Anak
Bimbingan CBT UKMPPD – FK UNAND
Langkah 1
Mencegah dan mengatasi hipotermia
Langkah 2
Langkah 3
7. Anak gizi buruk tampak letargis. Dari pemeriksaan
didapatkan GDS 45 mg/dl. Tatalaksana yang tepat
adalah…
a. Bolus dextrose 10% 50cc
b. Resomal 5cc/kgBB/jam
c. Bolus dextrose 40% 25cc
d. Bolus dextrose 20% 50cc
e. Resomal 5cc/kgBB/30 menit
Analisis Soal :
Jawaban :
C. Parafimosis
Pembahasan
Pilihan jawaban lain :
A. Fimosis : preputium tidak dapat ditarik ke
belakang
B. Epispadia : OUE terletak di bagian dorsum
penis
D. Hipospadia : OUE terletak di bagian ventral
penis
E. Chordee penis : kondisi penis melengkung ke
bawah karena adanya jaringan ikat tambahan.
berkaitan erat dengan kejadian hipospadi
12. Bayi 3 bulan dibawa ke poliklinik dengan keluhan kaki
kiri tampak pendek dibandingkan kaki kanan sejak lahir.
Disertai panggul kiri berbunyi saat kaki kiri digerakkan.
Uji ortholani (+) dan uji barlow (+), USG panggul
ditemukan gap antara acetabulum dengan caput femoris
sinistra. Apa diagnosis kasus tersebut ?
A. Fraktur acetabulum
B. Septic arthritis
C. Fraktur caput femoralis
D. Fraktur Pelvis
E. Dysplasia panggul : Developmental dysplasia of the
hip
ID : Bayi 3 bulan
KU : Kaki kiri tampak pendek dibandingkan kaki
kanan sejak lahir. Disertai panggul kiri
berbunyi saat kaki kiri digerakkan
PF : Uji ortholani (+) dan uji barlow (+)
Analisis PP : USG panggul ditemukan gap antara acetabulum
dengan caput femoris sinistra
Soal :
Jawaban :
E. Dysplasia panggul : Developmental dysplasia of
the hip
DDH merupakan kelainan kongenital
berupa dislokasi pada panggul karena
acetabulum dan caput femur tidak
berada pada tempat seharusnya.
Manifestasi klinis :
- Kaki bayi panjang sebelah
- Lipatan paha yang asimetris
Pembahasan - Anak : jalan tidak seimbang
:
• Pemeriksaan Fisik :
1. Tes Barlow : Mendislokasikan hip, (+) jika
terdengar bunyi 'klik'
2. Tes Ortholani : Mereduksikan kembali
hip, (+) jika terdengar bunyi “klik”
3. Tanda galleazi : Tinggi lutut kanan dan kiri
saat lutut difleksikan tidak sama
4. Tes tradelernber : anak disuruh berdiri 1
kaki secara bergantian. Saat berdiri pada
kaki yang DDH, otot panggul abduktor
(menjauhi garis tubuh).
• Pemeriksaan Penunjang :
USG : ditemukan gap antara acetabulum
dengan caput femoris sinistra
Radiologi X-Ray
Tatalaksana
Dibagi berdasar usia :
a. 0-3 bln :
D. 8 bln-5thn
- Pemakaian popok double untuk
Dilakukan subcutaneus adductor
menyangga femur tetap fleksi
tenotomy
- Penggunaan Pavlik harness
Open reduksi dilanjutkan fiksasi dengan
b. Setelah 3-4 bulan:
spica
- Cek ulang radiologi dan PF, jika
membaik, penggunaan popok double
E. 5tahun
dan Pavlik Harness dapat dihentikan.
Operasi penggantian sendi
c. 3-8 bln :
- Dilakukan traksi beberapa minggu
- Subcutaneus adduktor tenotomy
- Cek ulang radiografi, bila posisi sudah
pas, maka fiksasi dengan spica (diganti
setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi
baik
13. Anak laki-laki usia 7 tahun dibawa oleh ayahnya dengan
keluhan demam dah 3 hari diserti lemas,kurang nafsu
makan, mual muntah, nyeri ulu hati, dan nyeri kefala.fada
femeriksaan fisik HR 100x/m, RR 20x/m, suhu39. ketika
dilakukan rumfle leed, hasil (+). dari hasil lab hematokrit
50% dan trombosit 90.0000. diagnosis?
A. dengue fever
B. dhf derjat 1
C. dhf derajat 2
D. dhf derjat 3
E. dhf derjat 4
Jawaban B. dhf derjat 1
14. Anak 9 thn dibawa dg keluhan bengkak di wajah,
klpk mata, hingga seluruh badan, terutama pagi hari.
Pemfis: td 130/85, hr 90x, rr 20x, t 36,5. edem
anakarsa (-). Urinalisis erirosit (+), leuko (-), protein
(+++). Pem darah albumin 2,5. Diagnosisnya
adalah ....
a) Sindrom nefritik
b) Glomerulonefritis akut
c) Pyelonefritis
d) Sindrom nefrotik
e) Minimal change disease
Jawaban: D
Pembahasan:
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal
yang menyebabkan kadar protein di dalam urine
meningkat. Tingginya kadar protein tersebut
disebabkan oleh kebocoran pada bagian ginjal
yang berfungsi menyaring darah (glomerulus).
Sindrom nefrotik merupakan salah satu jenis
penyakit ginjal pada anak-anak maupun orang
dewasa. Kondisi yang menyerang sistem urinaria ini
dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan
yang diberikan oleh dokter. Jika sindrom nefrotik
terjadi akibat penyakit lain, seperti diabetes atau
lupus, dokter juga akan mengobati kondisi penyebab
sindrom nefrotik tersebut.
Gejala Sindrom Nefrotik
Gejala utama sindrom nefrotik adalah penumpukan cairan dalam tubuh atau edema. Edema terjadi akibat
rendahnya protein dalam darah, sehingga menyebabkan cairan dari dalam pembuluh darah bocor keluar dan
menumpuk di jaringan tubuh.
Pada anak-anak, edema yang disebabkan sindrom nefrotik dapat diamati dari pembengkakan di wajah.
Sedangkan pada orang dewasa, edema dapat diamati dari pembengkakan di tumit, yang diikuti
pembengkakan di betis dan paha.
Gejala sindrom nefrotik lain yang dapat muncul adalah:
Urine yang berbusa akibat adanya protein dalam urine.
Diare.
Mual
Letih, lesu, dan kehilangan nafsu makan.
Bertambahnya berat badan akibat penumpukan cairan tubuh.
Sindrom nefrotik yang disebabkan oleh penyakit lain juga akan menimbulkan gejala penyakit tersebut.
Contohnya, sindrom nefrotik yang disebabkan oleh rheumatoid arthritis dapat menimbulkan gejala nyeri
sendi.
Kapan harus ke dokter
Bila Anda menderita lupus atau diabetes, ikuti anjuran pengobatan dari dokter dan tetap
kontrol secara rutin walaupun sudah tidak menimbulkan gejala. Kedua penyakit tersebut akan
membutuhkan pengobatan jangka panjang.
Segeralah berkonsultasi ke dokter jika muncul gejala-gejala sindrom nefrotik seperti edema
yang diikuti urine berbusa agar segera mendapatkan pertolongan dokter. Hal ini perlu
dilakukan karena sindrom nefrotik yang tidak tertangani dapat mengakibatkan gagal ginjal
kronis yang bersifat permanen.
Penyebab Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik terjadi akibat kerusakan pada glomerulus, yaitu bagian ginjal yang
berfungsi menyaring darah dan membentuk urine. Akibatnya, protein yang seharusnya tetap
di dalam darah malah bocor ke urine. Dalam kondisi normal, urine seharusnya tidak
mengandung protein.
Kerusakan bagian ginjal ini dapat disebabkan oleh sel ginjal yang menebal atau membentuk
jaringan parut. Sampai saat ini belum dapat diketahui penyebab glomerulus menebal atau
membentuk jaringan parut. Sindrom nefrotik yang disebabkan oleh glomerulus yang menebal
atau membentuk jaringan parut disebut juga dengan sindrom nefrotik primer.
Selain penebalan dan pembentukan jaringan parut pada ginjal, sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh
penyakit lain yang mengakibatkan kerusakan pada ginjal. Kondisi ini disebut sindrom nefrotik sekunder.
Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sindrom nefrotik sekunder, antara lain:
Diabetes
Lupus.
Penyakit infeksi, seperti kusta, sifilis, HIV, malaria, atau penyakit hepatitis B dan hepatitis C.
Rheumatoid artritis.
Henoch-Schonlein purpura
Amiloidosis
Kanker, seperti leukemia atau limfoma.
Sindrom Sjogren
Erythema multiforme.
Selain beberapa penyakit di atas, mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi kerja ginjal, seperti obat
antiinflamasi nonsteroid atau interferon alfa, juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom
nefrotik. Menyalahgunakan heroin juga berisiko menimbulkan sindrom nefrotik.
Diagnosis Sindrom Nefrotik
Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang dirasakan dan memeriksa kondisi fisik
penderita. Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, terutama penyakit yang pernah
diderita.
Jika penderita adalah anak-anak, dokter juga akan menanyakan kepada keluarganya, apakah ada anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut.
Jika dokter menduga seseorang menderita sindrom nefrotik, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang
meliputi:
Tes urine
Sampel urine akan diperiksa di laboratorium untuk melihat ada tidaknya protein yang bocor. Dokter dapat
meminta pasien untuk melakukan pengambilan sampel urine selama 24 penuh.
Tes darah
Tes darah dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk memeriksa kadar protein dalam darah
(albumin), disertai dengan tes fungsi ginjal. Tes darah juga dapat dilakukan untuk mencari penyebab sindrom
nefrotik, misalnya pemeriksaan kadar gula darah bagi yang menderita diabetes.
Biopsi ginjal
Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal. Biopsi ginjal dilakukan untuk memeriksa
jaringan ginjal melalui mikroskop.
Pengobatan Sindrom Nefrotik
Penanganan sindrom nefrotik oleh dokter ginjal akan berbeda-beda untuk tiap penderita,
tergantung pada penyebabnya. Ada beberapa obat yang dapat diberikan kepada penderita sindrom
nefrotik, antara lain:
Obat kortikosteroid
Obat ini berfungsi untuk menangani peradangan pada ginjal atau mengobati penyakit peradangan
penyebab sindrom nefrotik, seperti lupus atau amioloidosis. Contoh obat ini adalah
methylprednisolone.
Obat antihipertensi
Obat ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang bisa meningkat saat terjadi
kerusakan ginjal. Selain itu, obat darah tinggi dapat mengurangi jumlah protein yang terbuang
melalui urine. Contoh obat ini adalah obat ACE inhibitor, seperti enalapril atau catropril.
Obat diuretik
Fungsi obat diuretik adalah untuk membuang cairan yang berlebihan dari dalam tubuh, sehingga
dapat mengurangi gejala edema. Contoh obat ini adalah furosemide.
Obat pengencer darah
Fungsi obat ini adalah untuk menurunkan risiko penggumpalan darah yang merupakan
komplikasi dari sindrom nefrotik. Contoh obat ini adalah heparin.
Obat penisilin
Penisilin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mencegah infeksi yang
merupakan komplikasi dari sindrom nefrotik.
Bila protein dalam darah terlalu rendah, dokter dapat memberikan albumin melalui
infus. Dokter juga akan menyarankan penderita untuk cuci darah atau transplantasi
ginjal bila sudah mengalami gagal ginjal kronis.
Di samping obat-obatan, pola makan penderita sindrom nefrotik perlu diatur.
Penderita perlu mengonsumsi protein yang cukup, tidak berlebih ataupun kurang.
Selain itu, penderita sindrom nefrotik perlu mengurangi konsumsi garam, lemak,
serta kolestrol untuk mencegah komplikasi dan mengurangi edema. Konsultasikan
dengan dokter gizi mengenai pola makan bagi penderita sindrom nefrotik.
Tingkat kesembuhan dari kondisi ini sangat bergantung pada penyebab, keparahan,
dan respon tubuh terhadap pengobatan. Umumnya penderita usia anak-anak dapat
sembuh walau sekitar 70% kembali mengalaminya lagi di masa depan.
Komplikasi Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi, seperti:
Hipertensi akibat gangguan pada ginjal.
Malnutrisi akibat banyaknya protein di dalam darah yang terbuang bersama urine.
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
Terbentuknya gumpalan darah akibat protein pengencer darah alami ikut terbuang
bersama urine.
Rentan terkena infeksi akibat antibodi di dalam darah ikut terbuang bersama urine.
Penyakit gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis akibat ginjal tidak dapat
menyaring darah dengan optimal.
Pencegahan Sindrom Nefrotik
Sulit untuk mencegah sindrom nefrotik yang penyebabnya belum diketahui
(sindrom nefrotik primer). Namun untuk sindrom nefrotik yang muncul akibat
penyakit lain, langkah pencegahannya adalah menjalani pengobatan terhadap
penyakit tersebut. Misalnya, penderita diabetes perlu meminum obat pengontrol
gula darah dari dokter, serta menjalani pola makan dan olahraga yang dianjurkan
oleh dokter.
Langkah pencegahan selanjutnya yang juga tidak kalah penting adalah mencegah
komplikasi sindom nefrotik, salah satunya adalah gagal ginjal akibat kerusakan
permanen pada ginjal.
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter ginjal,
serta disiplin dalam menerapkan pola makan yang disarankan oleh dokter gizi.
15. An. Ceria, perempuan 8 tahun, dibawa ibunya ke
puskemas dengan keluhan kedua payudara dirasakan
membesar sudah sejak setengah tahun yang lalu. Kira-
kira sejak 1 bulan yang lalu mulai muncul rambut pubis
dan akhir-akhir ini anak kadang mengalami flek-flek.
Dari pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal.
Dari pemeriksaan penunjang tidak didapatkan kelainan
di organ reproduksi dan kelenjar adrenal. Apa diagnosis
yang tepat pada pasien tersebut?
A. Pubertas prekoks GnRH dependent
B. Pubertas prekoks GnRH non-dependent
C. Prekoks pseudo puberty
D. Pubertas prekoks parsial
E. Kombinasi pubertas prekoks GnRH dependent dan
non-dependent
A. Pubertas prekoks GnRH dependent
16. Seorang bayi perempuan lahir di Puskesmas
secara spontan dari ibu G5P3A1 usia gestasi 38
minggu dengan presentasi belakang kepala. Setelah
bayi lahir, bayi tampak tidak bernapas, tonus otot
lunglai, dan, tidak ada detak jantung. Setelah
dilakukan ventilasi tekanan positif, kompresi dada,
pemberian cairan, dan obat-obatan selama 20
menit tetap tidak ada respon. Apakah tindakan
selanjutnya yang paling tepat?
A.Menghentikan resusitasi
B.Mengulangi resusitasi dari awal
C.Memperbaiki langkah resusitasi
D.Melanjutkan resusitasi hingga 15 menit
E.Merujuk setelah meresusitasi
A.Menghentikan resusitasi
17. Anak 3 tahun dibawa ke puskesmas karena BAB
cair sejak 1 hari yll disertai darah dan lendir,
frekuensi 6-8x/hari, ada demam dan kembung.
Bila BAB anak selalu menangis dan mengejan.
Pemeriksaan lab Hb 12,3 g/dl, leukosit 13400/mm,
eletrolit serum dbn. Apa terapi farmakologis yang
tepat?
a. Metronidazol
b. Kloramfenikol
c. Ampicilin
d. Tetrasiklin
e. amoksisilin
Jawaban: B. Marasmus
20. Seorang anak datang dengan keluhan muncul bintik
merah dibadannya. Riwayat kejang pada anak dengan
meminum obat carbamazepin sejak 6 bulan yang lalu.
Ada riwayat batuk dan mata merah. Pada pemeriksaan
didapatkan bintik-bintik kemerahan seluruh
tubuh.didapatkan pula adanya koplik spot. Apakah
diagnosis anak tersebut?
a. Morbili
b. Drug eruption
c. Exantematous eruption
d. Varicella zoster
e. Rubella
Morbili adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengan masa inkubasi 10-15 hari.
Gejala prodormal : demam, malaise, batuk, pilek,
dan konjungtivitis
Gejala : pada hari ke 4 akan muncul lesi makula dan
Pembahasan papul eritem yang dimulai dari kepala, dibelakang
telinga menjalar sentrifugal ke daerah badan dan
mencapai ekstremitas.
Pemeriksaan fisik : konjungtivitis, limfadenopati,
koplik spot pada orofaring, lesi papuloeritem
Tatalaksana
Terapi suportif dengan menjaga rehidrasi
Antipiretik
Suplementasi vitamin A
Usia < 6 bulan : 50.000 IU po diberi 2 dosis
Usia 6 – 11 bulan : 100.000 IU diberi 2 dosis
> 1 tahun :200.000 IU diberi 2 dosis
Anak dengan tanda defisiensi vitamin A diberikan 2
dosis pertama sesuai usia, dilanjutkan dosis ketiga
sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu kemudian
21. Anak laki-laki 10tahun dibawa ke poliklinik karena
demam sejak 8 hari yang lalu. Dari anamnesis
didapatkan demam semakin lama semakin tinggi,
disertai mual muntah dan diare. Pasien sering jajan di
sekolah. PF bradikardi relative. Bagaimana pola
demam di minggu kedua yang mungkin terjadi ?
mg1: intermit--> sore lebih tinggi
mg2: konti
a. Remitting
b. Unremitting
c. Continuing
d. Bifasik
e. Anak tangga
Manifestasi klinis tergantung usia, makin tua umur
anak makin berat mendekati gejala demam tifoid
dewasa.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis
berupa demam, gangguan gastrointestinal,
delirium, isolasi kuman dari darah dan deteksi
antigen
Pada usia sekolah dan remaja awitan
perlahan-lahan (insidious), mula-mula
demam remiten disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, dan nyeri
abdomen lokalisasinya tidak dapat
ditentukan, buang air besar mula-mula
dapat diare namun selanjutnya
konstipasi.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Leukemia Pucat, mudah lelah, perdarahan (sering)
Pembesaran kelenjar (30%)
Hepatosplenomegali (2/3 penderita ALL)
Splenomegali massif (CML)
Tabel 1. Penyakit pada anak yang mempunyai
gambaran klinis mirip Leukemia akut
Gambaran klinis Diagnosis banding
Anemia, kelemahan umum Anemia gizi, anemia
aplastic, infeksi virus
Nyeri tulang dan sendi Rheumatoid arthritis, septic
arthritis, osteomyelitis,
irritable hip, osteokondritis
Mudah memar Konstitusional, trauma,
non-accidental injury, ITP,
anemia aplastic
Limfadenopati Infeksi bakteri, MUMPS,
infeksi mononucleosis
hepatosplenomegali Infeksi virus
Tabel 2. Klasifikasi FAB Leukemia Limfoblastik dan Non-Limfoblastik Akut
GIZI BURUK