Anda di halaman 1dari 45

REFLEKSI KASUS

SINDROM HELLP +
Oleh :
EKLAMPSIA + GGA
Tri Utami Wahyuningsih
N 111 19 048

Pembimbing Klinik :
dr. Ni Made Astijani Giri, Sp.OG
PENDAHULUAN
• Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platelet count)
merupakan sindrom yang berpotensi untuk mengancam jiwa yang berkaitan

dengan preeklampsia

• Sindrom HELLP terjadi pada 0,1%-0,6% dari semua kehamilan dan pada 4%-
12% pasien dengan preeklamsia.

• Sindrom HELLP biasanya terjadi antara minggu ke 27 kehamilan dan persalinan,


atau segera setelah melahirkan pada 15% -30% kasus.
• Diagnosis dini sangat penting mengingat banyaknya
penyakit yang mirip dengan Sindroma HELLP.
• Pengobatan sindroma HELLP juga harus
memperhatikan cara-cara perawatan dan pengobatan
pada preeklampsia dan eklampsia.
BAB
II
TINJAUA
N
DEFINISI
• Sindroma HELLP  preeklampsia-eklampsia disertai
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi
hepar, dan trombositopenia.
H : Hemolysis
EL : Elvated Liver Enzyme
LP : Low Platelets Count
EPIDEMIOLOGI
• Indonesia  preeklampsia menempati presentasi kedua setelah perdarahan
yaitu sebesar 24%, perdarahan 28%, infeksi 11%, dan abortus 5%.
• sindroma Hemolysis Elevated Liver Enzym Low Platelet Count (HELLP) (10-
12%), edema paru (2-5%), gagalginjal akut (1–5%), eklampsia (<1%), dan
kegagalan fungsi hepar (<1%).
• Angka kejadian sindroma HELLP pada seluruh kehamilan adalah 0,2– 0,6%.
• Sindroma HELLP ini lebih sering terjadi pada wanita kulit putih dan
multigravida.
ETIOPATOFISIOLOGI
• Serum SGOT, SGPT dan LDH ↑ pada preeklampsi dan merupakan tanda Sindrom
HELLP. Lactat dehidrogenase (LDH)  enzim katalase yang bertanggung jawab
terhadap proses oksidasi laktat menjadi piruvat.
• LDH yang ↑ menggambarkan terjadinya kerusakan sel hepar. Walaupun ↑ kadar
LDH  tanda terjadinya hemolisis. ↑ kadar LDH tanpa disertai ↑ kadar SGOT dan
SGPT menunjukkan terjadinya hemolisis
• Pada gangguan fungsi ginjal terjadi kelainan berupa endotelisasi glomerulus, yaitu
pembengkakkan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya, Kelainan lain yang dapat terjadi  anuria sampai gagal ginjal, juga
terdapat kadar kreatinin > 1 mg
KLASIFIKASI
Berdasar kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi dengan
nama "Klasifikasi Mississippi’’:
KELAS 1

KELAS 2
● PLT < 50.000/ml ● PLT > 50.000 <
● LDH > 5OO IU/l, 100.000/ml
● AST / ALT > 40 ● LDH > 600 IU/l
IU/l ● AST / ALT > 40 IU/l

KELAS 3 ● PLT > 100.000 <


150.000/ml
● LDH > 600 IU/I
● AST / ALT > 40 IU/l
KLASIFIKASI
Tennessee, dibagi menjadi 2 kelas :

COMPLITE
PARTTIAL
PLT < 100.000 / μl, LDH  600
IU / L, SGOT  70 IU / L Hanya satu dari ciri – ciri complite
yang muncul
PENEGAKK
AN
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Didahului tanda dan gejala yang tidak khas  malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah (semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi virus) Adanya tanda
dan gejala preeklampsia, Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada
kuadran atas abdomen, ranpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala
preekiampsia, harus dipertimbangkan sindroma HELLP
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya kenaikan LDH, AST, dan
bilirubin indirek

• Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST, LDH

• Trombositopenia , Trombosit < 150.000/ ml .


TANDA LABORATORIUM
Hemolisis
SINDROM HELLP
Terdapat dua dari bukti di bawah ini:
1. Abnormal apusan darah tepi (burr sel, sistiosit)
2. Peningkatan serum bilirubin (≥1,2 mg/dL)
3. Serum haptoglobulin rendah
4. Penurunan signifikan kadar hemoglobin, tidak berhubungan dengan kehilangan darah
Peningkatan Enzim Hati

1. Peningkatan AST atau ALT 2 kali di atas nilai normal


2. Peningkatan LDH 2 kali di atas nilai nomal
Trombositopenia
<100.000/mm3
PENATALAKSANAAN
Mengikuti terapi medikamentosa preeklampsia-eklampsia dengan melakukan monitoring kadar
trombosit tiap 12 jam.
Pedoman pemberian MgSO4 5,17,18
Syarat pemberian:
1. Tersedia antidotum (kalsium glukonat)
2. Refleks patella (+)
3. Frekuensi pernapasan >16 kali/menit
Cara pemberian MgSO4 5
Dosis awal:
4. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml
aquades.
5. Bolus perlahan secara IV selama 10-15 menit
6. Jika akses IV sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO 4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM
di bokong kiri dan kanan.
PENATALAKSANAAN
Dosis rumatan:
1. Ambil 6 g larutan MgSO4 (15 mg larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam ringer lactate
atau ringer acetate lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes per menit selama 6
jam dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau setelah kejang berakhir (bila
eklampsia).
PENATALAKSANAAN
1. Jika didapatkan kadar trombosit < 100.000/ml atau trombosit 100.000 - 150.000/ml
dengan disertai tanda-tanda eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium, maka
diberikan deksametason 10 mg i.v. tiap 12 jam.
2. Pada postpartum deksametason diberikan 10 mg i.v. tiap 12 jam 2 kali, kemudian diikuti
5 mg i.v. tiap 12 jam 2 kali.
3. Terapi deksametason dihentikan, bila telah terjadi perbaikan laboratorium, yaitu
trombosit > 100.000/ml dan penurunan LDH serta perbaikan tanda dan gejala-gejala
klinik preeklampsia-eklampsia.
4. Dapat dipertimbangkan pemberian transfusi trombosit, bila kadar trombosit < 50.000/ml
dan antioksidan.
PENATALAKSANAAN
Terapi cairan
• Cairan yang diberikan adalah RD 5 %, bergantian RL 5 % dengan kecepatan 100
ml/jam dengan produksi urin dipertahankan sekurang-kurangnya 20 ml/jam.
• Bila hendak dilakukan seksio sesarea dan bila trombosit < 50.000/ml, maka
perlu diberi transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/ml, dan akan dilakukan
seksio sesarea maka perlu diberi transfusi darah segar.
KOMPLIKASI
• Dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan otak yang merupakan komplikasi
paling berat yang bersifat fatal pada 50-65% kasus.
• Peningkatan tekanan darah diastol secara tiba-tiba di atas 120 mmHg
meningkatkan risiko komplikasi hipertensi ensefalopati, aritmia ventrikel, DIC.
• Komplikasi renal terjadi pada level mikrovaskular (trombosis vaskular, oklusi
arteri renal, hipoperfusi). Sindrom HELLP dapat menyebabkan nekrosis tubular
yang bersifat reveribel dan nekrosis kortikal
PROGNOSIS
• Angka mortalitas pada ibu dengan sindrom HELLP berkisar antara 18 – 86 %.
• Prognosis bergantung pada diagnosis segera dan pendekatan sesegera mungkin.
• Mortalitas bayi pada saat perinatal bervariasi antara 6,7 – 70%.
• Sindrom HELLP menyebabkan kelahiran prematur.
• Sekitar 60% menjadi kematian janin dalam rahim (KJDR), 30% pertumbuhan
janin terhambat (PJT), dan 25% trombositopenia.
BAB III
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny.D Nama Suami : Tn. Y
Umur : 39 tahun Umur: 43 Tahun
Alamat : Buteta, Labuan Lelea Alamat : Buteta, Labuan Lelea
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
ANAMNESIS
● PIIIA0

● Usia Kehamilan : 40 minggu

● Keluhan Utama : Pasien dengan kejang


setelah melahirkan
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan suami pasien. Pasien datang
tanggal 22/06/2021 dengan keluhan kejang disertai penurunan kesadaran sejak 8 jam
sebelum ke rumah sakit, kemudian berhenti dan kejang kembali 4 jam kemudian.
Pasien pasca melahirkan 2 hari yang lalu di puskesmas dan menurut pengakuan suami
pasien, bahwa pada usia kehamilan 6 bulan pasien sempat kejang dan tekanan darah
pada saat melahirkan pasien sempat 170 namun tidak ada Tindakan lebih lanjut yang
dilakukan oleh bidan penolong. Saat di rumah sakit pasien kejang sebanyak 4 kali
kejang berlangsung selama  1 menit. sekarang pasien mengalami pandangan kabur
(+), lemah (+), lemas (+), sesak napas (-), mual (-), Muntah(-), pusing (+), sakit kepala
(+), demam (-), kencing hanya sedikit-sedikit, BAB tidak lancar dan bengkak pada
kedua tungkai (+/+).
ANAMNESIS
● Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya pasien tidak ada riwayat
kejang (-), riwayat DM (-), asma (-), penyakit jantung (-), alergi (-).

● Riwayat penyakit keluarga : Pasien tidak mengetahui secara pasti


Riwayat penyakit dalam keluarga pasien

● Riwayat Menstruasi : Haid pertama pada umur 15 tahun. Pasien


mengaku haid teratur dengan siklus 28-30 hari. Lama haid ± 7 hari, dan
mengganti pembalu sebanyak 3 kali dalam sehari.
ANAMNESIS
Riwayat Obstetri :
● Anak pertama jenis kelamin laki-laki lahir tahun 2004 cukup bulan, lahir
spontan LBK BBL tidak diketahui oleh ayah pasien
● Anak kedua, jenis kelamin perempuan lahir tahun 2009, cukup bulan
lahir spontan LBK, BBL : 2900 gram
● Anak ketiga, jenis kelamin laki-laki lahir tahun 2021, lahir cukup bulan

Riwayat ANC : Pasien tidak rutin melakukan pemeriskaan ANC


ANAMNESIS
Riwayat KB
● (-) Suntik KB 3 bulan setelah anak pertama
● (-) Pil KB 2 bulan
● (-) IUD
● (-) Susuk KB
● (-) Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit Berat
Kesadaran : E2 V2 M1
BB : 69 Kg
TB : 155 cm

TTV
TD : 180/120 mmHg
N : 110x/menit
R : 28x/menit
S : 36,8ºC
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala – Leher :
● Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

Thorax :
● I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
● P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
● P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas paru-
hepar SIC VII LMD, batas jantung DBN
● A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi
jantung I/II murni reguler
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :
● I : Perut cembung kesan normal, striae alba (+), massa (-)
● A : peristaltik (+) kesan menurun
● P : timpani (+)
● P : nyeri tekan kuadran kanan atas (+)

Genitalia :
● Pemeriksaan Dalam (VT) : tidak dilakukan

Ekstremitas :
● Atas :Akral hangat, Edema -/-
● Bawah :Akral hangat, Edema +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Urin :
● Wbc : 28 x 10 /mm
3 3 ● Protein : +2
● Hgb : 8,4 gr/dl ● Leukosit : 8/LPB
● Hct : 38.6 % ● Eritrosit : 20
● Plt : 63 x 103/l ● Silinder : (-)
● Rbc : 4,8 x 106/l ● Epitel: (+)
● SGOT : 104 U/L ● Kristal : (-)
● SGPT : 105 U/L
● BT : 8’
● CT : 4’
● HbSAg : non-reaktif
● Ureum : 94 mg/dL
● Creatinin : 2,79 mg/dL
RESUME
Pasien dengan keluhan kejang disertai penurunan kesadaran sejak 8 jam
sebelum ke rumah sakit, kemudian berhenti dan kejang kembali 4 jam
kemudian. Pasien postpartum 2 hari yang lalu di puskesmas dan menurut
pengakuan suami pasien, bahwa pada usia kehamilan 6 bulan pasien sempat
kejang dan tekanan darah inpartu pasien sempat 170 namun tidak ada
Tindakan lebih lanjut yang dilakukan oleh bidan penolong. Saat di rumah
sakit pasien kejang sebanyak 7 kali kejang berlangsung selama +/- 1 menit.
sekarang pasien mengalami pandangan kabur (+), lemah (+), malaise (+),
sesak napas (-), nyeri perut kuadran kanan atas (+), nausea (-), vomitus (-),
pusing (+), sakit kepala (+), demam (-), kencing hanya sedikit-sedikit, BAB
tidak lancar dan edema pada kedua tungkai (+/+).
RESUME
Dari pemeriksaan fisik, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (+/+),
TD : 180/120 , nadi 110 x/m, respirasi 28 x/m, Suhu 36,8ºC. Nyeri tekan
kuadran kanan atas, TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi uterus baik,
lokia rubra (+), ekstremitas bawah edema (+/+).
Dari pemeriksaan laboratorium, Wbc : 28 x 103/mm3, Hgb : 8,4 gr/dl,
Hct: 38.6 %, Plt : 63 x 103/L, Rbc : 4,8 x 106/l HbSAg : non-reaktif, Ureum:
156,7mg/dL, Creatinin : 5,78 mg/dL, SGOT: 104 U/L SGPT : 105 U/L,
Urinalisis : protein +2, leukosit 9/LPB, eritrosit 20, epitel (+).
DIAGNOSIS
PIIIA0 post partum H2 + eklampsia + HELLP syndrome + GGA
PENATALAKSANAAN
● Pasang oksigen 4 lpm
● IVFD RL 500 CC
● Inj. Ranitidin 1amp/8jam/iv
● Inj ondansetron 2 mg//ampul/12 jam IV
● Inj. Dexamethasone 10 mg /12 jam IV
● Inj Meropenem 1 gr/8 jam IV
● Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam IV
● Nifedipin 3 x 10 mg
● Metildopa 2 x 250 mg
● Transfusi 1 labu Whole blood cell
● Pasang kateter
● Edukasi pasien untuk banyak minum air
● Monitoring trombosit tiap 12 jam
FOLLOW
UP
24/06/ Pasien di Rawat di ICU P:
2021 S : Kejang (-), Nyeri perut tembus belakang (-), Terapi Obstetri
pusing (+), sakit kepala (+), Batuk (+), penglihatan • IVFD RL 20 tetes/menit
kabur (-), edema pada tungkai (+/+), sesak (+),mual • Inj. Dexamethasone 1amp/12 jam IV
(-), muntah (-), BAB (+), BAK (+) perdarahan jalan • Inj anbacim 1 gr/12jam IV
lahir (+) • Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam IV
Terapi Interna
O : KU: Sakit Berat
• Koreksi hiponatremi Nacl 3/500cc/jam
Kesadaran : E4M5V4
• Nefrosteril/ 24j/ iv
TD : 180/90mmHg N : 104x/m
• Curcuma F 3x1
S : 36.5 C
0
R : 26 x/menit
Terapi Anestesi
Urin tampung 1650 cc/24 jam
• IVFD Nacl 3% 500 / Nacl 0,9%
Konjungtiva anemis -/-
• Albumin 20% 100ml
Sclera ikterik +/+
• Anbacim 1gr/12jam
Lokia Sanguinoleta +
• Metronidazole 500 mg/12jsm
Oedem palpebra (-/-)
• Omeprazole 40 mg/12 jam
Oedem ekstremitas Bawah (+/+)
• Nefosteril 250mg / 12jam
Diuresis 1,6cc/jam
• Mecobalamine 1 gr/24 jam
A : PIIIA0 Post partum H4 + HELLP syndrome + • Furosemide amp / 8jam / iv
Eklampsia + Gagal ginjal akut • Beta zinc 1-0-1
• Dorner 20mcg tab 2x1
• Acetylsistein oral 3x1
• Digoxin 25 mg 1x1
25/06/ Pasien di Pindahan Ke Ruangan Matahari P:
2021 S : Kejang (-), Nyeri perut tembus belakang (-), Terapi Obstetri
pusing (+), sakit kepala (+), penglihatan kabur (+), • IVFD RL 500 CC : Nacl 0,9% (1 : 1) 20
edema pada tungkai (+/+), sesak (+), mual (-), tetes/menit
muntah (-), BAB (+), BAK (+) perdarahan jalan lahir • Inj. Ranitidin 1amp/8jam/iv
(+) • Inj. Dexamethasone 5 mg /12 jam IV
• Inj anbacim 1 gr/12 jam IV
O : KU: Sakit Sedang Kesadaran : E4M6V5
• Nifedipin 3 x 10 mg
TD : 130/80mmHg N : 82x/m,
• Anjurkan makanan tinggi protein
S : 36.5 C,
0
R : 22x/menit
• Konsultasi ke penyakit dalam
Urin tampung 1500 cc/24 jam, Konjungtiva anemis
Terapi Interna
-/-Sclera ikterik +/+, Lokia Sanguinoleta +, Oedem
• IVFD Nacl 3%/500cc/2gr
palpebra (-/-), Oedem ekstremitas Bawah (+/+)
• Nefrosteril/ 24j/ iv
Laboratorium :
• Curcuma F 3x1
HGB : 11.8 g/dL Ur : 104 mg/dL
• Tunggu hasil lab SGOT/SGPT, Elektrolit
WBC : 11.5 x 10 / Ul
3
Cr : 1.7 mg/dL
• Human Albumin 20% 100 cc/IV
RBC : 3.96 x 10 /Ul
6
SGOT : 36 U/L
HCT : 35.2 % SGPT 56 U/L
PLT 85 x 10 x/uL
3

A : PIIIA0 Post partum H4 + HELLP syndrome +


Eklampsia + Gagal ginjal akut
26/06/ Pasien Pulang Paksa P:
2021 S : Kejang (-), Nyeri perut tembus belakang (-), Terapi Obstetri
pusing (+), sakit kepala (+), penglihatan kabur (-), • IVFD RL 500 CC : Nacl 0,9% (1 : 1) 20
edema pada tungkai (+/+), sesak (+),mual (-), tetes/menit
muntah (-), BAB (+), BAK (+) perdarahan jalan lahir • Inj. Ranitidin 1amp/8jam/iv
(+) • Inj. Dexamethasone 5 mg /12 jam IV
• Inj anbacim 1 gr/12 jam IV
O : KU: Sakit Sedang
• Nifedipin 3 x 10 mg
Kesadaran : E4M6V5
TD : 130/80mmHg N : 82x/m
S : 36.5 C
0
R : 20 x/menit
Urin tampung 1650 cc/24 jam
Konjungtiva anemis -/-
Sclera ikterik +/+
Lokia Sanguinoleta +
Oedem palpebra (-/-)
Oedem ekstremitas Bawah (+/+)
Diuresis 1450 cc/24 jam
A : PIIIA0 Post partum H4 + HELLP syndrome +
Eklampsia + Gagal ginjal akut
PEMBAHASAN
● Pada kasus ini pasien datang dengan kondisi postpartum dimana
sesuai dengan teori bahwa kejadian sindrom HELLP bisa terjadi
30% pada pasien dengan post partum. Teori menjelaskan bahwa
angka kejadian meningkat pada wanita multiparitas dan sama
halnya pada kasus dimana pasien dengan paritas dua atau dua kali
melahirkan anak.
● Klasifikasi Sindrom HELLP pada pasien ini yaitu, masuk dalam
parsial karena dari hasil pemeriksaan trombosit 63 x 10 3/L dan
SGOT 105 U/L dan SGPT 105 U/L ini berdasarkan klasifikasi
Tennessee
PEMBAHASAN
● Baku emas penegakan diagnosis Sindrom HELLP masih menggunakan
hasil pemeriksaan laboratorium yang memberikan bukti adanya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, dan trombositopenia. Pada kasus
ini sudah dilakukan pemeriksaan baku emas dan hasilnya sangat
mengarah kepada sindrom HELLP. Namun masih terdapat perbedaan-
perbedaan untuk menentukan patologi tersebut.
● Selain itu, adanya penurunan Hb dan peningkatan bilirubin biasanya
belum terdeteksi pada kasus akut, sehingga belum bisa dijadikan
patokan. Abnormalitas hepar ditentukan dengan peningkatan enzim-
enzim hepar seperti ALT, AST, dan kadar bilirubin.
PEMBAHASAN
Mengikuti terapi medikamentosa preeklampsia-eklampsia dengan
melakukan monitoring kadar trombosit tiap 12 jam. Bila trombosit
<50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif, maka harus
diperiksa waktu protrombin, waktu tromboplastin parisal dan
fibrinogen. Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan PT dan aPPT
karena trombosit yang didapatkan >50.000/ml. Jika didapatkan kadar
trombosit <100.000/ml atau trombosit 100.000-150.000/ml dengan
disertai tanda-tanda, eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium,
maka diberikan deksametason 10 mg iv tiap 12 jam.
TERIMAK
ASIH
DAFTAR PUSTAKA
● Rimaitis,K., Grauslyte,L., Zavackiene, A., Baliuliene,V.,
Nadisauskiene, R., Macas, A. Diagnosis of HELLP Syndrome: A
10-Year Survey in a Perinatology Centre. International Journal of
Environmental Research and Public Health. 2019.
● Wang,L. Tang,D., Zhao,H., Lian,M. Evaluation of risk and
prognosis factor of Acute Kidney Injury in Patients With HELLP
Syndrome during Pregnancy. Frontiers in Physicology. 2021
● Khan,H. HELLP Syndrome. Emedicine Medscape. 2018
DAFTAR PUSTAKA
● Octarianingsih,F., Rivandi,D. Karakteristik Luaran Maternal dan
Pernatal pada preeklampsia berat di rumah sakit umum Dr. H
Abdul Moeloek tahun 2014. Jurnal Medika Malahayati. 1(3) : 125-
132. 2014
● Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. 4th ed. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta; 2016. P532-37, p554-59.
● Sibai BM. A practical plan to detect and management of HELLP
syndrome. OBG management 2005.
● Syafrullah, S. C, dkk. Preeklampsia berat dengan Partial HELLP
Sindrom. Jurnal Medula Unila. Vol 6. No1. 2016.
DAFTAR PUSTAKA
● Savitri, E., Desmiwarti. Gagal Ginjal Akut pada Impending
Eklampsia disertai Sindrom HELLP. Jurnal Kesehatan Andalas.
2018.
● Mihu D, Costin N, Mihu CM, Seicean A, Ciortea R. HELLP
Syndrome – a Multisystemic Disorder. J Gastrointestin Liver Dis
2007; 16 (4): 419-424.

Anda mungkin juga menyukai