Anda di halaman 1dari 21

Anemia Defisiensi

Besi
DM Wonogiri
2

○ Keadaan berkurangnya jumlah total


eritrosit dalam sirkulasi darah atau
Anemia (WHO) penurunan kualitas maupun kuantitas Hb
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh
○ Gejala secara umum :
○ 5L, pucat, penglihatan berkunang-kunang,
pusing, telinga berdenging, dan penurunan
konsentrasi
3
4
5
6

Definisi
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang
disebabkan kekurangan zat besi yang diperlukan untuk
sintesis hemoglobin.
7

○ Data SKRT tahun 2007 menunjukkan, angka


kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada
Epidemiologi
anak balita di Indonesia sekitar 40-45%.

○ Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun


2001 menunjukkan prevalensi ADB pada bayi
0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita
berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan
48,1%.
8

Berdasarkan Usia

Etiologi < 1 tahun 1-2 tahun 2-5 tahun 5 tahun – Remaja

BBLR, Prematur, Asupan besi kurang Asupan besi kurang Perdarahan,


Gemeli, ASI ekslusif minum susu murni minum susu murni Menstruasi,
tanpa suplementasi berlebih, Obesitas, berlebih, Obesitas, kecacingan
besi, pertumbuhan infeksi berulang / infeksi berulang /
cepat, anemia dalam kronis,Malabsorbsi. kronis,perdarahan.
kehamilan, alergi susu
sapi
9

Patofisiologi
Tahap pertama (stadium prelaten)

Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan
fungsi protein lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi
besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain masih normal.

-Stadium I: deplesi cadangan besi (penurunan kadar ferritin)


10

Patofisiologi
Tahap Kedua (stadium laten)

Tahap ini dikenal sebagai iron deficient erythropoietin didapatkan suplai besi yang tidak
cukup untuk menunjang eritropoeisis. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil besi serum
menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC)
meningkat dan free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.

- Stadium II: defisiensi besi tanpa anemia (penurunan TIBC)

Tahap Ketiga (stadium anemia)

Tahap ini disebut iron deficient anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju
eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb.
Gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokrom yang progresif.

- Stadium III: anemia defisiensi zat besi (penurunan Hb, MCV, HCT)
11
Manifestasi Klinis

Penurunan nafsu
Pucat Koilonikia makan

Daya tahan
Pika tubuh menurun Glotitis/Stomatitis
12
Manifestasi Klinis
Organ sasaran Gejala klinis

1.Otak Pusing, kunang-kunang, mengantuk, lesu


Konsentrasi belajar menurun

2. Jantung Takikardi

3. Otot Besar dan kekuatan berkurang.

4. Gastrointestinal Mual, Obstipasi, Kembung

5. Kulit dan mukosa Pucat, vili lidah tipis halus, Glosistis, stomatitis

6. Kuku Koilonikia
13
Anamnesis
• Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh
terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi belajar
• Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica)
Diagnosis • Aktivitas menurun
• Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi, bahan
makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti kalsium dan fitat
(beras, gandum), serta konsumsi susu sebagai sumber energi utama sejak
bayi sampai usia 2 tahun (milkaholics)
• Pernah atau sedang terinfestasi parasit seperti ankylostoma, schistosoma
dan giardia lamblia
14
Pemeriksaan Fisik

• Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu terlihat

• Pucat ditemukan bila kadar Hb <7 g/dL


Diagnosis • Bila kadar Hb <5 g/dL dapat ditemukan gejala iritabel dan anoreksia

• Tanpa organomegaly

• Dapat ditemukan koilonikia, glositis, stomatitis angularis, takikardia, sklera


biru, frontal bossing.

• Gangguan pertumbuhan
15
Pemeriksaan Penunjang
○ Hb, Hct, eritrosit, MCV, MCHC : menurun
○ RDW meningkat >14,5%, jika <13% thalasemia
○ Mikrositik hipokromik ( mulai Hb<10 g/dl)
Diagnosis ○ SI turun, TIBC 
○ Retikulosit meningkat bila Hb<7 g/dl
○ Mentzer index (MCV/RBC) > 13, jika <13 mengarah ke
thalasemia
○ Ferritin turun <12 ug/ml
Diagnosis

ADB: Mikrositik hipokromik Normal


(central pallor >>), Pencil cell
(+)
16
17

Diagnosis
● 18
Kriteria Diagnosis ADB menurut WHO
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31% (N: 32-35%)
3. Kadar Fe serum <50 μg/dL (N: 80-180 μg/dL)
Diagnosis 4. Saturasi transferin <15% (N: 20-50%)
Kriteria ini harus dipenuhi, paling sedikit kriteria nomor 1, 3, dan 4.

● Bila sarana terbatas, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:


○ Anemia tanpa perdarahan
○ Tanpa organomegali
○ Gambaran darah tepi: mikrositik, hipokromik, sel pensil, sel target
○ Respons terhadap pemberian terapi besi
19
● Mengetahui faktor penyebab: riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya perdarahan yang abnormal,
pasca pembedahan.

● Preparat besi
○ Preparat yang tersedia ferous sulfat, ferous glukonat, ferous fumarat, dan ferous
Tatalaksana
suksinat. Dosis besi elemental 4-6 mg/kgBB/hari.
○ Respons terapi dengan menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulan, yaitu kenaikan
kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.
■ Bila respons ditemukan, terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan

● Transfusi darah
○ Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang sangat berat dengan kadar Hb
<4g/dL. Komponen darah yang diberi PRC
20
● Mempertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan

● Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi tepat pada waktunya, yaitu sejak
usia 6 bulan sampai 1 tahun
Pencegahan ● Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum preparat besi untuk
Primer meningkatkan absorbsi besi, serta menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi
seperti teh, fosfat, dan fitat pada makanan.

● Rekomendasi Supplementasi Besi

Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita (0-
5 tahun), terutama usia 0-2 tahun
21

Thank You
Alhamdulillah

Anda mungkin juga menyukai