Anda di halaman 1dari 109

Gangguan Kepribadian

- Kepribadian  totalitas sifat sifat


emosional dan perilaku yang menandai
kehidupan seseorang dari hari kehari dalam
kondisi yang biasa dan relatif stabil.
-   Gangguan kepribadian :
 Suatu varian dari sifat karakter tersebut
diluar rentang yang ditemukan.
 Sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaftif.
 Menyebabkan gangguan fungsional yang
bermakna atau penderitaan subjektif.
- Menolak bantuan psikiatrik dan
menyangkal masalahnya.
- Aloplastik  mampu mengadaptasi
dan mengubah lingkungan eksternal.
- Ego sintonik  dapat diterima oleh
ego.
Klasifikasi :
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder IV :
-  Kelompok A :
 Gangguan kepribadian paranoid, skizoid,
dan skizotipal.
 Orangnya seringkali tampak aneh dan
eksentrik.
-  Kelompok B :
 Ganguan kepribadian antisocial, ambang,
histrionik, dan narsistik.
 Tampak dramatik, emosional, dan tidak
menentu.
- Kelompok C :
 Gangguan kepribadian menghindar,
dependen, dan obsesi kompulsi serta
gangguan kepribadian yang tidak
ditentukan.
 tampak cemas atau ketakutan.
ETIOLOGI
 Faktor genetika :
- Gangguan kepribadian kelompok A 
lebih sering ditemukan pada sanak saudara
biologis dari pasien skizofrenik.
- Gangguan kepribadian kelompok B 
memiliki dasar genetika.
-  Gangguan kepribadian anti social 
gangguan penyalahgunaan alohol.
- Depresi  ditemukan pada latar
belakang keluarga pasien kepribadian
ambang.
- Gangguuan keibadian kelompok C 
mungkin memiliki dasar genetika.
Gangguan kepribadian menghindar 
memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.
Faktor temperamental :
-         Anak yang secara temperamental
ketakutan  mengalami gangguan
kepribadian menghindar.
-         Disfungsi system saraf pusat pada
masa anak-anak  gangguan kepribadian
antisocial dan ambang.
 Faktor biologis :
 Hormon :
-         Orang impulsive  menunjukkan p kadar
testoterone, 17- estradiol, dan estrone.
-         Pada primata bukan manusia  androgen
m kemungkinan agresi dan perilaku seksual.
-         Kadar monoamine oksidase trombosit yang
rendah  dihubungkan dengan aktifitas dan
sosiabilitas.
 Neurotransmiter :
- Endorfin  memiliki efek yang serupa
dengan morfin eksogen  efek analgesia dan
supresi rangsangan.
- Kadar endorfin androgen tinggi 
berhubungan dengan orang yang phlegamtik-
pasif.
- Kadar 5-hydroxyindolacetic acid (5-HIAA)
 suatu metabolit serotonin  rendah pada
orang yang berusaha bunuh diri dan pada pasien
yang impulsive dan agresif.
 Elektrofisiologi :
-Perubahan konduksi elektrik pada EEG 

gangguan kepribadian antisocial dan


ambang, dimana ditemukan aktifitas
gelombang lambat.
 Faktor psikoanalitik :
 Sigmund Freud :
- Sifat kepribadian berhubungan erat dengan
fiksasi pada salah satu stadium perkembangan
psikoseksual.
- Suatu karakter oral  pasif dan dependen
karena terfiksasi pada stadium oral, yaitu
ketergantungan pada orang lain untuk asupan
makanan adalah menonjol.
- Karakter anal  keras kepala, kikir, dan
sangat teliti karena perjuangan disekitar latihan
toilet selama periode anal.
 Wilhem Reich :
- Mengajukan istilah “ character armor
“  menggambarkan gaya defensif
karakteristik yang digunakan seseorang
untuk melindungi dirinya sendiri dari
impuls eksternal dan dari kecemasan
interpersonal.
- Memiliki pengaruh yang luas pada
pemahaman kontemporer tentang
kepribadian dan gangguan kepribadian.
- Kepribadian yang unik pada masing-
masing manusia adalah sangat
ditentukan oleh karakteristik mekanisme
pertahanan orang tersebut.
- Mekanisme pertahanan berfungsi
baik seseorang mampu mengatasi
perasaan kecemasan, depresi,
kemarahan, malu, bersalah, atau afek
lainnya.
 Mekanisme Pertahanan :
- Pertahanan  proses mental bawah
sadar yang digunakan ego untuk
memecahkan konflik dalam kehidupan 
instink (harapan atau kebutuhan),
realitas, orang yang penting, dan
kesadaran.
 Fantasi :
- Mencari penghiburan dan
kepuasan dalam diri mereka sendiri
dengan menciptakan kehidupan
khayalan.
- Orangnya tampak menjauhkan diri
dan tidak adanya sosiabilitas akibat
ketakutan akan keintiman.
 Disosiasi :
- Penyangkalan terdiri dari
penggantian afek yang tidak
menyenangkan dengan afek yang
menyenangkan.
- Seringkali dipandang sebagai
mendramatisasi dan dangkal secara
emosional.
- Dicap sebagai kepribadian histrionik
 Isolasi :
- Karakteristik pada orang yang tertib dan

terkendali.
- Dicap seringkali sebagai kepribadian obsesif

kompulsif.
- Menunjukkan penguatan pengekangan
diri, perilaku social yang terlalu resmi,
dan keras kepala.
- Memberikan respon yang baik terhadap
penjelasan yang teliti, sistematik, dan
rasional.
 Proyeksi :
- Menghubungkan perasaan diri
sendiri yang tidak dinyatakan pada diri
orang lain.
 Pembelahan (splitting) :
- Membagi secara ambivalen orang-
orang, baik masa lalu maupun sekarang
ini  menjadi orang baik dan jahat.
- Paling baik  mengantisipasi
proses, mendiskusikan, menghadapkan
dengan kenyataan.
 Pasif agresif :
- Kemarahan dibalikkan kepada
diri sendiri.
- Dalam terminology psikoanalitik
 masokisme.
- Termasuk kegagalan,
penundaan, perilaku kebodoh-
bodohan atau provokatif, ejekan yang
merendahkan diri, dan perilaku
merusak diri sendiri.
 Memerankan (acting out) :
- Ekspresi langsung harapan atau
konflik yang tidak disadari melalui
tindakan.
- Terjadi diluar kesadaran dan
tampak tanpa disertai rasa bersalah.
 Identifikasi proyeksi :
- Digunakan terutama pada gangguan
kepribadian ambang.
-         Terdiri dari tiga langkah :
1. Aspek diri diproyeksikan pada orang
lain.
2. Proyektor berusaha untuk memaksa
orang lain untuk beridentifikasi dengan apa
yang diproyeksikan.
3. Penerima proyeksi dan proyektor
merasakan suatu rasa kesatuan atau
keterpaduan.
Gangguan Kepribadian Paranoid
- Ditandai oleh kecurigaan dan
ketidakpercayaan.
- Menolak bertanggung jawab dan
melemparkan tanggung jawab.
- Seringkali bersikap bermusuhan,
mudah tersinggung dan marah.
 Epidemiologi :
- Prevalensi sekitar 0,5 sampai 2,5
%.
- Jarang mencari pengobatan
sendiri.
- Lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita.
- Lebih tinggi pada kelompok
minoritas, imigran, dan tuna rungu.
 Diagnosis :
- Pasien dengan kepribadian
paranoid tampak resmi dan
keheranan bila diminta mencari
bantuan psikiatrik.
- Ketegangan otot, tidak dapat
santai.
- Afek tanpa humor dan selalu
serius,isi pikiran  proyeksi, praduga,
dan gagasan mengenai diri sendiri.
-         PPDGJ III :
1. Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan
dan penolakan
Kecenderungan untuk tetap menyimpan
dendam, misalnya menolak untuk memaafkan
suatu penghinaan dan luka hati atau masalah
kecil
Kecurigaan dan kecenderungan yang
mendalam untuk mendistorsikan pengalaman
dengan menyalahartikan tindakan orang lain
yang netral atau bersahabat sebagai suatu
sikap permusuhan atau penghinaan
 
. Perasaan bermusuhan dan
ngotot tentang hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi yang ada
(actual situation)
Kecurigaan yang berulang, tanpa
dasar (justification), tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya
Kecenderungan untuk merasa dirinya
penting secara berlebihan yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu
merujuk ke diri sendiri (self-referential-
attitude)
Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan
yang bersekongkol dan tidak substantif dari
suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri
sendiri maupun dunia pada umumnya
2. Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit
3 dari diatas.
-         DSM-IV
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang
pervasive kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai berhati dengki,
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) yang
berikut :
  1. Menduga tanpa dasar yang cukup,
bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan , atau menghianati dirinya.
2 Preokupasi dengan keraguan yang
tidak pada tempatnya tentang loyalitas
atau kejujuran teman atau rekan kerja.
3. Enggan untuk menceritakan rahasia
orang lain karena rasa takut yang tidak
perlu bahwa informasinya akan
digunakan secara jahat untuk melawan
dirinya.
4. Membaca arti merendahkan atau
mengancam yang tersembunyi dari
ucapan atau kejadian yang biasa.
5. Secara persisten menaruh dendam,
yaitu tidak memaafkan kerugian,
cedera, atau kelalaian.
6. Merasakan serangan terhadap
karakter atau reputasinya yang tidak
tampak bagi orang lain dan dengan
cepat bereaksi secara marah atau balas
menyerang.
7. Memiliki kecurigaan yang berulang,
tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata- mata selama
perjalanan skizofrenia, suatu
gangguan mood dengan ciri psikotik,
atau gangguan psikotik lain dan
bukan karena efek fisiologis langsung
dari kondisi medis umum.
Gambaran Klinis :
- Kecenderungan yang pervasive
dan tidak diinginkan menginterpretasikan
tindakan orang lain sebagai merendahkan
atau mengancam secara sengaja.
- Sering bertanya tentang
loyalitas dan kejujuran temannya.
-         Cemburu secara patologis.
- Sering menggunakan pertahanan
proyeksi.
- Terbatas secara afektif dan
tampak idak memiliki emosi.
- Sering menciptakan ketakutan
atau konflik bagi orang lain.
Diagnosis banding :
- Gangguan kepribadian paranoid
biasanya dibedakan dari gangguan
delusional.
-         Waham yang terpaku tidak
ditemukan pada gangguan kepribadian
paranoid.
- Skizofrenia paranoid  halusinasi.
Pasien paranoid  tidak memiliki karakter
antisocial sepanjang riwayat perilaku
antisocial.
Perjalanan penyakit dan prognosis :
•Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat

terhadap pasien gangguan kepribadian paranoid.


•Pada beberapa orang  terjadi seumur hidup.
•Sering memiliki masalah terutama pekerjaan dan

masalah perkawinan.
Terapi :
Psikoterapi :
•Pengobatan yang terpilih.

•Ahli terapi dituduh tidak konsisten, terlambat untuk

perjanjian, kejujuran  minta maaf.


Keadaan delusional harus dihadapi dengan cara
yang realistic tetapi jelas tanpa menghina
pasien.
Pasien paranoid dilanda ketakutan  orang

yang akan menolong mereka adalah lemah dan


tidak berdaya.
 
Farmakoterapi :
Berguna dalam menghadapi agitasi dan
kecemasan.
Golongan benzodiazepine cukup memadai
seperti diazepam.
Bila perlu obat antipsikotik.
Gangguan kepribadian skizoid
 
o Diagnosis ditegakkan pada orang yang

menunjukkan pola penarikan social yang


cukup lama.
o Rasa tidak nyaman dalam berinteraksi,

sifat introvert, afek lemah lembut dan


terbatas.
o Dipandang oleh masyarakat sebagai

pribadi yang eksentrik, terisolasi, atau


kesepian.
Epidemiologi :
o Prevalensi sekitar 7,5 persen populasi

secara umum.
o Rasio laki dan perempuan adalah 2 : 1.

o Cenderung bekerja sendirian yang sedikit

melibatkan kontak atau tanpa kontak


dengan orang lain.
o Menyukai bekerja dimalam hari
dibandingkan siang hari.
 
Diagnosis :
o Cenderung tampak mudah sakit.

o Jarang mentoleransi kontak mata  pemeriksa

menduga pasien ingin wawancara cepat berakhir.


o Afek terbatas, mengucilkan diri, dan serius secara

tidak sesuai.

Kriteria diagnosis gangguan kepribadian skizoid


menurut DSM IV :
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan
rentang pengalaman emosi yang terbatas dalam
lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa
awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti
yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) kriteria
dibawah ini :
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati
hubungan dekat, termasuk menjadi bagian dari
keluarga.
2. Hampir selalu memilih aktifitas seorang diri.
3. Memiliki sedikit, jika ada, minat mengalami
pengalaman seksual dengan orang lain.
4. Merasakan kesenangan sedikit jika ada aktifitas.
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang
dipercaya selain sanak saudara derajat pertama.
6. Tampak acuh terhadap pujian atau kritikan orang
lain.
7. Menunjukkan kedinginan emois, atau pendataran
afektifitas.
B. Tidak terjadi semata- mata selama
perjalanan skizofrenia, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan
psikotik lain, atau suatu gangguan
perkembangan pervasif, dan bukan
karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.
” jika kriteria terpenuhi sebelum onset
skizofrenia, tambahkan ’premorbid’
misalnya : gangguan kepribadian skizoid
(premorbid).
Gambaran klinis :
 Memberikan kesan dingin dan mengucilkan diri.

 Menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan peristiwa sehari-

hari dan permasalahan orang lain.


 Tampak tenang, jauh, menutup diri, dan tidak dapat bersosialisasi.

 Menjadi yang terakhir menangkap perubahan gaya hidup (kuno).

 Laki- laki mungkin tidak menikah karena mereka tidak mampu

untuk mendapatkan keintiman.


 Wanita secara pasif setuju untuk menikah dengan seorang laki-

laki agresif yang menginginkan pernikahan.


 Minat pada bidang matematika dan astronomi.

 Pada suatu waktu mampu menyusun, mengembangkan, dan

memberikan pada dunia suatu gagasan yang asli dan kreatif.


 
Diagnosis banding :
o Gangguan kepribadian paranoid  menunjukkan
keterlibatan sosial, riwayat perilaku verbal yang agresif,
kecenderungan memproyeksikan perasaan mereka kepada
orang lain.
oGangguan kepribadian obsesif-kompulsif dan menghindar

 mengalami kesepian sebagai disforik, memiliki riwayat


hubungan objek yang lebih banyak dimasa lalu, dan tidak
terlibat banyak dalam lamunan autistik.
o Gangguan kepribadian skizotipal  kemiripan lebih

banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan


persepsi, pikiran, perilaku, dan komunikasi.
o Gangguan kepribadian menghindar  terisolasi tetapi

memiliki keinginan kuat untuk berperan serta dalam


aktifitas.
 
Perjalanan penyakit dan prognosis :
o Onset biasanya pada masa anak- anak awal.

o Berlangsung lama tetapi tidak selalu seumur

hidup.
o Proporsi yang menjadi skizofrenia adalah tidak

diketahui.
 
Terapi :
o Psikoterapi  mengembangkan suatu
kepercayaan dan terapi kelompok.
o Farmakoterapi : antipsikotik dosis kecil,
antidepresan, dan psikostimulan.
 
Gangguan Kepribadian Skizotipal
o Orangnya sangat aneh atau asing.

o Pikiran magis, gagasan aneh, gagasan menyangkut diri

sendiri, waham, dan atau derealisasi.


 
Epidemiologi :
o Terjadi pada 3 persen populasi.

o Rasio jenis kelamin tidak diketahui.

 
Diagnosis :
o Ditegakkan berdasarkan keanehan pikiran, perilaku,

dan penampilan pasien.


o Penggalian riwayat penyakit mungkin sukar karena cara

berkomunikasi yang tidak lazim.


Kriteria diagnosis untuk gangguan kepribadian
skizotipal :
A. Pola pervasif defisit sosial dan interpersonal
yang ditandai oleh ketidaksenangan akut,
penurunan hubungan erat dan juga oleh
penyimpangan kognitif atau persepsi dan
perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa
awal, seperti yang ditunjukkan oleh lima
dibawah ini :
1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri
(idea of reference).
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang
mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten
dengan norma kultural.
3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk
ilusi tubuh.
4. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar-
samar, sirkumstansial atau stereotipik).
5. Kecurigaan atau ide paranoid.
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas.
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik,
atau janggal.
8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang
dipercaya selain sanak saudara derajat pertama.
9. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak
menghilang dengan keakraban dan cenderung
disertai dengan ketakutan paranoid.
B. Tidak terjadi semata- mata selama
perjalanan skizofrenia, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan
psikotik lain, atau suatu gangguan
perkembangan pervasif.
 
Gambaran Klinis :
o Gangguan dalam pikiran dan komunikasi.

o Tidak mengetahui perasaan mereka


sendiri dan sangat peka dalam mendeteksi
perasaan orang lain, khususnya afek
negatif seperti kemarahan.
o Percaya akan takhayul atau percaya dengan dukun.
oPembicaraan biasanya aneh atau janggal dan hanya

memiliki arti bagi diri mereka sendiri.


oMenunjukkan hubungan interpersonal yang buruk dan

bersikap secara tidak sesuai.


oTerisolasi dan memiliki sedikit teman.

 
Diagnosis Banding :
oDapat dibedakan dari pasien kepribadian skizoid dan

menghindar oleh adanya keanehan dalam perilaku, pikiran,


persepsi, dan komunikasi.
oDibedakan dari pasien skizofrenia dikarenakan tidak
adanya psikosis.
oPada gangguan paranoid ditandai oleh kecurigaan tetapi

tidak memiliki perilaku yang aneh seperti gangguan


kepribadian skizotipal.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis :
o 10 persen orang dengan gangguan kepribadian
skizotipal melakukan bunuh diri.
o Skizotipal adalah kepribadian premorbid dari pasien

skizofrenia.
 
Terapi :
 Psikoterapi :

o Tidak dibedakan dengan prinsip terapi untuk gangguan

kepribadian skizoid.
o Pikiran yang aneh dan ganjil harus ditangani dengan

berhati- hati.
 Farmakoterapi :

o Antipsikotik untuk waham.

o Antidepresan bila ditemukan depresi.


Gangguan Kepribadian Antisosial
o Ditandai oleh tindakan antisosial atau

kriminal yang terus menerus, tapi tidak


sinonim dengan kriminalitas.
o Ketidakmampuan untuk mematuhi norma

sosial yang melibatkan banyak aspek


perkembangan remaja dan dewasa.
o Dalam International Classification of
Disease revisi ke-10  gangguan
kepribadian dissosial.
 
Epidemiologi :
o Prevalensi gangguan antara laki- laki dan

perempuan 3 : 1.
o Sering ditemukan pada daerah perkotaan

yang miskin dan pada penduduk yang


berpindah- pindah.
o Onset gangguan sebelum usia 15 tahun.

o Anak perempuan biasanya memiliki gejala

sbelum pubertas, dan anak laki- laki


bahkan lebih awal.
o Didalam penjara prevalensinya setinggi

75 persen.
Diagnosis :
o Dalam wawancara pasien tampak tenang dan dapat

dipercaya.
o Sebaliknya terdapat ketegangan, permusuhan, sikap

mudah tersinggung, dan kekerasan (topeng kejiwaan).


o Pemeriksaan diagnosis harus termasuk pemeriksaan

neurlogis lengkap.
o Pasien sering menunjukkan hasil EEG yang abnormal

atau tanda neurologis ringan yang mengarahkan


kerusakan otak minimal pada masa anak- anak.
 
Kriteria Diagnosis Untuk Gangguan Kepribadian Antisosial :
A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar
hak orang lain yang terjadi sejak usia 15 tahun,
kriteria gangguan kepribadian anti sosial dibawah ini :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan
menghormati perilaku sesuai hukum seperti yang
ditunjukkan dengan berulang kali melakukan
tindakan yang menjadi dasar penahanan.
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh
berulang kali berbohong, menggunakan nama
samaran, atau menipu orang lain untuk
mendapatkan keuntungan atau kesenangan
pribadi.
3. Impulsifitas atau tidak dapat merencanakan masa
depan.
4. Iritabilitas atau agresifitas, seperti yang
ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang.
5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri
sendiri atau orang lain.
6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti
yang ditunjukkan oleh kegagalan berulang kali
untuk mempertahankan perilaku kerja atau
menghormati kewajiban finansial.
7. Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan
oleh acuh tak acuh terhadap atau mencari- cari
alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh
orang lain.
B. Individu sekurangnya berusia 18 tahun.
C. Terdapat tanda- tanda gangguan konduksi dengan
onset sebelum usia 15 tahun.
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata- mata
selama perjalanan skizofrenia atau suatu episode
manik.
 
Gambaran klinis :
o Kesan luar yang normal bahkan hangat dan mengambil muka.

o Berbohong, membolos, melarikan diri dari rumah, mencuri,


berkelahi, penyalahgunaan zat, dan aktifitas ilegal  berawal sejak
masa anak- anak.
o Pada pemeriksaan, jenis kelamin berbeda dengan pemeriksa 

menggoda.
o Jenis kelamin sama  manipulatif dan menuntut.

o Tidak menunjukkan adanya kecemasan atau depresi pada suatu

situasi.
o Isi mental tidak menunjukkan adanya waham atau pikiran irasional.

o Seringkali mengesankan memiliki intelegensia verbal yang baik.

o Tidak adanya penyesalan atas tindakan yang dilakukan karena tidak

menyadari.
Diagnosis banding :
oLebih sukar membedakan antara gangguan
kepribadian antisosial dari penyalahgunaan zat.
oPenyalahgunaan zat maupun perilaku antisosial

dimulai pada masa anak sampai dewasa 


keduanya harus didiagnosis.
oPerilaku antisosial sekunder terhadap PGZ 

diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak


diperlukan.
oJika jelas merupakan gejala retardasi mental,

skizofrenia, atau mania  diagnosis gangguan


kepribadian antisosial tidak diperlukan.
Perjalanan penyakit dan prognosis :
oTidak mengalami remisi, dan puncak perilaku antisosial

pada masa remaja akhir.


oPrognosis bervariasi.

oGejala menurun dengan bertambahnya umur.

oGangguan somatisasi, keluhan fisik multipel, gangguan

depresif, gangguan penyalahgunaan zat  sering.


 
Terapi :
Psikoterapi :

oDirumah sakit  mampu menjalani psikoterapi.

oDiantara teman- teman  tidak ada motivasi untuk

berubah.
oKelompok yang menolong diri sendiri ( selfhelp group) 

lebih berguna.
 Farmakoterapi :
oDigunakan untuk mengatasi
kecemasan, penyerangan dan depresi.
oObat harus digunakan secara hati- hati.

 
Gangguan Kepribadian Ambang
oBerada pada perbatasan antara
neurosis neurosis dan psikosis.
oDitandai oleh afek, mood, perilaku,

hubungan objek dan citra diri sangat


tidak stabil.
 
Epidemiologi :
oDiperkirakan ada pada kira- kira 1 sampai 2

persen dari populasi.


oWanita dua kali lebih sering daripada laki- laki.

oPeningkatan prevalensi gangguan depresif berat,

penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan zat


pada sanak saudara derajat pertama.
 
Diagnosis :
oPenelitian menunjukkan penurunan fase tidur

laten REM dan gangguan kontinuitas tidur.


oHasil tes supresi deksametason dan thyrotropine

releasing hormone yang abnormal.


 
Kriteria Diagnosis Gangguan Kepribadian Ambang :
Pola pervasif ketidak stabilan hubungan interpersonal, citra
diri, afek, dan impulsifitas yang jelas pada masa dewasa
awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima yang berikut :
1.Usaha mati- matian untuk menghindari ketinggalan yang
nyata atau khayalan.
2.Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat

yang ditandai oleh perubahan antara idealisasi ekstrim dan


devaluasi.
3.Gangguan identitas citra diri atau perasaan diri sendiri
yang tidak stabil secara jelas dan persisten.
4.Impulsifitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial

membahayakan diri sendiri (misalnya : berbelanja, seks,


penyalahgunaan zat, ngebut gila- gilaan, pesta makan ).
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang
berulang kali, atau perilaku mutilasi diri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktifitas mood yang
jelas (misalnya, disforia episodik kuat, iritabilitas, atau
kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan
jarang lebih dari beberapa hari).
7. Perasaan kekosongan yang kronis.
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau
kesulitan dalam mengendalikan kemarahan (misalnya,
sering menunjukkan temper, marah terus menerus,
perkelahian fisik berulang kali).
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan
stres, atau gejala disossiatif yang parah.
Gambaran Klinis :
oHampir selalu tampak dalam keadaan krisis dan
pergeseran mood sering dijumpai.
oBersikap argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi

mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu lainnya.


oGejala psikosis selalu terbatas, cepat, atau meragukan.

oSifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan

oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang, mengiris


pergelangan tangannya, melakukan tindakan mutilasi diri
untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk
mengekspresikan kemarahan.
oMerasakan ketergantungan dan permusuhan  memiliki

hubungan interpersonal yang buruk.


o Tergantung pada orang lain yang dekat dengan mereka dan
mengekspresikan kemarahannya jika mengalami frustasi.
oTidak dapat mentoleransi keadaan sendirian, dan lebih senang

mencari teman secara mati- matian, tidak perduli bagaimana tidak


memuaskannya.
 
Diagnosis Banding :
oPerbedaan dari skizofrenia didasarkan pada tidak adanya eisode

psikotik, gangguan pikiran, atau tanda skizofrenia lainnya.


oPasien gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan pikiran yang

sangat aneh, gagasan yang aneh dan menyangkut diri sendiri yang
rekuren.
oGangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang

ekstrim.
oPasien gangguan kepribadian histrionik dan antisosial sukar untuk

dibedakan dengan pasien gangguan kepribadian ambang.


oGangguan kepribadian ambang  menunjukkan perasaan
kekosongan yang kronis, impulsifitas, mutilasi diri, episode psikosis
singkat, usaha bunuh diri manipulatif.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis :
oPerjalanan penyakit cukup stabil dimana pasien

mengalami sedikit perubahan dengan berjalannya


waktu.
oPenelitian longitudinal tidak menunjukkan
perkembangan kearah skizofrenia.
oPasien memiliki insidensi tinggi untuk mengalami

episode gangguan depresif berat.


oDiagnosis ditegakkan sebelum usia 40 tahun, jika

pasien berusaha menentukan pilihan pekerjaan,


perkawinan, dan pilihan lain dan tidak mampu
mengatasi stadium normal siklus kehidupan
tersebut.
 
Terapi :
Psikoterapi :

oterapi perilaku digunakan untuk mengendalikan

impuls dan ledakan kemarahan serta untuk


menurunkan kepekaan terhadap kritik dan
penolakan.
Farmakoterapi :

oantipsikotik  untuk mengendalikan kemarahan,

permusuhan, dan episode psikosis singkat.


oAntidepresan  memperbaiki mood yang
terdepresi.
oBenzodiazepin  membantu kecemasan dan

depresi.
 
Gangguan Kepribadian Histrionik
oDitandai oleh perilaku yang dramatik, ekstrovert, meluap-

luap dan penampilan yang flamboyan.


 
Epidemiologi :
oPrevalensi gangguan kepribadian histrionik kira- kira 2 – 3

persen.
oLebih sering pada wanita dibanding pria.

 
Diagnosis :
oGerak isyarat dan penekanan yang dramatik dalam

percakapan sering ditemukan.


oHasil pemeriksaan kognitif biasanya normal, walaupun

tidak adanya ketekunan dapat ditunjukkan pada tugas


aritmetika atau konsentrasi.
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kepribadian Histrionik :
Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang
berlebihan, dimulai pada masa dewasa muda dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
lima (atau lebih) yang berikut :
1.Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak
merupakan pusat perhatian.
2.Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan

seksual ang tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif.


3.Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi

emosi yang dangkal.


4.Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik

untuk menarik perhatian kepada dirinya.


5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan
tidak memiliki perincian.
6. Menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal, dan ekspresi
emosi yang berlebihan.
7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang
lain atau situasi.
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim
ketimbang keadaan sebenarnya.
 
Gambaran Klinis :
o Menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi.
o Cenderung memperbesar pikiran dan perasaan
mereka, membuat segalanya terdengar lebih penting
dibandingkan kenyataannya.
oMenunjukkan temper tantrum, ketakutan, dan tuduhan
jika mereka bukan merupakan pusat perhatian atau tidak
mendapatkan pujian atau penghargaan.
oPerilaku menggoda sering ditemukan pada kedua jenis

kelamin.
oPasien histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual

 perempuan anorgasmik, dan laki- laki impotensi.


oMelakukan impuls seksual untuk menentramkan diri

bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain.


oHubungan mereka cenderung dangkal, dan dapat gagal,

asyik dengan diri sendiri, dan berubah- ubah.


oKetergantungan yang kuat menyebabkan mereka sangat

mempercayai dan mudah tertipu.


Diagnosis Banding :
oPerbedaan antara gangguan kepribadian

histrionik dan gangguan kepribadian


ambang  sukar.
oGangguan kepribadian ambang  usaha

bunuh diri, difusi identitas, dan episode


psikosis singkat lebih sering.
oGangguan somatisasi (sindroma Briquet)

dapat terjadi bersama- sama dengan


gangguan kepribadian histrionik.
 
Perjalanan Penyakit dan Prognosis :
oBertambahnya usia  cenderung menunjukkan gejala

yang lebih sedikit (energi sudah berkurang).


oMencari sensasi  mengalami masalah hukum,
penyalahgunaan zat, dan bertindak kepada siapa saja.

Terapi :
Psikoterapi

Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, dalam kelompok


atau individual  terapi yang terpilih.
 
Farmakoterapi :

Antidepresan  untuk depresi dan keluhan somatik.


Anti ansietas  untuk kecemasan.
Anti psikotik  untuk derealisasi dan ilusi.
Gangguan Kepribadian Narsistik
oditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan diri dan

perasaan kebesaran yang unik.


Epidemiologi :
o2 – 16 persen dalam populasi klinis dan kurang dari 1

persen dalam populasi umum.


oResiko lebih tinggi pada keturunan orang tua dengan

gangguan ini.
Diagnosis :
oKriteria Diagnosis untuk Gangguan Kepribadian Narsistik :

Pola pervasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),


membutuhkan kebanggaan, dan tidak ada empati, dimulai
pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
yang berikut :
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar
(misalnya, pencapaian dan bakat yang
dilebih- lebihkan, berharap terkenal sebagai
superior tanpa usaha yang sepadan).
2. Preokupasi dengan khayalan akan
keberhasilan, kekuatan, kecerdasan,
kecantikan, atau cinta ideal yang tidak
terbatas.
3. Yakin bahwa ia adalah ”khusus” dan unik dan
dapat dimengerti hanya oleh, atau harus
berhubungan dengan, orang lain (atau
institusi) yang khusus atau memiliki status
tinggi.
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan.
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu
harapan yang tidak beralasan akan perlakuan
khusus atau kepatuhan otomatis sesuai
harapannya.
6. Eksploitatif secara interpersonal, yaitu
mengambil keuntungan dari orang lain untuk
mencapai tujuannya sendiri.
7. Tidak memiliki empati, tidak mau mengenali
atau mengetahui perasaan dan kebutuhan
orang lain.
8. Sering merasa iri dengan orang lain atau
yakin bahwa orang lain iri kepadanya.
9. Menunjukkan perilaku atau sikap yang
congkak dan sombong.
Gambaran Klinis :
oMemiliki perasaan kebesaran akan kepentingan dirinya.

oAcuh tak acuh terhadap kritik atau menanggapinya

secara buruk atau marah sekali.


oPerasaan kebesaran nama mereka mencolok.

oPersahabatannya rapuh, dan mereka dapat menyebabkan

orang lain geram karena menolak untuk memenuhi aturan


yang berlaku.
oTidak mampu menunjukkan empati, berpura- pura
simpati untuk kepentingan mereka sendiri.
oSering memanfaatkan orang lain.

oMemiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap

depresi.
oKesulitan interpersonal, penolakan, kehilangan, dan
masalah pekerjaan adalah stres yang sering disebabkan
oleh orang narsistik karena perilakunya.
Diagnosis Banding ;
oGangguan kepribadian ambang, histrionik, dan antisosial

seringkali ditemukan bersama- sama gangguan


kepribadian narsistik  diagnosis banding sukar.
oGangguan kepribadian narsistik  memiliki kecemasan

yang ringan daripada gangguan kepribadian ambang.


oUsaha bunuh diri  Gangguan kepribadian ambang.

oGangguan kepribadian antisosial  riwayat perilaku

impulsif, penyalahgunaan zat  masalah hukum.


oGangguan kepribadian histrionik  ciri- ciri
eksibisionisme dan manipulatifitas interpersonal yang
mirip gangguan kepribadian narsistik.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis :
oKronis dan sukar diobati.

oTerus menerus berhadapan dengan aliran

narsisme yang diakibatkan oleh perilaku


mereka sendiri.
oKetuaan dihadapi secara buruk, karena

atribut dinilai dari kecantikan, kekuatan,


dan kemudaan.
oRentan terhadap krisis kehidupan di usia

pertengahan dibanding kelompok lain.


Terapi :
Psikoterapi :

oSukar  pasien harus meninggalkan


narsisismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.
oOtto Kemberg Dan Heinz Kohut 
menganjurkan pendekatan psikoanalitik.
 
Farmakoterapi :

oLithium  digunakan pada pasien yang memiliki

perubahan mood pada gambaran klinis.


oAntidepresan  depresi.

 
Gangguan Kepribadian Menghindar
oMenunjukkan kepekaan yang ekstrim terhadap

penolakan  menyebabkan penarikan diri dari


kehidupan sosial.
oTidak asosial dan menunjukkan keinginan yang

kuat untuk berteman tetapi mereka malu.


oMemerlukan jaminan yang kuat dan
penerimaan tanpa kritik.
oOrang tersebut seringkali disebut memiliki
kompleks inferioritas.
oDalam ICD-10  Gangguan Kepribadian Cemas

(Anxious Personality disorder).


Epidemiologi :
oPrevalensi 1 sampai 10 persen.

oTidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan pola

familial.
oBayi memiliki temperamen malu- malu  lebih rentan.

 
Diagnosis
oDalam pemeriksaan aspek yang paling penting 

kecemasan pasien.
oKecemasan dan ketegangan pasien hilang timbul.

oRentan terhadap komentar dan sugesti pewawancara.

oMenganggap suatu penjelasan atau suatu interpretasi

sebagai suatu kritik.


Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kepribadian
Menghindar menurut DSM-IV :
oPola pervasif hambatan sosial, perasaan tidak cakap,

dan kepekaan berlebihan terhadap penilaian negatif,


dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat
(atau lebih) yang berikut :
1.Menghindari aktifitas pekerjaan yang memerlukan
kontak interpersonal yang bermakna, karena takut akan
kritik, celaan, atau penolakan.
2.Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa

yakin akan disenangi.


3.Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim
karena rasa takut dipermalukan atau ditertawai.
4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau
ditolak dalam situaso sosial.
5. Terhambat dalam situasi interpersonal
yang baru karena perasaan tidak
adekuat.
6. Memandang diri sendiri sebagai janggal
secara sosial, tidak menarik secara
pribadi, atau lebih rendah dari orang lain.
7. Tidak biasanya enggan untuk mengambil
resiko pribadi atau melakukan aktifitas
baru karena dapat membuktikan
penghinaan.
Gambaran Klinis :
oHipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain  gambaran klinis

inti.
oMenginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman.

oMengekspresikan ketidakpastian dan tidak memiliki rasa percaya diri.

oTakut untuk berbicara didepan publik  waspada berlebihan

terhadap penolakan.
oMudah keliru mengartikan komentar orang lain sebagai penghinaan

atau ejekan.
oPenolakan  menarik diri dan merasa terluka.

oTidak mau memulai pertemanan kecuali diberikan jaminan untuk

tidak dikritik.
oSeringkali tidak memiliki teman dekat atau teman kepercayaan.

oUmumnya sifat kepribadian dasar mereka adalah malu- malu.


Diagnosis Banding :
oGangguan kepribadian menghindar
menginginkan interaksi sosial dibandingkan
dengan gangguan kepribadian skizoid yang
ingin sendirian.
oGangguan kepribadian menghindar  tidak

menuntut, tidak mudah marah, atau tidak


dapat diramalkan.
oGangguan kepribadian menghindar dan
gangguan kepribadian dependen  serupa.
oGangguan kepribadian dependen  memiliki

ketakutan yang lebih tinggi akan penelantaran


atau tidak dicintai
 
Perjalanan Penyakit dan Prognosis :
oGangguan kepribadian menghindar 
mampu untuk berfungsi , asalkan mereka
dalam lingkungan yang terlindung.
oMenikah, memiliki anak, dan kehidupan

mereka hanya dikelilingi anggota keluarga.


oSistem pendukung gagal  menjadi
depresi, kecemasan, dan kemarahan.
oPenghindaran fobik  sering ditemukan 

fobia sosial selama perjalanan penyakitnya.


Terapi
Psikoterapi :

oMendorong pasien untuk keluar untuk melakukan apa

yang dirasakan memiliki resiko tinggi penghinaan,


penolakan, dan kegagalan.
oTerapi kelompok  membantu mengerti efek kepekaan

terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang


lain.
oLatihan ketegasan  mengajarkan pasien untuk
mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan
untuk meningkatkan harga diri.
Farmakoterapi :

Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta 


atenolol  untuk mengatasi hiperaktifitas sistem saraf
otonom.
Gangguan Kepribadian Dependen
oMenempatkan kebutuhan mereka sendiri
dibawah kebutuhan orang lain.
oMeminta orang lain untuk mengambil tanggung

jawab untuk masalah besar dalam kehidupan


mereka.
oTidak memiliki kepercayaan diri, dan merasa

tidak nyaman jika sedang sendirian.


oFreud  dimensi ketergantungan oral 
pesimisme, rasa takut akan seksualitas, ragu-
ragu, pasif, sugestibilitas, dan tidak memiliki
keteguhan hati.
Epidemiologi :
oLebih sering pada wanita dibandingkan

laki- laki.
oMerupakan 2,5 persen dari semua
gangguan kepribadian.
oLebih sering pada anak kecil dibandingkan

dengan anak yang lebih besar.


 Diagnosis :
oDalam wawancara tampak penuh keluhan.

oMencoba untuk bekerja sama dan mencari

bimbingan.
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kepribadian
Dependen menurut DSM-IV:
oKebutuhan yang pervasif dan berlebihan untuk diasuh,

yang menyebabkan perilaku tunduk dan menggantung


dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa
dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima(atau lebih) yang
berikut :
1.Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap
hari tanpa sejumlah besar nasehat dan penetraman dari
oang lain.
2.Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung
jawab dalam sebagian besar bidang utama
kehidupannya.
3.Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan
ketidaksetujuan pada orang lain.
4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau
melakukan dengan dirinya sendiri (karena tidak
memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau
kemampuan ketimbang tidak memiliki motivasi atau
energi).
5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan
dukungan dari orang lain, sampai pada titik secara
sukarela melakukan hal yang tidak menyenangkan.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika
sendirian karena timbulnya rasa takut tidak mampu
merawat diri sendiri.
7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai
sumber pengasuhan dan dukungan jika hubungan
dekatnya berakhir.
8. Secara tidak realistik terpreokupasi dengan rasa takut
ditinggalkan untuk merawat dirinya sendiri.
Gambaran Klinis
oDitandai oleh ketergantungan yang pervasif dan perilaku

patuh.
oTidak mampu mengambil keputusan tanpa nasehat dan

penetraman yang banyak dari orang lain.


oMenghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas

jika diminta untuk memegang peran kepemimpinan.


oTidak senang sendirian  mencari orang lain pada siapa

mereka dapat menggantung.


oPesimisme, keraguan diri, pasifitas, dan ketakutan untuk

mengekspresikan perasaan serta agresifitas yang


menandai perilaku pasien.
Diagnosis banding :
oSifat ketergantungan ditemukan pada banyak

gangguan psikiatrik  DD/ menjadi sulit.


oKetergantungan  faktor yang menonjol pada

pasien gangguan kepribadian histrionik dan


ambang.
oGangguan kepribadian dependen  memiliki

hubungan jangka panjang dengan orang pada


siapa mereka tergantung.
oAgorafobia  memiliki perilaku ketergantungan

tetapi cenderung memiliki kecemasan yang jelas


atau bahkan panik.
Perjalanan penyakit dan prognosis :
oTerdapat kecenderungan untuk
mengganggu fungsi pekerjaan, karena
pasien memiliki ketidakmampuan untuk
bertindak secara mandiri dan tanpa
pemgawasan dari dekat.
oHubungan sosial adalah terbatas.

oMempunyai resiko mengalami gangguan

depresif berat jika mengalami kehilangan


orang pada siapa mereka tergantung.
oPrognosis cukup baik dengan
pengobatan.
Terapi
Psikoterapi :

oTerapi berorientasi tilikan memungkinkan pasien

mengerti datangnya perilaku mereka.


oDengan dukungan ahli terapi, pasien dapat

menjadi lebih mandiri, tegas, dan percaya pada


diri sendiri dibandingkan sebelum terapi.
oTerapi perilaku, latihan ketegasan, terapi
keluarga, dan terapi kelompok  berhasil dalam
banyak kasus.
Farmakoterapi :

oDigunakan untuk mengatasi gejala spesifik


seperti kecemasan dan depresi
Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
oDitandai oleh penyempitan emosional, ketertiban,
kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan.
oGambaran penting adalah pola perfeksionisme dan

infleksibilitas.
oDalam ICD-10  Gangguan kepribadian anakastik.

 
Epidemiologi :
oPrevalensi tidak diketahui.

oLebih sering pada laki- laki dibandingkan wanita.

oMemiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang

keras.
 
Diagnosis :
oMemiliki kelakuan yang kaku, resmi, dan dingin.

oAfek mereka tidak tumpul atau datar tetapi dapt

digambarkan sebagai terkontriksi.


oTidak memiliki spontanitas dan mood mereka

biasanya serius.
oJawaban mereka terhadap pertanyaan biasanya

terperinci.
oMekanisme pertahanan yang digunakan adalah

rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi,


pembentukan reaksi, dan meruntuhkan
(undoing).
Kriteria diagnosis untuk gangguan kepribadian obsesi-
kompulsi menurut DSM-IV :
Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme,
dan pengendalian mental dan interpersonal, dengan
mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi,
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam
beberapa konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat
(atau lebih) yang berikut :
1.Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar,
urutan, susunan, atau jadwal sampai tingkat dimana
dimana aktifitas utama hilang.
2.Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu
penyelesaian tugas (misalnya, tidak mampu
menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi
standarnya sendiri yang terlalu ketat).
3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktifitas sampai
mengabaikan aktifitas waktu luang dan persahabatan (tidak
disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang besar).
4. Terlalu berhati- hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah
moralitas, etika atau nilai- nilai (tidak disebabkan oleh identifikaso
kultural atau religius).
5. Tidak mampu membuang benda- benda yang usang atau tidak
berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimental.
6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan
orang lain kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya
mengerjakan hal.
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun
orang lain; uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun
untuk bencana dimasa depan.
8. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.
Gambaran Klinis :
oMemiliki keasyikan dengan aturan, peraturan, ketertiban,

kebersihan, perincian, dan pencapaian kesempurnaan 


penyempitan umum pada kepribadian keseluruhan.
oResmi dan serius dan seringkali tidak memiliki rasa

humor.
oMemaksakan aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak

mampu mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai


pelanggaran.
oTakut melakukan kesalahan  mengalami kebimbangan

dan berpikir lama untuk mengambil keputusan.


 
Diagnosis banding :
oPerbedaan yang paling sukar  pasien sifat obsesif

kompulsif dengan pasien gangguan kepribadian obsesif


kompulsif.
Perjalanan penyakit dan Prognosis :
oBervariasi dan tidak dapat diramalkan.

oRemaja dengan OCD  dewasa yang hangat, terbuka, dan ramah.

Dapat merupakan awal dari skizofrenia.


 
Terapi
Psikoterapi :

Asosiasi bebas dan terapi yang tidak mengarahkan sangat dihargai.


Terapi kelompok dan terapi perilaku memberikan manfaat.
 
Farmakoterapi :

oBenzodiazepin dan antikonvulsan  menurunkan gejala.

oClomipramine dan obat serotonergik  berguna jika tanda dan

gejala muncul.
Gangguan Kepribadian Pasif Agresif
oDitandai oleh obstruksionisme (senang
menghalang- halangi), menunda- nunda, sikap
keras kepala, dan tidak efisien.
oMerupakan manifestasi dari agresi yang
mendasari, yang diekspresikan secara pasif.
DSM-IV  gangguan kepribadian negativistik.
 Epidemiologi :
oTidak ada data yang tersedia tentang
epidemiologi gangguan.
oRasio jenis kelamin, pola familial, dan prevalensi

belum diteliti.
Kriteria diagnosis Gangguan Kepribadian
Pasif Agresif menurut DSM-IV :
Pola pervasif sikap negativistik dan
resistensi pasif terhadap tuntutan akan
kinerja yang adekuat, dimulai pada masa
dewasa awal dan tampak dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
empat (atau lebih) sebagai berikut :
1. Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial
dan pekerjaan rutin.
2. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak
dihargai oleh orang lain.
3. Cemberut dan argumentatif.
4. Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh
atasan.
5. Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian
terhadap mereka yang tampaknya lebih
beruntung.
6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus
menerus atas ketidakberuntungan dirinya.
7. Bergani- ganti antara tantangan
permusuhan dan perasaan dosa.
 
B. Tidak terjadi semata- mata selama
episode depresif berat dan tidak dijelaskan
lebih baik oleh gangguan distimik.
Gambaran klinis :
oMenunda- nunda, tidak menerima permintaan

untuk kinerja yang optimal, mencari kesalahan


pada diri orang lain.
o Tidak memiliki ketegasandan tidak langsung

menyatakan tentang kebutuhan dan harapan


mereka.
oTidak dapat menjawab pertanyaan yang
diperlukan tentang apa yang diharapkan oleh
mereka.
oHubungan interpersonal  memanipulasi dirinya

sendiri.
oTidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri

dan biasanya pesimistik tentang masa depan.


Diagnosis banding :
oPerlu dibedakan dengan gangguan
kepribadian histrionik dan ambang.
oGangguan kepribadian pasif agresif 

kurang semarak, dramatik, afektif, dan


agresif secara terbuka.
 
Perjalanan penyakit dan prognosis :
oSebagian besar tampak mudah
tersinggung, cemas, dan depresi.
oUsaha bunuh diri sering ditemukan.
Terapi
Psikoterapi :

oPsikoterapi suportif memberikan hasil yang

baik.
oKlinisi harus mengobati kecenderungan bunuh

diri terhadap tiap ekspresi kemarahan yang


tersembunyi.
 
Farmakoterapi :
oAntidepresan  jika depresi dan kemungknan

bunuh diri.
oBenzodiazepin  tergantung keadaan klinis.

 
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai