeloma Multipel  Keganasan sumsum tulang
dalam produksi sel darah, terjadi produksi sel
plasma berlebihan, Diagnosis : Monoclonal Protein
(+)
• Hemangioma  Pelebaran pembuluh darah.
Gejala tergantung letak dan organ disekitar.
• Ref: 1, 2, 3, 4
13. D. Paget Disease
• Laki-laki 50 tahun
• Nyeri punggung bawah 5 bulan lalu
• Nyeri lokal tidak menjalar
• Lab dan Xray normal
• CT Scan  lesi litik dengan dominan sklerotik
 Khas!!
13. Jawaban D
• Paget Disease 
• Penyakit kronis, menyerang usia tua (>55 tahun),
• Laki-laki > Perempuan,
• terjadi destruksi dan formasi tulang berlebihan dan
berkali-kali, menyebabkan bentuk tulang berubah.
• Predileksi femur, pelvis dan lumbal,
• Gejala: Bone Pain
• Diagnosis : Xray : focal osteolysis coarse trabecula,
sclerotic bone, bone expansion, and cortical
thickening
• Ref: 1
• Osteoporosis  penurunan massa tulang akibat usia dan hormonal,
menyebabkan tulang rapuh
• Renal Osteodistrofi  gangguan mineralisasi tulang, disebabkan oleh CKD
 Retensi fosfat disertai kalsium serum menurun  hormon PTH meningkat
sebagai kompensasi  resorpsi tulang meningkat  destruksi tulang
• Rakitis /Rickets  gangguan pertumbuhan tulang akibat defisiensi vitamin D
pada anak
• Osteomalacia  Rakitis pada dewasa

• Ref : 1, 2, 3, 4
14. Jawaban D
• Perempuan, 50 tahun
• Nyeri lutut 3 tahun
• TB 158, BB 78  BMI 31,2 Obese!  Faktor
Resiko OA!
• Xray : OA Bilateral Grade III
14. Jawaban D

• Ref: 1
15. A. Allopurinol
• Wanita 60 tahun
• Benjolan pangkal ibu jari kaki kanan 2 tahun lalu,
makan kacang2an (+)  indikasi farmakologi!
• Benjolan di belakang telinga kanan (+)
• As Urat 10 mg/dl, Urinalisis As Urat 180 mg/ 24
jam
15. Jawaban A
• Gout Arthritis Guideline ACR 2012:
• Diagnosis : As. Urat Serum > 6 mg/dl
• Indikasi Terapi Farmakologis :
– Tophi (+)
– Serangan > 2x/tahun
– CKD Stage II atau lebih
– Urolithiasis
• First Line : Allopurinol atau Febuxostat
• Second Line : Probenecid (tidak boleh digunakan pada CKD stage III atau lebih)
• Target : Asam Urat < 6 mg/dl
• Terapi Serangan Akut Gout :
– 1-2 Joint, Nyeri Ringan / Sedang
• NSAID / COX-2 Inhibitor
• Kortikosteroid
• Colchicine
– > 2 joint, Nyeri Berat : Terapi Kombinasi
• NSAID + Colchicine
• Kortikosteroid + Colchicine
• Intraarticular Steroid + Colchicine/NSAID
16. D. JRA
• Anak Perempuan 5 tahun
• Nyeri kedua sendi
• Kedua kaki merah
• Urinalisis: Protein (+), cast (-)
• ANA (+)  Autoimun!
16. Jawaban D
• Osteosarkoma  lihat penjelasan No 12
• Osteomyelitis lihat penjelasan No 11
• Reactive Arthritis / Reiter Disease
– Trias : Urethritis, Arthritis, Conjunctivitis
– Penyakit Autoimun yang dipicu infeksi Shigella,
Salmonella, Campylobacter dan lainnya.
• Ref: 1, 2, 3, 4
Ref : ACR/SLICC 2012,
Note: Kriteria 2015 sudah published, tapi kurang aplikatif untuk UKDI karena pakai skor
17. Jawaban A. Septic Arthritis
• Laki-laki, 45 tahun
• Nyeri dan bengkak kaki kiri mendadak tadi malam setelah
laparotomi
• Belum pernah nyeri sebelumnya
• Pola makan tidak teratur
• Riwayat DM dan Nyeri Sendi
• Lab 3 tahun lalu normal
• Lab saat ini Leukositosis
17. A. Septic Arthrtitis
• Septic Arthritis  disebabkan infeksi, terutama Staphyloccocus atau
Streptoccocus.
– Faktor Resiko : Immunocompromised/Lansia, penderita DM dan Pengguna Sendi Prostetik
– Sign and Symptom : Arthritis disertai tanda infeksi sistemik (demam, leukosit meningkat)
• Gout Arthritis  lihat penjelasan soal 15
• Pseudogout  disebabkan deposit Calcium Pyrophospate, gejala dan tanda
sama dengan GA
• Arthritis Reumatoid  Autoimun, Kronik, Bilateral
• Arthritis Post Traumatic  Arthritis setelah trauma pada sendi
• Ref: 1, 2, 3, 4
18. E. Uretrografi
• Laki-laki 35 tahun, tidak bisa BAK
• Jatuh terduduk dan mengangkang
• Hematoma skrotum dan darah di meatus
urethra
• Tindakan lanjutan?
18. Jawaban E
• Diagnosis  Susp. Ruptur Urethra Posterior
• Bloody Meatus dan Hematoma Skrotum
• Tatalaksana:
– Initial Management : Pungsi Suprapubik untuk drainase urin
– Jangan lakukan pemasangan kateter urin atau Urethroscopy!
– Lakukan Retrograde Urethrography sebagai diagnosis pasti
• Ref : Referensi : Smith and Tanagho’s Urology Edisi 18
19. Jawaban C. Prazosin + Finasteride
• Laki-laki 72 tahun
• Tidak bisa BAK 1 hari
• BAK tidak lampias, harus mengejan, pancaran melemah,
terbangun malam hari untuk BAK  gejala LUTS khas BPH!
• DRE : massa berat 40 gram, permukaan licin, nyeri tekan
(-)  khas BPH!
• Pasang kateter  urine keluar 300 cc
19. Jawaban C
• Diagnosis BPH :
– Gejala LUTS :
• Obstruktif : Straining, Hesitancy, Weak Flow, Dribbling, Prolonged Voiding
• Iritatif: Frequency, Urgency, Nocturia, Incontinence, Small Void Volume, Pain
• Dinilai dengan Kuesioner IPSS
– DRE
– PSA
• Terapi:
– Observasi  untuk IPSS < 7
– Farmakologi : Alfa1 Bloker, 5-alfa-reductase inhibitor, (kombinasi
lebih baik!) , fitoterapi Referensi : Smith
– Pembedahan : Konvensional (TURP, TIP, Open Prostatectomy),
and Tanagho’s
Minimally Invasive Surgery (Laser, Microwave dll)
Urology Edisi 18
20. Jawaban A. Torsio Testis
• Laki laki 19 tahun
• Bengkak zakar kanan 2 hari
• Skrotum dan testis kanan bengkak, merah, nyeri
• Nyeri tidak berkurang jika skrotum diangkat!  Phren
Sign
• Gondongan 5 hari lalu
• Diagnosis?
20. Jawaban A
• Torsio Testis :
– Angel’s Sign (+) : Testis yang mengalami torsio letaknya lebih
tinggi dan lebih horizontal
– Prehn’s Sign (+) : Testis yang mengalami torsio tidak
berkurang nyeri saat diangkat
– Refleks Cremaster menghilang : Testis terangkat akibat
kontraksi m.cremaster saat paha dalam sisi ipsilateral ditekan
• Ref: Referensi : Smith and Tanagho’s Urology Edisi 18
21. D. USG
• Laki-laki 60 tahun
• BAK berdarah 1 minggu, BAK berpasir, BAK
nyeri 1 tahun lalu  khas urolithiasis!
• Ureum 89 mg/dl, Kreatinin 2 mg/dl  curiga
CKD!
21. Jawaban D
• Diagnosis : Urolithiasis + Suspect CKD
• Pemeriksaan Penunjang :
– Kalau Urolithiasis saja  CT Scan Non Contrast pilihan
utama
– Karena ada Suspect CKD maka renal sonogram paling
tepat untuk pemeriksaan penunjang
• Referensi : Smith and Tanagho’s Urology Edisi 18
22. E.coli
• Wanita 24 tahun
• Nyeri berkemih dan sering berkemih
• T 38, nyeri palpasi suprapubik  Sistitis!
• Mc Conkey koloni ponk, motil, fermentasi
gula, menghasilkan gas
22. Jawaban E
• Diagnosis  UTI
• Quantitative Urine Culture > 105 CFU/ml
• E. coli  Batang gram negatif, motil, fermentasi gula (+), menghasilkan gas (+)
• Pseudomonas aeruginosa Batang gram negatif, motil, fermentasi gula (+), tidak
menghasilkan gas
• Proteus mirabilis  batang gram negatif, motil, fermentasi gula (-)
• Staphylococcus saprophyticus  Coccus gram postif, non motil
• Klebsiella pneumoniae  Batang gram negatif, non motil, fermentasi gula (+),
menghasilkan gas (+).

• Ref: 1, Smith and Tanagho’s Urology 18ed


23-25
• Wanita 30 tahun,
• BB 60 kkg
• Sesak, muntah,
• TD 160/100, RR 28 x/menit, edema kaki, ronkhi basal paru
• Hb 7,3%, MCHC normal
• Ureum 421 mg/dl, Creatinine 32 mg/dl
• USG : ginjal mengecil, densitas korteks meningkat, batas
medulla mengabur
23. Jawaban A
• eGFR (dengan formula CKD-EPI) : 1.1 ml/min/1.73m2
• Lebih akurat dengan eGFR dibanding Cockroft Gault
• Kalau dengan Cockroft-Gault didapat Creatinine
Ref:
Clearance 2,24 ml/min/1.73m2 KDIGO 2012
24. Jawaban C
• Dialisis dilakukan pada CKD Stage IV - V
• Transplantasi dapat dilakukan pada CKD semua stage
• Medikamentosa diberikan sesuai dengan staging
• Prinsip Tatalaksana
– Kontrol Tekanan Darah
– Kontrol Asupan Protein , Cairan, Garam
– Tatalaksana Anemia
– Tatalaksana Mineral dan Elektrolit
– Tatalaksana Asidosis
• Referensi : KDIGO 2012
25. Jawaban D
• Tatalaksana Anemia pada CKD
– Iron Replacement Therapy
• Indikasi : Total Serum Transferin Saturation ≤ 30%, Ferritin ≤ 500 ng/ml
– Erythropoiesis Stimulating Agent (ESA)
• Indikasi di slide berikutnya
– Transfusi Darah
• Hanya jika penurunan Hb disebabkan kondisi akut seperti pasien CKD yang
mengalami perdarahan
• Ref: KDIGO Guidelines on Anemia 2012
26. Jawaban C. 14 Oktober 2012
• Penghitungan TTP dengan Rumus Naegle  jika siklus haid
teratur 28 hari
• Jika siklus haid tidak teratur  gunakan Parikh’s Formula
• Prinsipnya ditambah saja selisih harinya
• HPHT 30 / 12 / 11  TTP Naegle = 7 / 10 / 12
• Kemudian selisih siklus haidnya  35 – 28 hari = 7 hari
• Tambahkan 7 hari jadi 14/10/12
• Ref : 1
27. Jawaban C. 4mg/1x/hari
• Kasus: Wanita 28 tahun G2P1, dengan anak pertama lahir
tanpa tempurung kepala  Anencephaly  Neural Tube
Defect!
• Suplementasi Trimester 1  Asam Folat
• Dosis: 400 mcg 1x/hari, 4000 mcg atau 4mg 1x/hari jika
riwayat kehamilan sebelumnya terdapat NTD atau terdapat
riwayat keluarga dengan NTD
• Ref: WHO 2012
28. E. Abortus Imminens
• Wanita 40 tahun, P8A0
• Terlambat haid 2 bulan
• Perdarahan dari jalan lahir, nyeri perut, mules
• PP test (+)
• Nyeri tekan suprapubic
• TFU 2 jari dibawah pusat  kehamilan < 20 minggu
• Bunyi Jantung Anak tidak dapat dinilai
• Porsio normal, nyeri goyang (-)  bukan KET!
• OUE tertutup, Cavum Uteri membesar, Cavum Douglas tidak menonjol, nyeri
tekan (-)  bukan KET!
28. Jawaban E
Abortus Inkomplit
• Abortus Imminens : Hasil konsepsi belum keluar
– Nyeri perut seluruhnya
Serviks terbuka, Dapat
– Vaginal Spotting
dilakukan pemeriksaan kanalis
– OUE tertutup, Gestational Sac servikalis dan kavum uteri
utuh
Abortus Komplit
• Abortus Insipiens: Hasil Konsepsi sudah keluar
– Nyeri bertambah seluruhnya
– Perdarahan lebih banyak Perdarahan berhenti
– Dilatasi Serviks Ostium tertutup
– Pecahnya selaput ketuban Ref: Sarwono
29. Jawaban E
• Wanita 35 tahun G3P2A0 hamil 42 minggu
• 10 jam lalu keluar cairan encer
• Tidak ada lendir darah, Tidak ada kenceng-
kenceng teratur  Tanda inpartu (-).
• Vital Sign Normal, TFU sesuai, DJJ normal
• Tes Valsava (+)
29. Jawaban E
• Kehamilan 42 minggu  Hamil Serotinus atau Post-Term
• Tanda Inpartu (-) namun keluar cairan dari vagina
• Tes Valsava  Ibu disuruh batuk/mengejan  Penekanan
di fundus uteri  keluar cairan dari OUE terakumulasi di
fornix anterior  Tanda Ketuban Pecah Dini
• Jangan lakukan VT pada KPD ya!
• Ref: 1, 2
30. A.Pertahankan Konsepsi dengan Progesterone
KEYWORDS:
• Perdarahan pervaginam
• 2 bulan haid (-), PP test(+)  early
• Uterus sesuai kehamilan dan OUE tertutup

DIAGNOSIS Abortus Iminens


TERAPI  Mertahankan hasil konsepsi  pemberian
Progesterone

fs
Abortus
Perdarahan pada Kehamilan Muda

Kehamilan Ektopik
Abortus Mola Hidatidosa
Terganggu

Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin 500 gram
fs
Abortus
Diagnosis Perdarahan OUE/ Serviks Uterus Lain-lain Penatalaksanaan

Abortus Iminens sedikit-sedang Tertutup Sesuai usia kehamilan Plano (+) Bedrest
Progesteron

Abortus Insipiens sedang-banyak Terbuka Sesuai usia kehamilan Plano (+) Kuret/ aspirasi vakum manual

Abortus Inkomplit sedikit-banyak Terbuka Kecil usia kehamilan Plano (+) Kuret/ aspirasi vakum manual
Keluar jaringan (+)

Abortus Komplit sedikit-tidak ada Terbuka/tertutup Kecil usia kehamilan Plano (+) Medikamentosa
Keluar jaringan (+)

Abortus Septik Terbuka/tertutup Membesar dan nyeri Tanda-tanda infeksi Antibiotik


Leukosistosis Kuret/ aspirasi vakum manual

Missed Abortion (-) Tertutup Kecil usia kehamilan Plano tes (-) Kuret/ aspirasi vakum manual

Nb: - Plano tes akan tetap (+) selama 7-10 hari abortus
- Kuret/AVM didahului dilatasi
- AVM hanya bisa dilakukan < 12 minggu
fs
31. E. Abortus Septik
KEYWORDS:
• Pendarahan per vaginam
• HPHT 10 minggu, tes plano (+)  early
• Riwayat ke dukun dan diberikan ramuan yang diminum dan
dimasukkan ke dalam vagina  percobaan abortus
• Demam(+), fluor (+), bau (+)  tanda-tanda infeksi

DIAGNOSIS Abortus septik


TERAPI  Mengobati infeksi dan evakuasi hasil konsepsi

fs
Abortus Septik
Definisi
Abortus Septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
atau peritonium.

Faktor Resiko
• Pelaksanaan abortus kriminalis (cth: dukun)
• Tindakan aborsi yang kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis

Manifestasi Klinis Penatalaksanaan


• Demam, takikardia (tanda-tanda sepsis) • Antibiotik
• Perdarahan berbau • Kuretase
• Uterus membesar disertai nyeri tekan
• Leukositosis

fs
32. D. Mola Hidatidosa
KEYWORDS:
• Perdarahan pervaginam
• HPHT 3 bulan  kehamilan muda
• Mual dan muntah  peningkatan β-HCG
• Uterus teraba setinggi umbilikus  besar massa kehamilan

DIAGNOSIS  Susp Mola Hidatidosa


TERAPI  Evakuasi Mola

fs
Mola Hidatidosa
Definisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.

Manifestasi Klinis
• Mual, muntah dan pusing dengan derajat lebih hebat
• Uterus besar masa kehamilan
• Riwayat keluarnya gelembung mola
• Peningkatan TD

Pemeriksaan Penatalaksanaan
• Denyut jantung janin (-) • Perbaiki KU dan KP
• USG : honeycomb appearence atau
• Suction curretage atau kuretase
snowstorm appearence
• β-HCG meningkat tinggi • Follow up > beta HCG, profil tiroid

fs
33. E. Merujuk dengan suspek KET
KEYWORDS:
• Perdarahan pervaginam
• HPHT 5 minggu, plano tes (+)  early
• Nyeri perut bawah
• Nyeri goyang serviks (+)

DIAGNOSIS  Susp. Kehamilan Ektopik Terganggu


TERAPI  Rujuk

fs
Kehamilan Ektopik Terganggu
Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium
kavum uteri. Dikatakan terganggu apabila diikuti dengan
penyulit/gejala (cth: sakit perut mendadak atau ruptur pada tuba).

fs
Kehamilan Ektopik Terganggu
Manifestasi Klinis
• Amenorrhea
Pemeriksaan
• Pendarahan
• Plano test (+)
• Nyeri perut
• Kuldosentesis (+): darah pada kavum douglas
• Nyeri tekan abdomen
• USG tampak kehamilan di luar uterus
• Massa atau nyeri pada adnexa
• Nyeri goyang portio
• Kavum douglas menonjol Penatalaksanaan
• Perbaiki KU dan KP
• Laparatomi

fs
34. E. Superimposed Preeclampsia
KEYWORDS:
• Tekanan darah 180/110 mmHg
• Proteinuria (++)
• Kedua kakinya edema
• Riwayat hipertensi (+) sebelum kehamilan

DIAGNOSIS  Superimposed Preeclampsia

fs
Hipertensi Dalam Kehamilan

fs
Hipertensi Dalam Kehamilan
• Hipertensi Gestasional :
Didapatkan desakan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan, tidak
disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.

• Preeklamsi :
Kriteria minimum: Desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+ (atau salah satu kriteria
preeklampsia berat)

• Hipertensi kronik :
Ditemukannya desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan
20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

• Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi :


Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami hipertensi
sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.
fs
35. B. Solusio Plasenta
KEYWORDS:
• Perdarahan pervaginam, UK 33 minggu  late
• Nyeri perut hebat, perut teraba keras dan nyeri saat di palpasi
• Riwayat jatuh terduduk dari tangga  faktor resiko
• DJJ tidak terdengar  curiga fetal death

DIAGNOSIS  Solusio Plasenta


TERAPI  Cegah syok dan Terminasi kehamilan

fs
Solusio Plasenta
Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya, yakni sebelum anak lahir.

Faktor resiko
• Riwayat solusio plasenta
• KPD
• Preklampsia & hipertensi kronik
• Merokok & kokain
• Trombofilia
• Trauma abdomen
fs
Solusio Plasenta
Manifestasi Klinis
• Perdarahan (bisa tersembunyi-banyak), berwarna merah tua /kehitaman
• Palpasi abdomen nyeri dan tegang
• Anemis dan tanda-tanda syok
• Fundus uteri lama-lama naik
• VT: ketuban tegang

Pemeriksaan
• Fetal distress : DJJ melemah/(-)
• USG : hematom retroplasenta

Penatalaksanaan
• Perbaiki KU dan KP
• Bila janin hidup  terminasi kehamilan (SC)
• Bila janin meninggal  terminasi dengan pervaginam

fs
36. B. Grande Multipara
KEYWORDS:
• Perdarahan pervaginam, UK 32 mg  late
• Empat minggu sebelumnya pasien juga mengeluh perdarahan saat
berhubungan  recurrent
• Letak kepala masih tinggi  bagian terbawah janin masih tinggi
• Wanita G6P4A1 faktor resiko

DIAGNOSIS  Susp Plasenta previa


Faktor Resiko  Grande multipara

fs
Plasenta previa
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutup seluruh, sebahagian atau berada sangat dekat dengan ostium
uteri.

Faktor resiko
• Riwayat seksio sesaria
• Paritas tinggi
• Bertambah usia ibu
• Kehamilan ganda
• Merokok Klasifikasi berdasarkan lokasi

fs
Plasenta Previa
Manifestasi Klinis
• Perdarahan tanpa nyeri Painless
• Perdarahan tanpa suatu sebab Causeless
• Perdarahan berulang sebelum partus
• Darah berwarna merah segar
Recurrent
• Bagian terbawah janin masih tinggi

Pemeriksaan
• VT: pada fornix posterior teraba bantalan
• USG : plasenta berada pada segmen bawah rahim

fs
37. C. Plasenta Previa
KEYWORDS:
• Peradarahan pervaginam, UK 39 mgg  late
• Perdarahan tidak disertai dengan nyeri perut  painless
• Perdarahan seperti ini dialami sudah dua kali  recurrent

DIAGNOSIS  Susp Plasenta previa

fs
Plasenta Previa
Tanda dan gejala
• Perdarahan tanpa nyeri Painless
• Perdarahan tanpa suatu sebab Causeless
• Perdarahan berulang sebelum partus
• Darah berwarna merah segar
Recurrent
• Bagian terbawah janin masih tinggi

Pemeriksaan
• VT: pada fornix posterior teraba bantalan
• USG : plasenta berada pada segmen bawah rahim

fs
38. C. Pemberian Antibiotik
KEYWORDS:
• Cairan dari jalan lahir sedikit-sedikit  curiga cairan ketuban
• Cairan jernih tidak berbau  (-) tanda infeksi
• HIS (-)  belum inpartu
• UK 8 bulan

DIAGNOSIS  Susp Ketuban pecah dini


TERAPI  Cegah infeksi Pemberian Antibiotik

fs
Ketuban Pecah Dini
Definisi
Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset persalinan
berlangsung).
• PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes) : ketuban pecah saat usia kehamilan < 37 minggu
• PROM (Premature Rupture of Membranes) : usia kehamilan > 37 minggu

Tanda dan Pemeriksaan


• Keluar cairan ketuban dari vagina
• Inspekulo : terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum
• Kertas nitrazin merah  biru
• Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa, gambaran pakis
• servikovaginal yang mengering
• USG : menilai jumlah cairan ketuban, menetukan usia kehamilan, berat janin, letak janin, kesejahteraan
janin dan letak plasenta

fs
Pengelolaan
>34 minggu:
• Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi.
• Antibiotik intrapartum profilaksis

24-33 minggu:
• Expectanat managemen , bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu
• Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan persalinan segera.
• Antibiotik profilaksis
• Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
• Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.

<24 minggu:
• Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
• Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin menjadi pilihan.
• Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan tatalaksana korioamnionitis
fs
39. E. Cefotaxime
KEYWORDS:
• Demam sejak 1 minggu
• Mual-muntah dan nyeri perut  gejala gastrointestinal
• Lidah kotor
• titer widal S. typhi O 1/640, H 1/320  widal (+)

DIAGNOSIS  Demam Tifoid


TERAPI  Antibiotik sesuai ibu hamil  Cefotaxime

fs
Demam Tifoid pada Kehamilan
Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi usus halus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi.
Manifestasi Klinis
Demam, sakit kepala, nyeri perut, Pemeriksaan
• Widal
nafsu makan berkurang, diare atau
• Tubex
konstipasi, coated tongue. • Typhidot
• Kultur darah
Penatalaksanaan
• Berikan sefotaksim 200 mg/kgBB IV/hari dibagi
menjadi 3-4 dosis, ATAU seftriakson 100 mg/kgBB hari
(max 4 g/hari) dibagi menjadi 1-2 dosis.
• Berikan parasetamol 3x500 mg per oral bila demam.
fs
40. B. Hiperemesis gravidarum tingkat I
KEYWORDS:
• Mual dan muntah setiap kali makan  hiperemesis
• Mata tampak cekung dan turgor kulit berkurang  dehidrasi
• Berat badan turun
• Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 26 x/menit

DIAGNOSIS  Hiperemesis gravidarum tingkat I


TERAPI  Rehidrasi

fs
Hiperemesis Gravidarum
• Definisi : keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat
hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Biasanya mulai setelah minggu ke-6 dan baik dengan
sendirinya sekitar minggu ke-12
• Etiologi : Kemungkinan kadar BhCG yang tinggi atau faktor
psikologik
• Predisposisi :primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan
ganda.
• Akibat mual muntah  dehidrasi  elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat  kerusakan liver
fs
Grade

Tingkat 1 :
Lemah,napsu makan↓, BB↓,nyeri epigastrium, nadi↑,turgor kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah
kering, mata cekung.

Tingkat 2 :
Apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit ↑,
oliguria, aseton tercium dalam hawa pernafasan.

Tingkat 3 :
KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi
lebih cepat, TD lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan
mental, ikterik

fs
41. A. Infus NaCl 0,9%
KEYWORDS:
• UK 8 minggu
• Muntah sudah 10 kali dalam 1 hari

DIAGNOSIS  Hiperemesis
TERAPI  Rehidrasi  Infus NaCl O,9%

fs
Medikamentosa
• Vitamin B6 3-4 x 10mg
• Doksilamin 3-4 x 10 mg
• Dimenhidrinat 4-6 x 50-100 mg

Rehidrasi
• NaCl 0,9% atau Hartmans solution
• Hindari dextrose sampai pemberian
tiamin untuk mencegah wernike.
Rehidrasi

fs
fs
42. B. Terminasi Kehamilan
KEYWORDS:
• Nyeri perut  epigastric pain
• Penurunan kesadaran  gangguan pada serebral
• 160/90 mmHg  hipertensi
• Sklera ikterik & peningkatan SGOT/PT  LFT meningkat

DIAGNOSIS  Preklampsia berat/Chronic hypertention


superimposed preeclampsia with severe features
TERAPI  Terminasi kehamilan

fs
Preklampsia
Preeklampsia adalah: TD sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg
dan
proteinuria ≥ 300 mg/24 atau dipstik ≥ 1+
atau
diikuti salah satu kriteria preeklampsia berat
Preeklampsia berat ditegakkan bila salah satu kriteria ini dipenuhi pada
pasien dengan preklampsia:
No Kriteria Keterangan
1. Tekanan darah meningkat sistolik ≥ 160 mmHg, or
diastolik ≥ 110 mmHg
2. Trombositopenia < 100.000/mm3
3. LFT meningkat 2 times
RUQ pain (+)/epigastric pain (+)
4. Kreatinin meningkat 2 times or > 1.1mg/dl

fs 5. Gangguan penglihatan atau serebral yang baru


Preeklampsia Berat
• Antihipertensi
• Pemberian kortikosteroid : Dexametason 10 mg / 12 jam 2x pemberian
atau 15 mg / 24 jam 1x pemberian
• MgSO4 : Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Maintenance dose : 6 gr MgSO4 40% IM setiap 4 jam
Syarat pemberian MgSO4
• Tersedia antidotum MgSO4 : Kalsium
Glukonas 10%
• Refleks patella (+)
• Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
• Produksi urin > 100 cc / 4 jam
fs
Penatalaksanaan Preeklampsia Berat

Preeklampsia Berat

< 34 minggu ≥ 34 minggu

Kondisi maternal dan • Hipertensi tidak


fetal stabil terkontrol
Kortikosteroid • Eklampsia
• DIC
• Fetal distress
• PPROM
• PLT < 100.000/mm3
• LFT ↑ (2 times)
• fetal growth restriction
• Oligohidroamnion berat
• disfungsi ginjal
Terminasi setelah maternal
• Rawat di ICU NO stabil
Yes
• Expectant delivery Tunggu 48 jam
fs
43. B. Manuver Bracht
KEYWORDS:
• Mulas-mulas sejak 4 jam yang lalu  tanda inpartu
• Presentasi bokong  letak sungsang

DIAGNOSIS  Letak sungsang


TERAPI  persalinan sungsang  manuver bracht

fs
Letak Sungsang
Pemeriksaan
• Gerakan janin teraba di bawah abdomen
• Pemeriksaan abdomen: kepala dibagian atas dan bokong di daerah pelvis
• VT : teraba bokong atau kaki
• DJJ lokasinya lebih tinggi

fs
Seksio sesaria direkomendasikan
pada: Persalinan pervaginam hanya dapat
• Presentasi bokong primigravida dilakukan bila:
• Double footling breech • Tenaga terlatih
• Pelvis kecil • Pelvis adekuat
• Janin yang sangat besar • Presentasi bokong lengkap atau
presentasi bokong murni
• Janin tidak terlalu besar
• Tersedia fasilitas SC
Persalinan sungsang
• Melahirkan lengan yang berada di dada bayi  manuver bracht
• Melahirkan lengan yang lurus ke atas kepala atau terjungkit
dibelakang kepala  manuver lovset
fs • Melahirkan kepala  manuver mauriceau smellie veit
44. B. Kesempitan pintu tengah panggul
KEYWORDS:
• Pembukaan 10 cm  kala II
• His 4-5x dalam 10 menit selama 60 detik  His adekuat
• Dipimpin mengejan selama 2 jam tapi belum lahir
• Kedua spina teraba menonjol
DIAGNOSIS  Pintu tengah panggul sempit  Fase ekspulsi
(kala II) memanjang
TERAPI  Seksio Sesaria

fs
Persalinan Lama
Distosia pada kala I fase aktif
Grafik pembukaan serviks pada partograf berada di antara garis waspada
dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak.

Fase ekspulsi (kala II) memanjang


Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin pada persalinan kala
II. Dengan batasan waktu:
• Nulipara maksimal 2 jam (3 jam bila menggunakan analgesia epidural)
• Multipara maksimal 1 jam (2 jam bila menggunakan analgesia epidural)

fs
Penatalaksanaan persalinan lama
• Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan/atau
amniotomi bila terdapat gangguan Power.
• Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea)
untuk gangguan Passenger dan /atau Passage, serta untuk
gangguan Power yang gagal dengan augmentasi persalinan
• Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah seksio
sesarea.

fs
Panggul Sempit
Pintu atas panggul sempit
• Diameter anterioposterior <10cm
(konjungata vera < 11,5 cm)
• Diameter transversal <12 cm

Pintu tengah panggul sempit


• Diameter interspinarum <8cm
• Kedua spina teraba menonjol

Pintu bawah panggul sempit


• Diameter interiskiil tuberum <8cm
• Arkus pubis < 900

fs
45. A. Partus Percobaan
KEYWORDS:
• Mules-mules, pembukaan lengkap
• Ketuban (+)
• Bekas SC persalinan terakhir
• Panggul sempit relatif, teraba bahu janin St-1
• TBBA 2500, anak letak belakang kepala

DIAGNOSIS  Inpartu
TERAPI  Partus percobaan

fs
Vaginal birth after cesarean section (VBAC)
VBAC dapat dipertimbangkan sebagai pilihan bila :
• Hanya pernah 1 (satu) kali seksio sesarea transversal pada segmen bawah, tanpa
komplikasi
• Presentasi janin verteks normal
• Tidak ada kecurigaan disproporsi sefalopelvik
• Ada fasilitas untuk seksio sesarea darurat

Kontraindikasi VBAC meliputi:


• Riwayat seksio sesarea klasik atau inverted T
• Riwayat histerotomi atau miomektomi yang menembus kavum uteri
• Riwayat insisi pada uterus selain dari seksio sesarea transversal pada segmen bawah tanpa komplikasi
• Riwayat dua kali seksio sesarea transversal pada segmen bawah tanpa komplikasi
• Tiga kali atau lebih riwayat seksio sesarea
• Penyembuhan luka yang tidak baik pada seksio sesarea yang lalu
• Tipe insisi pada operasi sebelumnya tidak diketahui

fs
46. C. Ruptur Uteri
47. B. Laparotomi
KEYWORDS:
• Sudah dipimpin meneran 2 jam  persalinan lama
• Tampak darah keluar sedikit dari vagina, 90/60 mmHg, nadi 112
x/i, respirasi 32 x/i  tanda-tanda perdarahan
• Nyeri tekan perut bawah, bagian teraba jelas
• Didorong perutnya agar cepat lahir  faktor resiko

DIAGNOSIS  Ruptur Uteri


TERAPI  Resusitasi dan laparotomi

fs
Ruptur Uteri
Definisi
Ruptur komplit adalah keadaan robeknya pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung
antara rongga amnion dan rongga peritoneum.

Faktor resiko: trauma, riwayat SC sebelumnya, distosia, grandemultipara, penggunaan oksitosin,


dorongan kuat pada fundus.

Manifestasi Klinis Penatalaksanaan


• Tanda-tanda perdarahan • Resusitasi
• Palapasi abdomen sangat nyeri • Laparatomi: Histerektomi
• Kekuatan his menurun Histerorafia
• Bagian tubuh janin mudah diraba • Antibiotik
pada permukaan dinding perut

fs
48. B. Gagal Ginjal Akut
KEYWORDS:
• Sudah dipimpin meneran 2 jam  persalinan lama
• Tampak darah keluar sedikit dari vagina, 90/60 mmHg, nadi 112
x/i, respirasi 32 x/i  tanda-tanda perdarahan
• Nyeri tekan perut bawah, bagian teraba jelas
• Didorong perutnya agar cepat lahir  faktor resiko

DIAGNOSIS  Ruptur Uteri


KOMPLIKASI  Gagal Ginjal Akut

fs
Komplikasi Ruptur Uteri
Komplikasi Ruptur Uteri
Janin Ibu
Hipoksia janin Pendarahan hebat atau anemia

Asidosis janin Syok hipovolemik


Kematian janin Cedera kandung kemih maternal

Kematian maternal

fs
49. C. Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) II
KEYWORDS:
• Perdarahan setelah koitus
• Ibu berusia 40 tahun dan menikah dengan pengemudi
antar kota  faktor resiko
• Sel-sel epitel mengalami dysplasia pada dua pertiga
dari ketebalan epitel

DIAGNOSIS  Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) II

fs
Cervical intraepithelial neoplasia (CIN)
Definisi
Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) adalah suatu penyakit serviks
premalignan yang disebut juga displasia servikalis.
Etiologi : HPV terutama kelompok resiko tinggi (16,18,45,56)

fs
Faktor Resiko
Usia, koitus pada usia muda, sosial ekonomi rendah, multipel partner seksual,
pasangan yang memiliki multipel partner seksual, perokok.
Klasifikasi
1. CIN 1 adalah tergolong LGSIL, dimana terdapat perubahan seluler atipikal yang
ringan pada 1/3 bawah (1/3 basal) dari epitelium.
2. CIN 2 adalah tergolong HGSIL, dimana terdapat perubahan seluler atipikal yang
sedang pada 2/3 basal dari epitelium.
3. CIN 3 adalah tergolong HGSIL, dimana terdapat perubahan seluler atipikal yang
berat pada lebih dari 2/3 basal dari epitelium atau keseluruhan epitelium
(disebut juga karsinoma insitu)

fs
50. E. Progesteron-only pill
KEYWORDS:
• Ingin kontrasepsi
• Melahirkan 4 minggu lalu
• Sedang menyusui

TERAPI  Pil progestin

fs
Pil KB Kombinasi
• Pil ini merupakan kombinasi antara estrogen dan progesteron
• Secara umum merupakan kontrasepsi hormonal oral pilihan kecuali
terdapat kontradindikasi
• Beberapa jenis pil KB kombinasi
1. Monophasic (each tablet contains a fixed amount of estrogen and
progestin);
2. Biphasic (each tablet contains a fixed amount of estrogen, while the
amount of progestin increases in the second half of the cycle); or
3. Triphasic (the amount of estrogen may be fixed or variable, while the
amount of progestin increases in 3 equal phases).

fs 114
Pil KB Kombinasi
ABSOLUTE CONTRAINDICATIONS

• < 6 weeks postpartum if breastfeeding


• Smoker over the age of 35 (≥15 cigarettes per day)
• Hypertension (systolic ≥160mm Hg or diastolic ≥100mm Hg) current or past history of venous
thromboembolism (VTE)
• Ischemic heart disease
• History of cerebrovascular accident
• Complicated valvular heart disease (pulmonary hypertension, atrial fibrillation, history of subacute
bacterialendocarditis)
• Migraine headache with focal neurological symptoms
• Breast cancer (current)
• Diabetes with retinopathy/nephropathy/neuropathy
• Severe cirrhosis
• Liver tumour (adenoma or hepatoma)

fs
Pil Progestin
Pil progestin merupakan pilihan pada :
• Ibu menyusui, karena progestin tidak seperti pil KB kombinasi yang
diketahui menurunkan produksi ASI
• Untuk wanita yang memiliki kontraindikasi terhadap penggunaan pil KB
kombinasi (mengandung estrogen)
• Untuk wanita yang berencana hamil dalam waktu dekat, dikarenakan
progestin tidak menghambat ovulasi

fs
51. B. DHF grade I
KEYWORDS:
• Panas badan terus menerus sejak 5 hari
• Ht 32% -> Ht: 40%  HT meningkat ≥ 20%
• Plt 64.000/uL -> T: 47.000/uL
• Tes rumpel leed (+)
• IgG anti dengue (+), IgM anti dengue (+)  akut

DIAGNOSIS  DHF grade I

fs
Dengue Hemorrhagic Fever

fs
52. E. Amodiakuin + artesunat + primakuin
KEYWORDS:
• Demam & menggigil
• Hepar teraba 2 jari di BAC  hepatomegali
• Hb 8,2 gr/dL anemis
• Parasit berbentuk pisang  P. falciparum

DIAGNOSIS  Malaria falciparum tanpa komplikasi


TERAPI Amodiakuin + artesunat + primakuin

fs
Malaria
Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukan bentuk aseksualnya didalam darah.

Manifestasi Klinis
• Tanda klasik:
Menggigil  Demam tinggi  Berkeringat banyak dgn interval reguler terutama pd P. vivax dan P.
ovale
• Keluhan lain: malaise, sakit kepala, nyeri sendi, mual, muntah, dll
• Pemeriksaan fisik : Demam, anemia, dan splenomegaly

Pemeriksaan
• Sediaan darah tepi
• Tes antigen
• Tes serologi
fs
Malaria
Characteristic P. falcifarum P. vivax P. ovale P. malariae

Duration of intrahepatic phase 5.5 8 9 15


(days)

Number of merozoites 30.000 10.000 15.000 15.000


released per infected
hepatocyte

Duration of erythrocytic cycle 48 48 50 72


(houra)

Red cell preference Younger cells (but Red cells up to 14 Reticulocytes Older cells
can invade cells of all ages) days old

Morphology Usually only ring Irregularly shaped Infected Band or rectangular


forms; bananashaped large rings and erythrocytes, forms of
gametocytes trophozoites; enlarged and oval trophozoites
enlarged with tufted ends; common
erythrocytes; Schu¨ffner’s dots
Schu¨ffner’s dots

Pigment color Black Yellow-brown Dark brown Brown-black

Ability to cause relapse No Yes Yes No

fs
Regimen Terapi Malaria

Pf Malaria tanpa komplikasi: Pf Malaria dgn komplikasi:


1. AMO3+ASU3+PQ1 1. ATM im-AMO3+ASU3+PQ1 (lap)
2. QN7+DX7 +PQ1 ASU iv -AMO3+ASU3+PQ1(RS)
2. QN infus -QN7+Dx7+PQ1
Pvivax Malaria:
3. AMO3+ASU3+PQ14 Prophylaxis
4. QN7+PQ14
 Doxycycline

Penanggulangan KLB (MBS/MFS)


Malaria tanpa konfirmasi:  Pf Malaria: AMO3+ASU3+PQ1
5. CQ3+PQ1  Pv Malaria: CQ3+PQ14
6. QN7+PQ1

fs
53. B. AKI renal
KEYWORDS:
• Demam, sklera ikterik, hepar teraba sedikit membesar, limpa
tidak teraba, dan nyeri otot gastroknemius (+)
• Riwayat digigit tikus
• BUN dan kreatinin meningkat  gagal ginjal

DIAGNOSIS  leptospirosis ATNAKI

fs
Leptospirosis
Definisi
Suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans.

Penularan
Kontak dengan air, tanah atau lumpur yang terkontaminasi urin bintang yang terinfeksi atau akibat
gigitan binatang infeksius. Vektor: tikus, anjing, babi, lembu, kuda, kucing, binatang pengerat lainnya.

Manifestasi Klinis
Demam, mengigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia, nyeri tekan otot, mual, muntah,
nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit.

Pemeriksaan
• Kultur darah atau cairan serebrospinal
• Serologi: MAT, MSAT
• Mikroskop lapangan gelap

fs
Leptospirosis
Patologi
Ginjal : Tubular nekrosis akut  gagal ginjal akut
Hati : nekrosis sentilobuler fokal
Mata : Uveitis
SSP : Meningitis
Otot rangka : Lokal neksoris
Pembuluh darah: Vaskulitis  perdarahan/ pteki pada mukosa
Weil Disease : Leptospirosis berat yang ditandai dengan iketrus, biasanya disertai
perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam kontinu.

Penatalaksanan
Leptospirosis ringan : Doksisiklin 2x100mg
Leptospirosis sedang/berat: Penisilin G 1,5 juta unit/6jam(iv)

fs
54. E. Kultur Feses
KEYWORDS:
• Demam sejak 2 minggu
• Demam sore hari dirasakan makin lama makin tinggi 
stepladder
• Lidah kotor

DIAGNOSIS  Susp Demam Tifoid


PEMERIKSAAN  Kultur feses

fs
Demam Tifoid
Definisi
Penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman batang gram negatif Salmonella typhi.
Manifestasi Klinis
• Demam terutama sore hari (stepladder) Pemeriksaan
• Sakit kepala, nyeri otot, malaise • Kultur : sumsum tulang >>mgg 1 (gold standard
• Konstipasi, diare darah >> mgg 1
feses >> mgg 2 atau 3
• Rose spot pada abdomen, splenomegali
urin >> mgg 3 atau 4
Diagnosis • Widal
Kasus Pasti (Confirmed case) • typidot, tubex, dll
• Demam (> 38°C) > 3 hari
• Kultur Positif
Kasus probable ( Probable case )
• Demam (> 38°C) > 3 hari
• Serologis positif atau dijumpai antigen
• Kultur tidak dilakukan atau negatif
fs
55. C. Hepatitis B periode jendela
KEYWORDS:
• Mata terlihat kuning sejak, BAK berwarna gelap seperti teh
• ALT dan AST meningkat 3 kali normal & bilirubin direk 3,5 
LFT meningkat
• IgM anti HAV (-), HbsAg (-), IgM anti HBc (+), HCV RNA (-) 
serologi

DIAGNOSIS  Hepatitis B periode jendela

fs
Marker Hepatitis B

fs
HbsAg

Anti-Hbc

Anti-Hbs

Anti-Hbc

fs
56. B. Ascaris lumbricoides
KEYWORDS:
• Sesak nafas, batuk
• Anak suka bermain tanah  faktor resiko
• Eosinophilia dan IgE meningkat tanpa riwayat alergi

DIAGNOSIS  Loffler’s syndrome


Etiologi  Ascaris lumbricoides

fs
Ascaris lumbricoides
Penularan : telur tertelan

Larva migrasi
Sindroma Loeffler batuk, batuk
berdarah, sesak nafas, pneumonitis askaris
X-ray : infiltrat paru
Lab : eosinofilia & IgE meningkat

Cacing dewasa
Mual, nafsu makan bekurang, diare,
konstipasi, malnutrisi, obstuksi intestinal
Pemeriksaan: telur cacing pada tinja

fs
57. B. PPI + amoksisilin + klaritromisin
KEYWORDS:
• Nyeri ulu hati sejak 2 bulan
• Pasien mengaku sering terlambat makan
• urea breath test (+)  H. pilori

DIAGNOSIS  Ulkus Peptik


TERAPI  PPI + amoksisilin + klaritromisin

fs
Ulkus Peptik
Definisi
Ulkus peptik adalah kerusakan mukosa atau lebih dalam sampai submukosa
dari lambung/duodenum, pinggiran ulkus dikelilingi oleh sel-sel inflamasi baik akut
maupun kronik; dengan ukuran ≥5mm.
Manifestasi Klinis Pemeriksaan
• Nyeri epigastrium • Non-invasif : urea breath test,
• Mual & muntah pemeriksaan serologi
• Anoreksia & berat badan menurun • Invasif : Endoskopi & biopsi
• Hematemesis & melena

Tukak gaster Tukak duodeni


• Nyeri timbul setelah makan • Nyeri timbul ketika lapar
• Nyeri hilang setelah makan
atau minum antasida

fs
Regimen Pengobatan Ulkus Peptik
Terapi Eradikasi Helikobakter pylori lini I
PPI + Amoksisillin + Klaritromisin
PPI + Metronidazol + Klaritromisin
PPI + Metronidazol + Tetrasiklin
nb: terapi selama 1 minggu

PPI Antibiotik
Omeprazole 2x20mg/hari Amoksisillin 2x1000mg/hari
Esomeprazole 2x20mg/hari Klaritromisin 2x500mg/hari
Lansoprazole 2x30mg/hari Metronidazol 3x500mg/hari
Pantoprazole 2x40mg/hari Tetrasiklin 4x250mg/hari

fs
58. C. Sfingter yang Lemah
KEYWORDS:
• Dada terasa terbakar setelah makan  heartburn
• Endoskopi : sfingter esofagus hiperemis, ditemukan epitel
kolumnar dan permukaan seperti beludru  barret’s esofagus

DIAGNOSIS  GERD  Barret’s esofagus


Mekanisme penyakit  Sfingter yang lemah

fs
59. A. Ten Horn Sign
• Keywords:
- Nyeri perut kanan bawah
- Lebih nyaman dalam posisi terlentang dan kaki sedikit
ditekuk
- Psoas’ sign (+), Rovsing sign (+), Obturator Sign (+).
• Diagnosis: Apendisitis akut
• DD: Pielonefritis, Kolitis, Pankeatitis
Definisi
• Peradangan dari apendiks veriformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang tersering
• Diagnosis :
- Anamnesis Nyeri perut kuadran kanan bawah yang
makin progresif dan mual muntah
- Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan dan lepas (Blomberg Sign) pada McBurney point
 Defans muskular
 Tanda khas:
-Rovsing sign Nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi
kuadran kiri bawah
-Psoas Sign Nyeri pada perut kuadran kanan bawah saat ekstensi
panggul kanan
-Oburator sign Nyeri perut kanan bawah pada saat rotasi internal
panggul kanan
-Ten Horn Sign Nyeri perut disebabkan oleh tarikan ringan pada
testikel kanan
• Penatalaksanaan:
Operatif : Apendektomi terbuka
Laparoskopi apendektomi
60. A. Cairan kristalid, antibitotik, norepinefrin
• Keywords :
- Beberapa hari sebelum ada riwayat nyeri perut kanan
bawah (suspek apendisitis)
- Defense muskular (+) : Peritonitis
- Suhu 39, TD 80/60, Nadi 124x, RR: 26x
• Diagnosis: Syok sepsis
• Penanganan awal: Pemberia vasopresor dan Terapi cairan
• Definisi: Sepsis dengan kelainan hipotensi yang tidak
membaik dengan resusitasi cairan awal.
• Manifestasi klinis: Perubahan hemodinamik
a) Kondisi hiperdinamik: Peningkatan cardiac output,
penurunan resistensi pemiluh darah sistemik
b) Kondisi hipodinamik: Suatu bentuk lanjut setelah
hiperdinamik dimana telah terjadi penurunan cardiac
output
• Tatalaksana:
A. Resusitasi awal dan kontrol infeksi
1. Resusitasi cairan dalam 6 jam pertama, dengan
cairan kristaloid ( NaCl, RL) maupun koloid.
Cminimal 30 mL/KgBB bolus cepat selama 30 menit
2. Pemberian antibiotik diberikan sesuai kultur darah
• B. Terapi dukungan hemodinamik
1. Pemberian vasopresor dan inotropik
Vasopresor pilhan pertama adalah Norepinefrin
2. Kortikosteroid
Pemberian hidrokortison intravena dosis 50mg tiap 6 jam selama
7 hari
C. Terapi suportif lain:
Transfusi darah bila Hb <7 g,dL
61. A. Ileus Obstruktif
• Keywords:
- Nyeri perut
- Muntah hijau
- Tidak bisa buang air besar dan buang angin
- Darm steifing (+), Metallic sound (+)
- Gambaran step ladder (+), air fluid level (+)
• Diagnosis: Ileus Obstruktif
Definisi
• Keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada
hambatan yang disebabkan kelaianan dalam
lumen usus, dinding usus, atau usus luar yag
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.
• Klasifikasi:
- Letak tinggi: bila sumbatan terdapat di esofagus,
gaster atau duodenum
- Letak rendah: bila sumbatan terdapat di usus halus,
usus besar, sampai anus
• Etiologi:
- Ekstraluminal: hernia, karsinoma, adhesi, abses
- Intrinsik dinding usus: tumor primer, hematoma, dll
- Intraluminal: Batu empedu, impalsi fekal
• Anamnesis: Gejala utama berupa nyeri abdomen kolik, nausea, muntah
berwarna hijau, distensi abdomen
• Pemeriksaan fisis : Adanya hipotensi dan takikardi, Distensi abdomen, Mettalic
sound,
• Pemeriksaan penunjang :
* Pada pemeriksaan darah ditemukan Hemokonsentrasi, Leukositosis, gagguan
elektrolit
* Pemeriksaan radiologis: Air fluid level dan step ladder, terdapat bagian yang dilatasi tampak
seperti pigura dari abdomen
• Penatalaksaan:
Operasi laparotomi dan eksplorasi unutk
menemukan viabilitas usus setelah pelepasan
strangulasi.
62. C. Haemorrhoid Interna
• Keywords: BAB berdarah, menetes pada akhir
BAB dan tidak bercampur dengan feses,
teraba massa pada RT
• Diagnosis: Haenorrhoid Interna
• Penatalaksaan: Nonbedah dan bedah
Definisi
• Penonjolan isi perut dari ronga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan
muskiloaponeurotik dinding perut, baik cara
kongenital atau didapat.
Klasifikasi
• Berdasarkan letaknya
- Groin: Inguinalis dan Femoralis
- Anterior : Umbilikal, epigastrik dan spigelian
- Pelvis : Obturator, sciatic, perineal
- Posterior : :umbar
• Berdasarkan sifat
- Reponibilis: isi keluar masuk
- Ireponibilis: Isi hernia tidak bisa dikembalikan ke tempat asalnya
- Inkarserata: isi hernia tidak dapat
dikembalikan dan terjepit oleh cincin hernia,
dan terdapat ganggun pasase usus.
- Strangulata: Isi tidak dapat dikembalikan dan
terjepit oleh cincin hernia dan terdapat
gangguan vaskularisasi, nyeri hebat.
Pemeriksaan fisik:
- Inspeksi: Terlihat benjolan di inguinal, apabila massa
tidak tampak, lakukan RT.
- Jika ujung jari menyentuh masa hernia inguinalis
lateralis
- Jika sisi jari yang menyentuh massa hernia
inguinalis medialis
Penatalaksanaan
• Nonbedah: Medikamentoda simtomatis seperti
Analgesik
• Bedah:
- Rujuk ke spesialis bedah untuk tindakan operasi
- Hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis :
Operasi elektif
- Hernia inkarserata dan strangulata: Operasi CITO
• Teknik operasi: Herniotomi dan Herniorafi
63. B. Sulfas Atropin
• Keyword: Baygon ( Organofosfat)
• Diagnosis: Intoksikasi Organofosfat
• Penatalaksanaan
- Antidotum organofosfat: Inj. Sulfas atropin 2
mg IV atau IM
64. E. Kolesistitis akut dan Kolelitiasis
• Keywords:
- Perempuan
- 40 tahun FAKTOR RESIKO
- Gemuk
- Nyeri abdomen kanan atas
- Gambaran double rims dan accoustic shadow
Definisi
• Kolesistitis: Inflamasi dinding kandung empedu, dapat bersifat
akut atau kronis
• Gejala klinis:
• Nyeri perut kuadran kanan atas
• Demam
• Ikterus
• Mual muntah
• Kolik bilier
• Ditemukan Murphy sign (+) pada pemfis, yaitu
nyeri yang memberat atau inspirasi sejenak
saat inspirasi dalam atau batuk dengan
penekanan pada daerah subkosta abdomen
• Kolelitiasis: Depoait kristal empedu yang
ditemukan di dalam kandung empedu.
• Gejala klinis:
-Nyeri kuadran kanan atas atau epigastrium
-Episodik, intermitten, mendadak
-Disertai mual dan muntah
• Pemeriksaan penunjang: USG dan foto polos
abdomen
65. A. Mulai pengobatan TB, 2 minggu kemudian
dikombinasikan dengan ARV

• Keywords:
- Batuk berdahak > 3 minggu
- Keringat malam
- Sputum BTA (+)
- CD4 412
• Diagnosis: HIV AIDS disertai TB Paru
Penatalaksanaan
• TB dengan keadaan khusus:
- TB + DM: KGD tidak terkontrol --> 9 bulan OAT
Rifampicin menurunkan OAD Sulfonilurea
- TB + HIV AIDS  Prinsip mulai OAT disusul ARV
• Zilovudin -> menurunkan toxic OAT
• Rifampicin -> menurunkan efek nelfinavir
• TB dalam keadaan hamil : Mulai OAT kecuali
Streptomicin
66. C. 2 (RHZES)/ HRZE / 5 (HRE)3
• Keywords:
- Batuk berdahak 1 bulan
- Mendapat pengobatan paru 6 tahun lalu dan sembuh
- Sputum BTA (+/+/-)
• Diagnosis:
TB Paru Kasus Kambuh
• Definisi: TB kasus kambuh apabila sudah
pernah menjalani obat TB, sembuh, dan
datang dengan keadaan kambuh.
• Pengobatan:
Tb kasus kambuh dilakukan pengobatan
Kategori 2 -> 2 RHZES / HRZE / 5 (HRZE) 3
67. B. Profilaksis isoniazid 10 mg/kg/hr selama 3 bulan
68. D. Inhalasi agonis beta 2 kerja singkat

• Keywords:
- Sesak sejak 10 tahun lalu
- Mampu mengucapkan beberapa kata
- Mengi saat ekspirasi
• Diagnosa: Asma Bronkial serangan sedang
• Pengobatan awal:
- Oksigenasi denan nasal kanul
- Inhalasi agonis beta-2 kerja cepat (tiap 20
menit/jam) atau injeksi agonis beta-2
(terbutalin atau adrenalin)
69. A. Sputum tiga lapis
• Keywords:
- Batuk kental dan kuning
- Honeycomb appearance
• Diagnosis:
Bronkiektasis
• Definisi: Dilatasi bronkus yang bersifat abnormal dan
permanen
• Manifestasi klinis:
- Batuk berdahak
- Sputum mukoid, mukopurulen, kental atau campuran
yang dikenal dengan Sputum tiga lapis
- Demam, nyeri dada pleuritik
• Pemeriksaan foto thoraks: ditemukan
gambaran Honey Comb, gambaran ruang
kistik, dan air fluid level
70. d. Pemberian preparat besi sampai 2 bulan setelah kadar
Hb normal dan eliminasi penyebab

• Keywords: Pucat, Konjungtiva anemis, atrofi


papil lidah, hb 6,2 gr/dL, hematokrit 19.5 %,
MCV rendah
• Diagnosis : Anemia defisiensi besi
• Penatalaksanaan:
1. Atasi etiologi
2. Pemberian suplementasi besi selama 2 bulan
setelah Hb normal
3. Transfusi PRC sesuai indikasi:
- Hb < 5 gr/dL
- Hn < 6 gr/dL dengan gangguan jantung, infeksi berat
71. c. Defisiensi vit B12
• Keywords:
- Lemas badan selama 4 bulan
- Baal dan kesemutan di kedua lengan dan kaki
- Nyeri ulu hati  kelainan pada lambung
- Luka di lidah yang hilang timbul
- MCV meningkat, dengan eritrosit ysng membesar dan
lonjong
• Anemia yang disebabkan adanya gangguan
penyerapan vitamin B12 yang disebabkan tidak
adanya faktor intrinsik akibat atrofi muksoa
lambung atau destruksi sel parieal lambung.
• Gejala klinis:
Lemas, mudah lelah, glositis, abnormalitis
neurologik.
72.c. hb elektroforesis
• Keywords:
- Pucat
- Memiliki kakak dengan riwayat sama
- Ikterus ringan
- Organomegali
- Systolic ejection murmur
- Morfologi darah abnormal
• Diagnosis: Talasemia
• Definisi: Kelainan hematologik diturunkan akibat
defek sintetis satu atau lebih rantai globin.
• Pemeriksaan fisis:
- Pucat
- Organomegali -> disebabkan destruksi erotosit
berlebihan dan penumpuan besi
- Facies cooley diakibatkan hiperplasia sumsum tulang
- Gangguan pertumbuhan dan status gizi yang buruk.
• Pemeriksaan penunjang:
- Darah perifer lengkap: MCV < 75 fl
- Anemia mikrositik ringan
- RDW meningkat
• Hb elektroforesis
• Tatalaksana:
- Transfusi
- Setelah keadaan gawat teratasi, rujuk ke
dokter spesialis anak
73. C. Toleransi gula terganggu
• Keywords:
- Sering mengantuk
- BB turun
- Sering lapar, haus, kencing
- Pasien gemuk
- GDP 120, GDS 160, GD2PP 184 mg/dL
• Diagnosis: Toleransi glukosa terganggu
74. A. Koma Hiperosmolar
• Keywords: Penurunan kesadaran, menderita
DM, GDS 700
• Diagnosis: Koma Hiperosmolar
• Definisi: suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi
hingga > 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan
keluar dari tubuh melalui urine yang menyebabkan dehidrasi.
• Manifestasi klinis:
- KGD > 600 mg/dL
- Osmolaritas >350
- Penurunan kesadaran, kejang
- Sering pada usia tua
75. B. Grave’s disease
• Keyword: Jantung berdebar, Wanita, Tangan
bergetar, Pembesaran kelenjar.
• Diagnosis : Grave’s disease
• Manifestasi klinis terbagi dua yaitu tiroidal dan ekstra tiroidal:
-Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
• Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat
semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun
walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare dan
kelemahan serta atrofi otot.
• Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit
lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah
• Pemeriksaan fisik:
- Adanya pembesaran kelenjar yang ikut
bergerak saat pasien menelan
76. D. NSTEMI
• Keywords:
- Nyeri dada ulu hati
- Riwayat meninggal muda pada ayah
- Peningkatan enzim jantung
- ST depresi
• Diagnosis: Non st elevasi miocard infark
• Definisi: Manifestasi khas angina, disertai peningkatan enzim penanda
jantung, tanpa adanya gambaran elevasi segmen ST pada EKG
• Manifestasi klinis:
- Angina saat istirahat, durasi >20 menit; atau
- Angina pertama kali hingga aktivitas fisik menjadi sangat terbatas;
atau
- Angina progresif: pasien dengan angina stabil terjadi perburukan:
frekuensi lebih sering, durasi lebih lama, muncul dengan aktivitas
ringan.
- Angina pada Sindrom Koroner Akut sering disertai keringat
dingin (respon simpatis), mual dan muntah (stimulasi vagal),
serta rasa lemas.
• Pemeriksaan EKG:
- Gambaran depresi segmen ST, horizontal maupun down
slopping yang ≥ 0.05 mV pada dua atau lebih sadpan sesuai
regio dinding ventrikelnya dan/atau inversi gelombang T ≥ 0.1
mV pada dengan gelombang R prominen atau rasio R/S < 1
- Pada keadaan tertentu EKG 12 sadapan dapat
normal, terutama pada iskemia posterior (sadapan
V7 – V9) atau ventrikel kanan (sadapan V3R-V4R)
yang terisolasi
- Dianjurkan pemeriksaan EKG serial setiap 6 jam
untuk mendeteksi kondisi iskemia yang dinamis.
- Pemeriksaan biomarka jantung
Peningkatan Troponin T dan/ atau CKMB (4-6
jam setelah onset)
gi
• Tatalaksana:
a) Terapi anti-iskemia: nitrogliserin sublingual 0.4 mg
atau isosorbid dinitrat (ISDN) 5 mg setiap 5 mnt.
b) Penggunaan morfin intravena untuk menghilangkan
nyeri dada dan ansietas. Dosis awal 2 -4 mg, dapat
ditingkatkan hingga 8 mg dan diulang setiap 5 – 15
menit.
c) Penggunaan beta bloker untuk mengurangi
kebutuhan oksigen antung, serta mencegah terjadinya
iskemia berulang, aritmia ventrikular, dan memperbaiki
prognosis.
Inisiasi terapi anti trombotik (antiplatelet dan
antikoagulan) untuk mencegah trombosis baru dan
embolisasi dari plak yang ruptur atau erosi.
77.d. Dekompensasi kordis kiri NYHA klas fungsi IV

• Keywords :
- Merasa sesak saat duduk
- Riwayat hipertensi, dyspneu on effort, nokturi
- Pembesaran cor ke kiri
- Jantung berbentuk boots
• Diagnosis:
Dekompensasi kordis kiri NYHA klas fungsi IV
• Definisi: Suatu sindrom akibat kelainan struktur atau fungsi
jantung yang ditandai dengan:
- Gejala gagal jantung: sesak napas atau lelah bila
beraktivitas pada kondisi berat dapat muncul saat istirahat
- Tanda – tanda retensi cairan, seperti kongesti paru atau
bengkak pergelangan kaki
- Bukti obyektif kelainan struktur atau fungsi jantung saat
istirahat
• Manifestasi klinis
Pasien gagal jantung akut dapat datang dengan berbagai kondisi
klinis, yaitu:
1. Acute decompensated heart failure
2. Hypertensive acute heart failure
Gejala gaga; jantung dengan tekanan darah tinggi dan fungsi
ventrikel yang masih baik, apabila ada gambaran edema paru
akut;
3. Edema paru
Sesak napas hebat, engan ronki basah kasar terutama di basal paru, ortopnea, saturasi oksigen
< 90 % dikonfirmasi dengan foto thoraks
4. Syok kardiogenik
Adanya bukti hipoperfusi jaringan walaupun volume telah dikoreksi
5. High output failure
Gejala curah jantung tinggi, laju nadi yang cepar, akral hangat, kongesti paru
6. Gagal jantung kanan
Gejala curah jantung rendah, peningkatan tekanan vena jugularis, serta pembesaran hati dan
hipotensi
Klasifikasi NYHA Terapi
NYHA 1 Diuretik
NYHA 2 Diuretik + ACE/ARB
NYHA 3 Diuretik ACE/ARB +PSD + Digoksin
NYHA 4 Diuretik + ACE/ARB + PSD + Digoksin + Inotropic Agent
(Dobutamine (TD 70 - 100 tanpa syok), Dopamine (TD
70 – 100 dengan syok))
78. E. Atenolol
• Keywords:
- Nyeri kepala bagian belakang
- Hipertensi
- Riwayat asma
• Diagnosis:
Hipertensi stage 2
• Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat mengakibatkan
bronkhospasme, bahkan jika digunakan beta‐bloker
kardioselektif.
• Efek samping lain adalah bradikardia, gangguan kontraktil
miokard, dan tanga‐kaki terasa dingin vasokonstriksi akibat
blokade reseptor pada otot polos pembuluh darah perifer
• Penderita hipertensi dengan riwayat asthma harus menkonsumsi
golongan beta blocker selektif, contoh: Atenolol dan metoprolol
79. D. Regurgitasi mitral
• Keywords:
Murmur sistolik ICS IV linea mid klavikula sinistra
• Diagnosis:
Regurgitasi mitral
• Definisi:

Kelainan katup jantung yang ditandai dengan berbaliknya arah aliran darah ari ventrikel kiri ke
atrium kiri akibat insufisiensi katup mitral.
• Pemeriksaan fisik:
- Terdapat pergeseran iktus kordis ke lateral akibat pembesaran venrikel kiri
- Teraba thrill di apeks
- Murmur pansistolik
- Dapat diserati opening snap atau S3
80. D. Dopamin 5 mcg/kgBB/menit IV
• Keywords:
- TD rendah (80 / 60 mmHg)
- Nadi 120c/mnt
- Akral dingin

• Diagnosis :
Syok kardiogenik
• Definisi:

Sinrom klinis akibat penurunan curah jantung yang menyebabkan hipoksia jaringan dengan volume

intravaskular yang adekuat.

• Kriteria:

1. Penurunan curah jantung (< 2,2 L/menit/m²)

2. Hipotensi sistolik arteri (, 90 mmhg) atau MAP berkurang . 30 mmHg nilai normal

3. Peningkatan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri atau tekanan diastolik akhir ventrikel kanan > 10 – 15 mmHg
• Tatalaksana
1. Oksigen dan intubasi
2. Nitrogliserin bila TDS > 100 mmHg
3. Dopamine bila TDS 70 – 100 mHg dengan tanda
syok
4. Dobutamine bila TDS > 100 mmHg tanpa gejala syok
81. C. Penyakit jantung rematik
• Keywords:
- Eritema marginatum
- Nyeri gerak pada sendi lutut kanan
- Demam hilang timbul

• Diagnosa:
Demam rematik
• Definisi:

Penyakit inflamasi akibat reaksi silang antibodi setelah infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A.
• Manifestasi klinis

1. Nyeri tenggorokan
2. Poliartritis
3. Karditis

4. Sydenham corea
5. Eritema marginatum

6. Nodul subkutan
• Diagnosis

Ditegakkan dengan kriteria JONES

- Membutuhkan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor ditambah bukti infeksi

Streptococcus sebelumnya

 Kriteria mayor:

Nodul subkutan, pankarditis, artritis migatorik, shorea sydenham, erythema marginatum

 Kriteria minor:

Poliartralgia, demam, peningkatan LED atau c-reactive protein atau leukositosis


• Komplikasi
1. Akut : miokarditis, gangguan sistem konduksi
jantung, perikarditis
2. Kronis: penyakit jantung rematik,
82. B. Cardioversi 100 joule monofasik
• Keywords:
- Tidur dengan banyak bantal dan posisi duduk
- Hemodinamik tidak stabil
- Ronchi 1/3 lap paru
• Diagnosis
Gagal jantung NYHA I
• Tatalaksana:
83. d. Supraventrikular takikardia
• Merupakan takiaritmia yang berasa; ari atrium atau nodus AV dengan
respon ventrikel yang cepat, reguler dan kompleks QRS sempit
• Etiiologi:

Dipicu oleh kontraksi ventrikel atau atrium yang prematur atau stimulan
seperti kafein, alkohol, dan obat- obatan maupun kondisi hipotiroidisme
• EKG:
- QRS yang menyempit
- Regular
- Depolarisasi atrium retrograde
- P wave tidak terlihat jelas
84. Edema paru akut
• Keywords:
- JVP meningkat
- Ronki basa halus di semua lap paru
- Gambaran bat’s wings appearance
Diagnosis
Edema paru akut
• Definisi:

Keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar ke ruang ekstravaskuler,


jaringan interstisial dan alveoli yang terjadi secara akut.
• Diagnosis

Manifestasi klinis :
- sesak napas hebat yang dapat disertai sianosis
- batuk dapat disertai dahak yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum).
• Pemeriksaan Fisik :
- frekuensi napas meningkat,
- retraksi inspirasi pada sela interkostal dan fossa supraklavikula
- Pada pemeriksaan paru didapatkan ronki basah kasar setengah lapangan paru
atau lebih, sering disertai wheezing.
- Pemeriksaan jantung dapat ditemui protodiastolik gallop, bunyi jantung II
pulmonal mengeras.
• Radiologis

foto thorax menunjukkan hilus yang melebar (bat wings


appearance) dan densitas meningkat disertai tanda bendungan
paru, akibat edema interstitial atau alveolar.
• EKG : Pasien dengan edema paru kardiogenik yang non-iskemik
biasanya menunjukkan gambaran gelombang T negatif yang
lebar dengan QT memanjang yang khas, dimana akan
membaik dalam 24 jam setelah klinis stabil. Pasien dengan
krisis hipertensi biasanya menunjukkan gambaran hipertrofi
ventrikel kiri.
85. A. acute myocard infarct
• Keywords:
- Nyeri dada seperti tertekan selama 30 mnt
- EKG: V1 – V4 , T inverted dan Q patologis
- Diagnosis:
Acute myocard infark
• Definisi
perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

• Manifestasi klinis:
Nyeri dada sentral atau retrosentral yang dapat menyebar ke
salah satu atau kedua tangan, leher dan punggung
Gambaran EKG:

- Selama fase awal miokard infark akut, EKG pasien yang mengalami oklusi
total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST.

- Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang

menjadi gelombang Q.

- Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q.


• Nitroglycerini
- merupakan vasodilator vena pada dosis rendah
tetapi bila dengan dosis tinggi sebagai vasodilator
arteri dan vena.
- Onset of action 2 – 5 menit, duration of action 3 –
5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V.
• Sodium Nitroprusside : merupakan vasodilator
direk kuat baik arterial maupun venous.
Secara i. V mempunyai onsep of action yang
cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit.
Efek samping : mual, muntah, keringat, foto
sensitif, hipotensi.
86. c. nicardipine
• Keywords:
- TD : 220/160
- Ureum 140 mg/dL, kreatinin 3 mg/dL

• Diagnosis:
Hipertensi emergensi
• Definisi:

-Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg, disertai

kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi

akut.

- Keterlambatan pengobatan akan menyebabkan timbulnya sequele atau kematian.

- TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam.

- Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau (ICU).


• Tatalaksana
- Nicardipine merupakan salah satu IV dari dihidropiridine kalsium antagonist
dan efektif pada hipertensi emergensi dengan persentase yang tinggi. T
- terutama sekali pada infuse dengan kecepatan tinggi. Kecepatan infuse
dapat ditingkatkan 2,5 mg/jam dengan interval 15-20 menit sampai dosis
maksimal yang direkomendasikan yaitu 15mg/jam atau sampai pengurangan
tekanan darah yang diinginkan dicapai.
- Dosis nicardipeine tidak tergantung dengan berat badan. Nicardipine telah
menunjukkan dapat mengurangi iskemia cerebral dan serangan jantung,
walaupun sakit kepala, mual dan muntah ada kalanya harus diamati.
• Nicardipine merupakan salah satu IV dari dihidropiridine
kalsium antagonist dan efektif pada hipertensi emergensi
dengan persentase yang tinggi. Terutama sekali pada
infuse dengan kecepatan tinggi.
• Kecepatan infuse dapat ditingkatkan 2,5 mg/jam dengan
interval 15-20 menit sampai dosis maksimal yang
direkomendasikan yaitu 15mg/jam atau sampai
pengurangan tekanan darah yang diinginkan dicapai.
87. A. Pemberian epinefrin 1 : 1000 intramuskular

• Keywords:
Pingsan sesaat setelah mendapat suntikan

• Diagnosis:
Syok anafilaktik
• Definisi:
Sindrom klinis yang diakibatkan respon hipersensitivtias sistem imun
• Tanda dan gejala klinis:
1. Reaksi sistemik ringan seperti rasa gatal hangat, rasa penuh di mulut
dan tenggorokan, edema di sekotar mata, kulit gatal
2. Reaksi sistemik sedang seperti gejala sistemik ringan ditambah spasme
bronkus atau edema saluran nafas sehingga ada keluhan sesak.
3. Reaksi sistemik berat seperti gejala sistemik ringan sedang yang
memberat
• Tatalaksana
- Periksa airway, breathing, circulation
- Pasang akses vena untuk obat – obatan
- Epinefrin 1 : 1000 sebanyak 0,3 – 0,5 mg IM
88) C. Pemberian cairan IV 250 cc dalam
1 jam pertama, dilanjutkan dengan 600 cc dalam 5 jam pertama

KEYWORDS :
• Anak usia 8 bulan, BAB > 5x/hari selama 4 hari
• Anak tampak lemas, tidak mau menyusu, mata
cowong dan cubitan kulit perut kembali dalam 3
detik Dehidrasi berat
Derajat Dehidrasi
Tatalaksana dehidrasi
89. A. Atresia Esofagus
KEYWORDS :
• Anak berusia 1 hari
• Anak muntah, dari hidung dan mulut anak
keluar cairan seperti buih, berulang kali
• Sewaktu disusui anak selalu muntah, batuk,
tersedak dan tampak sesak, serta kebiruan
• Atresia Esofagus merupakan suatu kondisi kongenital
dimana tidak terbentuknya esofagus (kerongkongan)
secara sempurna atau memang tidak terbentuk sama
sekali.
• Atresia esofagus dapat atau tanpa disertai dengan
fistula.
Atresia Esofagus
Gejala Klinis Diagnosis
 mengeluarkan ludah yang Salah satu tanda awal dari
atresia esofagus diketahui dari
sangat banyak dan berbuih
pemeriksaan USG prenatal
 terbatuk atau tersedak
yaitu polihidramnion
setelah berusaha untuk
menelan
 tidak mau menyusu Radiologi
 sianosis (kulit kebiruan).
Defek lain yang berhubungan
• VERTEBRAL – Hemivertebrae and scoliosis
• ANORECTAL MALFORMATION
• CARDIAC DEFECTS – VSD, Patent Ductus Arteriosus and Tretralogy of
Fallot
• TRACHEO
• ESOPHAGEAL (American esophageal)
• RENAL TRACT – Ectopic kidneys, horseshoe, duplex systems, renal
agenesis, urethral malformations and hypospadias

• LIMB defects – radial agenesis most common


90. C. TETRALOGY OF FALLOT (TOF)
KEYWORDS :
• Anak sesak nafas disertai kebiruan pada bibir dan jari
tangan.
• Selalu mengalami sesak saat berlari-lari dan ketika bermain
dan saat timbul sesak selalu mengambil posisi berjongkok
Tet’s spell
• Nadi 108x/i, Nafas 36x/i
• Pernafasan cuping hidung (+), sianosis dan jari tabuh
• Murmur sistolik grade II/6
Congenital Heart Failure
• Asianotik: L-R shunt
– ASD: fixed splitting S2, murmur ejeksi
Tekanan didalam Jantung
sistolik
– VSD: murmur pansistolik
– PDA: continuous murmur
• Sianotik: R-L shunt
– TOF: PS, VSD, overriding aorta, RVH.
Boot like heart pada radiografi, cyanotic
spell/ tet’s spell (serangan sianosis yg
dikompensasi dengan berjongkok lutut
ditekuk)
– TGA
Tetralogy of Fallot (TOF)
• RVH
-secondary to Pulmonary Stenosis TOF
-Increased Pressure on RV leads to RVH
• Transposition of Aorta
-aorta is displaced
• VSD
-”hole in the heart”
-mixing of oxygenated and unoxygenated blood
-cyanosis
• Pulmonary Stenosis
-more severe, less blood transported to the lungs and more
deoxygenated blood will pass through VSD to aorta to be
circulated throughout the body
Clinical Features
• Cardiac exam: the heart murmur heart in TOF is not due to the VSD! It is in  fact 
due  to  the  right  ventricular  outflow  obstruction. The  murmur  is  typically 
a harsh systolic ejection  quality.
• Cyanosis: If patients are cyanotic, this is
most commonly seen on the lips or nail beds.
• Tet spells: Tet spells are hypercyanotic episodes precipitated by a sudden 
increase in right‐to‐left shunting of blood. They can be
elicited by activity (e.g. feeding, crying), or they may occur without  warning. 
The classic description is of a patient  who becomes
cyanotic and then assumes a squatting position to relieve the 
cyanosis and hypoxia. Squatting serves to increase peripheral  vascular 
resistance,  thereby  increasing the pressure in the  left 
heart, and subsequently forcing blood back into the 
pulmonary circulation.
91. D. Frekuensi jantung bayi < 100 kali/menit

KEYWORDS :
Bayi perlu dilakukan resusitasi
92. D. Vaksin HiB
KEYWORDS :
• Anak berusia 9 tahun kejang, 2 hari sebelumnya batuk, demam tidak
terlalu tinggi, suara serak dan sulit bernafas. (ISPA)
• 1 hari sebelumnya tampak lemah, tidak nafsu makan dan selalu ingin tidur.
• Suhu Tubuh 38oC, Kesadaran menurun, Kaku kuduk (+) Meningitis
• Cairan Serebrospinal agak keruh, sel terutama neutrofil 200/µl, Glukosa
25 mg/dL, protein 250 mg/dL Meningitis bakterial
• Hasil kultur di agar darah (-)
• Tumbuh koloni kecoklatan pada agar coklat, katalase dan oksidase (+)
• Pewarnaan Gram : Kuman berbentuk batang pendek gram negatif
Meningitis Bakterial
• Infeksi purulen akut dalam rongga subarakhnoid
• Bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh:
– Hemophilus influenzae,
– Streptococcus pneumoniae dan
– Neisseria meningitidis.
Pathogenesis
• Infection of upper respiratory tract
• Invasion of blood stream (bacteraemia)
• Seeding & inflammation of meninges
Gejala Klinis
Non-spesifik
• Demam
• Kaku kuduk
• Letargi
• Malas makan
• Nyeri kepala
• Kejang
Analisis Cairan Serebrospinal/Cerebrospinal Fluid
• Nilai normal untuk anak – anak
- Hitung sel : 0 – 7 sel/mm3 (0% sel PMN)
- Glukosa : 40 – 80 mg/dL
Jenis
- Protein : 5 –Warna
meningitis
40 mg/dL Glukosa protein Sel Nonne-Pandy

Kuning keruh,
Bakteri akut pus (+) Rendah tinggi PMN +

normal atau
Virus akut Jernih Normal MN -
tinggi

Berkenaan dgn
Xantochrom Rendah tinggi MN +
penyakit TBC
Hemophylus influenzae
• GRAM-NEGATIVE RODS OR COCCOBACILLI
• NONMOTILE
• NON-SPORE-FORMING
• CATALASE: POSITIVE
• OXIDASE: POSITIVE
• FACULTATIVELY ANAEROBIC
• requirement of X+V factor in cultivation media; X = hematin, V =
nicotinamide adenine dinucleotide(NAD)
• growth on chocolate agar but not on blood agar (when cultivated in pure
culture)
• satelite phenomenon with Staphylococcus aureus (on blood agar)
H. Influenza tipe B
Pemberian vaksin
haemophilus b
(haemophilus b
conjugate vaccine)
pada anak-anak

Profilaksis : pemberian
rifampisin bagi yang
93. E. Wasted
KEYWORDS :
• Anak umur 2 tahun
• BB/U < -2 SD
• TB/U < -2 SD
• BMI < -2 SD
Pemantauan Pertumbuhan
94. C. Diazepam IV 0,3 – 0,5 mg/KgBB/kali

KEYWORDS:
• Bayi 7 bulan, kejang 30 menit yang lalu
• Pasien sudah terpasang infus
Tatalaksana Kejang pada Anak
95. B. 5
KEYWORDS :
• Bayi usia 10 jam, usia kehamilan 34 minggu dan BBL
2000 gram
• Frekuensi nafas 72x/i
• Retraksi interkostal ringan (+)
• Sianosis yang hilang dengan pemberian O2
• Bayi merintih tanpa stetoskop
• Suara nafas terdengar jelas pada kedua paru
96. C. Ikterus Neonatorum
Fisiologis
KEYWORDS :
• Bayi usia 6 hari dengan keluhan kuning sejak 3
hari dari bagian mata, wajah hingga perut.
• Pemeriksaan fisik normal
• Riwayat persalinan normal
• Ayah dan Ibu bayi adalah WNI
• Ibu dan bayi bergolongan darah B
Derajat Kramer
Physiological Jaundice
• Appears > 24 hours
• Maximum intensity by 4th-
5th day in term & 7th day in
preterm
• Serum level less than 15
mg / dl
• Clinically not detectable
after 14 days
• Disappears without any
treatment
Pathological Jaundice
• Appears < 24 hours of age
• Increase of bilirubin > 5 mg / dl / day
• Serum bilirubin > 15 mg / dl
• Jaundice persisting after 14 days
• Stool clay / white colored and urine staining
clothes yellow
• Direct bilirubin> 2 mg / dl
Dosis Pemberian Vitamin A pada
Posyandu bulan Feb dan Agustus
97. A. Untuk anak usia 6-11 bulan diberikan
tablet vitamin A warna biru 1 kali dalam 1
tahun; untuk anak usia 1-5 tahun diberikan
tablet vitamin A warna merah 2 kali dalam 1
tahun
98. A. Ampicillin
KEYWORDS :
• Anak laki – laki, 11 bulan, BB 7,8 kg, mengalami diare
lembek cair dengan darah dan lendir, frekuensi >
6x/hari.
• Bila BAB anak selalu menangis dan mengejan
• 2 minggu yang lalu, anak menderita batuk pilek tapi
sudah sembuh.
• Suhu tubuh 38,5oC
• Abdomen cembung tapi tidak distensi
Definition
• Watery Diarrhea: 3
or more liquid or
watery stools in 24 h
• Dysentery: Presence
of blood and/or
mucus in stools
• Persistent Diarrhea:
Diarrhea lasting for
D ia rrh e a

W a te ry d ia rrh e a D y s e n te ry P e rs is te n t d ia rrh e a

R o ta v iru s d ia rrh e a S h ig e llo s is C a u s e s a re m o s tly u n k n o w n


E . c o li d ia rrh e a A m e b ia s is
C h o le ra

SHIGELLOSIS AMEBIASIS
• Frequent passage of scanty • Offensive and bulky stools
amount of stools, mostly containing mostly mucus
mixed with blood and mucus and sometimes blood
• Moderate to high grade • Lower abdominal cramp
fever • Mild grade fever
• Severe abdominal cramps • No dehydration
ANTIMICROBIAL AGENTS
Type of diarrhea Antimicrobial agent
Cholera Tetracycline,
Doxycycline,
Ciprofloxacine
Shigellosis Cotrimoxazole,
Pivmecillinam
(Selexid), Ampicillin,
Nalidixic acid,
Ciprofloxacin,
Ceftriaxone
Amebiasis Metronidazole
99. E. Kaput Suksadenum;
observasi benjolan dan perdarahan
KEYWORDS :
• Bayi usia 2 hari, lahir spontan, namun
persalinan berjalan lama karena ibu
kelelahan.
• Setelah lahir, bayi aktif dan menangis kuat.
• Terdapat benjolan pada bagian oksipital
kepala, diameter 8cm, kemerahan, lunak, dan
Traumatic Delivery

Lesion External swelling ↑ after birth Crosses ↑↑↑acute


suture lines blood loss

Caput succedaneum Soft, pitting No Yes No


Cephalhematoma Firm, tense Yes No No
Subgaleal hematoma Firm, fluctuant Yes Yes Yes
Caput Succedaneum

Cephalhematoma
Subgaleal hemorrhage with skull fracture

281
Caput Succedaneum
• most frequently observed lesion
• pressure on the scalp against cervix
• subcutaneous, extraperiosteal accumulation
of blood/serum
• overlying bruising/Petechiae
• crosses suture lines
• resolves within days
100. B. Intususepsi
KEYWORDS :
• Anak laki – laki, 10 tahun, mengeluhkan sakit
perut sejak 2 jam yang lalu.
• Sebelumnya anak menderita diare, sudah
berhenti namun perut masih sakit
• Nadi 112x/i, nafas 28x/i dan suhu 38oC
• Tampak massa pada regio kiri atas sementara
Intususepsi
• Sebagian usus masuk ke dalam bag. Usus
yang lain obstruksi usus
• Bayi sehat, tiba-tiba menangis kesakitan
(crying spells), nyeri, Letargi
• Teraba massa berbentuk sosis dan
kekosongan pada kuadran kanan bawah
(Dance sign)
• Biasanya jenis kelamin laki-laki
• Nyeri perut
•kolik, berat dan hilang timbul, biasanya
kaki diangkat keatas perut atau
menunjang kearah atas
• Portio-like on DRE
Etiologi
• 90% Idiopatik
– Belum dapat dipastikan, namun diperkirakan
penyebabnya adalah virus ( Anomalies with
peristalsis)

• 10% Patologis
– Polyp, tumour or other mass within the intestinal
tract is caught by the normal contractions,
creating a “lead point” which pushes along
causing the intussusception
Radiologic Signs
USG Signs Barium Enema
GOLD STANDARD
• "coiled spring” appearance
101. D. Atasi hipoglikemia,
hipotermia, dan dehidrasi
KEYWORDS :
• Anak usia 3 tahun sulit makan dan tampak
sangat kurus.
• BB 5 kg, kulit kering dan bersisik, atrofi otot,
dan edema pretibial MEP tipe
Marasmik - Kwashiorkor
Malnutrisi Energi
Malnutrisi Energi Protein
Protein

T Status gizi merupakan spektrum :

BB/TB

buruk kurang baik lebih


70 80 90 110 120 %
-3SD -2SD +2SD +3SD

MEP berat sedang ringan overweight obese


Gizi buruk : Kwashiorkor

 Edema
 Hepatomegali
 Rambut kemerahan,
mudah dicabut
 Kurang aktif,
rewel/cengeng
 Hipotropi otot
 Crazy pavement
dermatosis
Marasmus
 Wajah seperti orang tua
 Kulit terlihat longgar
 Tulang rusuk tampak
terlihat jelas
 Kulit paha berkeriput
 Terlihat tulang belakang
lebih menonjol dan kulit
di pantat berkeriput
( baggy pant )
 Terjadi secara kronis
Marasmus -
Kwashiorkor
Gambaran klinik
merupakan campuran
dari beberapa gejala
klinik Kwashiorkor
dan Marasmus
dengan BB/TB <-3 SD
disertai edema yang
tidak mencolok
“10 langkah utama” Tatalaksana Gizi Buruk
No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindak lanjut
h 1-2 h 3-7 mg-2 mg 3-6 mg 7-26
1. Atasi/cegah
hipoglikemia
2. Atasi/cegah
hipotermia
3. Atasi/cegah
dehidrasi
4. Perbaiki gang-
guan elektrolit
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. tanpa Fe + Fe
Nutrien mikro
7. Beri diit awal
102. B. Sindroma Klinefelter
KEYWORDS :
• Anak laki – laki usia 8 tahun menderita
keterlambatan kognitif.
• Fenotip seorang laki-laki bersuara tinggi,
pertumbuhan payudara (+), mikrotestis,
namun genital eksterna tampak normal
• Analisis sperma : Azoospermia
Features of Klinefelter Syndrome
• Chromosome • Gynaecomastia
complement: 47,XXY • Low level of intelligence
•Phenotype: Male
•Tall stature; thin build; • Serum testosterone
long lower limbs levels low to normal
• Testicular atrophy • FSH and LH levels very
• Female pattern of high
pubic hair • Sex chromatin positive
Sindrom Klinefelter
103. Glomerulonefritis Akut
KEYWORDS :
• Anak usia 7 tahun mengeluh buang air kecil
kemerahan.
• Volume urin lebih sedikit daripada biasanya,
namun nyeri (-)
• 3 minggu yang lalu, pasien sakit tenggorokan
dan sembuh sendiri.
Acute Poststreptococcal
Glomerulonephritis
• Glomerulonephritis-various renal diseases in
which inflammation of the glomerulus,
manifested by proliferation of cellular
elements, is secondary to an immunologic
mechanism
• Most associated with postinfectious state
• 4-12yr with peak 5-6 years
Clinical Presentation
 History: latent period 7-21 days between streptococcal infection and
glomerulonephritis characteristics
 Edema most frequent manifesting symptom
85%
Abrupt onset
Periorbital area, may be generalized
 Gross hematuria 30-50%
Smoky, cola, rust, tea colored
 +/- oliguria
 Various degree of malaise, lethargy, anorexia, fever, abdominal pain,
headache
Histologic Findings
• Light Microscopy-Glomerular tufts
enlarged and swollen
104. B. Metronidazole 3x125
mg/hari selama 7 hari
KEYWORDS :
• Anak usia 3 tahun, BB = 25 kg, mengeluh diare sejak 14 hari yang
lalu, diare berlendir tanpa disertai darah, 6 – 7x/hari Diare
Persisten
• Teman-temannya juga mengalami hal yang sama Keracunan
makanan
• Bising usus meningkat, turgor kembali lambat
Persisten Berat
• Sklera dan kulit pasien ikterus Hepatitis A atau Amebiasis Hati
DIARRHOEA
- FREQ. ≥ 3 X /DAY
- CHANGING OF CONSISTENCY
- WITH/ WITHOUT VOMITING
- WITH/WITHOUT BLOODY STOOL

ACUTE WATERY DYSENTERY SEVERE


DIARRHOEA
PERSISTENT
FORM MALNUTRITION

BLOODY
< 14 DAYS > 14 DAYS
DIARRHOEA
Keracunan Makanan
Clinical Presentation
• The incubation period can range from a few days to
months or years, with 2–4 weeks being the most
common for development of symptomatic
nondysenteric disease.
• Transitions from one type of intestinal syndrome to
another can occur and intestinal infections can give
rise to extraintestinal infections.
• Typical symptoms include: diarrhea, cramps,
flatulence, nausea, and anorexia.
Treatment
105. E. Fimosis
KEYWORDS :
• Anak laki – laki mengeluh nyeri BAK.
• Apabila BAK, ujung penis terlihat
menggembung.
• Dijumpai massa pada OUE sebesar 0,5 cm,
kenyal, mobile, tidak nyeri, preputium
lengket Retensi smegma
Fimosis
• Fimosis adalah prepusium Fimosis
penis yang tidak dapat
diretraksi (ditarik) ke proksimal Bila BAK, ujung
sampai ke korona glands penis Nyeri BA
menggelembung
• Retensi smegma
• Fisiologis pada neonatus
• Treatment
– Dexamethasone 0.1%
(6 weeks) for spontaneous
retraction
106. Ventilasi Tekanan Positif
KEYWORDS :
• Bayi dengan BB = 1.160 gram Berat Bayi Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
• Usia Kehamilan : 30 minggu Neonatus Kurang
Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NKB – SMK)
• Nilai APGAR = 6 pada 1 menit setelah lahir
Asfiksia
• Saat ini bayi agak kebiruan dan tidak menangis
Skor APGAR menurun
APGAR SCORE
Diagram Alur Resusitasi
107. E. Berikan vaksin hepatitis B dan HBIg
dalam 12 jam setelah lahir, dan vaksinasi
hepatitis B pada usia 1 bulan dan 6 bulan

KEYWORDS :
• Bayi aterm dengan BB = 3100 gram dari ibu
HbsAg (+)
Management of Infants Born to
Women Who Are HBsAg Positive
• All infants born to HBsAg-positive women
should receive single-antigen hepatitis B
vaccine and HBIG (0.5 mL) <12 hours of birth,
administered at different injection sites.
• The vaccine series should be completed
according to a recommended schedule for
infants born to HBsAg-positive. The final dose
108. A. Pungsi Lumbal
KEYWORDS :
• Anak usia 4 tahun dengan kejang sudah 3 kali,
tipe kejang lengan dan kaki kelojotan, mata
melirik ke atas, kejang selama 15 menit,
setelah kejang tidak sadar.
• Sebelumnya pasien mengalami batuk pilek.
• Suhu Tubuh 38,5oC
Symptoms of meningitis
• Fever
• Altered consciousness, irritability, photophobia
• Vomiting, poor appetite
• Seizures 20 - 30%
• Bulging fontanel 30%
• Stiff neck or nuchal rigidity
• Meningismus (stiff neck + Brudzinski + Kernig signs)
Clinical signs of meningeal irritation
Diagnosis – lumbar puncture

• Contraindications:
– Respiratory distress (positioning)
–  ICP reported to increase risk of herniation
– Cellulitis at area of tap
109. B. Inkompatibilitas ABO
KEYWORDS :
• Bayi berusia 2 hari dengan keluhan kuning sejak 1 hari yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak tenang, bisa
menyusu, sklera ikterik, hepar teraba 1 jari di bawah arkus costa.
• Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan
• APGAR 3/8
• Ibu golongan darah O Rh (+), anak golongan darah A Rh (+)
• Bilirubin total 8, bilirubin indirek 1.4
ABO Hemolytic Disease
• Mother group O, baby A or B
• Group O individuals have anti-A, -B and –A,B in their
plasma, fetal RBCs attacked by 2 antibodies
• Occurs in only 3%, is severe in only 1%, and <1:1,000
require exchange transfusion.
110. D. Tetanus Neonatorum
KEYWORDS :
• Bayi dengan keluhan kejang dan kaku pada
leher, perut, dan punggung bayi, tidak mau
menetek serta mulut yang mencucu seperti
mulut ikan.
• Ibu bersalin di dukun beranak dengan
peralatan seadanya serta tidak pernah
Tetanus
Causative agent
• Clostridium tetani
Relatively large, Gram-positive,
rod-shaped bacteria

Spore-forming, anaerobic.

Not pathogenic to humans and


animals by invasive infection but by
the production of a potent protein
toxin tetanus toxin or
tetanospasmin
Symptoms
• Tetanic seizures (painful, powerful bursts of
muscle contraction)
• if the muscle spasms affect the larynx or chest wall, they may
cause asphyxiation
• stiffness of jaw (also called lockjaw/ Trismus)
• stiffness of abdominal and back muscles/ opisthotonus
• contraction of facial muscles (Risus sardonicus)
• fast pulse
• fever
The back muscles are more
powerful, thus creating the arc
backward

“Oposthotonus” by Sir 
Charles Bell, 1809.

Baby has neonatal tetanus with


complete rigidity
Neonatal tetanus:
-Form of generalized tetanus that occurs in newborn
infants born without protective passive immunity
because the mother is not immune.

-Usually occurs through infection of the unhealed


umbilical stump, particularly when the stump is cut
with an unsterile instrument.
111. A. Cerebral palsy
KEYWORDS :
• Anak laki – laki berusia 3 tahun lahir dengan
BB = 2400 gram dan riwayat sepsis.
• Pasien kejang dan kaku seluruh tubuh.
• Perkembangan anak tampak lebih lambat
dibanding anak seusianya.
• Kaku kuduk (-) Tidak ada tanda infeksi
DEFINISI CEREBRAL PALSY
• Sekelompok kelainan motorik non progresif
• Gambaran klinisnya dapat berubah seiring
dengan berjalannya waktu
• Timbul sekunder akibat lesi atau anomali otak
• Terjadi pada tahap awal perkembangan
• Kesulitan makan, mengiler berlebihan
• Gagal tumbuh
FAKTOR RISIKO TERJADINYA CEREBRAL PALSY

PRANATAL ANTENATAL NEONATAL

 Ibu dengan riwayat aborsi spontan dan  BBLR  Sepsis


bayi lahir mati  Bayi kurang bulan  Bayi yang lahir dari ibu dengan
 Riwayat keluarga yang menderita  Kelahiran multipel/kembar korioamnionitis
Cerebral Palsy onset dini  Malformasi sistem saraf pusat  Apgar skor yang rendah
 Ibu yang menderita hipotiroidisme  Kernikterus
atau mendapat hormon tiroid atau  Persalinan dengan komplikasi
estrogen selama kehamilan  Kejang pada neonatal
 Perdarahan antepartum
 Proteinuria berat pada akhir kehamilan
FAKTOR YANG MEMPERPARAH
• Epilepsi
• Gangguan belajar
• Gangguan perilaku
• Kelemahan sensorik
• Gangguan motorik
112. E. KEP Marasmik -
kwashiorkor
KEYWORDS :
• Anak terlalu kurus.
• Anak rewel, otot hipotropi, rambut mudah
dicabut dan terdapat edema pada dorsum
pedis Kwashiorkor
• Muka seperti orang tua, jaringan subkutan
sedikit Marasmus
Gizi buruk : Kwashiorkor

 Edema
 Hepatomegali
 Rambut kemerahan,
mudah dicabut
 Kurang aktif,
rewel/cengeng
 Hipotropi otot
 Crazy pavement
dermatosis
Marasmus
 Wajah seperti orang
tua
 Kulit terlihat longgar
 Tulang rusuk tampak
terlihat jelas
 Kulit paha berkeriput
 Terlihat tulang belakang
lebih menonjol dan kulit
di pantat berkeriput
( baggy pant )
Marasmus -
Kwashiorkor
Gambaran klinik
merupakan
campuran dari
beberapa gejala
klinik Kwashiorkor
dan Marasmus
dengan BB/TB <-3
113. A. Entropion
KEYWORDS :
• Laki – laki 68 tahun dengan keluhan mata
kanan merah dan berair.
• Terdapat jaringan parut pada kornea, dan
palpebra inferior dextra terlipat ke dalam.
• Bulu mata mengenai konjungtiva.
• Entropion senilis
ENTROPION
 MELIPATNYA TEPI KELOPAK MATA (MARGO PALPEBRA) KE
ARAH DALAM  BULU MATA MENGGOSOK
CONJUNCTIVA / CORNEA (TRICHIASIS)

Etiology of Entropion
• Senile Entropion
• Cicatricial Entropion
• Spastic Entropion
• Congenital Entropion
• Mechanical Entropion
Entropion senilis
 Juga disebut entropion
involusional.
 Pasien menderita kelemahan
tendon horizontal dari kantus
lateral atau medial.
 Otot retraktor palpebra
inferior juga lemah.
 Dapat juga terjadi enoftalmus.
Gejala
• Kemerahan dan nyeri di mata
• Sensitif terhadap cahaya dan angin
• Air mata berlebihan
• Penurunan visus, khususnya bila kornea
terkena
114. D. Peradangan kronis kelenjar meibom

KEYWORDS :
• Wanita dengan benjolan di kelopak mata
kanan atas sejak 1 minggu yang lalu.
• Massa dengan konsistensi keras, tidak nyeri
tekan, tidak hiperemis, pseudoptosis (+)
Chalazion (Tarsal cyst or
mebomian cyst)

• Chronic inflammatory granuloma of mebomian


gland—blockage and accumulation of secretions
• One or more glands involved, mainly children
and young adults involved
• Swelling, heaviness, irritation
• Blurring if large- induced astigmatism
Chalazion (Tarsal cyst or
mebomian cyst)

• Small, cystic, hard swelling a little away from


the lid margin, fixed to tarsus, non-tender
• No signs of inflammation,no lymphadanopathy
• Small may resolve, may remain the same,
– may burst on skin- fistula
– may infect- internal hordeolum.
• Treatment
• Surgery
Signs of chalazion (meibomian cyst)

Painless, roundish, firm lesion May rupture through conjunctiva


within tarsal plate and cause granuloma
115. D. Konjungtivitis Giant Papillary
KEYWORDS :
• Pria mengalami mata merah, gatal, serta terdapat
sekret seperti susu pada konjungtiva.
• Slit lamp : papil di konjungtiva tarsal superior dan
inferior.
• Pasien memiliki riwayat menggunakan lensa kontak
sehari-hari.
• Terdapat riwayat keluarga dengan penyakit atopik
Ocular allergy

• Clinical classifications:
– 1) Allergic conjunctivitis (AC):
• Acute allergic conjunctivitis:
– Seasonal or hay fever.
– Toxic- induced (induced by acute contact with irritant,
drugs, preservatives, etc).
• Chronic allergic conjunctivitis:
– Perennial.
– Toxic-induced (long standing).
Ocular allergy

– 2) Contact dermatoblepharitis.
– 3) Vernal keratoconjunctivitis
– 4) Giant papillary conjunctivitis
– 5) Atopic keratoconjunctivitis
– 6) Atopic blepharoconjunctivitis
Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)

Characterized by the
• presence of abnormally large papillae ( more
than 0.3 mm in diameter) on the upper tarsal
conjunctiva
• conjunctival hyperemia
• excess mucus secretion
• foreign body sensation
• itching
• Etiology : wearing contact lenses.
116. D. Tetes mata kloramfenikol 1% 6x sehari

KEYWORDS :
• Wanita dengan mata merah dan terasa mengganjal
• Mata mengeluarkan sekret berwarna putih
kekuningan dengan konsistensi lengket.
• Visus normal.
• Injeksi konjungtiva, kemosis, serta sekret purulen
(+)
Konjungtivitis
• Definisi:
Peradangan conjunctiva ditandai dengan
discharge (sekret) dapat berair, mucoid,
mucopurulent atau purulent dan tidak
disertai penurunan tajam penglihatan.
Viral Bacteri Allergic
gatal minimal minimal hebat
Injeksi Sedang Mencolok Ringan - sedang
konjungtiva

lakrimasi hebat sedang Sedang


sekret Jernih, air Purulen/ Berserabut, putih
mukopurulen

Nodul sering jarang Tidak ada


preaurikular
Scraping/ monosit Bakteri, PMN Eosinofil
pewarnaan
demam kadang kadang Tidak ada
Tatalaksana
a. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit
b. Sekret mata dibersihkan
c. Pemberian obat mata topikal
1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol 0,5 – 1% tetes sebanyak 1
tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 hari.
2. Pada alergi diberikan flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2
minggu.
3. Pada konjungtivitis gonore diberikan kloramfenikol tetes mata 0,5 –
1% sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan PP pada bayi diberikan
50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak ditemukan kuman GO pada
sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
 4. Konjungtivitis viral diberikan salep Acyclovir 3% lima kali sehari
selama 10 hari.
Penyakit Refluks Gastroesofageal
Definisi
Penyakit Refluks Gastroesofageal adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks
kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul.

Mekanisme Refluks gastroesofageal pada pasien GERD


1. Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat
2. Aliran retrograd pada saat relaksasi LES setelah menelan
3. Meningkatnya tekanan intrabdomen

Manifestasi Klinis Pemeriksaan


• Nyeri/rasa tidak nyaman di epigastrium • Manometri esofagus
atau retrosternal (heartburn)
• Tes PPI
• Disfagia
• Mual atau regurgitasi • Endoskopi : Ditemukan mucosal break
• Lidah pahit pada esofagus. Histopatologi juga
dapat memastikan adanya Barret’s
fs esofagus atau keganasan lainnya.
117 A. Keratokonjungtivitis Viral
• Wanita, 25 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan mata kering,
terasa mengganjal di kedua matanya sejak 3 minggu yang lalu,
disertai dengan mata merah ringan
• Riwayat memakai obat tetes mata gentamisin > 2 bulan
• Pemeriksaan oftalmologi ODS:
visus 20/25, kornea agak keruh
tes fluorescein (+), Injeksi konjungtiva (+)
Reaksi folikular pada tarsus konjungtiva atas dan bawah
Diagnosis???
DIAGNOSIS KERATITIS
Anamnesis :
1. Mata merah
2. Nyeri
3. Fotofobia
4. Penglihatan menjadi kabur terutama bila kerusakan pada sentral kornea
5. Lakrimasi (+)/(-)
DIAGNOSIS KERATITIS
Pemeriksaan :
• Visus menurun
• Blefarospasme
• Lakrimasi (+)/(-)
• Konjungtiva bulbi : injeksi siliar
• Kornea : infiltrat, Flouresin Test
(+)/(-), ulkus, plak hipopion,
descementocel
• COA : sedang, flare (-), sel (-)
• Pupil, iris dan lensa dalam batas
normal
DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS
Anamnesa :
• Mata merah
• Perasaan seperti ada benda asing
• Pedih dan panas
• Gatal-gatal
• Banyak keluar air mata dan eksudasi
• Fotofobia (jika kornea ikut terkena)
DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS
Pemeriksaan :
• palpebra superior : pseudoptosis (pada trachoma, keratokonjungtivitis
epidemik)
• Konjungtiva tarsalis superior/inferior : hiperemis, hipertrofi papil, folikel
• Apparatus lakrimalis : lakrimasi (+)
• Adenopati preaurikuler
Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis
Klinis Virus Bakteri Klamidia Alergi
Gatal-gatal Minimal Minimal Minimal Berat
Hiperemia Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

Kemosis ± ++ - ++
Lakrimasi Amat banyak Sedang Sedang Sedang

Sekret Cair Purulen/ Mukopurulen Cair


mukopurulen

Papil - ± ± ++
Folikel + - ++ +
Adenopati Biasanya ada Langka Biasanya Tidak ada
aurikuler hanya ada
pada
118 D. Iridosiklitis
• Laki-laki 35 tahun, mata kanan merah
• Pasien merasa silau, pandangan terasa kabur
• Pemeriksaan:
visus mata kanan 6/9 non correction
injeksi siliar, keratic presipitate (+), efek tyndall (+)
Diagnosis???
UVEITIS ANTERIOR
• Definisi
Uveitis anterior = iridosiklitis
Merupakan proses peradangan intraokular yang kompleks dan melibatkan
jaringan uvea (iris, korpus silier, dan koroid)
• Faktor risiko
– Trauma
– Infeksi
– Penyakit autoimun
– Neoplasma
– idiopatik
UVEITIS ANTERIOR

• Manifestasi klinis
– Anamnesis:
Mata merah, nyeri, fotofobia, lakrimasi (+/-), visus menurun
– Pemeriksaan :
• Visus menurun (tidak hebat)
• Konjungtiva : injeksi siliar
• Kornea : keratik presipitat , penurunan sensibilitas kornea
• COA : sel dan flare, hipopion
• Pupil : kecil ireguler
• Iris : sinekia +/- kadang ada nodul-nodul iris.
• Lensa : jernih
Injeksi SIlier Keratic Presipitat
119. B Non Proliferative Diabetic
Retinopathy
• Pria, 35 tahun dirujuk dari klinik mata dan klinik endokrin
• Riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu
• Funduskopi: media jernih, papil normal, retina datar,
neovaskularisasi (-), dot hemorrhage (+), hard exudate (+),
makula edema (-), refleks fovea normal
Diagnosis???
RETINOPATI DIABETIKA
– Ditandai dengan peningkatan kadar gula darah menyebabkan
perubahan mikrovaskular pada seluruh organ termasuk mata
– Komplikasi kronik dari DM dan dapat menimbulkan kebutaan
– Klasifikasi :

• Nonproliferatif retinopati diabetik (NPRD)


Perubahan mikrovaskular terbatas pada retina saja.
Karakteristiknya mikroaneurisma, area kapiler nonperfusi,
infark nerve fiber layer, perdarahan dot dan blot intraretina,
edema retina, hard eksudat, arteriol abnormariltas.

Mild NPRD Severe NPRD


• Proliferatif retinopati diabetik (PRD)
– Proliferasi fibrovaskular ekstra retina memperlihatkan variasi stadium
perkembangan PRD. Pembuluh darah baru berkembang dalam 3 stadium :
» Pembuluh darah baru meluas mencapai membran limitan interna
» Pembuluh darah baru ukurannya meningkat dan meluas dengan
meningkatnya komponen fibrous
» Pembuluh drah baru meengalami regresi
– Prinsip pengobatan adalah memperlambat dan mencegah
komplikasi. Memperthankan kontrol gula yang baik.

PRD Severe PRD


120 A. Glaukoma Simpleks OS & Katarak
Imatur OD
• Laki-laki, 65 tahun, mata kiri merah, nyeri, penglihatan berkurang
sejak 2 hari yang lalu
• Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah
• Penglihatan mata kanan berkurang, tetapi tidak merah.
• Pemeriksaan mata kanan: visus 4/60 dikoreksi menjadi 6/20. TIO
normal, shadow test (+)
• Pemeriksaan mata kiri: visus 1/300 tidak bisa dikoreksi, konjungtiva
bulbi hiperemis (+), TIO (++), COA dangkal dan segmen posterior
tampak kabur.
Stadium katarak
Stadium Keterangan
Katarak Stadium yang paling dini, visus pasien
insipien masih mencapai 6/6
Katarak Kekeruhan parsial, kekeruhan ini terutama
imatur terdapat dibagian posterior dan bagian
belakang nucleus lensa. Shadow test (+).

Katarak Tampak lensa mengalami kekeruhan total


matur Shadow test (-)
Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara

Katarak Katarak menyusut dan kapsul anterior


hipermatur berkerut karena kebocoran air dari lensa

Katarak Liquefaksi korteks lensa katarak hipermatur


morgani berakibatkan nukleus jatuh ke inferior
121 C. Miopia Simpleks
• Laki-laki 16 tahun, keluhan kedua mata kabur sejak
6 bulan yang lalu
• Kesulitan saat melihat tulisan di papan tulis
• Pemeriksaan: penglihatan membaik dengan
pemasangan pinhole dan koreksi lensa sphere
negatif
Diagnosisnya???
• Klasifikasi
Miopia
(American
Opthalmologic
Association)
122 B. Bedrest posisi kepala 30
• Wanita, 28 tahun, bengkak pada mata kiri sejak 2 hari lalu
• Sebelumnya pasien dipukul oleh suaminya
• Pemeriksaan:
Segmen anterior : hematoma periorbital mata kiri dan
terdapat endapan darah <1/3 limbus. Visus normal
Diagnosis: Hyphema ec trauma
Tatalaksana Awal???
• American Ophtalmology Association
123 C. GBS
• Anak, 12 tahun, sesak napas dan lemah anggota gerak
sejak 1 minggu yang lalu
• Riwayat demam, pilek dan batuk 1 minggu sebelumnya
• PF: TD 90/50, N 96x/menit irregular, R 26x/menit
Motorik kaki 1/1, motorik tangan 2/2, APR -/-, KPR -/-
Biseps +/+ menurun, Triseps +/+ menurun
Diagnosis???
KRITERIA DIAGNOSIS GBS
National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS)

• Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:


– Terjadinya kelemahan yang progresif
– Hiporefleksi
• Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis GBS
– Ciri-ciri klinis
• Progresivitas: gejala motorik berlangsung cepat (maksimal 4 minggu)
• Relatif simetris
• Gejala gangguan sensibilitas ringan
• Gejala gangguan saraf kranial (parese CN VII bilateral)
KRITERIA DIAGNOSIS GBS
National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS)

– Ciri-ciri klinis
• Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresivitas
berhenti (bisa juga hingga beberapa bulan)
• Disfungsi otonom: takikardi, aritmia, hipotensi postural,
hipertensi dengan gejala vasomotor
• Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
124 E. Neisseria meningitidis
• Pria, 20 tahun, penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu
• Diawali demam, muntah, nyeri punggung, leher, dan kepala
sejak 1 minggu yang lalu
• PF: kaku kuduk (+), Kernig's sign (+), Brudzinsky I dan II (+)
• Pemeriksaan CSF: Gram negatif kokus berpasangan
Diagnosis: Meningitis
Etiologi???
Etiologi meningitis
• Streptococcus pneumoniae -> Kokus gram (+)
• Staphylococcus epidermidis -> Kokus gram (+)
• Staphylococcus aureus -> Kokus gram (+)
• Neisseria meningitidis -> Kokus gram (-)
125 C. Tetanus umum gr III
• Laki-laki, 5 tahun, sulit membuka mulut sejak 2 hari yang lalu
• Disertai perut tegang seperti papan dan punggung melenting
• Ada kejang dengan/tanpa rangsangan, 10x sehari tetap sadar
• Riwayat tertusuk paku 3 hari lalu
• PF: TD 140/90 mmHg, N 120x/menit, R 40x/menit, S 38
• Trismus 1 cm, opistotonus . Luka di dorsal pedis kanan dengan sedikit
pus
Diagnosis: Tetanus
Grading berdasarkan klasifikasi Abblet???
126 D. L4
• Wanita 50 tahun DM mengalami drop foot
Kerusakan saraf penyebab drop foot???
• Radikulopati l4  Dorsifleksi  Drop foot
Moore anatomy 5th ed
127 D. Nyeri Kepala Cluster
• Laki-laki usia 25 tahun, nyeri kepala berulang sejak 1 minggu
lalu
• Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala berlangsung 45 menit
• Disertai rasa berkeringat di wajah, keluar air mata & hidung
berair
• Keluhan nyeri kepala bertambah dengan aktifitas
Diagnosis???
KRITERIA DIAGNOSIS
CLUSTER HEADACHE
A. Setidaknya 5 serangan yang memenuhi kriteria B dan D
B. Nyeri hebat atau sangat hebat di orbita, supraorbita dan/atau
temporal yang unilateral, berlangsung selama 15-180 menit bila tidak
diobati
C. Nyeri kepala disertai setidaknya disertai oleh 1 dari gejala berikut:
1. Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan/atau rinorea ipsilateral
3. Edema kelopak mata ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan gelisah atau agitasi
128 B. Kortikosteroid
• Laki-laki, 34 tahun, sulit menggosok gigi dan kumur
• PF: wajah asimetri, kerutan dahi kanan hilang, alis kanan lebih
rendah, lipatan nasolabial kanan hilang, pasien tidak dapat
mengangkat alis kanan, tidak dapat mengerutkan dahi kanan dan
tidak dapat menutup mata sebelah kanan
Fungsi pengecapan 2/3 lidah bagian depan sebelah kanan menurun
dan ditemukan hiperakusis
Diagnosis: Bell’s Palsy
Terapi???
TATA LAKSANA BELL’S PALSY
(American Academy Neurology/ ANN,2011)

• Farmakologi
– Steroid
• Dapat meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan
pada onset awal
• Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/ hari selama 6 hari, diikuti
dengan penurunan dosis bertahap selama 10 hari
– Antiviral
• Asiklovir 5x 400 mg selama 10 hari
• Jika dicurigai varicella zoster berikan asiklovir dosis tinggi 5x800
mg
129 E. Levodopa
• Pria, 75 tahun, sulit menggerakkan anggota tubuh
• Tangan kiri terlihat bergetar seperti orang menghitung uang
• Wajah terlihat kaku seperti topeng
• Cara berjalan terlihat kaku dan langkahnya kecil-kecil
Diagnosis: Parkinson
Terapi???
Harrison 18th ed
130 A. Stroke Perdarahan
Intraserebral
• Laki-laki, 60 tahun,keluhan nyeri kepala hebat
• Muntah sebanyak 3 kali
• Riwayat hipertensi selama 5 tahun
• PF: TD 160/100 mmHg, N 58 x/menit, R 20 x/menit, suhu 37,40C.
Fundukopi didapatkan flame shape pada kedua mata
Diagnosis???
131 B. Simple Partial Motoric Seizure

• Perempuan, 20 tahun, sering kejang pada pipi dan bibir


terutama sebelah kiri
• Diikuti kejang juga di lengan kiri, selama 1 menit
• Pasien tetap sadar saat kejang
• Keluhan sudah berlangsung selama 1 tahun
Diagnosis???
132 B. Atrofi Korteks Otak
Menyeluruh
• Laki-laki, 76 tahun, mengalami perubahan perilaku
• Sering lupa terutama hal yang baru dialami
• Lupa dengan nama anak dan cucu, bahkan nama istri
• Sering tersesat ketika keluar rumah
• Sering marah tanpa alasan dan sering curiga
Diagnosis: Suspek Alzheimer
Kemungkinan hasil gambaran neuroimaging???
133 E. Eritroderma
• Anak, usia 15 tahun timbul kemerahan di seluruh tubuh
• Riwayat psoriasis (+)
• Pemeriksaan kulit didapatkan bercak merah, lesi generalisata,
permukaan bersisik, gatal (-)
Diagnosis???
• Eritroderma: Kelainan kulit yang ditandai
dengan eritem generalisata disertai skuama
• Ektima: Bagian dari Eritema Nodusum
pyoderma dengan
karakteristik ulkus/erosi
berkrusta
Erythema marginatum Erythrasma
134 D. TEN
• Perempuan, 25 tahun, timbul bercak merah di kulit
• Keluhan disertai keropeng di bibir, mata kemerahan, dan
sedikit demam
• Riwayat minum antibiotik 5 hari yang lalu
• PF dijumpai makula eritem, vesikel, bula, purpura, dan erosi
di wajah, dada, punggung, tangan, dan tungkai. Krusta
kehitaman dan erosi di bibir, konjungtivitis +/+
Diagnosis???
Klasifikasi

Klasifikasi Keterangan
Sindrom stevens johnson Mengenai < 10% area permukaan tubuh (body
surface area= BSA)
Overlapping SJS-TEN Lepasnya epidermis pada 10-30% BSA

Ten Lepasnya epidermis > 30 % BSA

• TEN merupakan bentuk lebih parah dari SJS ditandai dengan ada epidermolisis, dapat
menyebabkan kematian dan ketidakseimbangan elektrolit.
• Memiliki gejala prodormal: sakit berat, demam tinggi, koma, lesi kulit generalisata
Manifestasi klinis
• Gejala prodromal berlangsung 1-14 hari
• Onset tiba-tiba
• TRIAD:
– Lesi kulit
Makula eritema, morbiliform, yang muncul pertama kali pada wajah,
leher, dan badan; papul, vesikel, bula (tanda Nikolsky (+)), erosi,
purpura
– Keterlibatan mukosa
Mukosa mulut (100%), genitalia (50%), anus/hidung (4-8%)
– Gangguan mata
80% konjungtivitis kataralis, ulkus kornea, iritis, iridoksiklitis
SJS pada wajah dan bibir
TEN
135 B. Dermatitis Atopik
• Bayi 6 bulan, bruntus kemerahan di kedua pipi, gatal
• Riwayat atopik pada keluarga (+)
• Status dermatologikus: lesi bilateral asimetris pada kedua pipi
tampak lesi multipel sebagian konfluens dengan ukuran 0,3 x
0,3 x 0,1 cm sampai dengan 4 x 5 x 0,1 cm berbatas tegas.
Sebagian besar berupa makula eritem, papula eritem, plak
eritem skuama, dan erosi
Diagnosis?
DERMATITIS ATOPIK
• Keadaan peradaangan kulit kronis disertai rasa gatal yang
umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak
• Penyakit atopik sekelompok penyakit pada individu
yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarga
• Co : asthma – rhinitis alergi – DA
KRITERIA DIAGNOSTIK
SVENSSON

Kriteria Mayor
• Pruritus
• Morfologi dan distribusi khas
– Likenfikasi fleksuralis pada dewasa
– Lesi pada daerah wajah dan ekstensor bayi
• Dermatitis berulang kronik
• Riwayat atopi pada penderita dan keluarga
DKA
DERMATITIS NUMULARIS
DERMATITIS NUMULARIS
DERMATITIS STATIS
136 B. Mupirocin
• Laki-laki, 4 tahun, keropeng di hidung dan mulut sejak 3 hari lalu
• Status dermatologikus: tampak bula, hipopion, dan apabila kering
terbentuk krusta berwarna kekuningan
• Gram’s stain: ditemukan gram positif
Diagnosis: Impetigo Krustosa
Terapi???
137 A. Eritrasma
• Wanita, 34 tahun, gatal & kemerahan di lipat paha
• Sudah berobat memakai ketokonazol juga
kortikosteroid namun tidak membaik
• PF: plak eritem tipis, berbatas tegas, bentuk ireguler
dengan skuama halus
• Tes KOH (-)
Diagnosis???
Eritrasma Tinea cruris
Erysipelas Selulitis
138 C.Ketokonazol 200 mg, 1x/hari selama 7 hari

• Laki- laki 75 tahun, kulit kering serta gatal pada punggung,


tungkai atas kanan dan kiri serta dada
• PF: lesi hiperpigmentasi, skuama halus, ukuran plakat dan
sebagian berbatas tegas
• Tes KOH: ditemukan spora, blastospora dan hifa
PITYRIASIS VERSIKOLOR
• Infeksi jamur superfisial, disebabkan oleh Malassezia furfur (P.orbiculare/ovale)
• Etiologi Pityriasis Versikolor
Malassezia furfur (P.orbiculare/ovale)
• Faktor Risiko Pityriasis Versikolor

– Kelembaban kulit
– Genetik
– Malnutrisi
– Lingkungan
GAMBARAN KLINIS
• Predileksi: Punggung, dada, lengan
atas & juga bisa pada tempat lain.
• Gatal +/-
• Makula dimulai di sekitar folikel
rambut
• Bermacam-macam warna
• Skuama halus
Treatment
Topikal
• Sampo selenium sulfida 1% & 2,5%, setiap hari selama 2
minggu
• Sampo ketokonazol 2%, 2-3x/minggu selama 2-4 minggu
Sistemik
• Ketokonazol 200 mg/hari, 7-10 hari
• Itrakonazol200 mg/hari, 3-7 hari
• Flukonazol 400 mg dosis tunggal
139 C. MH dengan reaksi tipe 2
• Laki-laki 45 tahun, bentol-bentol kemerahan hampir di
seluruh badan disertai dengan demam dan nyeri di
persendian
• Pasien mengeluh lemah dan nafsu makan menurun
• Sekitar 2 bulan yang lalu pasien didiagnosis MH, MB tipe BL
• Saat ini pasien sedang dalam pengobatan MDT MB
Diagnosis???
Reaksi Kusta
Keterangan REVERSAL ENL

Tipe Kusta BL, BB, BT LL, BL

Reaksi imun Hipsen tipe lambat, biasanya terjadi Humoral, biasanya terjadi pada tahun
oada 6 bulan pertama pengobatan, ke 2 pengobatan, tidak terjadi
terjadi perubahan tipe penyakit perubahan tipe penyakit

Lesi Kulit Lesi >> eritematosa Nodus < >>>


Lesi baru Nyeri, ulserasi

Saraf Membesar Membesar


Nyeri +/- Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/- Gangguan fungsi +/-

Konstitusi Demam ringan Demam ringan – berat


Malese Malese
Reaksi lepra
Perbedaan Reaksi Ringan dan Berat pada
Reaksi Tipe 1 dan 2
Gejala/ tanda Reaksi Tipe I Reaksi Tipe 2
Ringan Berat Ringan Berat
Kulit Bercak: merah, Bercak: merah, tebal, Nodul: merah, Nodul: merah, panas, nyeri yang
tebal, panas, panas, nyeri yang panas, nyeri bertambah parah sampai pecah
nyeri bertambah parah
sampai pecah

Saraf tepi Nyeri pada Nyeri pada perabaan Nyeri pada Nyeri pada perabaan (+)
perabaan (-) (+) perabaan (-)
Gangguan fungsi - + - +
saraf
Keadaan umum Demam (-) Demam (+) Demam (-) Demam (+)

Gangguan pada - - - +
organ lain Terjadi peradangan: Iridosiklitis,
epididimoorckitis, nefritis , limfadenitis
Ganggguan pada tulang, hidung,
tenggorokan
140 D. Krim Benzoil Peroxida 5%
• Laki-laki, 19 tahun, keluhan jerawat yang kadang terasa
nyeri diwajah
• Satu bulan terakhir jerawat bertambah banyak
• Status dermatologikus: lesi multiple, papul eritema,
pustula memenuhi hampir seluruh pipi, komedo tertutup
dan sebagian komedo terbuka
Obat topikal yang diberikan???
Derajat Keparahan Acne

Derajat Predileksi Jumlah lesi Radang


Ringan 1 Sedikit -
>1 Sedikit -
Sedang 1 Sedikit +
1 Beberapa +
1 Banyak -
>1 Beberapa -
Berat >1 Banyak +/-

• Keterangan:
– Lesi sedikit <5 – Radang (-): komedo, papula
– Lesi beberapa 5-10 – Radang (+): pustula, nodus, kista
– Lesi banyak >10
Penatalaksanaan
Prinsip :
• Perbaiki perubahan pola keratinisasi follicular
• Menghilangkan sumbatan
• Pengurangan aktivitas glandula sebasea (mengurangi
sebum)
• Pengurangan populasi bakteri follicular (P.acne)
• Menghasilkan efek antiinflamasi

Tujuan :
• Mencegah timbulnya sikatrik dan mengurangi frekuensi dan
hebatnya eksaserbasi
Penatalaksanaan

1. Menghilangkan sumbatan
• Asam salisilat 0,5-2 % dalam larutan hidroalkoholik
• Asam alfa hidroksi (AHA) 10%
• Benzoil peroksida 2,5-5 %
• Asam retinoid 0,05 % dalam bentuk krim atau gel
• Penelupasan kimia (Chemical peeling) dengan larutan asam
trikhloroasetat 10-30% atau asam glikolat 20-50% dapat diulang setelah 4
mingggu sekali
• Untuk komedo terbuka dapat dilakukan ekstraksi komedo
2. Produksi sebum :
• Anti androgen/ pil KB
• Isotretinoin
• Estrogen

3. Jumlah P.acne (pemberian antibiotik)


• Tetrasiklin 500-1000 mg/hari
• Eritromisin 500-1000 mg/hari
• Doksisiklin 50-100 mg/hari
• Klindamisin 3x150 mg/hari

4. Antiinflamasi
Kortikosteroid topikal (hidrokortison 1-2,5%) atau untuk suntikan intralesi
(triamsinolon asetonid 10 mg/cc).
Treatment Algorithm
Mild Moderate Severe
Comedone Papular/ Papular/ Nodular Conglobata/ fulminant
Pustular PUstular
First Topical retinoid Topical retinoid + Oral antibiotic + topical Oral antibiotic + topical retinoid ± Oral isotretinoin ± oral
topical retinoid ± BPO BPO corticosteroids
antimicrobial

Second Azelaic acid/ Azelaic acid/ Oral antibiotic + topical Oral isotretinoin or oral antibiotic + High dose oral
salicylic acid salicylic acid retinoid ± BPO topical retinoid ± BPO/ azelaic acid antibiotic + topical
retinoid + BPO

Female - - + Oral contraceptive/ anti- + Oral contraceptive/ anti-androgen + Oral contraceptive/


androgen anti-androgen

Invasive Comedone - Comedone extraction Comedone extraction; inttralesional Intralesional


option extraction corticosteroid corticosteroid

Refractory Check compliance Check complience


treatment Exclude gram (-) foliculitis
Females: exclude polycystic ovary syndrome, adrenal or ovarian tumors, congenital adrenal
hyperplasia
Males: exclude congenital adrenal hyperplasia
Adapted from Golnick H et al Management of Acne: A report from a Global Aliance to improve Outcome in Acne 2003
141 C. Dalam 72 jam
• Pria, 65 tahun, beruntus-beruntus berisi cairan jernih di dada kanan
• Keluhan didahului demam, nyeri, dan panas di tempat lesi
• Riwayat cacar (+)
• Status dermatologi: lesi dermatomal setinggi torakal 4 dextra,
multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, bentuk bulat, berbatas
tegas, menimbul, sebagian basah sebagian kering, efloresensi makul
eritem, papul eritem, dan vesikel
Diagnosis: Herpes Zoster
Waktu pemberian obat yang tepat???
Fitzpatrick’s Dermatology 7th ed
142 A. Permetrin
• Anak 1 tahun, bintil-bintil yang terasa gatal di sela-
sela jari tangan dan pergelangan tangan sejak 2 hari
yang lalu
• Terasa lebih gatal pada malam hari
• PF: papul milier (+)
Diagnosis: Skabies
Terapi???
SKABIES

Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi dari
Sarcoptes Scabei

PENULARAN
Langsung (kontak kulit) & tidak langsung (kontak barang)

biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau


kadang-kadang oleh bentuk larva
GEJALA KLINIS

4 tanda kardinal*

Mengenai
Pruritus Terowongan Menemukan
sekelompok
nokturna kanalikulus tungau
orang
*Diagnosis dapat dibuat dengan
menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Treatment
143 B. Gardnerella vaginalis
• Wanita 35 tahun, keputihan yang terasa gatal
• Keputihan banyak dan berwarna putih
• Pemeriksaan venereologi: keputihan warna putih dan
tes amin (+)
Diagnosis: Bacterial vaginosis
Etiologi???
ETIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
VAGINITIS
Infeksi bakteri
• Vaginosis bakterial :
peningkatan bakteri anaerob seperti Gardnerella
vaginalis, mobiluncus, bacteroides
• Pada wanita yang masih aktif berhubungan
• Gejala : duh tubuh vagina ringan/ sedang yang
berbau amis, darah menstruasi berbau abnormal
• Pemeriksaan : duh tubuh vagina tidak banyak,
warna putih keabu-abuan, homogen, cair, biasanya
melekat pd dinding vagina
• Ph >4,5
Laboratory Examination Vaginitis : Bacterial Vaginosis (Amsel
criteria)

Amine Test pH >4.5 Gram stain : “Clue Cells”


“Fishy odor”

− Kriteria diagnosis Amsel


 Duh tubuh
 Amine test  fishy odor
 pH > 4,5
 Pewarnaan gram terdapat clue cell
144. D. Trichomonas vaginalis
KEYWORDS:
• Seorang wanita 40 tahun, P4A0, keluhan keputihan sejak 1 bulan yang
lalu. Keputihan berwarna kekuningan, terasa gatal dan berbau.
Keluhan tidak disertai dengan panas badan.
• Pekerjaan suami adalah supir antar kota  Infeksi Menular Seksual
• Pemeriksaan speculum didapatkan porsio hiperemis (strawberry like
appearance), terdapat cairan kekuningan  TRIKOMONIASIS

• ETIOLOGI?
 
Candidosis
VAGINITIS SERVISITIS
Vaginosis
vulvovagininalis bacterial Trikomoniasis Servisitis gonorrhoe N.S.G.I
Etiologi Candida albicans Gardnerella vaginalis Trichomonas Neisseria Gonorrhoe Chlamydia trachomatis
vaginalis Ureaplasma Urealiticum
Mycoplasma hominis

Klinis Sangat gatal, disuria, Gatal ringan Strawberry Disuria, polakisuria, OUE Dysuria, frequency,
dispareunia, hyperemia, appearance, gatal, merah pyuria, serviks tampak
erosif dysuria, dyspareunia ektopi, eritema, edema

Duh Gumpalan putih seperti Abu-abu, homogen, Lebih encer, Putih Mukopurulen, kuning  purulen atau
tubuh susu kental, bau asam bau amis kehijauan berbuih kehijauan mukopurulen

Lab KOH 10% : blastospora, Clue cell (bakteri Sediaan langsung Gram: gram negatif, Gram : PMN >5/LPB, tidak
pseudohifa mengelilingi epitel (NaCl 0,9%): diplococcus dalam PMN ditemukan diplococcus
vagina), tes amin +, Trikomonas vaginalis intra selular atau gram (-)
pH 4,5-5,5 (protozoa berbentuk ekstraselular
pear, berflagel)

Terapi Mikonazol atau Klotrimazol, Metronidazol 2 gr Metronidazol 2 gr Cefxime 400 mg PO, SD dan Azitromisin 1 gr PO, SD
Kriteria diagnosis Amsel  bacterial vaginosis
 Duh tubuh
 Amine test  fishy odor
 pH > 4,5
 Pewarnaan gram terdapat clue cell
Candidiasis
Trikomoniasis
vulvovaginalis
SERVISITIS
Gonorrhea Nongonorrhea

N. gonorrhoeae C. trachomatis 12.2%-22%


3.9%-16% M. genitalium 5.2%;-11.2%
145. D. Sefiksim 400 mg dosis tunggal
KEYWORDS:
• Seorang laki-laki 36 tahun, keluhan keluar nanah dari kemaluan sejak
2 hari yang lalu disertai rasa panas di bagian distal uretra disekitar
OUE. Nyeri waktu kencing, keluar duh tubuh dari uretra tanpa
disertai darah, dan pasien juga mengeluhkan nyeri pada saat ereksi.
• Pemeriksaan lokalis : dijumpai cairan purulen keluar dari uretra dan
ditemukan mouth fish appearance --> URETRITIS GONORRHEA

• PENGOBATAN?
DUH TUBUH URETRA
URETRITIS GONORRHEA URETRITIS NON GONORRHEA

FAKTOR RISIKO :
1. Mitra Seksual >1 dalam 1 bulan terakhir.
2. Berhubugan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir.
3. Mengalami lebih 1/lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku isteri/mitra seksual berisiko tinggi.

• Neisseria gonorrhea • Chlamidia trachomatis


• Spontaneous, profuse, cloudy, purulent sekret dari • Dysuria (severe)
meatus uretra • Sekret encer atau mukoid dari uretra
• Inflamasi di anterior uretra - sakit saat berkemih, meatus (less purulent, less profuse, less
kemerahan, dan pembengkakan (mouth fish spontaneous)
appearance) • Pemeriksaan penunjang : gram stain (PMN
• Pemeriksaan penunjang : Kultur (Gold standard), Gram >5/LPB)
stain (diplococcus gram negatif dan PMN >5/LPB)
Pengobatan Duh Tubuh Uretra

Pengobatan Uretritis Gonokokus Pengobatan Uretritis Non-Gonokokus

Sefiksim 400 mg, dosis tunggal, per oral Azitromisin 1 g, dosis tunggal, per oral
ATAU ATAU

Levofloksasin* 500 mg, dosis tunggal, per oral Doksisiklin* 2x100 mg, per oral, 7 hari

Pilihan pengobatan lain


Kanamisin 2 g, injeksi IM, dosis tunggal ATAU Eritromisisn 4x500 mg, per oral, 7 hari

Tiamfenikol 3,5 g, dosis tunggal, per oral ATAU  

Seftriakson 250 mg, injeksi IM, dosis tunggal  


146. A. Cefixime 1x400 mg dosis tunggal + Doxycyclin 2x100 mg
selama 7 hari

KEYWORDS:
• Seorang laki-laki 35 tahun, keluhan nyeri saat BAK dan keluar nanah
dari kemaluannya  uretritis
• Pasien bekerja sebagai supir bus antarkota  faktor risiko infeksi
menular seksual
• Dari pewarnaan Gram ditemukan diplokokus intrasel (+)  Nesseria
Gonorrhea

• Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien? GO + non GO


147. B. Haemophillus ducreyi

KEYWORDS:
• Perempuan, 29 tahun, keluhan lecet di kemaluan.
• Pemeriksaan fisik : ulkus dangkal, dan dasar kotor
 ULKUS MOLE

• ETIOLOGI?
  Sifilis stadium 1
ULKUS GENITAL Herpes genitalis Ulkus mole
Etiologi Treponema Pallidum HSV 2 Hemofilus ducreyi
Bentuk Durum: keras, bersih, merah, tidak Ulkus dangkal berkelompok Mole: multiple ulcer, lunak,
ulkus bergaung, tidak nyeri, indurasi di atas dasar eritem kotor, bergaung, tidak teratur

Gejala Klinis SI: ulkus durum  Nyeri Nyeri 


SII: roseola, papul, pustule, kondiloma Riwayat rekurensi (+)
lata
SIII: guma
S kongenital

Lab -Pemeriksaan langsung − Serologis : IgM anti − Pewarnaan gram: terlihat


-STS (serologic Test Sifilis) ada yang HSV2 dan IgG anti HSV2 gram ngetif coccobasil
nontreponemal yaitu VDRL, RPR, − Tes Tzank : sel raksasa “school of fish pattern” atau
Wasserman dan berinti banyak “rail road tract”
Treponemal: TPI, FTA-Abs, TPHA − PCR
− Kultur

Terapi SI: penicillin G benzatin 2,4 juta iu, IM, Inisial : Asiklovir 5x200mg Siprofloksasin* 2x500 mg, PO,
dosis tunggal, ATAU selama 7 hari selama 3 hari, ATAU
Penisilin prokain 600.000 u, IM, Rekuren : Asiklovir 5x200mg Eritromisin base 4x500 mg PO,
selama 10 hari selama 5 hari selama 7 hari, ATAU
ULKUS GENITAL
Genital herpes Syphilis Chanroid
HSV 1&2 T. pallidum H. ducreyi

19-39% 32-35% 20-60%


148. E. VDRL
KEYWORDS:
• Wanita 20 tahun, keluhan timbul bercak merah pada seluruh tubuh sejak
1 minggu yang lalu. Keluhan kulit tidak disertai rasa gatal  SIFILIS
SEKUNDER
• Sebelumnya pasien mengalami luka lecet yang tidak nyeri pada bibir
kemaluan sekitar 7 minggu yang lalu dan. sembuh dengan sendirinya 
ULKUS DURUM

• Apakah pemeriksaan penunjang serologis yang paling tepat dilakukan


pada pasien ini pada tahap awal?
  Sifilis stadium 1
Etiologi Treponema Pallidum
Bentuk ulkus Durum: keras, bersih, merah, tidak bergaung, tidak nyeri,
indurasi
Gejala Klinis SI: ulkus durum
SII: roseola, papul, pustule, kondiloma lata
SIII: guma
S kongenital
Lab -Pemeriksaan langsung
-STS (serologic Test Sifilis) ada yang nontreponemal yaitu
VDRL, RPR, Wasserman dan
Treponemal: TPI, FTA-Abs, TPHA

Terapi SI: penicillin G benzatin 2,4 juta iu, IM, dosis tunggal, ATAU
Penisilin prokain 600.000 u, IM, selama 10 hari
SII: penicillin G benzatin 7,2 juta iu
SII: penicillin G benzatin 9,6 juta iu
Syphilis SIFILIS SEKUNDER
T. pallidum
149. B. Krioterapi
KEYWORDS:
• Pria 28 tahun, riwayat pekerjaan supir kontainer  faktor risiko
• Keluhan : benjolan seperti daging bergerombol di kemaluannya. Hal
ini timbul kurang lebih sejak 6 bulan yang lalu  CONDYLOMA
ACCUMINATA
• Penderita mempunyai kebiasaan berganti-ganti partner seks  faktor
risiko

• Tatalaksana lini pertama untuk penyakit pasien ini adalah...


KONDILOMA AKUMINATUM
DEFINISI: PREDILEKSI:
• Penyakit menular seksual • Daerah lipatan yang lembab.
yang diakibatkan oleh
human papilloma virus tipe GEJALA KLINIS:
6 dan 11 , yang vegetasinya • Vegetasi bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika
bertangkai dan berjonjot
telah lama berwarna agak
(beberapa lesi bergerombol kehitaman. Beberapa lesi
berbentuk seperti kembang bergerombol berbentuk seperti
kol). kembang kol.
PENUNJANG : TATALAKSANA :
• Pemeriksaan histologi • Krioterapi  first line
• Acetowhite 5% • Kemoterapi
• kolposkopi (podofilin15-25%)
• Elektrokauter
• Eksisi
• Laser
150. C. Permetrin 1%
KEYWORDS:
• Seorang pekerja seks komersial berusia 19 tahun
mengeluhkan bruntus kemerahan serta bercak bintik
berwarna kebiruan yang terasa gatal di daerah kemaluannya.
Selain itu ditemukan kutu di kemaluannya  PEDICULOSIS
(PTHIRIASIS)PUBIS

• Apakah terapi topikal yang paling tepat untuk kasus tersebut?


PEDIKULOSIS
P. Kapitis P. Korporis P. pubis
Etiologi Pedikulus humanus Pedikulosis humanus korporis Phtirus pubis
kapitis
Insidens Anak - anak Wanita 15 - 19 tahun,
termasuk PMS
Predileksi Oksipital, post aurikuler kulit disekitar lipatan baju atau Pubis
celana, ditularkan melalui pakaian &
alat tidur.

Gejala Rambut penuh eksudat, Makula  papula terasa gatal  Sangat gatal, dijumpai bercak
klinis kusam & infeksius digaruk  infeksi sekunder kebiruan disebut makula
karena digaruk Kadang-kadang ditemukan telur & serulae / blue sky spot, black
tungau di lipatan baju dot pada pakaian dalam

Pengobatan Malathion 0,5 – 1 % Permetrin 5% Lindane shampoo 1%


Lindane shampoo 1% EBB 25% Permetrin 1%
151. D. Skizofrenia paranoid
KEYWORDS:
• Laki-laki 35 tahun, sering berbicara kacau, mengamuk, dan merusak toko
tetangganya  GADUH GELISAH
• Enam bulan yang lalu pasien mengalami kerugian, pasien kecewa dan merasa semua
ini adalah konspirasi antar pedagang yang tidak sehat, pasien merasa diguna-guna
tetangganya  DELUSION OF INFLUENCE
• Merasa ada yang ingin membunuhnya  WAHAM KEJAR
• Mendengar bisikan-bisikan yang selalu mengancamnya  HALUSINASI AUDITORIK
• Sejak saat itu pasien selalu waspada, tidak mau keluar rumah dan tempat umum,
rumah dan tokonya digembok dengan rantai.

• DIAGNOSIS?
Diagnosis berdasarkan PPDGJ III
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

(a)- Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan; walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya
(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya”: secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus);
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat
(c) Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara),atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa ( misanya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhuk asing dari dunia lain)
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tifak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negetivisme, mutisme, dan stupor;
h) gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;`
• Adanya gejala- gejala khas tersebut diatas telat berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodormal);
• Harus ada suatu perubah yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial.
Pedoman Diagnosis PPDGJ III – Skizofrenia Paranoid
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Sebagai tambahan :
– Halusinasi dan/atau waham yang harus menonjol
(a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing)
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion on influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas
– Gangguan afektif, dengan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
152. B. Clorpromazin
KEYWORDS:
• Laki-laki 25 tahun, suka mengurung diri di rumah  gejala negatif
skizofrenia
• Pasien sering terlihat bicara sendiri, katanya dia sedang berbicara
dengan bayangan orang yang dikhayalkannya. Pasien merasa
orangtua dan tetanggalnya sering membucarakannya, mengolok-
ngolok dan ingin membunuhnya gejala positif skizofrenia
• Apakah tatalaksana yang sesuai untuk kasus diatas?
PSIKOFARMAKA SKIZOFRENIA
• OBAT ANTI PSIKOSIS TIPIKAL (co: clorpromazine, haloperidol)
Untuk individu dengan dominan gejala POSITIF, seperti inkoherensi,
waham, halusinasi, gangguan perasaan, perilaku yang aneh atau
tidak terkendali.

• OBAT ANTI PSIKOSIS ATIPIKAL (co: clozapine, risperidon, quetiapine)


Untuk individu dengan dominan gejala NEGATIF, seperti afek
tumpul, menarik diri, apatis, gangguan proses pikir, isi pikiran yang
stereotip dan tidak ada inisiatif, abulia
153. C. Bipolar dengan episode ini manik dengan gejala psikotik

KEYWORDS:
• Perempuan 30 tahun, keluhan tidak bisa tidur. Sedang menyusun acara melukis
murid seminggu terakhir namun belum selesai. Kepala sekolah menyuruh
istirahat namun pasien malah mengomel dan marah-marah serta merasa hanya
dia yang bisa menyelesaikan tugas tersebut  iritabilitas dan harga diri yang
membumbung
• Pasien sering membeli alat lukis dan kemudian memberikannya pada murid
yang ditemuinya sambil mengatakan bahwa hasil karya pasienlah yang
terhebat  WAHAM KEBESARAN
• Pasien sebelumnya bersedih selama kurang lebih 2 minggu karena ditinggalkan
suami bertugas ke luar kota  sebelumnya depresi
• DIAGNOSIS?
GANGGUAN AFEKTIF
SKIZOAFEKTIF BIPOLAR
• Gejala-gejala defenitif
adanya skizofrenia dan
gangguan afektif sama-
HIPOMANIA
sama menonjol pada saat
yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari yang
satu sesudah yang lain. ●
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania. Afek
yang meninggi atau berubah disertai peningkatan
aktifitas, menetap sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut pada suatu derajat intensitas dan yang
bertahan melebihi apa yang digambarkan siklotimia, dan
tidak disertai halusinasi atau waham

Pengaruh nyata kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial
MANIA TANPA GEJALA PSIKOTIK MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK


Episode harus sekurang-kurangnya 1 minggu ●
Gambaran klinis merupakan bentuk
dan cukup berat sampai mengacaukan mania yang lebih berat
seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan ●
Harga diri yang membumbung dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.’ gagasan kebesaran yang dapat

Perubahan afek harus disertai dengan energi berkembang menjadi waham kebesaran,
yang bertambah sehingga terjadi akititas iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham
berlebihan, percepatan dan kebanyakan kejar. Waham dan halusinasi sesuai
bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide- dengan keadaan afek tersebut (mood
ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik. congruent)
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
EPISODE KINI HIPOMANIK EPISEODE KINI MANIK TANPA GEJALA
• Episode yang sekarang harus PSIKOTIK
memenuhi kriteria untuk hipomania; • Episode yang sekarang harus memenuhi
dan kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik;
• Harus ada sekurang-kurangnya satu dan
episode afektif lain (hipomanik, • Harus ada sekurang-kurangnya satu episode
manik, depresif, atau campuran) di afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau
masa lampau campuran) di masa lampau

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA


PSIKOTIK
• Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik; dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,
atau campuran) di masa lampau
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE
EPISODE KINI DEPRESI RINGAN ATAU KINI DEPRESI BERAT TANPA GEJALA
SEDANG PSIKOTIK
• Episode yang sekarang harus memenuhi • Episode yang sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif ringan atau kriteria untuk depresi berat tanpa gejala
sedang; dan psikotik; dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu • Harus ada sekurang-kurangnya satu episode
episode afektif lain (hipomanik, manik, afektif lain (hipomanik, manik, atau
atau campuran) di masa lampau campuran) di masa lampau

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESI BERAT DENGAN


GEJALA PSIKOTIK
• Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresi berat dengan gejala
psikotik; dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, atau
campuran) di masa lampau
154. E. SSRI
KEYWORDS:
• Laki-laki 47 tahun, keluhan sakit kepala  gejala anxietas
• Sering terbangun, sulit konsentrasi, nafsu makan berkurang,
mudah tersinggung dan minat kerja berkurang  gejala depresi
• Dirasakan sejak 1 bulan yang lalu setelah pasien dipindahtugaskan
dari kota Batu Belah. 20 tahun yang lalu pasien pernah mengalami
keluhan serupa ketika ibunya meninggal dunia  GANGGUAN
PENYESUAIAN
• Terapi psikofarmaka manakah di bawah ini yang paling tepat?
GANGGUAN PENYESUAIAN
PEDOMAN DIAGNOSTIK:
• Adanya faktor kejadian, situasi, yang “stressful”, atau krisis kehidupan harus jelas
dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak
mengalami hal tersebut.
• Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas,
campuran anxietas depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas
dalam kegiatan rutin sehari-hari.
• Onset terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang stressful dan gejalanya
tidak bertahan melebihi 6 bulan

TERAPI : SSRI (co: fluoxetin)


155. E. Haloperidol 2 mg IV
KEYWORDS:
• Laki laki berusai 28 tahun, keluhan gaduh gelisah, pasien
sering membanting barang, tidak bisa tidur dan bicara
kacau. Tidak ada riwayat penyalahgunaan zat 
DELIRIUM

• Pada tindakan awal obat apa yang diberikan pada pasien?


DSM V
Pedoman Diagnosis PPDGJ III
• Gangguan pemusatan, pertahanan, dan pengalihan pikiran
• Gangguan fungsi kognitif dengan atau tanpa waham disertai hendaya daya
ingat segera dan jangka pendek, serta disorientasi waktu, tempat dan orang
• Timbul gangguan psikomotor baik hipoaktivitas maupun hiperaktivitas
• Gangguan siklus tidur-bangun,insomnia, mengantuk pada siang hari, mimpi
yang menganggu
• Gangguan emosional seperti depresi, ansietas, mudah marah,euforia, dan
apatis
• Awitan berlangsung cepat dan keadaan tersebut berlangsung kurang dri 6
bulan
TERAPI:
• Haloperidol injeksi 2-5 mg IntraMuskular (IM)/
IntraVena (IV). Injeksi dapat diulang setiap 30
menit, dengan dosis maksimal 20 mg/hari.
156. E. DISTONIA
KEYWORDS:
• Perempuan 32 tahun, kontrol ke poli jiwa atas penyakit
skizofrenianya. Ketika kontrol, pasien diberikan tambahan
obat karena keluhannya tidak membaik. Setelah obat
diminum 3 hari, muncul keluhan mata mendelik, melotot
ke atas dan leher terpluntir ke samping.

• NAMA KELAINAN?
EFEK SAMPING ANTI PSIKOTIK
Gerakan motorik abnormal (mengecap-ngecap bibir, menghisap, dan mengerutkan
Diskinesia Tardif

wajah atau meringis), gerakan koreoatenoid .

Ketidakmampuan pasien untuk duduk diam, sering merubah-rubah posisi ketika


Akatisia

sedang duduk, kalan di tempat, kaki tidka bisa diam, pasien merasa gelisah.

Distonia akut Spasme otot yang menetap atau intertermiten : opistotonus, rigiditas otot-otot belakang, tortikolis leher,

spasme pada sebelah atau kedua mata sehingga mata mendelik keatas, protrusi lidah, distonia laring

Rigiditas, bredikinesia, tremor, muka topeng, berjalan dengan menyeret kaki,


Parkinsonism

seperti robot
157. B. Heroine withdrawal
KEYWORDS:
• Laki-laki 21 tahun, dibawa ke IGD karena diare dan muntah.
Pasien akhir-akhir ini jarang keluar dari rumah. Saat ini merasa
cemas dan khawatir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 170/110 mmHg, frekuensi nadi 110 kali/menit, frekuensi
nafas 20 kali/menit kedalaman cukup, pupil midriasis, otot
berkedut selama dua jam, dan ingus terus keluar.

• Kemungkinan yang terjadi pada pasien ini?


• Alcohol withdrawal
Automatic hyperactivity (berkeringat, takikardia, takipnea, hiperpireksia), tremor, insomnia,
mual atau muntah, halusinasi, ilusi, agitasi psikomotor, ansietas, kejang tonik-klonik
• Heroine withdrawal
Mood disforia (perasaan yang tidak menyenangkan), mual atau muntah, diare, demam,
kedutan otot, lakrimasi atau rinorea, dilatasi pupil, piloereksi, hipertensi, takikardia,
berkeringat, insomnia
• Coccaine withdrawal
Lelah, letih, mimpi buruk yang tampak nyata, insomia atau hipersomnia, meningkatnya nafsu
makan, retardasi psikomotor atau agitasi
• Benzodiazepine withdrawal
gemetaran, kelemahan, mual dan muntah, hipotensi ortostatik, takikardia, hiperefleksia,
diaforesis, hiperpireksia
• Phencyclidine intoxication
Impulsif, nistagmus vertikal atau horizontal, hipertensi atau takikardia, kebas, ataksia, disartria,
kekakuan otot, kejang atau koma, hiperakusis
158. D. Masokisme
KEYWORDS:
• Laki-laki 45 tahun
• Pasien memasukkan kawat timah melalui lubang kencingnya. Saat
kawat ditarik keluar, timbul rasa sakit, dan berdarah 
menimbulkan rasa nikmat
• Sejak satu tahun ini kadang-kadang ia mengikat penisnya dengan tali
atau menusukkan penisnya dengan kawat sampai berdarah.

• GANGGUAN?
GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL

Mengandalkan pada beberapa benda mati sebagai
Fetihisme rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan
memerikan kepuasan seksual.

Transvestisme ●
Pria lebih menyukai untuk mengenakan pakaian wanita,
atau pada kasus yang lebih jarang, wanita lebih menyukai
Fetihisme mengenakan pakaian pria.


Kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual
Pedofilia dengan anak kecil.

Seseorang (biasanya laki-laki) memamerkan alat
Eksihibisionisme kelaminnya kepada orang lain yang sama sekali
tidak menduga hal ini akan terjadi .


Seseorang akan terangsang jika melihat orang lain
Voyeurisme yang menanggalkan pakaiannya, telanjang atau
sedang melakukan hubungan seksual.


Masokisme : kenikmatan seksual yang diperoleh jika penderita secara fisik
Masokisme dan dilukai, diancam atau dianiaya.

Sadisme : kenikmatan seksual yang diperoleh penderita jika dia
Sadisme menyebabkan penderitaan fisik maupun psikis pada mitra seksualnya.
159. D. Hipokondriasis
KEYWORDS:
• Perempuan 35 tahun, keluhan dadanya sakit seperti tertekan
dan terikat, terkadang timbul perasaan nyeri di dada sebelah
kiri, sering gelisah, jantung berdebar, dan sering mengeluarkan
keringat dingin. Pada pemeriksaan penyakit dalam, neurologis,
EEG, EKG, dan rontgen paru-paru tidak ada kelainan.

• Apakah diagnosis yang paling mungkin?


Pedoman Diagnosis PPDGJ III Gangguan Hipokondriasis

• Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:


a)Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik
yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun
pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik
yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
b)Tidak mau menerima nasihat atau dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan-keluhannya.
Pedoman Diagnosis PPDGJ III Gangguan somatisasi

• Diagnosis pasti memerlukan semua hak berikut :


(a) Adanya banyak keluhan fisik yang bermacam macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun;
(b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ada kelaian fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya
(c) Terdapat disabilititas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkatan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
160. C. Proyeksi
KEYWORDS:
• Wanita, keluhan marah-marah karena mendapati suaminya
selingkuh dengan perempuan lain. Istri melihat SMS mesra
di telefon genggam suaminya. Suami mengaku bahwa hal
tersebut tidak terjadi. Pasien merasa suaminya akan
menceraikannya, namun suaminya menyangkal.

• Apa yang dilakukan untuk pembelaan pada pasien tersebut?


MEKANISME DEFENSI
• SUBLIMASI
Mengganti dorongan-dorongan atau harapan-harapan yang tidak dapat diterima
oleh alam sadar dengan alternatif lain yang dapat diterima secara sosial.
• PROYEKSI
Mekanisme pertahanan diri dimana impuls yang menyebabkan kecemasan
dikeluarkan dengan cara mengarahkan kecemasan tersebut ke orang lain.
• INTROYEKSI
Individu dapat menyingkirkan ketakutan terhadap seseorang dan impuls-impuls
permusuhan terhadapnya dengan cara mengambil alih (memasukan kedalam diri)
sifat-sifat orang tersebut.
• DISPLACEMENT
Pengalihan merupakan bentuk pertahanan diri menghadapi anxietas adalah
dengan cara memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek
yang lebih aman hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya. contohnya,
seorang mahasiswa yang dimarahi dosennya karena telat mengumpulkan
tugas, akan mencoba mencari bentuk pengalihan seperti bermain tinju
untuk melampiaskan amarahnya, atau bermain game.
• REPRESI
Seseorang berusaha sekuat mungkin untuk melupakan dorongan yang
harus dipuaskan sebagai sesuatu yang tidak pernah ada
161. C. Aritmia ventrikular
KEYWORDS:
• Seorang teknisi listrik meninggal setelah tersengat
listrik saat memperbaiki instalasi listrik di sebuah
pabrik.

• Mekanisme kematian yang paling mungkin adalah…


KEMATIAN
• Cause : Disease or Injury
– Contoh: Diabetes, Gagal Jantung, cedera

• Mechanism : Mekanisme gangguan fungsi fisiologis dalam


tubuh yang disebabkan cause of death
– Contoh: asfiksia, sepsis, disritmia

• Manner : Cara kematian


– Natural, homicidal, suicidal dan kecelakaan
Luka akibat Arus Listrik
• Luka akibat arus listrik AC (bolak balik) lebih fatal dibanding DC (searah)
• Electric Mark berbentuk bulat atau oval, dengan bagian datar ditengah (pucat) dan
dikelilingi bagian yang menimbul disekitarnya menunjukan pelebaran pembuluh
darah (hiperemis)
• Faktor yang mempengaruhi: intensitas (diatas 25 mA), tegangan/voltase (makin
rendah makin fatal), resistensi, arah aliran dan waktu
• Bisa terjadi endogenous burn buka tubuh kontak dengan arus listrik dalam waktu
yang lama atau exogenous burn bila pada benda berarus tinggi
• Mekanisme kematian pada luka akibat arus listrik :
Fibrilasi ventrikel (paling sering)
Paralisis pernafasan (akibat asfiksia traumatik) 
sianosis dan ptechiae hemorrhage, hal ini terjadi
bila melalui otak dan menetap
162. E. Ejakulat di vagina
KEYWORDS:
• Seorang wanita usia 25 tahun dibawa ke IGD oleh polisi karena
diduga korban pemerkosaan. Penyidik meminta dilakukan
pemeriksaan terhadap korban untuk dibuat visum et repertum.
Dokter mencari bukti tanda persetubuhan langsung dengan
melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan daerah anogenital, dan
pemeriksaan penunjang.

• Apakah temuan yang menjadi parameter?


PEMERKOSAAN
PEMERIKSAAN KORBAN PERKOSAAN:
Dua aspek yang perlu diperhatikan :
• Mengumpulkan bukti-bukti persetubuhan :
- Robekan selaput dara
- Ada cairan mani dan atau sel mani  tanda pasti
•  Mencakup tanda-tanda kekerasan
-  Riwayat kehilangan kesadaran
-  Luka-luka
PEMERIKSAAN FISIK :
• Pakaian : apakah dalam keadaan rapi atau tidak, terdapat robekan lama atau
baru, kancing terputus, bercak darah, air mani dan ada atau tidaknya trace
evidence.
• Pemeriksaan tubuh : pemeriksaan umum, cara berjalan, adakah tanda-tanda
bekas kehilangan kesadaran, keadaan emosional, apakah dalam pengaruh obat
penenang, narkotika dan minuman keras, tanda perkembangan alat kelamin
sekunder, tinggi dan berat badan, perkiraan umur, luka-luka seluruh tubuh.
• Mulut : bekas pembungkaman. Leher : bekas cekikan.
• Payudara : bekas gigitan dan remasan.
• Lengan : bekas tangisan, bekas suntikan di lekuk siku dan punggung tangan.
Kuku jari tangan diperiksa apakah yang patah (merupakan petunjuk bahwa
wanita telah melakukan perlawanan).
• Paha : adanya kekerasan pada bagian medial akibat
merenggangkan kedua paha yang dihimpitkan korban.
• Daerah genital : ada tidaknya rambut asing pada
kemaluan, rambut kemaluan yang saling melekat
menjadi satu karena air mani yang mengering, bercak
air mani di sekitar alat kelamin.
Vulva : tanda-tanda bekas kekerasan seperti hiperemi,
edema, memar, luka lecet (goresan kuku).
Introitus vagina : hiperemi atau oedema.
Jenis selaput dara : bentuknya utuh atau
menunjukkan suatu celah, ada tidaknya ruptur, baru
atau lama.
• Pemeriksaan kehamilan dan toksikologi terhadap urin
dan darah dilakukan bila ada indikasi.
Pemeriksaan pria tersangka :
• Pakaian : bercak semen dan darah. Bercak semen tidak
mempunyai arti dalam pembuktian. Darah mempunyai nilai
karena kemungkinan berasal dari darah deflorasi.
• Pemeriksaan adanya sel epitel vagina pada gland penis.
• Pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya
penyakit kelamin
163. A. 0-1 jam sebelum pemeriksaan kaku
KEYWORDS:
• Pada pemeriksaan jenazah, dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut: kaku mayat belum ada, jenazah
belum tampak tanda-tanda pembusukan.

• Kapan perkiraan waktu kematian jenazah?


KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
 hilangnya kelenturan otot akibat habisnya ATP dan cadangan glikogen, sehingga aktin dan miosin
menggumpal.

 Belum kaku : 0-1 jam


 Sebagian tubuh : 1-4 jam
(muka); 3-6 jam (ekstremitas)
 Seluruh tubuh : 3-36 jam
 Belum lengkap : 1-12 jam
 Kaku lengkap : 12-36 jam
 Mudah dilawan : 1-12 jam
24-36 jam
 Sukar dilawan : 12-24 jam
Pembusukan (Decomposition)

• Definisi : proses degradasi jaringan karena autolisis protein


dan aktifnya bakteri pembusukan (co: Clostridium welchii)

• Diawali dengan warna kehijauan diperut kanan


bawah(pembentukan sulf-Hb) pada 24 jam  terbentuk gas
(ada krepitasi)  gelembung pembusukan
164. D. Melakukan seluruh prosedur pemeriksaan terhadap
pasien dan korban, melakukan pengobatan yang
diperlukan dan membuat resume/ rangkuman medis

KEYWORDS:
• Seorang pasien usia 25 tahun laki-laki datang dengan keluhan
menjadi korban pemukulan, tampak luka tertutup pada pipi kanan
berwarna kemerahan, pasien datang dengan sendiri dan minta
dibuat virsum et repertum. Hasil pemeriksaan didapatkan
kesadaran baik, perdarahan tidak ada.

• Apa tindakan yang paling tepat yang akan anda lakukan?


PERMOHONAN VISUM ET REPERTUM
Tertulis oleh penyidik Harus diserahkan Bukan sesuatu Permintaan diajukan
sendiri oleh petugas peristiwa yang telah kepada dokter ahli
kepolisian, lampau kedokteran
Dan korban yang kehakiman, dokter
masih hidup harus atau ahli lainnya
diantar oleh petugas
165. C. Pembekapan
KEYWORDS:
• Seorang bayi ditemukan di tempat pembuangan sampah oleh polisi. Pada
pemeriksaan ditemukan luka lecet berbentuk bulan sabit di sekitar mulut,
hidung dan pipi, luka lecet berwarna kemerahan, perabaan kasar. Memar
ditemukan disekitar luka lecet dan selaput mukosa bibir  TANDA
PEMBEKAPAN
• Wajah tampak gelap, sklera mata merah, mukosa bibir dan ujung jari kebiruan.
Ditemukan bendungan pembuluh darah di semua organ dalam  TANDA
ASFIKSIA

• Pola luka pada jenazah bayi tersebut kemungkinan adalah akibat...


TANDA KLASIK ASFIKSIA
• Kongesti pada wajah
• Oedema pada wajah
• Busa halus pada hidung dan mulut
• Sianosis atau kebiruan pada kulit (terutama kepala dan leher)
• Perdarahan petechiae pada mata dan kulit. Bila petechiae ditemukan
pada plera paru, epicardium dan thymus  Tardieu spots
(Bernard-Knight, 2001)
Smothering (Pembekapan)
• Tanda-tanda kekerasan, tergantung dari jenis benda dan
kekuatannya.
• Luka lecet geser atau lecet tekan (misalnya jejas kuku jari
tangan) pada hidung, pipi, bibir, dagu.
• Luka memar pada kepala bagian belakang, daerah wajah,
mulut, gusi bagian dalam.
• Sebab kematian asfiksia.
Manual Strangulation/Throttling
• Luka lecet ukuran kecil-kecil berbentuk bulan sabit pada leher.
• Luka memar pada kulit dan otot
leher.
• Patah tulang lidah.
• Patah tulang rawan gondok.
• Kongesti pada kepala dan leher.
• Sebab kematian:
1. Asfiksia
2. Vagal refleks
166. C. Tenggelam
KEYWORDS:
• Warga Desa Cimenteng menemukan mayat tersangkut di pinggir
sungai dengan tangan terikat dan luka di bagian kepala. Pada hidung
mayat terdapat gelembung-gelembung udara yang mudah pecah
• Didapatkan adanya lumpur dan air pada saluran pernafasan saat
masuk kedalam air, korban masih hidup  meninggal karena
TENGGELAM

• Penyebab kematian adalah...


KEMATIAN
• Cause : Disease or Injury
– Contoh: Diabetes, Gagal Jantung, cedera

• Mechanism : Mekanisme gangguan fungsi fisiologis dalam


tubuh yang disebabkan cause of death
– Contoh: asfiksia, sepsis, disritmia

• Manner : Cara kematian


– Natural, homicidal, suicidal dan kecelakaan
DROWNING
AIR TAWAR AIR LAUT
Fibrilasi ventrikel Edema pulmonal
Penurunan tekanan darah Hemokonsentrasi
Peningkatan kalium Hipovolemi
Kenaikan kadar magnesium darah
Peningkatan natrium
Pemeriksaan luar:
– Pakaian basah
– Cutis anserina
– Washer’s woman hand
– Cadaveric spasm
– Buih halus dari mulut dan hidung
biasanya berwarna putih
Pemeriksaan dalam:
– Trakea dan bronkus terdapat buih
– Emphysema aquosum
– Lambung terdapat air, pasir, benda lain
– Gambar bercak paltauf (ungu, berbatas tegas) akibat
pecahnya alveoli pada permukaan paru
– Benda air (diatome) pada paru-paru, darah, ginjal, tulang
167. D. Uji dilusi alkali
KEYWORDS:
• Seorang wanita ditemukan tertunduk lemas di dalam mobil dengan mesin
menyala dan jendela tertutup rapat. Sebelumnya ia masih terlihat sehat
dan masih aktif bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan asuransi.
Saat dilakukan pemeriksaan, nadi karotis masih teraba kuat dan masih
bernafas spontan. Ia mengeluhkan sakit kepala, lemas, pusing, dan
pandangan kabur  SUSPEK KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

• Salah satu jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosis pasien adalah...
KERACUNAN
Tanda :  Kematian yang berlangsung
lambat
 Kematian yang berlangsung
• Arsen : pigmentasi,
cepat hiperkeratosis, rontok rambut
kongesti alat dalam, edema • CO : perlunakan atau gambaran
paru-otak-ginjal, tanda honey comb appearance pada
korosif, bau khas hidung globus palidus, perdarahan
berbintik, ring hemorrhage
mulut, lebam mayat yang
pada otak
khas • Alkohol : sirosis hati,
perdarahan saluran cerna
Pemeriksaan jenazah korban keracunan :
• Lebam mayat : • Bau dari mulut dan hidung :
Merah terang : CO, HCN, kontak dengan Bau amandel : HCN
benda suhu dingin Bau minyak tanah : insektisida
Coklat kebiruan : anilin, nitrobenzena, Bau kutu busuk : malation
kina, kalium klorat Amonia, alkohol, lisol, eter, kloroform
Hijau : H2S
• Kelainan lain
• Warna bercak dan kulit disekitar mulut:
Bekas suntikan : narkotika
Hitam : iodium
Skin blister : narkotika, barbiturat, CO
Kuning : nitrat
Kulit kuning : fosfor, tembaga,
Luka bakar merah-cokelat (zat korosif) chlorinated-hydrocarbon insecticide
Pemeriksaan penunjang
Uji periksa CO :
• Uji dilusi alkali
• Uji formalin

Uji periksa HCN :


• Uji kertas saring
168. A. Otitis eksterna
KEYWORDS:
• Perempuan 20 tahun, keluhan nyeri pada telinga kanan,
penurunan pendengaran. Keluhan timbul setelah pasien
membersihkan liang telinganya sendiri. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan tragus, nyeri tarik aurikula, liang
telinga luar edema, dan membran timpani sulit dinilai.

• DIAGNOSIS?
OTITIS EKSTERNA
DEFINISI : FAKTOR PREDISPOSISI :
• Radang pada liang telinga • Perubahan pH dalam
• Akut atau kronis telilnga
• Udara hangat dan lebab
• Akibat infeksi bakteri (S.
• Trauma ringan saat
aureus, Pseudomonas
mengorek telinga
aeruginosa), virus, jamur
• Maserasi telinga
• Tidak adanya serumen
Otitis Eksterna Akut Sirkumskripta Otitis Eksterna Akut Difusa

Swimmer’s ear
Infeksi pada pilosebasea di kulit 1/3 luar Infeksi pada kulit 2/3 dalam liang telinga
liang telinga
•Folikulitis  furunkel atau abses • Liang telinga hiperemis dengan edema
• Otalgia hebat : saat penekanan tidak berbatas tegas
perikondrium dan sat membuka mulut • Otalgia
• Rangguan pendengaran  jika furunkel • Gatal di liang telinga
besar • Nyeri tekan tragus
• Otorea  jika abses ruptur • Nyeri saat menarik daun telinga ke atas
dan ke belakang
169. D. Otitis media akut fase supuratif
KEYWORDS:
• Anak 7 tahun, keluhan nyeri telinga kiri sejak kemarin. Empat
hari lalu pasien menderita batuk pilek namun tidak diberikan
obat apa-apa. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan demam (+).
• Pemeriksaan telinga : membran timpani intak, hiperemis,
bulging, dan didapatkan supurasi telinga tengah  OMA
stadium supurasi

• DIAGNOSIS?
OTITIS MEDIA AKUT

DEFINISI : ETIOLOGI :
• Radang telinga tengah • S. pneumoniae (40%)
• Akut <3 minggu • H. influenza (25-30%)
• Gangguan pertahanan
tubuh pada silia mukosa FAKTOR RISIKO :
tuba eustachius.
• Usia , anak-anak
• Riwayat infeksi saluran nafas
atas
• Penyakit hidung/sinus
Stadium OMA :
1. Oklusi tuba 2. Hiperemis 3. Supurasi 4. Perforasi 5. Resolusi

• Retraksi MT • MT hiperemis • MT bulging • Ruptur MT • Otorea


• MT normal/putih • Edema MT • Sekret eksudat • Otorea berkurang 
pucat • Telinga terasa purulen • Demam kering
• Telinga terasa penuh • otalgia berat turun
penuh • Otalgia •Demam
• Otalgia • Pendengaran • gelisah
• Pendengaran menurun
menurun
170. B. Otosklerosis
KEYWORDS:
• Wanita 29 tahun, keluhan kedua telinga berkurang
pendengarannya. Penurunan pendengaran sudah dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu, semakin lama semakin berat. Pasien
berbicara dengan suara pelan meski di tempat yang ramai.
Pasien juga sering merasa pusing dan telinga berdenging.

• DIAGNOSIS?
OTOSKLEROSIS
• Kelainan herediter
• Stapes kaku karena pertumbuhan
tulangnya yang berlebihan
penghantaran getaran suara ke
labirin terganggu TULI
KONDUKTIF PROGRESIF
• Tinnitus, kadang vertigo
• Usia dewasa muda
• Bilateral
Pemeriksaan otosklerosis :
• OTOSKOPI
– Biasanya normal :MT intak, tuba
eustachius paten
– Bisa ditemukan Schwartze’s sign
(pelebaran pembuluh darah
promontium MT hiperemis)
• TIMPANOMETRI
– Fungsi middle ear normal
• AUDIOMETRI
– Tuli konduktif
– Bisa menjadi tuli sensorineural jika sudah
terkena koklea
TIMPANOSKLEROSIS
= myringosclerosis /
intratympanic
tympanosclerosis
• Kalsifikasi jaringan di telinga
tengah dan membran
timpani
• E.c trauma membran
timpani, post OMA / OMSK
171. D. Otitis media efusi

KEYWORDS:
• Anak 8 tahun mengeluh telinga terasa penuh
sejak sehari lalu.
• Demam disangkal pasien, dan tidak terdapat
cairan keluar dari telinga  x OMA atau
OMSK
• Pasien mengeluh sering mengalami alergi
OTITIS MEDIA EFUSI
Sinonim : Otitis media serosa FAKTOR PREDISPOSISI :
• Sumbatan tuba
DEFINISI :
• Alergi
• Akumulasi sekret non
purulen di telinga tengah • Infeksi virus
• Membran timpani utuh • Barotrauma
• Tanpa gejala dan tanda
radang atau infeksi
Klasifikasi OME :
Otitis Media Serosa Akut Otitis Media Serosa Kronik

Gejala • Penurunan pendengaran • Penurunan pendengaran


• Rasa penuh ditelinga lebih berat
• Diplacusis binauralis • Sekret telinga kental seperti
• Sensasi cairan bergerak dalam lem
telinga saat perubahan posisi kepala

Otoskopi • MT : gambaran air fluid level, MT utuh, retraksi, suram,


gelembung (bubble) dalam kavum kuning kemerahan/kelabu
timpani
Uji penala Tuli konduktif Tuli konduktif
172. C. Otitis media supuratif kronik maligna
KEYWORDS:
• Laki-laki 18 tahun, keluhan keluar cairan pada telinga kanan sejak usia
10 tahun. Semula cairan berwarna putih, kental, tidak berbau. Tapi
sejak 2 tahun terakhir menjadi berwarna kekuningan, kental, dan
berbau busuk serta disertai demam dan nyeri pada telinga kanan. 
OMSK
• Dari pemeriksaan, didapatkan pada CAE dekstra terdapat jaringan
granulasi disertai perforasi sentral pada membran timpani  TIPE
MALIGNA

• DIAGNOSIS?
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
DEFINISI ETIOLOGI
• Radang telinga tengah • Pseudomonas Aeruginosa
• Perforasi membran timpani (48-89%)
permanen • Staphylococcus aureus (15-
• Sekret encer/kental/bening 30%)
nanah yang • Prosteus species (10-15%)
intermiten/persisten • Klebsiella pneumoniae (10-
• > 12 minggu 21%)
Klasifikasi OMSK :

OMSK Benigna
-Perforasi sentral : perforasi pars tensa dikelilingi sisa membran timpani di tepi perforasi
- Kolesteatom (-)
- Penurunan pendengaran, otore (mucoid, tidak berbau)
173. C. Tuli campuran
KEYWORDS:
• Pasien datang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga
kanan. Pemeriksaan garpu tala, didapatkan hasil sebagai berikut:
Pemeriksaan garpu tala AD AS

Tes Rinne - +
Tes swabach memanjang memendek
Tes weber lateralisasi ke AD
DIAGNOSIS?
Telinga kanan : tuli konduktif
Telinga kiri : tuli sensorineural
TULI KONDUKTIF TULI SENSORINEURAL

Tes Rinne - +
Tes Weber Lateralisasi ke telinga sakit Lateralisasi ke telinga sehat

Tes Schwabach Memanjang Memendek


174. D. Rinitis alergi persisten derajat sedang berat
KEYWORDS:
• Laki-laki 31 tahun, keluhan hidung terasa gatal sejak 1 tahun yang lalu.
Setelah bersin, keluar ingus encer, disertai hidung tersumbat 
RINITIS ALEGI
• Keluhan dirasakan >5x dalam seminggu terutama pagi hari dan kadang
membuat sulit konsentrasi dalam bekerja  PERSISTEN SEDANG
BERAT
• Pemeriksaan fisik : kedua cavum nasi sempit, konka edema,
permukaan licin, tidak terdapat cairan serous.

• Apakah diagnosis yang paling tepat?


Rhinitis Alergika
Definisi Etiologi
• Inflamasi mukosa hidung • Peningkatan kadar IgE terhadap
dengan gejala bersin-bersin, alergen tertentu menyebabkan
rasa gatal, hidung tersumbat degranulasi sel mast
yang dipicu oleh reaksi melepaskan mediator inflamasi
hipersensitivitas tipe 1 setelah (histamin) dan sitokin yang
mukosa hidung terpapar menimbulkan reaksi inflamasi
dengan alergen. lokal.

550
Klasifikasi (ARIA 2012)
Ringan (harus memiliki semua Sedang-berat (moderate-severe)
kriteria)
• Tidak ada gangguan tidur • Gangguan tidur
• Tidak ada gangguan pada • Gangguan pada aktivitas
aktivitas sehari-hari, olahraga sehari-hari, olahraga dan
dan rekreasi rekreasi
• Tidak ada gangguan pada • Gangguan pada pekerjaan
pekerjaan dan aktivitas belajar
dan aktivitas belajar
• Tidak ada gejala yang berat
• Gejala yang berat

551
Klasifikasi
(berdasarkan frekuensi)
Inte Persis
ten :
rmit Lebih
en: dari 4
Kura hari
ng dalam
semin
dari ggu
4 dan
hari lebih
dala dari 4
mingg
m u
semi bertu
ngg rut-
turut
u

552
Manifestasi Klinis

Nasal/allergic
crease

Allergic shiners
Spekulum hidung:
Mukosa hidung edematosa/
hipertrofi, pucat kebiruan,
553
sekret cair
175. D. A. Etmoidalis posterior
KEYWORDS:
• Laki-laki 19 tahun, Keluhan perdarahan keluar dari hidung kanan
setelah mengalami kecelakaan. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan hiperemis pada cavum nasi, hematoma septum nasi
• Perdarahan aktif dari nasofaring  EPISTAKSIS POSTERIOR

• Apakah pembuluh darah yang kemungkinan terkena pada pasien


ini?
EPISTAKSIS
• Perdarahan yang berasal
dari hidung
• Klasifikasi
1. Epistaksis anterior 
berasal dari pleksus
Kiesselbach
2. Epistaksis posterior 
berasal a.sfenopalatina
atau a.etmoidalis posterior 555
E
T
I
Sistemik Idiopatik
O Lokal
Trauma, Epistaksis
Penyakit hati
L Udara Kering, Kelainan anterior
bersifat lokal,
Cuaca dingin, perdarahan
O Pascainfeksi primer/ sedangkan
epistaksi
saluran nafas sekunder
G atas Obat-
posterior
bersifat
Tumor
obatan)
I sistemik

556
Tata Laksana

Epistaksis Anterior
• Posisikan pasien duduk tegak condong ke depan,posisi
kepala terangkat tapi tidak hiperekstensi.
• Lakukan penekanan langsung dengan jari pada kedua
cuping hidung arah septum selama 10-15 menit. Pasien
bernapas melalui mulut
• Apabila tidak berhenti, pasang tampon adrenalin :
Kassa steril diteteskan dengan epinefrin 0,5% 1:10.000
ditambah pantokain atau lidokain 2%. Evaluasi. Tampon
bisa dipasang sampai 2x24 jam.

557
Tata Laksana

Epistaksis Posterior
• Dilakukan pemasangan tampon
Bellocq (tampon posterior).
Kontraindikasi apabila ada trauma
fasial.
• Alternatif pengganti tampon Bellocq :
kateter folley dengan balon, tampon
buatan pabrik dengan balon khusus
hidung tampon gel hemostatik.
• Rujuk Sp.THT

558
176. E. Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
KEYWORDS:
• Laki-laki 44 tahun, keluhan demam sejak 4 hari lalu. Pasien juga
mengeluh batuk dan nyeri menelan. Dua bulan lalu juga mengalami
hal serupa.
• Pemeriksaan fisik : tonsil hiperemis (+), T2-T2, detritus (+), faring
hiperemis  EKSASERBASI AKUT
• kripta melebar (+)  TONSILITIS KRONIS

• DIAGNOSIS?
TONSILITIS
• Peradangan pada tonsil palatina yang ditandai dengan, sakit
tenggorok, gangguan menelan dan pembesaran ringan kelenjar limfe
leher.

• Penyebaran : Udara (airborne droplets, tangan, ciuman).

560
GRADING

Ditemukan:
To: T2-T2
hiperemis
Kripta (-)
Detritus (-)

561
TONSILITIS KRONIS
Faktor Predisposisi :
Pajanan radiasi, kebiasaan kebersihan mulut yang buruk, rokok, perubahan cuaca,
penggunaan obat-obatan

Gejala Klinis :
Rasa mengganjal di tenggorok, nyeri menelan berulang, napas berbau (halitosis)

Tata Laksana:
Terapi suportif obat kumur
Tonsilektomi (sesuai indikasi)

562
AKUT vs KRONIS

AKUT KRONIS

Tonsil hiperemis & ●
Tonsil membesar/mengecil
swollen ●
Hiperemis (-)

Kripta tidak melebar ●
Kripta melebar

Detruitus +/- ●
Detruitus +
173.c. Tuli campuran
KEYWORDS
Pasien dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kanan.
Pemeriksaan garpu tala:

Pemeriksaan garpu tala AD AS

Tes Rinne - +
Tes swabach memanjang memendek
Tes weber lateralisasi ke AD

Diagnosis??
• Tes Rinne
Tes Penala
Bila penala masih terdengar di depan telinga = Rinne +
Bila penala sudah tidak terdengar di depan telinga = Rinne –
• Tes Weber
Bila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga = Weber
lateralisasi ke telinga tersebut
• Tes Schwabach
Bila pemeriksa masih dapat mendengar setelah penala dipindahkan dari
pasien = schwabach memendek
Bila pemeriksa tidak mendengar, pemeriksaan diulang sebaliknya, jika
penderita masih bisa mendengar setelah penala dipindahkan dari
Buku ajar pemeriksa = Schwabach
ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI memanjang
Diagnosis
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach telinga yang
diperiksa
+ Tidak ada lateralisasi sama dengan Normal
pemeriksa
- Lateralisasi ke telinga memanjang Tuli konduktif
yang sakit
+ Lateralisasi ke memendek Tuli
telinga yang sakit sensorineural

Telinga kanan: Tuli konduktif


Telinga kiri: Tuli sensorineural
Dk/ Tuli campuran
Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI
174.d. Rinitis alergi persisten derajat sedang berat
KEYWORDS:
• Laki-laki 31 tahun keluhan hidung gatal sejak 1 tahun. Setelah
bersin, keluar ingus encer, hidung tersumbat +. Kehuan
dirasakan >5x dalam seminggu → persisten terutama pagi
hari dan kadang membuat sulit konsentrasi dalam bekerja →
derajat sedang berat
• PF: kedua cavum nasi sempit, konka edema, permukaan licin,
tidak terdapat cairan serous.
• Dk??

Bersin berulang, rinore, Rinitis alergi
hidung tersumbat, hidung
dan mata gatal, lakrimasi

Anamnesis


Rinoskopi anterior:mukosa
edem, basah, pucat/livid

Persisten→ mukosa inferior
hipertrofi

PE

Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI


Klasifikasi Rinitis Alergi

Berdasarkan sifat ●
Intermiten: gejala <4x/minggu atau <4minggu

Persisten: gejala >4x/minggu atau >4 minggu
berlangsungnya

Berdasar ●
Ringan: tanpa gangguan tidur, aktivitas harian,
derajat ●
bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dll
Sedang berat: terdapat 1/lebih gangguan
keparahan
Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI
175.d. A.etmoidalis posterior
KEYWORDS:
• Laki-laki 19 tahun keluhan perdarahan keluar dari
hidung kanan setelah kecelakaan.
• PF: hiperemis pada cavum nasi, hematoma septum
nasi,
perdarahan aktif dari nasofaring → daerah posterior
• Pembuluh darah yang kemungkinan terkena?
Epistaksis


Sering pada anak, kebiasaan mengorek hidung, sering
berulang, dapat berhenti sendiri

Dari pleksus Kisselbach / arteri etmoidalis anterior

Epistaksis anterior

Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI


• Pemeriksaan hidung bagian depan menggunakan
rinoskopi anterior, menilai vestibulum, septum
anterior, konka, mukosa rongga hidung.
• Pemeriksaan hidung bagian belakang
menggunakan rinoskopi posterior, menilai
nasofaring, konka, meatus tuba Eustachius, fosa
Rossenmuler

Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI


176.e. Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
KEYWORDS:
• Laki-laki 44 thn keluhan demam sejak 4 hari → akut
• Batuk (+), nyeri menelan (+). Dua bulan lalu juga mengalami
hal serupa.
• PF: tonsil hiperemis (+), T2-T2,
Kripta melebar (+) → tanda kronis
Detritus (+), faring hiperemis.
• Dk??
Tonsilitis akut
- Vi rus: gejal a common cold, ny eri
t enggorok an&tonsi l
- Bakt eri : reak si peradangan, det ri tus
(k umpulan l eukosi t, bak teri dan epit el
y ang terlepas)
Tonsilitis
Ton
siliti
s
kro
nis
Ton
sil
me
mb
esar
den
gan
per
mu
kaa
n
tida
k
rata
,
krip
tus
mel
eba
r

Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI


177.e. angiofibroma nasofaring juvenil
KEYWORDS:
• Laki-laki 17 tahun mimisan masif dan berulang sejak berusia
13 tahun, hidung tersumbat (+).
• PF: Rhinoskopi posterior tumor konsisten kenyal warna putih
keabu-abuan.
• Radiologi: massa jaringan lunak di nasofaring yang menonjol
di rongga hidung.
• Diagnosis??
Angiofibroma nasofaring juvenil
Tumor jinak pembuluh darah nasofaring yang secara
histologis jinak tapi klinis ganas karena dapat meluas ke
jaringan sekitarnya.
ANAMNESIS PEMFIS
• Hidung tersumbat • Rin.posterior: Massa tumor
progresif kenyal, warna abu-abu,
• Epiktasis berulang putih hingga merah muda
yang masif • Terlihat massa di nasofaring
• Rinore kronis diikuti yang dapat meluas ke
gangguan penciuman rongga hidung, ke lateral
• Otalgia hingga ketulian atau sekitarnya
Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI
Karsinoma FR: laki-laki, konsumsi ikan yang diawetkan
nasofaring (nitrosamin), makanan terlalu panas, paparan
bahan kimia
Gejala nasofaring (epistaksis ringan, sumbatan
hidung), telinga (tinitus, otalgia), mata&saraf
Polip (diplopia, neuralgia trigeminal), gejala leher
nasal
Laki-laki=perempuan, anak-anak hingga dewasa
Rasa tersumbat, rinore, gang.penciuman, halitosis
Massa bertangkai, licin, putih keabuan, tunggal/multipel,
bulat/lonjong
Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI
Antrokoanal
polip

Polip yang tumbuh ke belakang dan membesar di nasofaring,


kebanyakan berasal dari sinus maksila

Buku ajar ilmu kesehatan THT KL ed 7. FKUI


178.b.puskesmas pembantu
KEYWORDS:
• Desa Mugikarso desa tertinggal
• Penduduk harus berjalan kaki dilanjutkan dengan kendaraan umum ke
Puskesmas.
• Jumlah kunjungan penduduk Desa Mugikarso ke Puskesmas Sugih Mukti
selalu rendah.
• Jumlah penduduk Mugikarso 9.356 jiwa
• Untuk meningkatkan jumlah kunjungan/akses penduduk Desa Mugikarso ke
Puskesmas Sugih Mukti, jaring pelayanan Puskesmas yang paling tepat
dikembangkan?
PUSTU

Unit pelayanan kesehatan yang Sebagai unsur penunjang kegiatan


sederhana . puskesmas dalam mendekatkan
Luas wil.kerja: antara 2.500 (di dan ↑ jangkauan kesehatan dasar
luar Jawa) sampai 6.000 atau pada masyarakat dalam wilayah
10.000 (Jawa Bali) kerja puskesmas

S: Pedoman kerja puskesmas 1992, 1999


Memberikan yankes kepada masyarakat di

Pusling daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh


pelayanan puskesmas, pustu/bidan desa

Puskesmas Merupakan “pusat rujukan antara”


dengan tempat melayani penderita gawat darurat


sebelum dapat dirujuk ke rumah sakit
perawatan
S: Pedoman kerja puskesmas 1999
179.b.program KIA
KEYWORDS:
• Sepanjang tahun 2014 pada puskesmas D ditemukan:
1 kematian, 1 kematian bayi,dan 2 gizi buruk.
• Masalah pelayanan kesehatan yang utama di
puskesmas D?
KIA/KB
Mengembangkan
program KIA/KB di
dalam/luar gedung
puskesmas

Pelay
anan
pem
eriks
aan
ibu
hami
l,
kese
hata
n
ibu,
kese
hata
n
bayi,
imun
isasi,
tum
buh
kem
bang
anak
,
kons
eling
, dll

S: Pedoman managemen puskesmas, Depkes 2002


Notoadmodjo, S.Kesehatan masyarakat, ilmu dan seni.
180.c.Crash strategy
• KEYWORDS:
Prevalensi kematian bayi yang tinggi. Angka penyakit
yang dapat dicegah imunisasi tinggi, cakupan
teknologi rendah, cakupan Universal Child
Immunization rendah.
• Strategi imunisasi apakah yang dapat dilakukan untuk
kedepannya?
Crash strategy
Ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat untuk mencegah KLB dengan kriteria:

- Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi


- Infrastruktur (tenaga, sarana, dana)
kurang
- Desa yang berturut-turut tidak
mencapai UCI
S: Permenkes no 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
181.c. W-1
KEYWORDS:
• Setiap kasus gizi buruk harus diperlakukan sebagai kejadian
luar biasa (KLB).
• Kasus gizi buruk di wilayah kerja sebuah Puskesmas, harus
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu
1 x 24 jam menggunakan formulir.
• Formulir untuk melaporkan kasus tersebut?
Sistem Pelaporan Puskesmas
Laporan bulanan (LB1, LB2, LB3 dan LB4)
- LB1: formulir data kesakitan
- LB2: f. data pemakaian&permintaan obat
- LB3: f. data gizi, KIA, imunisasi, pengamatan penyakit menular
- LB4: f. data kegiatan puskesmas
Laporan tahunan (LSD/LT)
Laporan khusus
- W1 : f. laporan KLB, dilaporkan <24 jam
- W2 : f. laporan KLB mingguan

Modul.1 Simpus – USAID Indonesia


Pedoman Kerja Puskesmas
182.c. Collateral referral
KEYWORDS:
• Dokter keluarga merawat pasien dengan riwayat DM tipe 2
selama 20 tahun.
• Terdapat keluhan adanya ulkus gangren.
• Dokter merujuk ke dokter internis di RS lain dan tetap
melakukan pengobatan untuk keluhan keluhan yang masih
bisa diatasi olehnya.
• Tipe rujukan kasus??
JENIS RUJUKAN

Dokter yang merujuk masih bertanggung jawab penuh
atas pasien, dokter hanya merujuk untuk masalah

Kolateral ●
tertentu
Misal: Dokter keluarga merujuk pasien DM dengan
glaukoma ke dokter sp.M


Pasien dirujuk untuk perawatan penuh

Interval ●
selama beberapa waktu
Misal: pasien yang harus menjalani operasi
McWhinney’s Textbook of Family Medicine, 4th ed 2015

Pasien dibawah penanganan multispesialis,

Split ●
tanggung jawab dipegang oleh 2 dokter/lebih
Misal: pasien DM yang dirawat dan mengalami
serangan jantung


Pasien dianjurkan untuk menemui dokter

Cross lain dan dokter yang merujuk tidak


bertanggung jawab lagi atas pasien
McWhinney’s Textbook of Family Medicine, 4th ed 2015
183.e. Benda asli
KEYWORDS:
• Dokter ingin melakukan penyuluhan supaya masyarakat
memanfaatkan sumber pangan untuk mencegah defisiesi
vitamin A, tetapi sebagian besar penduduk di daerah tersebut
tidak bisa membaca dan hanya memahami bahasa daerah.
• Alat bantu yang tepat untuk memediasi kegiatan menurut
kerucut Edgar Dale?
Kata-kata
Tulisan

Rekaman, radio

Film

Kerucut Edgar Dale


Televisi

Pameran

Field trip
Alat peraga
Demonstrasi

Sandiwara

Benda tiruan

Benda asli

Notoadmodjo, S.Kesehatan masyarakat, ilmu dan seni.


Keterangan gambar:
Lapisan paling dasar = benda asli

Dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai


intensitas paling tinggi untuk mempersepsi bahan
pendidikan

Alat peraga membantu dalam melakukan penyuluhan agar pesan


kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, orang dapat lebih mengerti
informasi yang dianggap rumit
Notoadmodjo, S.Kesehatan masyarakat, ilmu dan seni.
184.d. Sick role behavior
KEYWORDS:
• Pria 45 tahun datang ke praktek dokter keluhan nyeri ulu hati
→ tindakan untuk memperoleh kesembuhan
• Pasien pernah mengalami hal serupa beberapa kali.
• Saat ini pasien meminta diobati dengan obat yang lebih kuat
karena obat yang diberikan sebelumnya sudah tidak
meredakan nyerinya.
• Istilah yang paling tepat untuk tindakan pasien?
Sick role Perilaku yang meliputi tindakan untuk memperoleh

kesembuhan, mengenal fasilitas


pelayanan/penyembuhan yang layak, mengetahui
behavior hak dan kewajiban sebagai orang sakit

Illness Perilaku yg mencakup respon seseorang


terhadap sakit dan penyakit, persepsi


terhadap sakit, pengetahuan ttg penyebab
behavior dan gejala penyakit, pengobatan penyakit

S: Becker, 1979
Notoadmodjo, S. Perilaku kesehatan. 2003
Health Perilaku sehubungan dengan

promotion peningkatan dan pemeliharaan


kesehatan, misal makan bergizi, olahraga
behavior

Health Perilaku/respon untuk melakukan


prevention pencegahan penyakit, misalnya


behavior imunisasi
185.a. Open defecation
KEYWORDS:
• Wilayah kerjan puskesmas memiliki angka kesakitan
yang tinggi akibat penyakit berbasis lingkungan.
• Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
dalam penggunaan jamban.
• Faktor kebiasaan yang paling mungkin didapat?
 Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit
berbasis lingkungan.1
 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar di
sungai, sawah, kolam, kebun, dan tepat terbuka.2
 Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia →
masalah sosbud dan perilaku penduduk yang
terbiasa BAB di sembarang tempat.2
S: 1. Dinkes Lamongan - ODF
2. Sanitasi.net/Indonesia Sanitation Sector Development Program 2006
 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat/STBM = pendekatan
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dg metode pemicuan
 5 pilar STBM:
1. Bebas dari buang air besar sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun
3. Pengelolaan makanan dan minuman RT
4. Pengelolaan sampah RT
5. Pengelolaan limbah cair RT
S: Dinkes Lamongan – ODF(Open defecation free)
186.c. Family with teenager
KEYWORDS:
• Wanita 54 tahun tinggal bersama suami dan dua
anaknya umur 20 tahun dan 16 tahun, ditambah
kedua orang tuanya yang berusia 65 tahun, dan adik
wanita suami yang belum menikah.
• Siklus keluarga pasien?
Duvall family life cycle
3.Keluarga
2. Keluarga dengan
sedang
1. Keluarga pemula
mengasuh
anak usia pra
anak
(pasangan pada
( anak tertua
sekolah (anakbayi
tertua

tahap pernikahan)
30 bulan)
2-6 tahun)

4.
Kel
uar
ga
den
gan
ana
k
usi
a
sek
ola
h
(an
ak
tert
ua
6-
13
tah
un)
7.Keluarga
6.
5. Orangmelepas
Keluarga tua
dg anak
anak usia dewasa muda
usiayg (anak
remaja
(anak
tertua
meninggalkan
13-20 tahun)
pertengahan
rumah)

8.
K
el
u
ar
ga
d
al
a
m
m
as
a
la
ns
ia
187.e. Bagaimana perasaan Anda tentang
anak, menantu dan cucu anda?
KEYWORDS:
• Mengidentifikasi faktor ketidakharmonisan dalam
keluarga yang dirasakan pasien dilakukan dengan
teknik BATHE agar memudahkan jalannya konsultasi
medis.
• Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui
aspek feeling state (Affect)?
BATHE technique


What is going on in your life?

Background

S:Searight H. Practicing psychology in the primary care setting. 2010



How are you handling it?

Handling

S:Searight H. Practicing psychology in the primary care setting. 2010


188.b. Nonmaleficence
KEYWORDS:
• Laki-laki 36 thn datang ke IGD dengan keluhan sesak hebat sejak 1 hari
yang terasa semakin berat.
• PF: TD 140/80 mmHg,nadi 130 x mnt, nafas 28 x/mnt,suhu 36,8˚C.
• Dada: hipersonor saat perkusi paru kiri, bunyi nafas vesikuler menghilang.
• Dokter memutuskan segera (→ kondisi gawat) melakukan pemasangan
WSD walaupun pasien menolak.
• Kaidah dasar moral yang mendasari keputusan dokter segera memasang
WSD?
Prinsip
Nonmaleficence

Pada kondisi gawat darurat, prinsip Nonmaleficence


Do no harm lebih diutamakan dibandingkan Autonomy

S: Beauchamp & Childress.Principlles of biomedical ethics. 2009


189.c. Menyarankan bertanya kepada istrinya
KEYWORDS:
• Sepasang suami istri adalah pasien tetap.
• Istri positif untuk H.ducreyi.
• Istri meminta anda merahasiakan keadaan ini dari suami.
• Suami menelfon untuk mengetahui diagnosis penyakit
istrinya.
• Tindakan yang paling tepat saudara lakukan?
KODEKI
• Kewajiban dokter terhadap pasien
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal

MKEK. KODEKI. 2002


190.b. Melakukan konsultasi dg dokter jaga PICU RSU
melalui telepon dan menyampaikan informasinya
kepada orang tua pasien sebelum meminta persetujuan
untuk merujuk
KEYWORDS:
• Anak perempuan 2 tahun bronkopneumonia mengalami gagal
nafas.
• Setelah resusitasi hingga pemasangan pipa endotrakeal (ETT)
dan bagging (kegawatdaruratan telah tertangani) diputuskan
untuk merujuk ke RSU yang memiliki pediatric intensive care
unit (PICU). Respon selanjutnya yang paling tepat ?
Persetujuan tindakan medis

• Persetujuan tindakan kedokteran: persetujuan yang diberikan


oleh pasien yang kompeten/keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran.
• Pasien yang kompeten: pasien dewasa/bukan anak,
telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisik, mampu
berkomunikasi secara wajar, tidak retardasi mental/mempunyai
penyakit mental

Permenkes no 290 tahun 2008 tentang Persetujuan tindaka kedokteran


• Keadaan gawat darurat telah ditangani → bisa
melakukan IC
• Pasien masih anak-anak → IC dilakukan pada orang
tua pasien
• Konsultasi terlebih dahulu kepada dokter jaga PICU
untuk mengetahui apakah masih ada tempat kosong
sebelum merujuk
191.d. Dokter tidak perlu melakukan informed consent
untuk tindakan operasi ini karena tindakan ini bersifat
live-saving
KEYWORRDS:
• Pasien 19 tahun, pasien KET dan sudah mengalami hemorrhagic
shock diantar oleh pacarnya usia 21 tahun.
• Dokter harus segera menyelamatkan nyawa pasien untuk
melakukan operasi, tapi keadaan pasien setengah sadar dan pasien
memohon kepada dokter untuk tidak memberitahukan kepada
orang tuanya perihal kehamilannya ini.
• Tindakan yang paling tepat untuk dilakukan oleh dokter dalam
perihal informed consent?
Persetujuan tindakan medis

• Persetujuan tindakan kedokteran: persetujuan yang diberikan


oleh pasien yang kompeten/keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran.
• Pasien yang kompeten: pasien dewasa/bukan anak,
telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisik, mampu
berkomunikasi secara wajar, tidak retardasi mental/mempunyai
penyakit mental

Permenkes no 290 tahun 2008 tentang Persetujuan tindaka kedokteran


• Keluarga dekat adalah suami/istri, ayah/ibu kandung,
anak-anak kandung, saudara-saudara kandung dan
pengampunannya
• Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan
jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak
diperlukan persetujuan tindakan kedokteran

Permenkes no 290 tahun 2008 tentang Persetujuan tindaka kedokteran


192.a. Tetap melanjutkan terapi sesuai prosedur
KEYWORDS:
• Pria 80 tahun di rawat di puskesmas karena stroke dan pikun.
• Pasien terpasang infus dan sonde untuk memasukan
makanan.
• Pasien merasa tidak nyaman sehingga berusaha untuk
melepaskan infus dan sonde, perawat mengikat tangan
pasien.
• Yang dokter lakukan yang sesuai dengan etika profesi medis?
• Dokter harus tetap memberikan pelayanan
kesehatan dan menangani pasien demi kebaikan
pasien berdasarkan prinsip beneficence
• Mengutamakan Altruisme (menolong tanpa
pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang)
Beneficence • Menjamin nilai pokok harkat dan martabat
manusia
• Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak
hanya sejauh menguntungkan dokter
JADI BAIK! demi • Mengusahakan agar kebaikan/ manfaatnya lebih
kebaikan pasien. banyak dibandingkan dengan keburukannya
• Paternalism bertanggung jawab/ berkasih sayang
berlaku apabila kondisi • Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
pasien dalam kondisi • Pembatasan “ goal-based’
yang wajar • Memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan/
penanganan yang prefensi pasien minimalisasi akibat buruk
dilakukan akan • Menghargai hak – hak pasien secara keseluruhan
membawa kebaikan >
keburukan.
Slide bioetik medulab
193.d. Near miss
KEYWORDS:
• Label obat tertukar karena mahasiswa yang bertugas
di bangsal. Perawat jaga tidak membaca dengan teliti
sehingga obat mereka tertukar.
• Tidak terjadi hal buruk.
• Disebut apakah kejadian diatas?
Adverse Event (KTD)


Suatu kejadian yg mengakibatkan cedera yg tdk diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau krn tdk bertindak (omission), ketimbang krn “underlying disease” atau kondisi pasien.

Near miss (KNC)


Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tdk mengambil tindakan yg seharusnya diambil (omission), yg dpt mencederai pasien, tetapi cedera serius tdk terjadi.

1. Dapat obat c.i., tidak timbul (chance)

2. Dosis lethal akan diberikan, diketahui, dibatalkan (prevention)

3. Dapat obat c.i./dosis lethal, diketahui, diberi antidote-nya (mitigation)

Contoh: pasien  terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat

Slide bioetik medulab


194.b. Melakukan refleksi isi
KEYWORDS:
• Dokter : ”Jadi ibu sudah 3 hari ini merasa nyeri
ketika buang air kecil, tapi belum ke dokter... Begitu
ya bu?”

Yang dilakukan dokter dengan menyampaikan kalimat


terakhirnya?
Refleksi isi
• Pengembalian isi pesan komunikan/klien,
menyatakan kembali ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata lain, memberi masukan
klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan
klien dengan cara meringkas dan memperjelas
ucapan klien

S; Dasar-dasar pelayanan prima


Cara mudah menjadi bidan yang komunikatif
195.b. Euthanasia pasif involunter
KEYWORDS:
• Pasien dirawat di ICU sejak 5 bulan lalu
• Tidak ada perbaikan
• Keluarga memutuskan untuk mencopot semua alat
bantu pernafasan karena tidak ada biaya
• Jenis euthanisia apakah???
Jenis Euthanasia berdasarkan cara
dilakukannya
Euthanasia ●
Perbuatan yang dilakukan secara medik melalui
intervensi aktif seorang dokter dg tujuan untuk
aktif mengakhiri hidup manusia

Euthanasia ●
Perbuatan menghentikan/mencabut segala
tindakan atau pengobatan yg perlu untuk
pasif mempertahankan hidup manusia

S; Hanafiah M. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. 1999


Jenis Euthanasia berdasarkan permintaan
Euthanasia ●
Euthanasia yang dilakukan atas permintaan
pasien secara sadar dan diminta berulang-
voluntir ulang

Euthanasia ●
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yg
(sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga
involuntir pasien yg meminta

Kedua jenis euthanasia dapat digabung


S; Hanafiah M. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. 1999
196.a. Seluruh ibu di kecamatan A
KEYWORDS:
• Penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu
terhadap status gizi balita di kecamatan A
• Subjek penelitian untuk penelitian tersebut ???
• Subjek penelitian
adalah keseluruhan populasi dan sampel penelitian

Populasi
Sampel

• Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan


karakteristik tertentu
• Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya
S; Oktavia N. Sistem penulisan karya ilmiah. 2015
197.c. Paired t-test
KEYWORDS:
• Penelitian bertujuan mengetahui pengendapan konsentrasi suatu
obat di dalam urin
• Obat A diberikan dengan dosis tertentu kepada pasien dan setelah 1
jam kemudian diukur kadar konsentrasi pengendapan di dalam
urinnya
• Satu minggu setelah efek dari obat A hilang kemudian diberikan obat
B dengan dosis yang sama dengan obat A dan 1 jam kemudian diukur
konsentrasi pengendapannya di dalam urin
• Hasil: didapatkan perbedaan konsentrasi pengendapan yang
signifikan antara obat A dan B, p-value = 0.003
• Uji statistik yang digunakan dalam penelitian?
Tabel. Uji hipotesis bivariat
Jenis hipotesis (asosiasi)
Masalah skala Komparatif
pengukuran
Tidak berpasangan Berpasangan Korelatif

2 kel >2 kel 2 kel >2 kel


Pearson
Numerik
Uji t tidak One way Uji t Repeated
berpasangan ANOVA berpasangan ANOVA
Spearman
Kategorik (Ordinal) Mann- Kruskal-
Whitney Wallis Wilcoxon Friedman Somer’s d
Gamma
Kategorik Chi square McNemar, Cochran, Wilcoxon, K.kontingensi
(Nominal/ordinal) Fisher
Friiedman, Marg.homogeneity Lamda
Kolmogorov-smirnov

Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. 2012


• Jenis hipotesis: komparatif
• Skala pengukuran: konsentrasi obat (Numerik)
• 2 kelompok: obat A dan obat B
• Berpasangan : pada pasien yang sama setelah selang
waktu seminggu
198.d. Case control
KEYWORDS:
• Sebanyak 125 orang ke Puskesmas dengan keluhan utama
mual.
• Pada pemeriksaan feses pasien ditemukan bakteri E.coli.
• Pada investigasi selanjutnya, ada 20 orang yang tidak
menderita sakit.
• Penelitian yang paling mungkin?
Slide CRP medulab
• Pada soal, penelitian dimulai dari penemuan kasus
penyakit terlebih dahulu, 125 orang dengan keluhan
utama mual, kemudian dilihat pajanan penyakit.
• Terdapat pembanding: 20 orang yang pulang terlebih
dahulu dan tidak sakit
199.a. 5
KEYWORDS:
• Sejumlah 120 penderita PPOK diteliti bersama 480
pembanding yang tidak menderita PPOK. Pada
kasus, sebanyak 90 orang adalah perokok, sedangkan
di antara pembanding, sebanyak 180 adalah perokok.
• Risiko menderita PPOK pada kelompok perokok?
Case-Control

Pertama, pilih
Lalu hitung paparan

OR < 1 – Kemungkinan terjadinya outcome


Outcome (+) = Outcome (-) = lebih rendah dengan adanya paparan
Cases Controls
Exposure (+) A B OR = 1 – Kemungkinan terjadinya outcome
Exposure (-) C D tidak dipengaruhi paparan
Proportions A/ A + C B/ B + D
exposed OR > 1 – Kemungkinan terjadinya outcome
lebih tinggi dengan adanya paparan.

Slide CRP medulab


Outcome + Outcome -
Exposure + 90 180
Exposure - 30 300

OR = AD/BC
= 5
200.a. 114/130
KEYWORDS:
Data penelitian mengenai pasien yang memiliki infark miokard
akut yang dihubungkan dengan pemeriksaan ureum creatinin:

Kemungkinan yang tidak menderita AMI mempunyai kreatinin kinase


yang negatif?
Positive Predictive
Value = True
positives/ All
positives

Negative Predictive
Value = True
negatives/All
negatives
Slide CRP medulab
Sensitivitas Kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu

yang sakit, dengan hasil tes yang (+)

Spesifisitas Kemampuan suatu test untuk mengidentifikasi individu


yang tidak sakit dan hasil tes (-)

PPV Persentase pasien yang menderita sakit dengan hasil tes


(+)

NPV Persentasi pasien yang tidak sakit dengan hasil tes (-)

Slide CRP medulab

Anda mungkin juga menyukai