Anda di halaman 1dari 15

Ekonomi syariah

Barzan faizin
MENGAPA HARUS EKONOMI SYARIAH ?

(Q.S.3 : 130) (Q.S.4: 29)

• ‫ض َع ٰـ ۬فًا‬
ۡ َ‫وا ٱلرِّ بَ ٰ ٓو ْا أ‬ ُ ‫اَل تَ ۡأ‬
ْ ‫ڪُلـ‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬
‫وا‬ َ ‫يَ ٰـٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬ • ‫ڪلُ ٓ ْواـأَمۡ َوٲلَ ُكم بَ ۡينَڪُم‬ ُ ‫وا اَل تَ ۡأ‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫يَ ٰـٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ۖ۬
َ‫لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬ َ ‫هَّلل‬ ‫ٱ‬ ْ
‫وا‬ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬ ‫ٱ‬‫و‬ ً
َ َ‫ض ٰـ َعف‬

‫ة‬ َ ‫ُّم‬ ‌ۡ‫اض ِّمن ُك ۚم‬
ٍ ۬ ‫ون تِ َج ٰـ َرةً َعن تَ َر‬ َ ‫بِ ۡٱلبَ ٰـ ِط ِل إِٓاَّل أَن تَ ُك‬
َ ‫َواَل تَ ۡقتُلُ ٓو ْا أَنفُ َس ُك ۚمۡ‌ إِ َّن ٱهَّلل َ َك‬
‫ان بِ ُكمۡ َر ِحي ۬ ًما‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling
memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah memakan(mengambil) harta sesamamu dengan
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat jalan yang batil, kecualidengan jalan perniagaan
keberuntungan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.
(Q.S.4: 29)
Landasan Filosofi dan Prinsip Ekonomi Syari’ah

Berlandaskan
berlandaskan Berlandaskan
keadilan dan Bertanggungjawab
tauhid kebebasan
keseimbangan
Prinsip ekonomi Syariah

[1] hukum asal semua aktifitas


ekonomi itu adalah boleh selama
tidak ada(nash) yang
mengharamkannya

[2] Dilakukan atas dasar suka


sama suka ( Q.S.4:29)

Mendatangkan maslahat
menolak madharat

terhindar dari unsur gharar, riba


dan yang diharamkan syara.
Q.S. Albaqorah ; 275

riba adalah penambahan-penambahan


yang disyaratkan oleh orang yang
memiliki harta kepada orang yang Q.S. Ali Imran : 130
meminjam hartanya (uangnya) karena
pengunduran janji pembayaran oleh
peminjam dari waktu yang ditentukan.

Q.S. Al Baqarah; 276


MACAM-MAACAM RIBA

[1] Riba Fadli;


berlebih salah satu dari dua pertukaaran yang diperjual belikan.

[2] Riba Nasi’ah;


riba yang pembayarannya atau penukarannya berlipat ganda karena waktunya diundurkan

Contoh:
A. uang Rp.100.000,- ditukar dengan uang receh Rp. 95.000,-

B. seseorang meminjamkan uang Rp.100.000,- dengan syarat dikembalikan ditambah 10%.


C. seseorang yang menukarkan beras ketan 1 liter dengan beras dolog 2 liter,
JUAL BELI ATAU TIJARAH

Pengertian jual beli (tijarah) 1. Saling menukar harta yang dapat dikelola, dengan
ijab kobul menurut cara yang dibolehkan oleh
syara (taqiyuddin, Kifayatul akhyar)

‫مقابلة مال قابلين للتصرف بإيجاب وقبول على‬


‫الوجه المأذون فيه‬ 2. Aqad yang dibangun atas dasar penukaran harta
dengan harta yang berdampak pada pemindahan
kepemilikan secara permanen. (hasbi Ash
Shiddiqie, Fiqh Muamalah)

3. Rukun Jual Beli : 1) Akad (ijab kabul), 2) Orang


yang Aqad (penjual dan pembeli), 3) Ma’qud alaih
(barang).
Macam-macam produk ekonomi syariah

Giro
Giro syariah
convensional Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro
yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan
Wadi’ah

1. Giro yang tidak [1] Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai
dibenarkan secara shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak
syari’ah, yaitu giro sebagai mudharib atau pengelola dana.
yang berdasarkan
perhitungan bunga.

[2] Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat


melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di
dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

[3] Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam


bentuk tunai dan bukan piutang. [4] Pembagian keuntungan
harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening
Tabungan

Syariah Non-syariah

Tabungan yang tidak


[1] Tabungan yang dibenarkan secara
dibenarkan, yaitu tabungan
yang berdasarkan prinsip syari’ah, yaitu tabungan
Mudharabah dan Wadi’ah. yang berdasarkan
perhitungan bunga.

[2] Pembagian keuntungan


harus dinyatakan dalam
bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan
rekening.
Deposito

Non syariah Syariah


1. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan
prinsip Mudharabah.

2. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul


maal dan bank bertindak sebagai mudharib.

3. sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam


usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah
dengan pihak lain.
1. Deposito yang tidak dibenarkan
secara syari’ah, yaitu Deposito yang 4. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.
berdasarkan perhitungan bunga.
5. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

6. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito


dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.

7. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah


keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
FILANTROPI ZAKAT
(pengertian Zakat)

Menurut istilah = harta tertentu yang wajib


Zakat dari segi bahasa berarti dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan
bersih,suci,subur,berkat dan berkembang kepada golongan yang berhak
menerimanya

Zakat merupakan ibadah maliyah sebagai


wujud peduli dan mencintai sesama =
dengan filantropi.
Jenis dan Mustahiq Zakat

Jenis Zakat ada dua; [1] zakat fitrah dan [2]


zakat maal.

Mustahiq zakat [At taubah; 60] : [1] fakir, [2]


miskin, [3] amilin, [4] muallaf, [5] hamba sahaya,
[6] gharimin, [7] fi sabilillah dan [8] ibnu sabil.
Zakat Maal

1. Zakat penghasilan, 2. Semua bentuk penghasilan 3. Kadar zakat


penghasilan wajib halal wajib di keluarkan
dikeluarkan zakatnya zakatnya dengan syarat telah penghasilan adalah
apabila sudah sampai
mencapai nishab dalam satu
tahun, yakni senilai emas 85
2,5%.
nisab dan haul. gram. (Fatwa MUI No.03
tahun 2003)
Hikmah zakat

[1] Menjalankan rukun Islam

[2] Membersihkan diri dari dosa,


menghilangkan rasa sombong dan tamak.

[3] Membersihkan dan memberkahkan


harta

[4] Memberikan rasa tenang dan tentram


di hati
DAFTAR PUSTAKA

1. Ibnu Rusyd Muhammad ibn Ahmad al Qurthubi al Andalusy, Bidayatu al


Mujtahid wa nihayatu al muqtashid, Daar Ihyai al Kutubi al Aroby, Indonesia
tt.
2. Hendi Suhendi, Prof.Dr.H. Fiqh Muamalah,PT Raja Grafindo Persada
Jakarta, 2014
3. FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 01/DSN- MUI/IV/2000
Tentang G I R O
4. FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 02/DSN-MUI/IV/2000
Tentang T A B U N G A N
5. FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 03/DSN-MUI/IV/2000
Tentang D E P O S I T O

Anda mungkin juga menyukai