Anda di halaman 1dari 18

APENDISITIS INFILTRAT

Oleh : Andi Adam Firdaus


Pembimbing : dr. Tarmidzi Sp.B, FINACS
BAB 1
PENDAHULUAN
Apendisitis infiltrat merupakan tahap patologi
apendisitis yang dimulai di mukosa dan
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks
dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan
usaha pertahanan tubuh dengan membatasi
proses radang dengan menutup apendiks dengan
omentum, usus halus, atau adneksa sehingga
terbentuk masaa periapendikular.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Appendiks merupakan suatu organ limfoid
seperti tonsil, payer patch membentuk produk
immunoglobulin, berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter
0,5-1 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya
sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian
distal.
Fisiologi
 Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.

 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT


(Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat di
sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah
IgA.
 Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi.
Definisi
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan
peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa
(appendiceal mass).

Etiologi
 Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis.

 Fekalit merupakan penyebab tersering dari obstruksi apendiks.

 Hiprtrofi jaringan limfoid

 Makanan rendah serat

 Cacing ascaris

 Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica.


PATOFISIOLOGI
Gejala Klinis
 Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan
appendisitis akut yang kemudian disertai adanya
massa periapendikular.
 Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas
yang didasari oleh radang mendadak apendiks yang
memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritoneum lokal.
 Umumnya nafsu makan menurun.
 Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke
kanan bawah ke titik McBurney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga merupakan somatik setempat.
 Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu tinggi
Diagnosis
 Gambaran Klinik Apendisitis

 tanda awal
o nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksi
 nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik McBurney
o nyeri tekan
o nyeri lepas
o defans muskuler
 nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
o nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
o nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)
o nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
Pemeriksaan fisik
 Pada inspeksi appendisitis infiltrat atau adanya abses
apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di perut
kanan bawah. Kembung sering terlihat pada komplikasi
perforasi.

 Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio


iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler
(+), teraba massa yang fixed dengan nyeri tekan dan tepi
atas massa dapat diraba.
 Pada perkusi redup pada bagian kanan bawah
 Pada auskultasi peristalsis usus sering normal, peristalsis
dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforata.
 Pemeriksaan RT  tonus sfingter ani baik, ampula
kolaps,teraba massa yang menekan rectum apabila
terjadi abses dan nyeri apabila apendiks intrapervinal.
Psoas Sign Obturator Sign
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium (leukositosis)
 Pemeriksaan rontgen
 Foto polos abdomen
 USG

 CT-Scan,

 Barium enema
TATALAKSANA
 Pasien dewasa dengan massa periapendikular dianjurkan
untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil
diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya
peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa
periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita
boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2-
3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan
dapat ditekan sekecil mungkin.
Terapi konservatif pada periapendikular infiltrat :
 Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum
douglassi.
 Diet lunak bubur saring

 Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik


kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob.
Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu
kemudian, dilakukan apendiktomi.
 Kalau sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan
apendiktomi dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian.
 Analgetik digunakan jika perlu saja
Komplikasi
 Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah
perforasi.
 Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal
ataupun suatu peritonitis generalisata.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai