Anda di halaman 1dari 11

ETIKA DISKRIMINASI

PEKERJAAN
OLEH :
1. YOSEFINA LETEK LEWUK
2. YULIANA SA’O
3. ALFONSUS LIGORI JARU
4. THOMAS AQUINO LIU
5. ALFONSA LODAN
6. FRANSISKUS LADO WOGA
7. MARIA YELIANA MITE
SIFAT DISKRIMINASI
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan 3 elemen dasar
yaitu :
 Keputusan yang merugikan seorang pegawai atau lebih
karena bukan didasarkan pada kemampuan yang dimiliki.

 Keputusan yang sepenuhnya atau sebagian diambil


berdasarkan prasangka rasial atau seksual.

 Keputusan yang memiliki pengauh negativ atau merugikan


kepentingan-kepentingan pegawai.
BENTUK –BENTUK DISKRIMINASI

 Tindakan diskrimintaif mungkin merupakan bagian dari


perilaku terpisah (tidak terinstitusionalisasikan).

 Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari


perilaku rutin dari sebuah kelompok yang
terinstitusionalisasikan.

 Tindakan diskriminasi mungkin merupakan bagian dari


perilaku yang terpisah (tidak yang terinstitusionalisasikan).
TINGKAT DISKRIMINASI
Ada 3 perbandingan yang bisa membuktikan :
1. Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan
institusi pada kelompok yang terdiskriminasi dengan
keuntungan rata-rata yang diberikan kepada kelompok lain.
2. Perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang
terdapat dalam tingkat pekerjaan paling rendah dengan
proporsi kelompok lain dalam tingkat yang sama.
3. Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang
memegang jabatan lebih menguntungkan dengan proporsi
kelompok lain dengan jabatan yang sama.
DISKRIMINASI : UTILITAS, HAK DAN
KEADILAN
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat
dibagi menjadi 3 :
1. Argumen utilitarian yang menyatakan bahwa diskriminasi
mengarahkan pada penggunaaan sumber daya manusia
secara tidak efisien.
2. Argumen hak yang menyatakan bahwa diskriminasi
melanggar Hak Asasi Manusia.
3. Argumen keadilan yang menyatakan bahwa diskriminasi
mengakibatkan munculnya perbedaan distribusi keuntungan
dan beban dalam masyarakat.
PRAKTIK DISKRIMINASI
Rekrutmen ► perusahaan-perusahaan yang sepenuhnya
bergantung pada referensi verbal para pegawai saat ini
dalam rekrut pegawai baru cenderung merekrut pegawai dari
kelompok ras ddan seksual yang sama dengan yang terdapat
dalam perusahaan.
Screening (seleksi) ►kualifikasi pekerjaan dianggap
diskriminatif yang tidak relevan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Kenaikan pangkat ►proses kenaikan pangkat, kemauan kerja,
dan transfer diakatakan diskriminatif jika perusahaan
memisahkan evaluasi kerja.
LANJUTAN

Kondisi pekerjaan ► pemberian gaji dikatakan diskriminatif


jika diberikan dalam jumlah yang tidak sama untuk orang-
orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya
sama.

PHK ►memecat pegawai berdasarkan ketimbangan ras dan


jenis kelamin jelas merupakan diskriminasi.
PELECEHAN SEKSUAL
Meskipun cukup sering terjadi, namun pelecehan seksual
masih sulit didefinisikan, dikendalikan, dan dicegah. Pada
tahun 1978, Equal Employment Opportunity Commision
memublikasikan serangkaian “pedoman” untuk
mendefinisikan pelecehan seksual dan menetapkan apa yang
menurut mereka sebagai tindakan yang melanggar hukum.
Lebih jauh lagi, pedoman tersebut menyatakan bahwa
pelecehan seksual adalah dilarang dan bahwa pengusaha atau
perusahaan bertanggungjawab atas semua tindakan
pelecehan seksual yang dilakukan para pegawai, dan tidak
masalah apakah tindakan tersebut “dilarang oleh
perusahaan”.
DILUAR RAS JENIS KELAMIN :
KELOMPOK LAIN
Diluas ras dan jenis kelamin juga terdapat berbagai
diskriminasi terhadap kelompok lain, yaitu diantaranya :
 Diskriminasi terhadap pegawai yang lebih tua berdasarkan
usia
 Penderita cacat
 Prefensi seksual yang tidak lazim
 Kaum gay dan transeksual
 Tenaga kerja yang kelebihan berat badan
 Penderita AIDS
TINDAKAN AFIRMATIF
 Tindakan afirmatif sebagai kompensasi
Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif
yang didasarkan pada prinsip kompensasi adalah prinsip ini
mensyaratkan kompensasi hanya dari individu-individu yang
secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan
kompensasi hanya pada individu-individu yang dirugikan.
 Tindakan afirmatif sebagai isntrumen untuk mencapai tujuan
sosial
Untuk mendukung program tindakan afirmatif
didasarkan pada gagasan bahwa program-program tersebut
secara moral merupakan instrumen yang sah untuk mencapai
tujuan yang secara moral juga sah.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai