Anda di halaman 1dari 60

PILIHAN KATA

Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih


kata yang tepat untuk menyatakan ide atau gagasan.
Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting,
karena bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini
membentuk kelompok kata, kalimat,atau pun wacana
berdasarkan kaidah bahasa yang bersangkutan. Setiap
kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna.
Diksi merupakan pilihan kata.
Untuk karya ilmiah, digunakan diksi
ilmiah dan baku.

contoh: bisa → dapat


apotik → apotek
FUNGSI DIKSI
 Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal
 Menciptakan komunikasi yg baik dan
benar
 Menciptakan suasana yg tepat
 Mencegah perbedaan penafsiran
KETEPATAN PILIHAN KATA
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
/penggunaan kata, yaitu :
 Kata yang bermakna denotatif dan konotatif
 Kata yang bermakna sama dan hampir sama
 Kata yang umum dan kata khusus
 Kata yang mengalami perubahan makna
 Kata dengan ejaan yang mirip
 Kata ciptaan sendiri
 Kata ungkapan atau idiom
 Kata yang singkat dan tak singkat
2. PERSYARATAN DIKSI

Dalam memilih kata-kata, ada dua


persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu persyaratan ketepatan dan
kesesuaian.
Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu
dapat mengungkap-kan dengan tepat
apa yang ingin diungkapkan,
sehingga tafsiran pembaca sesuai
dengan apa yang dimaksud penulis.
Contoh penggunaan kata
berikut ini
 Kata mengacuhkan bersinonim
dengan mengabaikan.
(1)Karena mengacuhkan perintah,
akhirnya ia melakukan tindakan yang
melanggar prosedur
(2) Karena mengabaikan perintah,
akhirnya ia melakukan tindakan yang
melanggar prosedur
 Dengan mengenakan busana yang
anggun, mereka tampil di atas
panggung
 Dengan mengenakan busana
compang-camping, gelandangan itu
berjalan tanpa arah
Untuk memenuhi persyaratan ketepatan
dan kesesuaian di dalam pemilihan kata,
perlu diperhatikan :

a. Kaidah kelompok kata/frase


b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial

Ketiga kaidah ini saling berkaitan dan


saling mendukung sehingga karangan
atau tutur sampai kepada
pembaca/pendengar bernilai serta
berbobot.
a) Pilihan kata sesuai dengan kaidah
kelompok kata/frase.

Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan


kaidah kelompok kata/frase, seharusnya
pilihan kata / diksi yang tepat, seksama,
lazim, dan benar.
Tepat adalah pemilihan kata dengan
menempatkannya pada kelompoknya.
Contoh

Makna kata lihat dengan kata pandang


biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata
tidak dapat digantikan dengan
lihatan mata.
Seksama adalah makna kata harus benar
dan sesuai dengan apa yang hendak
disampaikan.
Contoh:
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi
termasuk kata-kata yang bersinonoim. Kita
biasanya mengatakan hari raya serta hari
besar, tetapi tidak pernah mengatakan hari
agung, hari akbar atau hari tinggi.
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik
bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, di dalam sebuah karangan
jangan dipergunakan ungkapan, frase, serta
kata-kata yang belum menjadi milik bahasa
indonesia.
Contoh:
Anjing makan, tidak bisa kita ganti dengan
anjing bersantap.
Walaupun kata “makan” bersinonim dengan kata
“bersantap”.
Benar adalah pilihan kata itu harus
mempunyai bentuk yang sesuai
dengan kaidah-kaidah yang berlaku di
dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
pengrusak rumah, merubah rencana
adalah contoh yang tidak benar, yang
benar adalah perusak rumah
mengubah rencana.
b). Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah
Makna Kata.

Pilihan kata/diksi harus


memperhatikan makna dasar kata
yang bersangkutan.
Kesulitannya adalah orang tidak dapat
lagi membedakan makna kata dasar
dan makna yang telah mengalami
perjalanan sejarah, pengalaman
pribadi, perbedaan perasaan,
perbedaan lingkungan, perbedaan
nilai-nilai makna, serta pearbedaan
profesi.
c). Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah
Lingkungan Sosial Kata.

Dalam pilihan kata/diksi harus selalu


meperhatikan lingkungan pemakaian
kata-kata.
Lingkungan itu dapat kita lihat
berdasarkan:
1. Tingkat sosial
2. Daerah/geografi
3. Formal dan non formal
4. Umum dan khusus.
Kata Yang Bermakna Denotatif
dan Bermakna Konotatif
 Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa
adanya.
Contohnya : Kata makan, dalam makna denotatif berarti
memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan
ditelan.
 Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang
timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi,
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual.
Contohnya : Misalnya: makan bisa berarti ‘korupsi’ pada
Ia diadili krn makan beton dalam proyek itu.
Makna Denotatif
 Makna denotatif adalah makna:
 makna dalam alam wajar
 Makna yang sesuai dengan apa adanya
 Makna yang terkandung dl sebuah kata
secara objektif
 Makna konseptual
 Makna bersifat umum
 Makna konotatif

 Makna yg timbul sbg akibat dari sikap


sosial, sikap pribadi, atau kriteria
tambahan pada makna konseptual
 Makna asosiatif
 Makna yang terkait dng sikon
 Makna tambahan
 Makna majas/kias
 Makna sbg tautan pikiran yg menimbulkan
nilai rasa ketika seseorang behadapan
dng sebuah kata
 Makna bersifat khusus
Contoh Makna Denotatif-Konotatif

1a. Perangainya buruk. (denotatif)


1b. Perangainya bajingan. (konotatif)
2a. Ia membeli kursi makan satu set.
(denotatif)
2b. Ia mendapat kursi empuk di kantornya
yang baru. (konotatif)
 Kata Bersinonim
Sinonim adalah dua kata lebih yang pada asasnya
mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya
berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-
alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan. Kita ambil contoh kata
cerdas dan cerdik. Kedua kata ini bersinonim, tetapi
kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim ialah :
agung, besar, raya
mati, mangkat, wafat, meninggal
cahaya, sinyal
penelitian, penyelidikan.
Pengunaan kata bersinonim
dalam frasa
1) Kucing adalah merupakan binatang
buas (salah)
2) Kepada Yth. Bapak Nurhadi (salah)
Penggunaan berikut salah, seharusnya:
1) a. Kucing adalah binatang buas
b. Kucing merupakan binatang buas
2) a. Kepada Bapak Nurhadi
b. Yth. Bapak Nurhadi
 Kata Bermakna Umum dan
Khusus
Kata bermakna umum mencakup kata
bermakna khusus.
 Kata bermakna umum
Contohnya : Ikan memiliki acuan yang lebih
luas daripada kata mujair atau tawes
 Kata bermakna khusus
Contohnya : gurame, lele, tawes, dan mas
KATA UMUM DAN KATA KHUSUS
 Superordinat

Warna (Hipernim)

 Subordinat
Biru Hijau Pink
(Hiponim)
Kata yang Mengalami Perubahan
Makna
1. Meluas
Perubahan makna meluas yaitu gejala yang
terjadi pada sebuah leksem yang mulanya
memiliki sebuah makna kemudian karena
berbagai faktor menjadi memiliki makna
lain
Contoh: Saudara
2. Menyempit
Perubahan makna yg terjadi pada
sebuah kata yg mulanya mempunyai
makna yang cukup luas, kemudian
berubah menjadi terbatas hanya pada
sebuah makna saja.
Contoh: Sarjana
Kata dengan Ejaan yang
Mirip
1. Homonim
Homonim berasal dari kata homo berarti nama. Homonim dapat diartikan
sama nama, sama bunyi, tetapi berbeda makna.
contoh : bisa, tanggal,beruang
2. Homofon
Homofon mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda
makna.
contoh : bang dengan bank
masa dengan massa
sangsi dengan sanksi
3. Homograf
Homograf ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi dan berbeda
makna.
contoh : apel, serang
Ungkapan atau idiom
Kata-kata yang dipakai secara kiasan yang
disampaikan pada suatu kesempatan disebut
idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom
atau ungkapan tergolong dalam kata yang
bermakna konotatif. Contoh :
 keras kepala
 panjang tangan
 sakit hati
 banting tulang
KESESUAIAN PILIHAN KATA
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
kesesuaian pilihan kata :
 Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku
 Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata
umum
 Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata
khusus
 Kata-kata yang bersifat ilmiah tidak harus
berbahasa asing
 Bahasa lisan berbeda dengan bahan tulisan
 Hindari pemakaian kata-kata yang kurang efektif
Kata Baku dan Tidak baku
 Kata baku adalah sebagai bahasa resmi dan
sebagai kerangka rujukan norma bahasa Indonesia
dalam penggunaannya.
 Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai
dengan kaidah mengenai kata dalam bahasa
Indonesia. Dalam artikata kata takbaku adalah
kata tidak resmi.
Ragam Baku dan Non baku
1. Ragam Baku
 Kemantapan dinamis
 Cendekia
 Seragam
2. Ragam Non baku
 Menyimpang dari kebakuan
RAGAM BAKU
 Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar pemakainya
sebagai bahasa resmi dan
sebagai kerangka acuan norma
bahasa dalam penggunaannya.
 Ragam tidak baku (nonbaku)
adalah ragam yang
menyimpang dari norma
baku.
Syarat Ragam Baku

a. Kemantapan dinamis
b. Cendekia
c. Seragam
Kemantapan Dinamis
 Kemantapan berarti, bahasa baku seuai
dengan pola dan sistem bahasa yang
baku
 Misalnya:
Bentuk kata dengan peng-
Peng + kontrak = pengontrak
bukan pengkontrak
meng- + suplai = menyuplai
bukan mensuplai
 Dinamis berarti, tidak kaku dan dapat
menerima perubahan yang berpola dan
bersistem
Misalnya:
penatar >< petatar
penyuluh >< pesuluh
penyepak bola >< pesepak bola
penuduh >< tertuduh
pendakwa >< terdakwa
Cendekia
 Ragam baku cendekia adalah ragam baku
yang dipakai di tempat resmi.
 Penggunanya adalah orang yang
terpelajar
 Biasanya diperoleh dari jalur formal
 Ragam cendekia lahir dari kesadaran
berbahasa sehingga kalimat yang
dihasilkan jelas dan cendekia.
Seragam
 Pembakuan bahasa adalah proses
penyeragaman bahasa.
 Pembakuan mencari kesamaan bahasa
 Keseragaman didasarkan kesepakatan.
 Bahasa baku tidak lepas dari
kesepakatan untuk keseragaman.
Bahasa Baku

Definisi :
 Suatu ragam penggunaan bahasa yang tidak
dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari aturan bahasa baku.
 Dipakai dalam situasi tidak resmi.
Ciri Bahasa Baku

Menurut Anton M. Moeliono ada dua ciri bahasa baku:


1. Mantap
*Untuk mencapai kemantapan perlu diusahakan
penyusunan aturan bahasa yang menyangkut dua
aspek :
a. Bahasa menurut situasi pemakai dan
pemakaiannya.
b. Bahasa menurut strukturnya sebagai sistem
komunikasi.
2. Cendikia
*Bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan
proses pemikiran yang rumit dalam berbagai
bidang ilmu.
Fungsi bahasa baku
1. Fungsi pemersatu, karena bahasa merupakan wahana dan
pengungkap kebudayaan nasional.
2. Fungsi Penanda kepribadian, indonesia membedakan
dirinya dengan menggunakan bahasa indonesia sebagai
identitas bangsa.
3. Fungsi Penambah wibawa, gengsi yang lekat pada bahasa
Indonesia baku menambahkan wibawa pada setiap orang
yang dapat menguasai bahasa dengan mahir.
4. Fungsi Kerangka acuan, merupakan ukuran tentang tepat
atau tak tepat pemakaian bahasa dalam situasi tertentu.
Latihan
Berfikir Berpikir
Jaman Zaman
Apotek Apotik
Terburu Keburu
Ketinggalan Tertinggal
Tampak Nampak
Mengesahkan Mensyahkan
Dirumah Di rumah
Kualitas Kwalitas
Legalisasi Legalisir
Resiko Risiko
Kedele Kedelai
Fihak Pihak
Ijasah Ijazah
Ijin izin
Prosentase Persentase
Efektivitas Efektifitas
Produktivitas Produktifitas
Hakikat Hakekat
Obyektif Objektif
Sistematis Sistimatis
Survei Survai
Mencontoh Menyontoh
Menyuci Mencuci
Antarkota Antar kota
Aerobik Erobik
Akuarium Aquarium
Atlet Atlit
Ekstrem Ekstrim
Energy Energi
Kuitansi Kwitansi
Metode Metoda
Praktik Praktek
Hakikat Hakekat
Insaf Insyaf
Karier Karir
Kompleks Komplek
Sistem Sistim
Teknik Tehnik
Ubah Rubah
Penyerapan/Pemungutan Kata
communication  komunikasi
mass media  media massa
effective  efektif
effectivity  efektivitas
computer  komputer
khusus  khusus
i’lan  iklan
musyarakah  masyarakat
Bentuk Serapan
1. Tidak ada perubahan
bank  bank
modern  modern
film  film
data  data
golf  golf
radio  radio
2. Penyesuaian

active  aktif
creative  kreatif
coordination koordinasi
transport  transpor
standard  standar
university  universitas
success  sukses
3. Penerjemahan

landing  mendarat
take off  lepas landas
sophisticated  canggih
up to date  mutakhir
announcer  pewara
hearing  dengar pendapat
busway  jalur bus khusus
Tugas Kelompok
1. Carilah masing-masing sepuluh
istilah dalam komunikasi yang
berkaitan dengan kata serapan
(tanpa perubahan, penyesuaian,
penerjemahan, dan gabungan
serapan-terjemahan).
2. Kata-kata/istilah itu Anda gunakan
dalam kalimat yang efektif.
Kalimat Efektif
Kalimat
 Menurut Ramlan, kalimat merupakan
satuan dalam bahasa yang diawali huruf
kapital dan diakhiri tanda baca seperti
titik (.), tanda seru (!), dan tanda tanya
(?).
 Jenis kalimat sangat beragam, di
antaranya adalah kalimat minor, kalimat
mayor, kalimat tunggal, kalimat
majemuk, kalimat inversi, dan kalimat
lainnya.
Untuk karya ilmiah…
 Digunakan kalimat efektif, agar:
 mudah dipahami,
 tidak menimbulkan kesalahpahaman,
dan
 sistematis.
Syarat-syarat agar Kalimat Menjadi
Efektif

 Penulisan kalimat tersebut sesuai


dengan EYD
 Sistematis
 Hemat
 Paralel
 Logis
Sistematis
 Kalimat efektif harus sistematis
mengikuti pola dalam tata bahasa
Indonesia, yakni:
S P O K.
 Apabila Ket berada di awal kalimat
maka pola kalimat menjadi:
K, S P O.
…sesuai EYD…
 Penulisan kalimat efektif harus sesuai
dengan kaidah yang berlaku, yaitu
EYD.
 Sebagai pedoman, EYD yang
(seharusnya) digunakan adalah EYD
yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa
Indonesia.
Hemat
 Dalam kalimat efektif, kata yang
digunakan tidak berlebih-lebihan.
Contoh:
sangat senang sekali → sangat senang
seluruh film-film → seluruh film
Paralel
 Semua untaian yang ada dalam
kalimat efektif haruslah paralel.
contoh:
Pekerjaan di perpustakaan meliputi
penglasifikasian, penomoran, dan
penyusunan buku.
Logis
 Kalimat efektif haruslah dapat masuk
akal secara ilmiah.
contoh:
*Ular berlari terbirit-birit.
→ kalimat tersebut tidak efektif
karena tidak logis. Alasannya, ular tidak
memiliki kaki. Jadi, tidak mungkin ular
berlari.
Mari kita budayakan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai