Anda di halaman 1dari 68

JENIS-JENIS BISNIS BOGA

Titiek Koesdartini
Bisnis boga pada umumnya tergolong usaha kecil dan
menengah
Menurut UU No. 9/1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil
adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki kekekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak


termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar.
3) Milik Warga Negara Indonesia (WNI).
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik
langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah
atau besar.
5) Bentuk usaha merupakan orang perseorangan, badan usaha
yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan
hukum, termasuk koperasi.
Menurut Inpres No. 10/1999, yang dimaksud Usaha Menengah
adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang


berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan
usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
berbadan hukum termasuk koperasi
2) Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi,
baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Besar
3) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 200 juta - Rp 10 miliar
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 milyar per
tahun.3
RESTORAN
Menurut Suarthana (2006 : 23) restoran adalah: ”tempat usaha yang
komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan pelayanan
makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya”.
Sedangkan menurut Sihite (2000 : 16) restoran adalah: “suatu
tempat dimana seseorang yang datang menjadi tamu yang akan
mendapatkan pelayanan untuk menikmati makanan, baik pagi,
siang, ataupun malam sesuai dengan jam bukanya dan oleh tamu
yang menikmati hidangan itu harus membayar sesuai dengan harga
yang ditentukan sesuai daftar yang disediakan di restoran itu”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa restoran adalah
tempat usaha yang melayani tamu yang datang dengan ruang
lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman yang
bersifat komersial.
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang
diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan
pelayanan dengan baik kepada semua konsumennya baik
berupa makanan maupun minuman.
Tujuan operasional restoran adalah untuk mencari
keuntungan membuat puas para konsumennya
A la carte restaurant
Kafetaria
KLASIFIKASI RESTORAN
1.  A La Carte Restaurant 
Adalah restoran yang telah mendapatkan ijin penuh untuk
menjual makanan,lengkap dengan banyak variasi. Dimana
konsumen bebas memilih sendiri makanan yang mereka
kehendaki. Tiap-tiap makanan yang tersedia di restoran
jenis ini memiliki harga tersendiri.
2. Table D’hote Restaurant 
Adalah restoran yang khusus menjual menu yang lengkap
(dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup), dan
tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula
3. Cafetaria atau Café 
Adalah restoran kecil yang mengutamakan penjualan kue,
roti isi, kopi dan teh. Pilihan makanan terbatas dan tidak
menjual minuman beralkohol.
4.  Inn Tavern
Adalah restoran dengan harga yang relatif cukup
terjangkau, yang dikelola oleh perorangan di tepi kota.
Suasana dibuat sangat dekat dan ramah dengan
konsumennya serta menyediakan hidangan yang lezat.
5. Snack Bar  atau  Milk Bar 
Adalah restoran dengan tempat yang tidak terlalu luas
yang sifatnya tidak resmi dengan pelayanan yang cepat,
dimana konsumen mengumpulkan makanan mereka
diatas baki yang diambil dari atas counter  (meja
panjang yang membatasi dua ruangan) kemudian
membawanya sendiri ke meja makan. Konsumen bebas
memilih makanan yang disukai, disini lebih dikenal
dengan nama Restoran cepat saji ( fast food ).
Makanan yang tersedia umumnya hamburger , roti
isi, kentang goreng, ayam goreng, nasi, dan mie.f.
6. Specialty Restaurant 
Adalah restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya
disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan
atau temanya. Restoran semacam ini menyediakan
masakan Eropa, China, Jepang, India dan
sebagainya.Pelayanan sedikit banyak berdasarkan tata
cara negara asal makanan spesial tersebut.
7. Family Type Restaurant 
Adalah restoran sederhana yang menghidangkan
makanan dan minuman dengan harga yang relatif
murah dan terjangkau. Terutama disediakan
untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan
1. Lakukan survei sederhana : pelajari lokasi restoran yang
akan didirikan, pelajari tingkat kepadatan di daerah
tersebut, prediksi ditempat tersebut dalam 5-10 tahun ke
depan dan pelajari calon-calon pesaing.
2. Sedangkan untuk permodalan dapat dilakukan melalui
usaha patungan dengan keluarga atau teman, bisa juga
dengan dana tabungan atau mencari dana pinjaman dari
bank.
3. Seluruh standar suatu restoran sebaiknya dituangkan secara
tertulis dan didokumentasikan dengan baik. Namun yang
terpenting, harus diinformasikan kepada seluruh karyawan
di restoran tersebut sehingga menjadi acuan untuk mereka
bekerja. Latihlah karyawan sebelum restoran dibuka.
4. Salah satu kunci keberhasilan restoran adalah sesuaikan
menu yang ditawarkan pada calon pelanggan atau target
pasar.
5. Membina hubungan dengan para pelanggan harus
WARALABA
Waralaba (Inggris: Franchising;Prancis: Franchise) untuk
kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual
suatu produk atau jasa maupun layanan.
Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud
dengan Waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada
pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor)
memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem,
prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Franchisor dan Franchisee
Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan
usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada
pihak lain untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan
usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas
yang dimiliki pemberi waralaba.
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh
Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin
meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun
usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali
memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS.
Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih
sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola.
Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer
kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri
otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898.
Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah
dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi
dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif
antar pabrikan mobil dengan penjual.
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah
makan siap saji.
Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W
Root Beer membuka restoran cepat sajinya.
Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama
dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha
restoran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan
rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang
sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun
desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran.
Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami
berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang
kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis
(business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba
generasi kedua.
Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat
terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan
waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis
diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari
keseluruhan usaha ritel yang ada di AS.
Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba
dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and
Golden Egg, pada tahun 60-an.
Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik
waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra
usahanya berpedoman pada keuntungan bersama,
tidak berdasarkan SARA
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
1. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena
sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai
dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
2. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan
investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi
pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup
piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan
oleh pemilik waralaba.
Biaya waralaba meliputi:
Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1
miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang
dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat
tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan
ongkos penggunaan HAKI.
Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap
bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti
berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor.
Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen.
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun
1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan
bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu
dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu
franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga
memiliki hak untuk memproduksi produknya.
Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka
persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah
kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor
maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa
di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas,
waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang.
Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia
dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti
dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya
ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum
dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut[
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata
Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-
DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum
terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat
ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis
waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini
terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat
melindungi bisnis waralaba tersebut.
Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain
APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia),
WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi
Franchise Indonesia).
Di Indonesia waralaba yang berkembang pesat dan
masih sangat menguntungkan adalah waralaba di
bidang makanan (Wong Solo, Sapo Oriental, CFC, Hip
Hop, Red Crispy, Papa Rons , lele lela, bebek goreng H.
Slamet, Sop ayam Pak Min Klaten, bakso kepala sapi
dan masih banyak merek lainnya)
Pengertian waralaba adalah sesuatu yang harus
dipahami benar-benar oleh seorang pebisnis yang
ingin mewaralabakan bisnisnya.  Pengertian waralaba
ini harus secara menyeluruh dan tidak boleh
sepotong-sepotong.
Bisnis waralaba atau franchise suatu cara atau sistem
pemasaran dengan memberikan kesempatan kepada
orang atau badan usaha dengan menduplikasikan
usahanya secara mandiri  terutama pada unit ( badan )
usahanya dan harta usahanya  yaitu barang
daganganya atau uang hasil penjualannya  dll.
Didalam bisnis franchise ada nilai lebih yang selalu
membedakan bisnis franchise yang satu dengan
franchise yang lainnya dan merupakan salah satu
kriteria bisnis yang bisa di franchisekan adapun 
kriteria usaha yang dapat di franchise yaitu :
1. mempunyai ciri khas usaha atau keunikan
2. terbukti sudah memberikan keuntungan
3. memiliki standar atas pelayanan barang dan jasanya
4. mudah diajarkan atau diaplikasikan
5. adanya dukungan yang berkesinambungan
6. hak kekayaan intelektual yang telah didaftarkan
Mungkin saja terjadi  bisnis franchise satu dengan lainnya
memiliki kemiripan pada jenis usahanya,  akan tetapi  ada 
sesuatu yang dapat membedakan setiap usaha franchise  yang
satu dengan yang lainnya. Selain merek atau brandnya tentunya
dan dapat menjadi nilai lebih  yang dapat meningkatkan nilai
tambah bagi bisnisnya  yaitu keunikan atau ciri khas usahanya.

Sebagai contoh banyak kita jumpai bisnis franchise makanan 


yang menjual bakso walaupun sama sama mengusung bisnis
franchise yang sama akan tetapi masing masing mempunyai
keunikan tersendiri dan ini menjadi nilai tambah dari bisnis
yang mereka jalankan.
Walaupun  yang dijual mungkin sama tetapi ada hal lain
yang membuat seseorang  senang kepada salah satunya
karena ciri khas atau keunikan yang dijualnya baik
baksonya, tempatnya atau mungkin cara penyajiannya.

Misalnya bisnis franchise yang menjual burger mulai dari


yang di gerobak atau booth bahkan restoran siap saji
seperti Mc Donald atau Burger King. Mungkin semua sama
sama menjual burger tetapi masing masing mempunyai
nilai keunikan yang berbeda baik dari rasa , ukuran
maupun konsep penyajiannya dan dari ciri khas atau
keunikan akan menjadi nilai  jual dari bisnis franchise yang
kita jalankan
Banyak bidang usaha tidak hanya di bisnis franchise yang
sangat mengandalkan keunikan usahanya. Biasanya bisnis yang
mempunyai ciri khas atau keunikan yang kuat biasanya lebih
dapat bertahan lama. Walaupun ada saja  yang mengikuti atau
meniru bisnis yang dijalankan akan  tetapi dari keunikan yang
dimiliki tetap akan terlihat berbeda dan biasanya bisnis yang
pertama yang mengusung usaha tersebut menjadi pemenang
dari persaingan bisnis yang meniru atau plagiat.

Mungkin banyak orang yang mencoba bisnis yang sama tetapi


nilai ciri khas usaha tentunya berbeda dan ini yang menjadikan
kekuatan bisnisnya setelah merek yang memang telah kuat kita
bisa perhatikan banyak bisnis franchise yang tidak memiliki
ciri khas atau keunikan yang kuat akan lebih cepat gulung tikar
atau bangkrut karena tidak mempunyai nilai lebih yang dapat
menjual bisnisnya.
Usaha waralaba di bidang makanan lebih cepat jenuh
dibanding bidang lain. Dari sekitar 20 usaha waralaba
makanan yang muncul di DIY, saat ini hanya sekitar 35
persen yang bisa terus berkembang.

Kreativitas pelaku wirausaha di DIY dalam menciptakan


ide usaha memang tinggi. Secara nasional, saat ini jumlah
usaha waralaba yang muncul di DIY menempati posisi
kedua setelah Jakarta.
Rangga Umara pemilik Pecel Lele Lela memulai usahanya
 pada tahun 2006. Dengan modal awal sebesar Rp3 juta,
Rangga mulai melakukan inovasi pada ikan lele dan
mengenalkan berbagai menu masakan lele kreasinya yang
ternyata disukai dan banyak peminatnya.
Saat ini Pecel Lele Lela telah mempunyai 23 cabang di
Jabodetabek dan Bandung. Meskipun baru berusia 31
tahun, Rangga sudah bi omzet senilai Rp 1,8 miliar per
bulan dari usahanya .
Usaha tersebut menurut Rangga dikembangkan melalui
tiga cara yaitu milik sendiri, waralaba (franchise), dan joint
venture. Setelah berdiri di beberapa kota di Indonesia,
Rangga sudah menyiapkan rencana membuka Pecel Lele
Lela di Penang, Singapura, dan Jeddah.
BAKSO KEPALA SAPI
TOFUKU
Outlet OUTDOOR New Design

Harga : 8.500.000,-
Ukuran 60 cm x 120 cm x 200 cm
Material outlet : Kayu
Cat : Spray
Cocok untuk diletakkan di Mall, Pusat
Keramaian, Kampus dan Jalan Raya
dengan tingkat kecepatan mobilitas
rendah ( Jalan Kelas II )
Fasilitas Yang Didapat :
Satu unit outlet/gerobak Tofuku
Satu set perlengkapanstandart Tofuku

Seragam 2 buah

Training karyawan lewat video


Paket promosi usaha
 NB. Ongkos kirim Outlet dan
bahan baku ditanggung Mitra
Outlet INDOOR New Design

Harga : 7.000.000.-
Ukuran mobile 95 cm x 60 cm x 160 cm
Material outlet : Kayu
Cat : Spray
Outlet didesain untuk di dalam ruangan
seperti di depan Supermarket, Ruko atau di
depan Mall. Fasilitas yang di dapat :
Satu unit outlet/gerobak Tofuku
Satu set perlengkapan Standart Tofuku

Seragam 2 buah

Training karyawan lewat video

Paket promosi usaha


NB. Ongkos kirim Outlet dan bahan
baku ditanggung Mitra
1. Lakukan survei sederhana : pelajari lokasi restoran yang akan didirikan, pelajari
tingkat kepadatan di daerah tersebut, prediksi ditempat tersebut dalam 5-10
tahun ke depan dan pelajari calon-calon pesaing.
2. Sedangkan untuk permodalan dapat dilakukan melalui usaha patungan dengan
keluarga atau teman, bisa juga dengan dana tabungan atau mencari dana
pinjaman dari bank.
3. Seluruh standar suatu restoran sebaiknya dituangkan secara tertulis dan
didokumentasikan dengan baik. Namun yang terpenting, harus diinformasikan
kepada seluruh karyawan di restoran tersebut sehingga menjadi acuan untuk
mereka bekerja. Latihlah karyawan sebelum restoran dibuka.
4. Salah satu kunci keberhasilan restoran adalah sesuaikan menu yang ditawarkan
pada calon pelanggan atau target pasar.
5. Membina hubungan dengan para pelanggan harus dilakukan secara terus
menerus dan dalam segala situasi.
Lakukan survei sederhana : pelajari lokasi restoran yang akan didirikan, pelajari tingkat kepadatan di daerah tersebut, prediksi ditempat tersebut dalam 5-10 tahun ke depan dan pelajari
calon-calon pesaing.
Sedangkan untuk permodalan dapat dilakukan melalui usaha patungan dengan keluarga atau teman, bisa juga dengan dana tabungan atau mencari dana pinjaman dari bank.
Seluruh standar suatu restoran sebaiknya dituangkan secara tertulis dan didokumentasikan dengan baik. Namun yang terpenting, harus diinformasikan kepada seluruh karyawan di
restoran tersebut sehingga menjadi acuan untuk mereka bekerja. Latihlah karyawan sebelum restoran dibuka.
Salah satu kunci keberhasilan restoran adalah sesuaikan menu yang ditawarkan pada calon pelanggan atau target pasar.
Membina hubungan dengan para pelanggan harus dilakukan secara terus menerus dan dalam segala situasi.

1. usaha yang dijalankan merupakan suatu prototipe usaha


yang terbukti sukses
2. memiliki tim manajemen yang kuat, yang terdiri dari
karyawan, manager dan direktur
3. memiliki modal yang memadai untuk memulai dan
mengembangkan program waralaba
4. memiliki identitas dagang yang khas, berbeda dan
dilindungi oleh hukum
5. memiliki metode operasi dan manajemen yang terbukti
dan dituangkan dalam bentuk manual operasi tertulis
yang komprehensif, dan tidak mudah ditiru oleh pesaing
6. memiliki program pelatihan yang sistematis dan aplikatif bagi
franchisee.
7. memiliki staf pendukung lapangan (franchise support) yang terlatih
dan professional.
8. memiliki dokumen sah yang komprehensif dan mencerminkan
strategi bisnis perusahaan dan kebijakan operasinya.
9. usaha yang ditawarkan memiliki permintaan pasar yang terbukti
memadai untuk produk dan jasa yang dikembangkan oleh franchisor.
10. Memiliki sekumpulan standar arsitektur dan kriteria pemilihan lokasi
yang seragam.
11. memahami pemahaman yang tepat terhadap pesaing (langsung
maupun tidak langsung)yang akan dihadapi oleh franchisor dalam
memasarkan waralaba pada calon franchisee, dan saingan yang akan
dihadapi franchisee dalam memasarkan produk dan jasanya kepada
calon pelanggan.
12.memiliki hubungan dengan pemerintah, pemasok,
lembaga keuangan,developer dan sumber daya penting
lainnya.
13.memiliki sistem penyaringan dan rekruitment franchisee
untuk mengindentifikasi kualifikasi atas persyaratan
yang harus dipenuhi calon franchisee, misalnya
kemampuan keuangan, kehandalan bisnis, dan
pemahaman industri yang bersangkutan.
14. memiliki sistem pelaporan dan pencatatan yang efektif
untuk menjaga kinerja franchisee dan memastikan
bahwa royalty dilaporkan secara akurat dan dibayar tepat
waktu.
15. memiliki kemampuan dan fasilitas riset dan pengembangan
produk dan jasa bagi konsumen secara kontinyu melalui
jaringan waralaba.
16. memiliki sistem komunikasi yang mempermudah dialog
terbuka dan berkesinambungan dengan franchisee, yang
nantinya akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik
dalam jaringan ini.
17. memiliki program advertising, pemasaran dan kehumasan di
tingkat daerah, nasional, bahkan internasional yang
dirancang untuk mendapat calon franchisee dan juga
konsumen di tempat-tempat yang dijalankan oleh franchisee.
KEGAGALAN USAHA WARALABA
1. Modal awal dan royalti waralaba yang cukup tinggi
 Modal awal dan franchise fee bisa sangat mempengaruhi laba penyewa bisnis
waralaba. Sebagai contoh, membuka waralaba McDonald's: harus punya lokasi
sendiri (sewa maupun milik), royalti waralaba sekitar Rp 405 juta (US$ 45.000)
untuk memegang hak waralaba selama 20 tahun, setelah masanya habis maka
bisa diperpanjang. membuka sebuah restoran cepat saji McDonald's berkisar
antara Rp 4,5 miliar sampai Rp 14,4 miliar.
 Franchise fee yang harus disetorkan per tahun. Setiap tahun, pemegang
pemegang waralaba harus menyetorkan 12,5% omzetnya ke pemilik waralaba.
Jadi, berapapun omzet anda atau sebaik apapun bisnis, anda akan terus terikat
dengan peraturan ini.
 Ongkos sewa tahunan ini merupakan syarat paling standar dalam dunia
waralaba. Bahkan, Burger King meminta tambahan 4,5% jika ongkos
waralabanya mencapai Rp 450 juta, sama seperti Dunkin' Donuts yang
meminta tambahan 5,9% untuk franchise fee di kisaran Rp 360-720 juta
tergantung lokasi.
Dikurangi gaji karyawan, uang makan dan pajak, bisa terlihat bahwa
memegang lisensi waralaba tidak semudah seperti kelihatannya.
2. Biaya bahan baku yang mahal
Kebanyakan pemilik waralaba memaksa para pemegang lisensinya
untuk membeli bahan baku dari pensuplai yang biasanya masih ada
hubungan 'spesial' dengan si pemilik waralaba. Biasanya, harga yang
ditetapkan oleh pensuplai ini lebih tinggi ketimbang harga pasar.
Beberapa pemilik waralaba makanan cepat saji mematok 5-10% lebih
tinggi dari harga pasar untuk produk-produk seperti sayuran, tomat atau
bahan baku lainnya. Padahal, sayuran tetap sayuran yang harganya
biasanya hampir sama, tapi ini menjadi salah satu cara lain si pemilik
waralaba menggenjot laba.
3. Minimnya pendanaan
Kebanyakan pemegang lisensi waralaba tidak punya akses
ke pendanaan yang baik. Jadi, jika butuh tambahan modal,
kebanyakan pemegang lisensi waralaba harus merogoh
koceknya sendiri. Bisa dibilang, pemegang lisensi waralaba
bergantung pada diri sendiri.
Beberapa pemilik waralaba mengetahui hal ini dengan baik
sehingga memberikan opsi cicilan untuk franchise fee,
modal awal, bahan baku dan peralatan untuk memulai
waralaba. Situasi seperti ini biasanya lebih menarik para
calon pemegang lisensi waralaba.
4. Minimnya kontrol lokasi
Beberapa waralaba punya aturan untuk tidak terlalu banyak membuka
tokonya di sebuah kota demi menghindari saturasi pasar dan omzet
yang anjlok. Akan tetapi banyak juga waralaba yang membuka toko
sebanyak mungkin di sebuah kota demi menggenjot penjualan.
Itulah mengapa bukanlah sesuatu yang aneh jika anda melihat lima
gerai McDonald dalam radius 8 km karena perusahaannya berusaha
untuk meraup setiap uang yang ada di wilayah tersebut. Pemilik
waralaba memang dapat untung banyak, tapi yang menderita adalah
gerai si pemegang lisensi waralaba, karena tiap muncul satu waralaba di
lokasi yang sama, maka omzetnya bisa turun sampai setengah.
5. Kurang kreatif
Sebuah waralaba biasanya mewajibkan keseragaman.
Mulai dari dekorasi toko, papan reklame, produk yang
ditawarkan sampai seragam pelayannya harus sama. Untuk
orang yang menyukai kreatifitas, ini bisa membuat
frustasi.
Jadi, jika anda yang terbiasa menjadi bos bagi diri sendiri,
keseragaman ini mungkin cukup sulit dilakukan. Mungkin
anda tidak cocok untuk berbisnis waralaba.
6. Pemilik waralaba kurang mengenal daerah baru
Anda pasti sering mendengar kalau kunci sukses dalam berbisnis adalah
lokasi, lokasi, lokasi. Pasalnya, lokasi memang sangat mentukan sukses atau
gagalnya sebuah bisnis.
Intinya, jika anda tidak bisa menemukan lokasi yang tepat untuk membuka
waralaba, anda pasti akan kesulitan, karena si pemilik waralaba pun tidak bisa
banyak membantu anda dalam menentukan lokasi.
Contohnya waralaba pizza. Anda tidak bisa dengan mudah membuka gerai
pizza di sebuah daerah yang cukup ramai penduduk. Tetapi, anda juga harus
perhatikan tingkat usia di lokasi tersebut.
Salah besar jika anda membuka gerai pizza di lingkungan ramai tapi isinya
orang tua. Lebih baik anda cari lingkungan yang lebih sepi tapi isinya anak
muda semua.
Riset seperti ini lah yang biasanya tak dimiliki oleh si pemilik waralaba. Si
pemegang lisensi waralaba lah yang bertugas untuk melakukan riset ini
sendirian tanpa bantuan kantor pusat.
KATERING
Pengertian Jasa Boga/Catering, berasal dari kata kerja
“cater” yang berarti menyiapkan dan menyajikan makanan
dan minuman untuk umum sebagai pelepas lapar dan
dahaga, sedangkan orang-orang yang menyajikannya
disebut “caterer ”
Perkembangan jenis bisnis katering
1. Jasa katering pesta
2. Jasa katering rantangan : RT/karyawan (langganan)
3. Jasa katering perusahaan/pabrik : makan siang
4. Jasa katering transportasi : Pesawat, Kapal laut, bis,
kereta api
5. Jasa katering menu tertentu (prasmanan, rumah
makan atau boks) : RM Padang Sederhana
6. Jasa katering Rumah Sakit (makanan khusus bagi
pasien) : ahli gizi (menu ditakar)
7. Jasa katering khusus : vegetarian, khusus diet.
Dalam memulai usaha dalam bidang apapun, maka yang pertama
kali harus diketahui adalah peluang pasar dan bagaimanan
menggaet order. Bagaimana peluang pasar yang hendak kita masuki
dalam bisnis kita dan bagaimana cara memperoleh order tersebut.
Yang kedua adalah kita harus mampu menganalisa keunggulan dan
kelemahan pesaing kita dan sejauh mana kemampuan kita untuk
bersaing dengan mereka baik dari sisi harga, pelayanan maupun
kualitas.
Yang ketiga adalah persiapkan mental dan keberanian memulai.
Singkirkan hambatan psikologis rasa malu, takut gagal dan perang
batin antara berkeinginan dan keraguan. Jangan lupa harus siap
menghadapi resiko, dimana resiko bisnis adalah untung atau rugi.
Semakin besar untungnya maka resikonya pun semakin besar. Yang
terpenting adalah berani mencoba dan memulai. Lebih baik
mencoba tetapi gagal daripada gagal mencoba.
INDUSTRI ROTI

Industri roti (bakery) merupakan bagian dari industri makanan jadi
yang memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam
proses produksinya.

Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery,
bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie.

Roti merupakan makanan yang berbasis tepung terigu yang semula
dikonsumsi sebagai makanan selingan, namun dalam
perkembangannya, budaya mengkonsumsi roti tidak lagi menjadi hal
yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Meskipun dalam kenyataannya, roti belum bisa menggantikan fungsi
nasi sebagai makanan pokok, akan tetapi seiring dengan berjalannya
waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi
sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan
waktu makan. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat pada roti juga
tidak jauh berbeda bahkan lebih baik daripada nasi atau mi basah.
PEDAGANG KAKI LIMA
Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah
untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan
gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena
jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut
adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak
(yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu
kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di
jalanan pada umumnya.
DEFINISI PEDAGANG KAKI LIMA
PERDA DKI JAKARTA NO : 5 TAHUN 1978

“ MEREKA YANG DALAM USAHANYA


MEMPERGUNAKAN BAGIAN JALAN/TROTOAR DAN
TEMPAT KEPENTINGAN UMUM YANG BUKAN
DIPERUNTUKKAN TEMPAT USAHA, SERTA TEMPAT
LAIN YANG BUKAN MILIKNYA ”

FW/BSFM/MEI/2004 61
KEBERADAAN PKL
• MENGOTORI PEMANDANGAN DAN KEINDAHAN
• MENGOTORI LINGKUNGAN
IMPRKEBERADAAN • MENYEBABKAN LALU LINTAS MACET
PKL • MENGGAGNGGU KETERTIBAN UMUM
ESI PKL
• PENGETAHUAN DAGANG RENDAH
• MUTU DAGANGAN RENDAH
• KEUNTUNGAN KECIL
KONDISI PKL • MODAL KURANG
• TEMPAT USAHA KOTOR
• AKSES TERHADAP SUMBER MODAL TIDAK ADA
• POSISI LEMAH TERHADAP KONFLIK HUKUM

• BUAH-BUAHAN • PERALATAN
• MAKANAN DAN KENDARAANBERMOTOR
MINUMAN • BAMBU
• JAMU • MAKANAN IKAN/ALAT -
JENIS
• TANAMAN HIAS ALAT PANCING
PERDAGANGAN PKL • BURUNG • TAMBAL BAN
• ROKOK • REPARASI JAM/KUNCI
• SURAT KABAR DAN • BARANG DARI KULIT
MAJALAH • PAKAIAN
• BENSIN • PLAT/BARANG CETAKAN
• MAKANAN HEWAN & SABLON

FW/BSFM/MEI/2004 62
MATRIK USAHA
PEDAGANG KAKI LIMA
(PERBEDAAN PERSEPSI PEMERINTAH V.S PKL)

PEMERINTAH PEDAGANG KAKI LIMA


SEKTOR
NO
USAHA TERTIB INDAH AMAN BERSIH AMAN STRATEGIS

• Halte
• Terminal
• Tdk • Terminal
bayangan
Pedagang mengganggu
• Lampu merah
lalu lintas& • Menjaga
• Menjaga
Makanan • Gerobak pejalan kaki. keamanan • Rumah sakit
kebersihan • Kampus
indah tertata • Menjaga bersama
dan sampah
Gerobak rapi KAMTIBMAS • Menjaga aparat. • Pasar
Minuman beroda • Terpal, atap • Tidak • Membrantas • Tmp Hiburan
5 Sistem buka - dan penutup menjadi
kebersihan
premantisme • Perkantoran
(Pecel lingkungan
tutup rapi, bersih pangkalan • Menjaga bau
• Tdk • Komplek
lele, Mie dan indah copet, pejudi ditangkap Perumahan
tdk sedap
dan pemabuk Trantib
Ayam, • Berkoordinas
• Pinggir Jalan
• Mall
Sate Dll) i dgn aparat • Tmp Olah
terkait. Raga
• Pabrik
• Wisata
• Tdk
mengganggu
lalu lintas& • Menjaga
• Gerobak pejalan kaki. • Menjaga keamanan
• Menjaga
beroda kebersihan bersama
• Sistem Buka – KAMTIBMAS sampah aparat.
Pedagang tutup • Gerobak rapi,
• Tidak • Menjaga • Membrantas
• Tepi jalan
menjadi • Tmp. Wisata
6 Buah- • Berjajar rapi di bersih dan
pangkalan
kebersihan premantisme
• Rumah sakit
suatu lokasi indah lingkungan • Tdk
buahan • Di belakang copet, • Menjaga bau ditangkap
• Perumahan
pejudi dan
trotoar tdk sedap Trantib
pemabuk
FW/BSFM/MEI/2004 • Berkoordina 63
si dgn
Dampak Positif dari Hadirnya PKL
Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL
memiliki harga yang tidak tinggi, tersedia di banyak
tempat, serta barang yang beragam.
Dan uniknya keberadaan PKL bisa menjadi potensi
pariwisata yang cukup menjanjikan. Sehingga PKL banyak
menjamur di sudut-sudut kota, karena memang
sesungguhnya pembeli utama adalah kalangan menengah
kebawah yang memiliki daya beli rendah
Dampak positif terlihat pula dari segi sosial dan
ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan
bagi pertumbuhan ekonomi kota karena sektor
informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis.
Cilok
Daging 5 Kg + 3 karung kanji =Sekitar Rp 300.000
Mau tau berapa butir cilok yang dihasilkan?
100.000 butir
jika per hari seorang penjual cilok berhasil menjual 1000 butir saja
maka 1.000 x Rp 100/butir = Rp 100.000 / hari = 3.000.000 per bulan

Tambal Ban
Bila sepi si penambal ban hanya mendapatkan 15 sepeda dengan ban
bocor per hari
15 x Rp 5.000 = Rp 75.000 x 30 hari = Rp 2.250.000
(MINIMAL, BELUM TERMASUK HARI MINGGU)

Gorengan
Sehari si penjual berhasil menjual 500 buah gorengan (lokasi dekat
terminal)
500 buah x Rp 500 = 250.000 x 30 = Rp 7.500.000 / bulan
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENCAPAIAN
TARGET
1. Konsep yang matang : pemilihan jenis usaha
2. Perencanaan usaha yang baik (perhitungan modal,
tenaga kerja, promosi)
3. Pengelolaan usaha yang profesional (menu makanan
yang terjaga, servis memuaskan, makanan dan alat
terjaga kebersihannya, tepat waktu)
4. Strategi usaha yang jitu ; promosi pada saat acara,
media
5. Inovasi tiada henti (mengeluarkan masakan baru
/R&D)
6. Kontrol usaha secara cermat (meminimalkan
kehilangan, kebocoran pada usaha) : stok barang,
keuangan, kebersihan
7. Evaluasi usaha terus menerus (menu katering, alat
yang sudah out of date/tidak layak)
Dasar-dasar langkah yang berupa kegiatan-kegiatan disebut
dengan fungsi-fungsi manajemen, yaitu:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
4. Pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai