Anda di halaman 1dari 6

Pengembangan dan Penerapan IPTEKS

daalam Perspektif Islam


Di susun oleh :
Nama Kelompok :
1. Nurul Qomariya (20191660017)
2. Ayu Denada Tri L (20191660070)
3. Muhammad Fauzi (20191660102)
4. Befiarisa Dewi R (20191660103)
5. Novia Nur Laili (20191660117)
 
Pengertian Etika
Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggeris dikenal sebagai ethics dan
etiquette. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan)
manusia.

Peran Etika dalam Perkembangan IPTEK

Perkembangan secara ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat. Dengan
perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup
manusia, untuk menjadi manusia secara utuh, maka tidak cukup dengan mangandalkan Ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusian juga harus menghayati secara mendalam kode etik ilmu,
teknologi dan kehidupan. Apabila manusia sudah jauh dari nilai-nilai, maka kehidupan ini akan
terasa kering dan hampa. Oleh karena ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia harus
tidak mengabaikan nilai-nilai kehidupan dan keluhuran.
Sinergi Ilmu dan Pengintegrasiannya dengan Nilai dan
Ajaran Islam

Integrasi sinergis antara ajaraan Islam dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan sumber daya
yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam
menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagai agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan
teknologi (Turmudi, 2006).

Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim
kepada Allah SWT dan mengembang amanat khalifatullah (wakil /mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih
dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap
berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Dalam pengertian Islam akal
bukanlah otak tetapi daya fikir yang terdapat dalam jiwa manusia untuk memperoleh pengetahuan dengan
memperhatikan alam sekitar.
ParadigmaTidak Bebas Nilai
 Sebelum masuk pada pembahasan paradigm ilmu tidak  Paradigma ilmu yang tidak bebas nilai
bebas nilai, terlebih dahulu memahami makna nilai (value bound) memandang bahwa ilmu itu,
yang dimaksud. Nilai merupakan tema baru dalam selalu terkait dengan nilai dan harus
filsafat aksiologi, cabang filsafat yang dikembangkan dengan mempertimbangkan
mempelajarinya, muncul untuk yang pertamakalinya aspek nilai. Pengembangan ilmu jelas tidak
pada paruh kedua abad ke-19. Adalah benar bahwa mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai,
telah mengilhami lebih dari pada seorang filsuf, kepentingankepentingan baik politis,
bahkan Plato telah membahasnya secara mendalam ekonomis, sosial, religius, ekologis, dan
dalam karyanya, dan bahwa keindahan, kebaikan, dan nilai-nilai yang lainnya. Filosof yang
kekudusan merupakan tema yang penting bagi para menganut teori value bound adalah
pemikir disepanjang zaman. Sementara itu, minat Habermas berpendapat bahwa ilmu,
untuk mempelajari keindahan belum hilang sama sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas
sekali; keindahan, sebagaimana yang Nampak dewasa nilai, karena setiap ilmu selau ada
ini sebagai salah satu perwujudan dari cara pandang kepentingankepentingan teknis (Habernas,
yang khas terhadap dunia, sebuah cara yang disebut 1990).
dengan nilai (Frondizi, 2001).
Paradigma Bebas Nilai
 Diskusi tentang apakah ilmu itu netral dalam arti bebas  Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris
nilai. Khairul Umam menulis, sejak munculnya kembali sering disebut dengan value free, yang
paham teosentris, ilmuwan rasionalisme yang bersikukuh menyatakan bahwa ilmu dan teknologi
dalam pendiriannya terus berjuang untuk membebaskan adalah bersifat otonom (Keraf, 2001).
diri dari mitos dan berusaha mengembalikan citra Bebas nilai artinya setiap kegiatan ilmiah
rasionalismenya. Pada zaman modern, semangat tersebut harus didasarkan pada hakikat ilmu
semakin bangkit setelah Rene Descartes (1596-1650) pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
menyampaikan diktumnya yang terkenal cogito ergo sum menolak campur tangan faktor eksternal
(aku berpikir, maka aku ada). yang tidak secara hakiki menentukan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Penganut
paradigma ini menginginkan bahwa ilmu
harus bersifat netral terhadap nilai-nilai,
baik secara ontologis maupun aksiologis
(Suriasumantri, 2001).
Perlunya Akhlak Islami Dalam Penerapan
IPTEKS
Al-Qardhawi (1989), mengemukakan terkait dengan pentingnya akhlak Islami dalam pengembangan ilmu, bahwa
akhlak Islami yang harus diperhatikan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan adalah:

a. Rasa tanggung jawab c. Tawadu’.


b. Amanat Ilmiah

e. Mengutamakan dan
d. Izzah. menerapkan Ilmu

g. Hak Cipta dan


Penerbit.
f. Menyebarkan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai