Anda di halaman 1dari 21

SIROSIS HEPATIS

Oleh:
Laily Ikrima

PEMBIMBING:
dr. Ira Ramdhani Sp.PD

SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Haji Medan


Identitas Pasien
Nama : Tn Bondan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 59 tahun
Alamat : Komp. Angkasa Pura blok B9
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status pernikahan : Sudah Menikah
Anamnesis
Keluhan Utama : Perut membesar
 
Deskripsi :
Perut membesar dialami sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya perut tidak terlalu besar, namun lama kelamaan makin membesar selama 1 bulan ini. Nyeri perut
(-). Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-), pasien juga mengeluh cepat kenyang. Perut terasa kembung.
Pasien juga mengeluh terjadi penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir
yang tidak diketahui berapa banyak. Demam (-), riwayat demam (-), sakit kepala (-), batuk (-), sesak (-).
Buang air besar biasa lancar, riwayat buang air besar warna hitam (-), riwayat BAB dempul (-). Buang air
kecil lancar, warna seperti teh pekat, dan kesan cukup.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat di rawat di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo 1 bulan yang lalu dengan keluhan
perut membesar (+) selama 7 hari. Dan riwayat
dikeluarkan cairan dari perut (+) sebanyak 7,5
liter.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes melitus di sangkal
Riwayat penyakit kuning disangkal
Riwayat penyakit paru (-)

Riwayat pribadi :
Riwayat transfusi darah (-)
Riwayat merokok 1 bungkus/hari
Riwayat minum alkohol disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
  PEMERIKSAAN FISIK KEPALA :
 STATUS PRESENS Ekspresi : Biasa
  Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Keadaan Umum Keadaaan Penyakit Deformitas : Tidak ada
Sensorium : CM Pancaran Wajah :pucat Rambut : Hitam, lurus, sukar dicabut
TD : 110/70 mmHg Sikap Paksa : - Mata
Reflek Fisiologis : + Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Telinga Reflek
: Dalam Patologis
batas normal :- Gerakan : Dalam batas normal
Nadi
Hidung : 64x/i, reg, t/v cukup : Dalam batas normal Tekanan bola mata : Dalam batas normal
Pernapasan : 18 x/i
Mulut Kelopak mata : Edema palpebral (-)
Temperatur
Bibir : 37,0 °C (axilla)
: Pucat (-), Kering (-) Konjungtiva : Anemis (-/-)
Anemia
Lidah (-/-) Ikterus (-/-) Dispnu (-)
: Kotor (-), Hiperemi (-), Tremor (-)
Sklera : Ikterus (+/+)
GigiSianosis
geligi (-) Edema: Caries
(-/-) (-) Purpura (-)
TB : 160 cm
Kornea : Jernih
GusiTurgor Kulit : Baik : Perdarahan BBGusi
: 40 kg(-) Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Keadaan Gizi :
Tonsil/faring : T1 – T1, Hiperemis (-)
RBW = X 100% IMT : = 15,6kg/m2 Telinga : Dalam batas normal
Kesan : Normoweigh RBW = Hidung : Dalam batas normal
66% Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (-)
Lidah : Kotor (-), Hiperemi (-), Tremor (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi : Perdarahan Gusi (-)
Tonsil/faring : T1 – T1, Hiperemis (-)
LEHER :
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran Auskultasi
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran Suara Pernapasan : Vasekular
DVS : R+1 cm H2O Suara Tambahan : Rh : -/-, wh -/-
Pembuluh darah : dalam batas normal Jantung
Kaku kuduk : (-) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Tumor : (-) Palpasi : Thrill tidak teraba
THORAX DEPAN Perkusi : Pekak, batas jantung
Inspeksi kesan normal (batas
Bentuk : Simetris fusiformis, Normochest jantung kanan di linea
Pembuluh Darah : tidak ada kelainan parasternalis dextra, batas
Lail-lain : Spder nevi ada jantung kiri di linea
Paru midclavicularis sinistra ICS
Palpasi V, batas jantung atas ICS II)
Nyeri tekan : tidak ada Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni
Fremitus raba : simetris kiri dan kanan regular, bunyi tambahan (-)
Perkusi
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru – hepar : ICS VI dektra anterior
Batas paru belakang kanan : setinggi columna vertebra thorakal X
dekstra
Batas paru belakang kiri : setinggi columna vertebra thorakal XI
sinistra
ABDOMEN Palpasi : NT (-), MT (-)
Inspeksi : Cembung, ikut gerak Nyeri ketok : (-)
napas, dinding abdomen Auskultasi : BP:
nampak distended. Vesikuler, Rh -/-
Palpasi : asites (+), udulasi (+) , Wh -/-
Gerakan : Dalam batas
Nyeri tekan (-) MT (-)
normal
Hepar / Lien sulit dinilai, Ekstremitas
caput medusae (+) Superior : Akral hangat
Perkusi : Timpani Edema : +/+
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan Eritem Palmaris (+)
normal.
Lain-lain :-
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri / Kanan
INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan
GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT) (tidak dilakukan
pemeriksaan)
Perineum :-
Sphincter Ani :-
Lumen :-
Mukosa :-
Punggung
DARAH RUTIN Hasil Nilai Rujukan SATUAN

WBC 4x103 4 - 11 x 103 /uL

RBC 3,7x106 4,5-5,5 x 106 /uL

HGB 11,2 13 - 16 g/dL

HCT 33,3 40 – 50 %

PLT 91x103 150 - 400 x 103 /uL

NEUT 47.5 50.0 - 70,0 %

LYMPH 30.3 20,0 – 40,0 %

MONO 9,1 2,00 – 8,00 %

EOS 12 1,00 – 3,00 %

BASO 1.1 0,00 – 0,10 %

PT 16.6 10-14 detik

APTT 35.7 22.0-30.0 detik


KIMIA DARAH HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

SGOT 59 <35 U/L

SGPT 25 <45 U/L

Glukosa sewaktu 170 80-180 mg/dl

Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen :
Ureum 40 0-53 mg/dl
Kesan : * Sesuai gambaran sirosis hepatis
* Ascites
Kreatinin 1.00 0.6-1.3 mg/dl
Foto thorax : Elevasi diafragma bilateral
Diagnosa Sementara
1. Sirosis Hepatis
Albumin 2.3 3.3-5.0 mg/dl
2. CHF
3. Hipoalbuminemia
Globulin 3,2 mg/dl

Bilirubin total 2.16 <1.00 mg/dl

Bilirubin II 1.34 mg/dl


PENATALAKSANAAN AWAL
Terapi
Diet Hepar
Spironolactone 100 mg 1-0-0
Furosemid 40 mg 1-0-0
Koreksi albumin = 27 gram
Albumin 2 botol ( 1 botol/hari)
Timbang BB/hari dan LP/hari, target 0,8-1 gram/hari

Rencana pemeriksaan untuk diagnostik :


Fibroscan
Analisa dan sitologi cairan ascites
Alkali phosphate, Gamma GT, AFP
Periksa PT/APTT kontrol
Monitoring
Periksa Albumin kontrol
Monitoring tanda-tanda ensefalopati hepatikum
PROGNOSIS
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Vitam : Dubia ad malam
PENATALAKSANAAN

1. Diet Hepar : Mencapai & mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan
cara :
– Meningkatkan regenerasi jaringan hati & mencegah kerusakan lebih lanjut & meningkatkan fungsi hati yg
tersisa
– Mencegah penurunan berat badan / meningkatkan bila kurang
– Mencegah & mengurangi ascites, varices esofagus & hipertensi portal (vena porta)

2. Spironolactone 100 mg : jenis obat diuretik hemat kalium. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
penyerapan garam (natrium) berlebih ke dalam tubuh dan menjaga kadar kalium dalam darah agar tidak
terlalu rendah, sehingga tekanan darah dapat diturunkan. Obat ini digunakan untuk edema dengan sirosis
hati dengan atau tanpa acites.
Diuretik merupakan terapi utama asites sejak tahun 1940. Beberapa diuretik telah diteliti namun pada praktek
sehari-hari disarankan penggunaan spironolakton, furosemid, amilorid, dan bumetanid. Spironolakton
merupakan pilihan utama saat memulai terapi asites pada sirosis.
3. Furosemid 40 mg : obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan cairan dari dalam tubuh melalui urine.
Obat ini sering digunakan untuk mengatasi edema (penumpukan
cairan di dalam tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi).
Apabila pemberian spironolakton tidak adekuat dapat diberikan
kombinasi berupa furosemid dengan dosis 20-40mg/hari. Pemberian
furosemid bisa di tambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal
dosisnya 160 mg/hari.
– Koreksi albumin :
Volume darah untuk anak-anak : BBx85cc
Volume darah untuk dewasa : BBx75cc
Albumin yang normal dalam tubuh 3,2-4,5 dalam 100cc darah, ambil rata-rata 3,2
Rumus : (albumin normal (3,2) – albumin pasien ) x (BB x Vol.darah)
100
: (3,2 – 2,3) x (40 x 75) = 27 gram
100
Komposisi :
Dalam 100cc albumin 25% mengandung 25 gr albumin
Dalam 100cc albumin 20% mengandung 26,5 gr albumin
Dalam 50cc albumin mengandung 12,5 gr albumin
RESUME DATA DASAR
 
Seorang laki-laki, berumur 59 tahun, datang ke
  rumah sakit dengan keluhan perut membesar
  dialami sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya perut tidak terlalu besar,
namun lama kelamaan makin membesar selama 1
bulan ini. Nyeri perut (-), mual (+), pasien juga
mengeluh cepat kenyang. Pasien juga mengeluh
terjadi penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan dalam 1 bulan terakhir yang tidak
diketahui berapa kg. Buang air kecil lancar, warna   Keadaan Umum : Sedang
ANAMNESIS seperti teh pekat, dan kesan cukup.
Riwayat di rawat di Rumah Sakit Wahidin STATUS Keadaan Penyakit: Sedang
Sudirohusodo 1 bulan yang lalu dengan keluhan PRESENSE
Keadaan Gizi : Normal
perut membesar (+) selama 7 hari. Dan riwayat
dikeluarkan cairan dari perut (+) sebanyak 7,5
liter. Riwayat penyakit kuning disangkal. Riwayat
transfusi darah (-). Riwayat merokok 1
bungkus/hari. Riwayat minum alkohol disangkal
 
  Vital Sign
  Dari pemeriksaan fisik diperoleh Tekanan Darah 110/70, Nadi 64 x/menit, Pernapasan
18 x/menit, Suhu 37,0oC. Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (+), DVS R+1 cmH2O. Pada
  inspeksi thorak didapatkan spider nevi. Abdomen pada inspeksi ditemukan bentuknya
  yang cembung ikut gerak nafas dan dinding abdomen nampak distended, palpasi hepar
dan lien sulit dinilai, perkusi timpani, ditemukan ascites (+) undulasi (+), caput medusae
  (+), auskultasi ditemukan peristaltik (+) kesan normal. Pada extremitas, edema pada
PEMERIKSAAN FISIK kedua kaki (+), eritem palmaris (+)

  RBC : 3,7x106/u/l, HGB : 11,2 g/dl, PLT : 91x103u/L. albumin 2,3 gr/dl, globulin 3,2 gr/dl,
PT 16,0 INR 1,59 , APTT 35,6 HbsAg (+), SGOT 56 U/l, Biliribun direk 1,34 mg/dl, bilirubin
  total 2,16 mg/dl.
LABORATORIUM RUTIN  USG Abdomen : Sesuai gambaran sirosis hepatis
Ascites
 Foto thorax : Elevasi diafragma bilateral
 
1. Sirosis Hepatis
  2. CHF
3. Hipoalbuminemia
DIAGNOSA BANDING

 
DIAGNOSA SEMENTARA Sirosis Hepatis

 
   Diet Hepar
 Spironolactone 100 mg 1-0-0
   Furosemid 40 mg 1-0-0
PENATALASAAN  Koreksi albumin = 27 gram
 Albumin 2 botol ( 1 botol/hari)
 Timbang BB/hari dan LP/hari, target 0,8-1 gram/hari
Pemeriksaan
Penunjang
Lanjutan

1. Pemeriksaan Radiologi yang sering dimanfaatkan : pemeriksaan fototoraks,


splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
2. Ultrasonografi (USG)

3. Peritoneoskopi (laparoskopi)

4. Pemeriksaan Laboratorium : Darah, Pemeriksaan Tinja, Pemeriksaan Darah, Albumin.

5. Pemeriksaan CHE (Cholinesterase)

6. Pemeriksaan kadar elektrolit

7. Test Faal Hati


Pada kasus ini pengobatan yang
diberikan lebih mengarah pada
pengobatan simptomatis. Terapi yang
diberikan pada sirosis hati
dekompensata yang disertai dengan
asites yaitu dimulai dengan diet rendah
garam, diet rendah garam dikombinasi
dengan obat-obatan diuretik. Awalnya DISKUSI
dengan pemberian spironolakton
dengan dosis 100- 200mg sekali perhari.
Respon diuretik dapat dimonitor dengan
penurunan berat badan 0,5kg/hari tanpa
edema kaki atau 1kg/hari dengan edema
kaki. Apabila pemberian spironolakton
tidak adekuat dapat diberikan kombinasi
berupa furosemid dengan dosis 20-
40mg/hari. Pemberian furosemid bisa di
tambah dosisnya bila tidak ada respon,
maksimal dosisnya 160
Dari mg/hari.
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosa sebagai Sirosis Hepatis. Dimana sirosis hati
dekompensata pada pasien ini sudah disertai dengan
komplikasi.
Pemberian obat lactulosa pada pasien sirosis
bertujuan untuk membuang amonia yang
tertumpuk didalam melalui feses tubuh agar
tidak terjadi komplikasi ensefalopati hepatikum
yang terjadi akibat penumpukan amonia didalam DISKUSI
tubuh, pada keadaan ini juga dapat diberikan
antibiotik spectrum luas untuk mengurangi
konsentrasi bakteri amoniagenik. Pemberian
antibiotic spectrum luas juga dapat mencegah
terjadinya peritonitis bacterial spontan akibat
asitesnya.

Pada pasien ini juga Jika pemberian diuretik tidak memberikan keberhasilan terapi maka dapat
diberikan comafusin hepar diusulkan terapi Large volume parasintesis, yaitu aspirasi cairan acites
akibat sudah terjadi melalui rongga peritonium. Tujuannya untuk mengatasi acites yang dialami
ensefalopati hepatikum, pasien terseut yang tidak mengalami perbaikan setelah terapi diuretik
terjadinya ensefalopati diberikan.
hepatikum dapat dilihat
dari adanya gejala yakni
susah tidur yang dialami
oleh pasien.
KESIMPULAN

Seorang pasien laki-laki bernama Bondan berusia 59 tahun menderita


Sirosis Hepatis Dekompensata e.c. HBV Kronik CTP B Pasien diberikan
lebih mengarah pada pengobatan simptomatis dimulai dengan diet
rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretic, awal dimulai
dengan pemberian Spironolactone dengan dosis 100- 200mg, Furosemid
dosis 20-40mg/hari bisa ditambahkan dengan max dosisnya 160 mg/hari.
Kemudian Pemberian obat lactulosa pada keadaan ini juga diberikan
antibiotik spectrum luas, juga diberikan comafusin hepar.

Anda mungkin juga menyukai