Anda di halaman 1dari 23

REFERAT:

PELVIC ORGAN
PROLAPS
Disusun oleh:
Constantia Rosa Pattiselanno (2065050119)
Pembimbing:
dr. Abitmer Gultom, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


PERIODE 29 MARET – 24 APRIL 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2021
TABLE OF CONTENTS

#1 #3
PENDAHULUAN KESIMPULAN

#2 WEEK #5
TINJAUAN
Here you could
PUSTAKA describe the topic
PENDAHUL
UAN #1
LATAR BELAKANG

Kelemahan jaringan ikat dan otot


Organ tubuh dipertahankan oleh Prevalensi prolaps organ panggul
panggul  organ-organ
jaringan ikat dan otot salah dengan gejala 3 – 6%
mengalami penurunan (prolaps
satunya organ panggul (pemeriksaan vagina 50%)
organ panggul)

Sistem yang digunakan adalah


PERLU menilai derajat gejala
Pelvic Organ Prolapse Batasan penggunaan  Gejala
pada pasien dengan Prolaps
Quantification  prevalensi POP tidak spesifik, tidak
Organ Panggul 10 – 20%
Stadium 1 24%, Stadium 2 38%, berkorelasi dengan stadium POP
wanita bergejala mencari
Stadium 3 35%, dan stadium 4 atau lokasi anatomi
pertolongan medis
2%
TINJAUAN
PUSTAKA #2
ANATOMI ORGAN PANGGUL
• Dasar panggul wanita terdiri dari otot dan jaringan ikat
• Organ panggul terdiri dari kandung kemih, uterus, rectum, dan
tulang panggul
• Tulang panggul  ilium, ischium, dan pubis
• Otot levator ani  membentuk diafragma panggul
• Otot coccygeus  membentuk otot levator ani posterior
• Endopelvis terdiri dari:
• Arcus tendineous levator ani
• Diafragma urogenital
• Badan perineum
• Perimetrium
DEFINISI PROLAPS ORGAN PANGGUL
Herniasi organ panggul terhadap dinding
vagina

Prolaps Uterus  herniasi apeks


uterus ke vagina

Sistokel/Prolaps Dinding Vagina


Anterior disertai prolaps
dinding kandung kemih

Rektokel/Prolaps Dinding
Vagina Posterior
FAKTOR RESIKO
PARITAS
• Persalinan  trauma pada organ dasar panggul
• Resiko meningkat  peregangan, kompresi, atau avulsi selama persalinan
• Wanita dibawah usia 59 tahun  resiko prolaps meningkat setiap persalinan
KEHAMILAN
• Perubahan kolagen yang berkaitan dengan hormonal  peningkatan disensibilitas dan
penurunan kekakuan
FAKTOR OBSTETRIK
• Persalinan pervaginam operatif menggunakan forcep  peningkatan resiko trauma pada otot
levator ani 3x lipat
• Berat bayi >4500, persalinan bayi makrosomik, kala dua berkepanjangan, usia <25 tahun saat
persalinan pertama  meningkatkan resiko prolaps organ uteri
OBESITAS
• IMT > 25  peningkatan resiko prolaps organ panggul (2x lipat lebih tinggi)
• Penurunan berat badan tidak signifikan terhadap regresi prolaps
USIA
• Usia lanjut  menopause  perubahan hormonal yang mempengaruhi konsentrasi esterogen sistemik
• Organ panggul yang mengalami hiposterogen  perubahan komposisi dan kekuatan kolagen, reseptor esterogen
• Esterogen dapat memodifikasi gen yang meyandikan faktor pertumbuhan dan matriks esktra sel
• Perubahan konsentrasi dan kualitas kolagen, morfologi jaringan ikat, dan peran esterogen merupakan indicator keterlibatan
esterogen dalam perkembangan prolaps organ panggul

FAKTOR GENETIK
• Riwayat keluarga dengan prolaps organ panggul  peningkatan 2,5 kali lipat
• Adanya gangguan dari kualitas kolagen
KELAINAN JARINGAN IKAT
• Pada wanita dewasa muda  prolaps organ panggul berkaitan dengan penyakit jaringan ikat, neurologis, atau
kelainan kongenital
• Wanita dengan sindrom Marfan atau Ehlers Danlos  angka kejadian prolaps yang tinggi
• Hipermobilitas sendi intrinsic  berkaitan dengan prolaps organ panggul

KONSTIPASI
• Konstipasi kronik  peningkatan tekanan intraabdominal berulang

RIWAYAT OPERASI
• Histerektomi  meningkatkan resiko terjadinya prolaps organ panggul (setelah dilakukan
prosedur)
Penegakkan Diagnosis: Anamnesis
Tidak menunjukan gejala khas  merasakan tonjolan atau benjolan yang melewati lubang vagina

Adanya keterbatasan aktivitas fisik atau fungsi seksual

Keluhan pasien dapat bervariasi dari hari ke hari atau dalam satu hari bergantung pada tingkatan prolaps organ
panggul
Disfungsi saluran kemih: urgensi inkontinensia urin

Disfungsi rectum: riwayat mengejan saat buang air besar, penggunaan pencahar, inkontinensia fekal, dan
pengosongan rektal yang tidak tuntas
Disfungsi seksual: dyspareunia dan koitus inkontinensia

Keputihan akibat adanya gesekan atau erosi dari epitel vagina

Riwayat medis, bedah, kebidanan dan ginekologi


PEMERIKSAAN FISIK

Minta pasien untuk Mengukur kekuatan dasar


Pasien diminta untuk melakukan manuver panggul (pengukuran
mengosongkan kandung Valsava (menilai POP-Q) Oxford)
kemih, kemudian duduk • Menggunakan speculum • Skor 0  tidak ada kekuatan
dengan posisi litotomi untukmenentukan stadium •Skor 5  kekuatan normal
prolaps

Procidentia  ketiga
Curiga entrokel  colok kompartemen prolaps
Pemeriksaan bimanual
dubur bersamaan (keadaan
darurat bedah)
POP-Q
• Sistem objektif untuk menggambarkan prolaps organ panggul wanita
• Terdapat 6 titik yang ditentukan, Aa, Ba, C, D, Ap, Bp yang dipertimbangkan saat menilai POP-Q untuk
mengetahui sejauh mana prolaps
• Diukur selama dilakukan manuver valsava atau batuk
• Jika turun ke hymen diukur sebagai 0 cm, jika tetap berada diatas hymen dikatakan sebagai negative dikuti
bilangan bulat, dan jika dibawah hymen dikatakan positif yang diikuti bilangan bulat
Dinding Vagina Anterior
1. Titik Aa : titik yang berada di garis tengah dinding vagina anterior 3 cm proksimal dari meatus uretra eksterna

Titk Aa relative terhadap Hymen adalah -3 (tidak ada POP vagina anterior) dan +3 (prolaps penuh)

2. Titik Ba : titik yang mewakili posisi paling distal dari bagian dinding anterior teratas vagina .

Bertepatan dengan titik Aa (-3 cm) pada wanita yang tidak memiliki POP anterior. Pada wanita dengan POP berat, Ba bertepatan
dengan titik C
Vagina bagian atas
1. Titik C : titik di tepi serviks yang berada bagian distal
2. Poin D: Fornix posterior pada wanita yang memiliki serviks
Dinding Vagina Posterior
1. Titik Ap : titik yang terletak di garis tengah dinding posterior vagina 3 cm proksimal hymen

Kisaran potensial titik Ap terhadap hymen adalah -3 hingga +3


2. Titik Bp: Titik yang menunjukkan posisi paling distal dari setiap bagian dinding posterior atas vagina

Tiga lokasi dan pengukuran deskriptif lebih lanjut.


1. Hiatus General (GH) diukur dari tengah meatus uretra eksterna hingga margin posterior hymen

2. Total Vagina Length (TVL) adalah panjang vagina (cm) dari forniks posterior hingga selaput dara bila Titik C atau D dikurangi ke
posisi normal
3. Perineum Body (PB) diukur dari margin posterior selaput dara sampai ke bagian tengah lubang anus.
Tahap 0: Tidak ada prolaps yang ditunjukkan (poin Aa, Ba, C, D, Ap, dan Bp semuanya ≤
−3 cm)

Tahap I: Bagian paling distal dari prolaps lebih dari 1 cm diatas selaput dara (poin Aa, Ba,
C, D, Ap, dan Bp semuanya < −1 cm).

Tahap II: Bagian paling distal dari prolaps terletak antara 1 cm di atas selaput dara dan 1
cm di bawah selaput dara (salah satu titik Aa, Ba, C, D, Ap, dan Bp memiliki nilai antara −1
cm dan +1 cm).

Tahap III: Bagian paling distal dari prolapsis lebih dari 1 cm di luar bidang selaput dara, tapi
tidak seluruhnya mengalami eversi artinya tidak ada nilai ≥ TVL −2 cm (salah satu dari
poin Aa, Ba, C, D, Ap, Bp adalah ≥ +2 dan ≤ −3 cm)

Tahap IV: Eversi atau eversi lengkap ke dalam 2 cm dari total panjang vagina alat kelamin
bagian bawah traktat ditunjukkan (salah satu Poin Ba, C, D, atau Bp adalah ≥ ke TVL −2
cm).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Disfungsi dasar panggul  Ultrasonografi
• USG translabial: non invasive, dan memungkinkan penilaian
anatomi fungsional dasar panggul saat manuver
• USG translabial  penghitungan FPOP (sebagai penilaian
klinis atau penelitian)
• Pencitraan dilakukan dengan posisi litotomi, dan terkadang
perlu diulang dalam posisi tegak
TATA LAKSANA

Observasi
• Pilihan pengobatan yang dapat dipertimbangkan apabila tidak memiliki gejala
berkaitan dengan kualitas hidup
• Stadium 1 dan stadium 2  sembuh spontan tanpa intervensi (3 – 8 tahun)
• Tingkat regresi untuk cystocoele, rectocoele, dan prolaps uterus adalah 24%, 22%
dan 48% (Prolaps ringan/tahap 1)

Latihan Otot Dasar Panggul


• Meningkatkan kekuatan dan fungsi dasar panggul
• Berdasarkan penelitian yang ada  wanita yang melakukan Latihan otot dasar
panggul, kecil kemungkinan untuk terjadinya perkembangan gejala
• Latihan tekanan negative  mengurangi tekanan intraabdomen
• Diperlukan penelitian lebih lanjut sebagai pendukung tindakan operasi POP
Pessarium
• Pessarium berfungsi untuk menyangga organ yang
mengalami prolaps sehingga mengurangi gejala yang ada
• Penggunaan pessarium  pada wanita dengan gejala yang
tidak melakukan atau tidak ingin intervensi bedah
• Komplikasi: devaskularisasi lokal (dapat dikurangi dengan
esterogen topical)
• Penelitian yang ada, pessarium mengobati derajat tidak berat
Farmakologi

• Esterogen dianggap dapat mengobati POP


• Esterogen topical: berguna pasca operasi POP
• Raloxifene oral: tidak meningkatkan terjadinya relaksasi dasar panggul pada wanita menopause

Bedah

• Merupakan pengobatan pilihan


• Menentukan keberhasilan  adanya penurunan stadium ke tahap 0 – 1dan meninjau Kembali gejala
• Pengambilan keputusan operasi  hal yang ingin dicapai pasien (citra tubuh/fungsi seksual)
• Histerektomi vagina  pada prolaps uteri tahap lanjut
• Colpocleisis  memiliki angka kesembuhan tinggi dan morbiditas yang rendah
• Wanita yang ingin mempertahankan fungsi coitus  operasi rekonstruksi
• Apeks vagina yang digantung menggunakan jaringan pada wanita
• Pemasangan mesh yang menahan bagian vagina/sakrum (sacrocolpopexy)
• Transvaginal mesh
• Transvaginal mesh HARUS disediakan pada pasien dengan kasus POP yang kompleks
KESIMPULAN
#3
Prolaps organ panggul (prolaps vagina anterior dan posterior, serta prolpase uterus) merupakan
kondisi klinis umum yang memengaruhi banyak wanita. Paritas, kehamilan, faktor obstetric, usia, faktor
Genetik, kelainan jaringan ikat, konstipasi, dan riwayat operasi merupakan faktor resiko penyebab
terjadinya prolaps organ panggul. Prolaps organ panggul tidak memberikan gejala yang khas, prolapse
organ panggul dapat menyebabkan terjadinya disfungsi berkemih, disfungsi buang air besar, dan disfungsi
seksual yang berat. POP-Q merupakan klasifikasi yang harus digunakan untuk menggambarkan prolaps
organ panggul, dengan menentukan enam titik (Aa, Ba, C, D, Ap, Bp) untuk menilai derajat terjadinya
prolaps organ panggul. Tata laksana yang dilakukan dapat berupa non-pembedahan (observasi, Latihan
otot dasar panggul, pessarium, dan terapi farmakologi) dan pembedahan yang dilakukan juga berdasarkan
apa yang ingin dicapai pasien.

KESIMPULAN
THAN
KS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide as attribution


DAFTAR PUSTAKA
• InformedHealth.org. Pelvic organ prolapse: Overview. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). 2018. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525783/
• Mishra, Urvashi. Poonam. Prasad, Umakant. Pelvic organ prolapse - four years review from IGIMS, Patna. International Journal of Contemporary Medical Research
2019;6(10):J1-J4. DOI: http://dx.doi.org/10.21276/ijcmr.2019.6.10.21
• Wilkins, M F. Wu, J M. Epidemiology of Pelvic Organ Prolapse. Current Obstetrics and Gynecology Reports. 2016; 5(2), 119- 123 doi:10.1007/s13669-016-0149-z 
• Yates, Ann. Female pelvic floor 1: anatomy and pathophysiology. Nursing Times. 2019; 115(5):18-21
• Razzak, Lubna. Pathophysiology of Pelvic Organ Prolapse, Pelvic Floor Disorders. IntechOpen. 2018 DOI: 10.5772/intechopen.76629. Available from:
https://www.intechopen.com/ books/pelvic-floordisorders/pathophysiology-of-pelvic-organ-prolaps
• Smith, Taryn A. Poteat, Tamara A. Shobeiri, S. Pelvic organ prolapse. Journal of the American Academy of Physician Assistants. 2014; 27(3):20-24 doi:
10.1097/01.JAA.0000443963.00740.4d
• Pelvic Organ Prolapse. American College of Obstetricians and Gynecologists. 2019;134(5): 126-142 doi: 10.1097/AOG.0000000000 003519
• Sayko, S. Hervil Kagayaita. Kurniawati, Eighty Mardiyan. Lestari, Pudji. Age as the Risk Factor that Affected the Increased Degree of Uterine Prolapse. Biomolecular And
Health Science Journal. 2018; 1(01): 20 – 24. DOI: 10.20473/bhsj.v1i1.8210
• Vitale, Salvatore Giovanni Vitale.La Rosa, Valentina Lucia. Rapisarda, Agnese Maria Chiara. Lagana, Antonio Simone. The Importance of a Multidisciplinary Approach for
Women with Pelvic Organ Prolapse and Cystocele. Oman Medical Journal. 2017; 32(3): 263−264. DOI 10.5001/omj.2017.52
DAFTAR PUSTAKA
• Moegni, Fernandi. Santoso, Hari. The Degree of Cystocele and Rectocele with Hiatal Area Levator Ani. Indones J Obstet Gyneco. 2017; 5(4): 225 – 229
• Braga, Andrea. Caccia, Giorgio. Pelvic Organ Prolapse: Pathophysiology and Epidemiology. Springer. 2018. doi:10.1007/978-3-319-59195-7 
• Y, Weintraub Adi. Hannah, Glinter. Naama, Marcus-Braun. Narrative review of the epidemiology, diagnosis and pathophysiology of pelvic organ prolapse. Int. braz j urol.
2020; 46(1): 5-14. http://dx.doi.org/10.1590/s1677-5538.ibju.2018.0581.
• Iglesia CB. Smithling KR. Pelvic Organ Prolapse. Am Fam Physician. 2017; 96(3):179-185. PMID: 28762694
• Qureshi, Shaiba. Gupta, Jeetendra. Pelvic Organ Prolapse: Prevalence and Risk Factors. American Journal of PharmTech Research. 2015; 5(6): 1-15.
• Madhu C, Swift S, Moloney-Geany S, Drake MJ. How to use the Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) system Neurourology and Urodynamics. 2018;37:S39–
S43. https://doi.org/10.1002/nau.23740
• Shek, K.L. Dietz, H.P. Assessment of pelvic organ prolapse: a review. Ultrasound Obstet Gynecol. 2016; 48(6): 681-692. https://doi.org/ 10.1002/uog.15881

• Fleischer, K. Thiagamoorthy, G. Pelvic organ prolapse management. Post Reproductive Health. 2020; 26(2): 79–85. doi:10.1177/2053369120937594

Anda mungkin juga menyukai