VENY UNITASARI
PENGERTIAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. pasien merasakan sensasi berupa suara, pengelihatan, pengecapan, atau
penciuman tanpa stimulus yang nyata (Keliat, 2011). Halusinasi adalah perubahan dalam
jumlah atau stimulus yang disertai dengan gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau
distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-1, 2012).
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah
halusinasi pendengaran, pengelihatan, pennciuman, dan pengecapan.
JENIS HALUSINASI
Menurut Yusuf 2015, jenis halusinasi terbagi menjadi 5 yaitu:
1. Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)
2. Halusinasi penglihatan (visual, optic)
3. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
4. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
5. Halusinasi raba (taktil)
FAKTOR PENYEBAB
HALUSINASI
1. Faktor Predisposisi 2. Factor Presipitasi
Menurut Stuart (2013) Faktor Penyebab halusinasi dapat dilihat dari
predisposisi dari halusinasi adalah lima dimensi menurut (Yosep 2011)
sebagai berikut:
• Dimensi fisik
• Faktor Perkembangan
• Dimensi emosional
• Faktor Sosiokultural
• Dimensi intelektual
• Faktor Biokimia
•Dimensi social
• Faktor Psikologis
• Dimensi spiritual
• Faktor Genetik dan Pola Asuh
MEKANISME KOPING
HALUSINASI
Menurut Keliat (2011) Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri
dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi
termasuk
• Regresi,
• Proyeksi,
• Menarik diri
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai 3. Fase ketiga
berikut:
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu
1. Fase pertama pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. gangguan psikotik.
Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-
hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon mematuhi perintah.
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan
suka menyendiri. 4. Fase keempat
2. Fase kedua Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
halusinasi menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam,
ringan. memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut,
Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan
kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien
tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh
diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
TANDA DAN GEJALA
HALUSINASI
Tanda dan gejala dari halusinasi adalah seagai berikut (Yosep, 2011): Halusinasi penglihatan
1. Halusinasi Pendengaran
Data subjektif:
Data subjektif:
• Mendengar sesuatu menyuruh atau melakukan sesuatu yang berbahaya • Melihat orang yang sudah meninggal
•Mendengar suara atau bunyi • Melihat ada makhluk halus
•Mendengar suara yang mengajak berbicara
•Mendengar suara seseorang yang sudah meninggal
• Melihat bayangan
•Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain yang • Melihat sesuatu yang menakutkan
membahayakan.
Data Objektif:
•Meliat cahaya yang sangat terang
• Mengarahkan telinga pada sumber suara Data objektif:
•Bicara atau tertawa sendiri • Tatapan mata pada tempat tertentu
•Marah-marah tanpa sebab
•Menutup telinga dan mulut komat-kamit
• Menunjuk kearah tertentu
•Adanya gerakan tangan. •Ketakutan pada objek yang dilihat
Halusinasi penciuman Halusinasi peraba
Data subjektif:
Data subjektif:
• Merasakan ada sesuatu di tubuhnya
• Mencium sesuatu yang aneh seperti, bau
mayat, darah bayi bau masakan, atau parfum • Merasakan ada sesuatu dibawah kulit
yang menyengat. • Merasakan sangat panas atau dingin
Keterangan:
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu akan dapat
memecahkan masalah tersebut.
PENATALAKSANAAN
HALUSINASI
Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Keliat (2011) tindakan keperawatan yang dilakukan
1. Melatih klien mengontrol halusinasi:
• Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
• Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
• Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
• Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
Tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan
kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol
halusinasi.
1. Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat klien
halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan menghardik.
2. Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan enam benar minum obat.
3. Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan.
4. Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up klien halusinasi
KONSEP ASUAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian Faktor Presipitasi
Identitas klien Stresor presipitasi pada klien dengan
Alasan masuk halusinasi ditemukan adanya riwayat
Faktor predisposisi penyakit infeksi, penyakt kronis atau
kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
• Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan
dan kurang berhasil dalam pengobatan. dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan
• Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan atau tuntutan dalam keluarga atau
kekerasan dalam keluarga. masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
• Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter. klien serta konflik antar masyarakat.
• Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat Fisik
menganggu
Tidak mengalami keluhan fisik
Psikososial • Afek
• Interaksi selama wawancara
• Genogram
• Persepsi
• Konsep diri
2. Diagnosa Keperawatan
• Hubungan sosial Masalah keperawatan yang terdapat pada klien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
• Spiritual adalah sebagai berikut:
Mental Resiko tinggi prilaku kekerasan