Anda di halaman 1dari 15

Komunikasi Ritual

Penggunaan Aplikasi
WhatsApp :
TUGAS Studi Konsumsi Berita Lewat
Volume V Nomor 1 April 2017

ANALISIS Grup WhatsApp


JURNAL Oemar Madri Bafadhal
KOMUNIKASI PUBLIK Jurnal Komunikasi Indonesia. Volume V No.1 April 2017
KELOMPOK 1
Anantari Widya Kasih | 119107034
Anette Floria | 118107091
Aryan Ratu Langie | 119207013
Cita Larasati | 119207014
Devi Indriani Putri | 119207030
Dian Kurniawati | 119107024
ABSTRAK
Kemajuan teknologi menyebabkan perubahan pola masyarakat dalam mengonsumsi berita. Kini masyarakat lebih
senang membaca berita lewat kanal pribadi di media sosial, salah satunya adalah grup WhatsApp. Masalah terjadi
ketika mereka berdiskusi dalam suatu grup yang bersifat homogen. Tidak adanya argumen pembanding dapat
menyebabkan munculnya suatu keyakinan palsu akan suatu hal

Peneliti menggunakan wawancara mendalam untuk mengetahui bagaimana grup WhatsApp pengajian membahas
Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berita yang tersebar di grup WhatsApp
menimbulkan kekacauan dan kecemasan, namun interaksi di grup WhatsApp memberikan perasaan tertib.
Kebanyakan anggota grup WhatsApp juga aktif dalam menyebarkan pesan sebagai pencerahan kepada sesamanya.
MEDIA SOSIAL

Wong (2017: 3) mengatakan berita dulu secara seksama diproduksi dan disebarkan ke publik
setelah melalui berbagai bentuk kurasi. Khalayak terbiasa menerima berita pada waktu yang
telah ditentukan dan dikemas secara rapi. Sekarang khalayak hidup dengan dengungan berita
secara konstan, tersedia di mana-mana, ada hampir di setiap perangkat, dan diproduksi baik oleh
profesional atau khalayak itu sendiri.

Pergeseran yang paling terlihat adalah, sekarang kita menerima berita lewat jejaring sosial yang
kita miliki. Media sosial digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sosial individu,
namun digunakan sebagai sumber informasi utuk memenuhi pengetahuan mereka akan berbagai
hal, termasuk kondisi politik di negeri mereka.
WHATSAPP

Di Indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun ini, WhatsApp menjadi aplikasi pesan instan
paling banyak digunakan. Interaksi di grup WhatsApp cenderung lebih tertutup karena hanya
bisa dilihat oleh anggota grup yang diundang oleh pengelola grup tersebut. Fitur end-to-end
encryption yang dimiliki WhatsApp juga menandakan pesan hanya bisa dilihat oleh pengirim
dan penerima, sehingga menawarkan perlindungan kepada penggunanya dari pihak-pihak yang
ingin mengawasi obrolan tersebut.
Menurut Cui (2016: 243-244) fitur komunikasi yang melebihi hubungan diad dan jejaring
berdasarkan identitas tertentu menjadi hal yang penting dalam penggunaan telpon genggam
sehari-hari. Hubungan ini membentuk sebuah tempat komunikasi simbolik serta batasan dalam
kelompok bagi penggunanya. Pada akhirnya ruang ini menciptakan kemungkinan bagi individu
untuk dapat berdiskusi mengenai masalah-masalah dengan topik yang mereka minati sekaligus
memperoleh momentum untuk memengaruhi satu sama lain tanpa terbatas dengan jarak.
WHATSAPP

Pindayi (2016: 41) mengatakan, bagi masyarakat sipil, WhatsApp mengizinkan individu berbagi
informasi dalam platform yang tidak secara mudah diawasi oleh pemerintah, WhatsApp
memungkinkan penggunanya untuk berbagi informasi yang berakibat pada terbentuknya suatu
pandangan politik tertentu.
Keberadaan sekelompok orang yang membentuk kelompok homogen menurut Yardi & Boyd
(2010: 316) menantang prinsip demokrasi yang menjadikan keberagaman dan diskusi sebagai
batu pondasi demokrasi di seluruh dunia.
WhatsApp memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan media sosial yang lain.
Berbeda dengan Twitter dan forum di internet, terutupnya forum di WhatsApp akan membuat
grup yang berisi orang-orang dengan pemikiran homogen tersebut sulit untuk terpapar dengan
informasi lain
SUBJEK YANG DIANALISIS

Penulis memilih grup WhatsApp pengajian Islam dan bagaimana interaksi mereka ketika
membahas informasi atau berita mengenai Pilkada DKI Jakarta sebagai subjek yang akan
dianalisis lebih lanjut. Pilkada DKI Jakarta begitu merefleksikan fenomena yang telah kita
paparkan di awal.

Pada saat musim kampanye berlangsung, penggunaan WhatsApp dan media sosial lainnya
menjadi perhatian. Media sosial dianggap mengubah distribusi konten kampanye politik.
Menurut Eshbaugh-Soha (2015: para. 5) media sosial membuka era baru kampanye politik di
mana pesan politik dibuat oleh individu secara independen.

Akibatnya terjadi penyebaran informasi yang minim sumber di berbagai grup WhatsApp yang
ada di dalam masyarakat. Hal ini diamplifikasi oleh media mainstream. Sehingga tak jarang
berita yang diperoleh dari WhatsApp dan media sosial lainnya diamplifikasi oleh media massa
MEMBACA BERITA SEBAGAI SEBUAH RITUAL

Carey (2009: 23) mengusulkan pendekatan ritual dalam rangka memahami komunikasi sebagai
suatu proses simbolik yang memproduksi, memelihara, memperbaiki, dan mentransformasi
suatu realitas bukan sekedar perpindahan pesan semata

Sebuah komunikasi apabila dipandang secara ritual bukan sebagai perpanjangan suatu pesan
dalam suatu lokasi. Melainkan ditujukan untuk memelihara masyarakat dalam suatu kurun
waktu; bukan untuk menyampaikan informasi namun representasi dari keyakinan bersama.

Pendekatan yang sangat luas terhadap komunikasi ini memungkinkan penulis untuk menganalisis
grup WhatsApp sebagai sebuah arena dimana realitas tertentu diproduksi dan dipelihara
TEKNOLOGI DAN RITUAL

 Pertama, aplikasi ponsel mengandalkan kombinasi fitur


teknis dan pengalaman pengguna untuk melancarkan
terciptanya suatu ruang simbolik yang utuh.
 Cui (2016) mengatakan untuk banyak orang, telepon  Kedua, individu dapat berpartisipasi secara otonom
genggam secara efektif menjadi salah satu akses ketika menggunakan telepon selulernya.
mereka ke kehidupan serius, sebuah kolektif social
yang mereka dapat identifikasi. Karena teknologi
memungkinkan aksi yang unik, bentuk ritual juga  Menurut Cui (2017, ritual media kurang
berbeda dari media massa konvensional. Mengapa? memperhatikan suatu peristiwa tertentu, namun lebih
kepada perasaan mengakses realitas social yang lebih
tinggi yang termanifestasi dalam penggunaan media
yang sehari-hari namun berpola.
BAGAIMANA RITUAL (TEKNOLOGI) BEKERJA ?

 Kerangka pikir :
 Pertama, bagaimana ritual berita berpotensi untuk
 Penelitian Sumiala (2015), penelitian perpaduan mempromosikan konsesus dan konflik, dan
antara teknologi dan ritual. Sumiala menliti bagaimana dinamika ini bekerja salam bentuk
bagaimana Youtube menjadi sarana untuk produksi komunikasi ritual.
dan diseminasi berita dari perspektif ritual, dan  Kedua, sejauh mana ritual berita melibatkan
bagaimana menganalisa suatu fenomena dari partisipasi aktif dan/atau konsumsi pasif.
perspektif ritual.
 Ketiga, bagaimana ruang yang ada didalam ritual
berita tersebut dan sejauh mana berdampak pada
kinerja ritual.
METODE PENELITIAN

• Kualitatif
• Purposive Sampling
• Homogenous Sampling
• Kriteria Responden:
• Tergabung dalam grup WhatsApp sesuai kriteria
• Warga DKI yang memiliki hak pilih
• Beragama Islam
• Aktif atau pernah membahas Pilkada DKI 2017 di dalam grup WhatsApp yang dimaksud
HASIL PENELITIAN

• Media Konvensional Bias


• Beralih / memperluas sumber berita dari media sosial
• Informasi yang didapat lebih beragam, tidak terbatas hanya pada satu kandidat

Peran WhatsApp:
 Memberikan perasaan tertib
 Information Hub
DISKUSI

Dalam fenomena ini, grup WhatsApp berperan sebagai sumber informasi serta tempat untuk mengembangkan
pengetahuan mereka akan berbagai isu terkait Pilkada DKI Jakarta. Komunikasi virtual milik mereka
menciptakan standar melalui peraturan-peraturan, dominasi wacana yang ada didalamnya sehingga pemaknaan
grup WhatsApp ini memperkuat pemaknaan yang ada pada tataran individual.
Didalam komunikasi virtual pasti terdapat derajat perbedaan untuk memaknai sesuatu. Perbedaan ini yang akan
menjadi interaksi didalam grup tersebut untuk mencapai tujuan yang sama. Yang khas dari grup WhatsApp ini
adalah fungsi dari Admin Grup yang berperan sebagai orang yang mengatur wacana baik melalui peraturan
tertulis atau lewat interaksi yang diberikan.
Selain itu grup WhatsApp juga dapat memungkinkan mereka berkumpul, dimana ide-ide yang mendukung
kelompok tersebut akan dirayakan, sementara ide-ide yang menolak gagasan akan diredam. Hal ini terlihat
jelas bahwa tidak semua grup WhatsApp akan dapat mengungkapkan pendapat mereka dengan isu-isu politik
terkait pilkada DKI Jakarta. Kebanyakan Informan berkonflik dengan orang-orang diluar komunitas mereka
karena tidak berada pada satu lingkup pemaknaan yang sama. Pada akhirnya komunitas sosial yang seperti ini
hanya akan mereflesikan accusation in a mirror, dimana seseorang berusaha untuk menyakinkan kelompoknya
sendiri bahwa kelompok di luar sana adalah aggresor sesungguhnya, Hamelink(2015).
Kesimpulan

Penelitian ini bermaksud untuk mengeksplorasi lebih dalam penggunaan


media, terutama media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa masing-masing informan menganggap media
konvensional seperti televisi, koran dan radio tidak berpihak pada masyarakat
luas,karena pemberitaannya yang cenderung mengarah pada kepentingan
golongan tertentu.

Apabila dibandingkan dengan media konvensional, media sosial lebih


menyediakan tempat bagi sekelompok kecil orang untuk dapat menyuarakan
pendapat mereka ataupun berbagi informasi, baik didalam komunitas mereka
atau secara umum.

Dalam prespektifnnya Carey(1989), memandang komunikasi bukan


diarahkan sebagai perpanjang pesan namun ditujukan untuk memelihara suatu
komunitas di masyarakat dalam waktu yang relatif sementara. Dengan
pemahaman tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa membaca berita melalui
media sosial, seperti WhatsApp dapat menciptakan suatu ikatansosial
tersendiri bagi anggotanya. Interaksi di grup WhatsApp memungkinkan
seseorang tidak hanya pasif menerima suatu berita tapi juga ikut
berpartisipasi didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, S. (2014). How News and Stories are Followed on Twitter. Reuters
Institute. Diakses dari http://www.digitalnewsreport.org/esays/2014/how-
news-and-stories -are-followed-on-twitter.
TERIMA KASIH
Carey, J. W. (2009). Communication as Culture. Revised Edition.
London:Routledge

Couldry, N

Anda mungkin juga menyukai